Anda di halaman 1dari 16

[Type text]

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring dengan masuknya era globalisasi saat ini, turut mengiringi

budaya-budaya asing yang masuk ke Indonesia. Di zaman yang serba canggih

ini, perkembangan kemutakhiran teknologi tidak dibarengi dengan budaya-

budaya asing positif yang masuk. Oleh karena itu, setiap muslim yang

menciptakan korosi moral dan runtuhnya budaya Islam yang bercirikan

kesopanan malu, perlu membekali diri dengan wawasan tentang pondasi ilmu

agama Islam sekaligus menyebarluaskannya demi menghindarkan kita dan

generasi mendatang dari ancaman derasnya arus globalisasi.

UU No. 37 tahun 1999 Pasal 1 ayat 2 menyatakan “Kebijakan, sikap, dan

langkah pemerintah RI yang diambil dalam melakukan hubungan dengan Negara

lain. Organisasi Internasional dan subyek hukum Internasional lainnya dalam

rangka menghadapi masalah Internasional guna mencapai tujuan Nasional”.

Landasan religius penulis ambil dari Al-Qur’an Surat Al-Qasas [28] ayat

77 yang artinya, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah

kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan

bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)

sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat

kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang

yang berbuat kerusakan”.


[Type text]

Globalisasi yang terjadi di Indonesia berdampak pada krisis moral

bangsa. Globalisasi bukan hanya menjamah kota-kota besar, tetapi daerah daerah

terpencil pun sudah terkontaminasi dengan dampak negatif globalisasi.

Perkembangan informasi dan teknologi di era globalisasi mengakibatkan tingkat

adopsi masyarakat terhadap budaya luar begitu mudah diterima dan beradaptasi

dalam kehidupan masyarakat di masa ini. Era globalisasi yang dihadapi saat ini

menawarkan suatu nilai positif dan juga negatif, seperti konsumerisme, seks

bebas, narkoba, pelampiasan nafsu manusiawi dengan melupakan hidup imani

dan rohani. Fenomena ini menyebabkan kemerosotan karakter, sering terjadinya

konflik antar suku, agama, ras dan kepentingan kelompok. Hal ini diperparah

dengan persoalan hidup yang semakin kompleks, kepekaan sosial masyarakat

yang semakin berkurang dan perkembangan individualisme yang semakin tinggi.

Setiap umat muslim memiliki keinginan untuk menghindari dampak

negatif dari datangnya globalisasi di era modern yang di hadapi saat ini namun

kurangnya pondasi yang kuat dalam menghadapi arus globalisasi umat muslim

kadang terlena dan terbawa derasnya arus globalisasi karena tidak bisa

menyaring mana budaya asing yang positif dan budaya asing yang negative yang

masuk di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud Islam sebagai pondasi di arus globalisasi?

2. Mengapa agama Islam dijadikan sebagai pondasi di arus globalisasi?


[Type text]

3. Bagaimana cara agama Islam memperkuat pondasi di arus globalisasi?

C. Tujuan penulisan
1) Untuk mendeskripsikan Islam sebagai pondasi di arus globalisasi.

2) Untuk mendeskripsikan pentingnya Islam sebagai pondasi di arus globalisasi.

3) Untuk mendeskripsikan cara agama Islam memperkuat pondasi diarus

globalisasi.
[Type text]

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam Sebagai Pondasi Di Arus Globalisasi


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:414) yang menyatakan

bahwa “pondasi merupakan dasar bangunan yang kuat dan biasanya terletak di

bawah permukaan tanah tempat bangunan didirikan”.

Menurut Hasan (2010:5), ia menyatakan sebagai berikut:

“Agama Islam adalah cahaya yang menerangi setiap sudut


kegelapan pada ranah kehidupan yang senantiasa menjamin keselamatan
dan kebahagiaan dunia dan akhirat yang sempurna dan mempunyai sendi
sentral dalam mengarahkan, membimbing, dan memberikan petunjuk ke
jalan yang benar dengan ajaran yang bersifat praktis dan ajaran yang
bersifat teoritis”.

Secara etimologi kata “Globalisasi” itu berasal bahasa inggris yakni

“Globalization” dimana global memiliki arti universal dan “lization” yang berarti

proses. Jadi, secara kaidah bahasa maka kata “Globalisasi” yakni suatu proses

pelebaran pada elemen-elemen baru baik gaya hidup, pemikiran teknologi

maupun informasi dengan tanpa ada batasan negara atau mendunia.

Globalisasi bisa diartikan menjadi suatu proses dimana pada batas-batas

didalam suatu negara akan bertambah sempit karena terdapat kemudahan

didalam melakukan interaksi antar negara di bidang perdagangan, informasi,

gaya hidup dan dalam bentuk interaksi yang lainnya.

Islam sebagai pondasi di arus globalisasi adalah dasar agama yang kuat

ketika suatu hubungan sosial yang mendunia yang kemudian terhubung satu
[Type text]

sama lain sehingga antara kejadian dari tempat yang berbeda bisa berdampak

juga bagi tempat yang lain.

B. Pentingnya Islam Sebagai Pondasi Di Arus Globalisasi

Arus globalisasi saat ini menimbulkan banyak sekali perubahan dari

segala aspek kehidupan. Perubahan ini tidak dapat dihindari akibat ilmu

pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih. Hal ini menggugah kesadaran

masyarakat umum akan pentingnya pondasi agama Islam di arus globalisasi ini.

Walaupun demikian umat Islam harus bisa membentengi dengan iman

yang kuat dari diri umat Islam sendiri. Apabila tidak bisa melakukannya maka

yang akan terjadi adalah umat Islam akan melenceng dari ajaran-ajaran Islam

nabi yang ketika perjalanan hidup tidak lepas dari teknologi yang berjalan cepat

dihadapan umat Islam. Maka tidak seharusnya mereka hanya menyibukkan

dirinya dengan kehidupan yang berbau teknologi tetapi yang harus mereka

lakukan yaitu menerima globalisasi tanpa harus melupakan perbuatan dalam

ajaran Islam untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Beberapa hal yang membuat pentingnya Islam sebagai pondasi di arus

globalisasi yaitu:

a) Untuk menguatkan umat Islam menghadapi arus Globalisasi, maka perlu

dipahami dan dihayati ajaran Allah Swt. Dalam kitab Al Qur’an sebagai

pedoman hidup manusia ini.


[Type text]

Perlu kita sadari, karena dunia adalah cobaan, segala sesuatu harus di

tempatkan secara tepat. Dari satu jalan, manusia bisa mencapai fitnah,

ataupun termasuk dalam kitab Allah. Firman-Nya:

“ demikian allah menunjuki dan menyesatkan orang yang dia kehendaki.”

( QS. Al-Mudatsir: 31)

Terang bahwa Al Qur’an adalah kitab hidayah, manusia bisa

menemukan penyimpangan dari kebenaran lewat Al Qur’an, yaitu mencari-

cari celah untuk tidak beriman dengan Al Qur’an. Tetapi orang beriman akan

selamat dari bahaya ini.

Al-quran itu ialah Kitab Suci yang diwahyukan Allah s.w.t. Kepada

Nabi Muhammad s.a.w sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia daalm

hidup dan kehidupannya. Al-qur’an inilah sebagai kitab yang

mempersatukan kaum muslimin seluruh dunia dalam satau kesatuan aqidah

dan kiblat seperti halnya kaum muslimin dalam sepanjang abad 14 yang

silam. Perbedaan bangsa dan suku, mazhab, organisasi dan partai, tidaklah

dapat dijadikan sebagai dasar perpecahan, sebab Al qur’anlah yang menjadi

pedoman hidup umat Islam.

b) Untuk memperkokoh Istiqomah Umat Islam pada pengetahuan-pemahaman-

serta mengamalkan ajaran Islam, sehingga benar-benar Muttaqin (bertaqwa)

dan sampai akhir hayat tetap dalam keadaan muslimin.

Pengamalan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan manusia adalah

untuk kepentinganya sendiri. Bukan untuk kepentingan Tuhan, Dia adalah


[Type text]

Dzat yang maha sempurna. Manusialah yang berhajat dan butuh, karena dia

kekurangan. Sebab itulah Islam membimbing manusia menurut

kebutuhannya. Maka Islam adalah agama yang menjadi sumber pendidikan

kemanusiaan. Ia mendidik manusia berkarakter dan berakhlak yang

sumbernya dari tauhid. Sebagaimana tauhid itulah yang membina beribadah

serta mengokohkan istiqomah manusia beribadah kepada Tuhan, sebagai

kewajiban hidupnya walaupun deransnya arus globalisasi di masa ini.

c) Untuk memperkuat Iman dan juga harus memiliki Ilmu Pengetahuan yang

luas, sehingga Ilmu dan Teknologi yang tumbuh dan berkembang dilandasi

oleh Iman yang kokoh, akan barokah dan manfaat bagi kehidupan peradaban

manusia.

Manusia itu di waktu pertama kali lahir dan menampakkan diri di

alam semesta ini, sama sekali kosong dari ilmu pengetahuan, sekalipun ia

telah memiliki atau dibekali persiapan, kesanggupan atau alat yang dapat

digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan itu. Pendengaran,

penglihatan dan akal merupakan alat yang dengannya itulah manusia dapat

mencari ilmu pengetahuan. Alat-alat itu seolah jadi jendela dan dari situ

manusia dapat menjenguk ke alam luar yang maha luas ini untuk mengetahui

rahasia-rahasianya, memikirkan keadaan-keadaanya dan pula untuk

mengambil kemanfaatan-kemanfaatan yang dikaruniakan oleh allah berupa

segala macam kenikamatan dan keberkahan yang tiada terhingga. Orang

yang dapat menggunakan alat-alat itu untuk memperoleh kemanfaatan, itulah


[Type text]

orang yang disebut manusia bijaksana serta Islam hanya dapat maju dengan

ilmu pengetahuan , inilah yyang mengangkat derajatnya dan derajat para

pemeluknya sebab dengan ilmu itulah akan dapat dibedakan mana yang hak

dan batil, mana yang baik dan mana yang jelek, yang benar dan yang salah,

petunjuk atau kesesatan, bagus atau buruk, bermanfaat atau berbahaya. Jadi

singkatnya ilmu itu bagi akal manusia sama halnya cahaya bagi mata. Mata

tidak ada gunanya tanpa adanya cahaya dan akal tidak bermanfaat sama

sekali tanpa memiliki penegtahuan. Keduanya saling butuh-membutuhkan

dan isi-mengisi, oleh sebab nilai seseorang manusia itu tergantung pada

banyak-sedikitnya ilmu yang dimiliki.

Sesuatu bangsa atau umat pun demikian pula halnya. Dengan kadar

pengetahuan yang dipunyainya itulah dapat diukur sampai di mana

kebangkitan umat itu, sampai di mana ketinggian peradabannya, sampai di

mana kepesatan ekonomi dan pendidikan Islam mempunyai peranan penting

dalam era globalisasi saat ini.

Menurut Roqib (2009.18) menyatakan “pendidikan Islam

hendaknya didasarkan dan digerakkan pada keimanan dan komitmen tinggi

terhadap ajaran agama Islam.”


[Type text]

C. Cara Agama Islam memperkuat pondasi di arus globalisasi

Menghadapi arus globalisasi agama Islam melakukan asimilasi ilmu

pengetahuan dan teknologi modern barat, hal tersebut merupakan salah satu cara

untuk mengejar ketinggalan umat Islam dari peradaban barat. Namun asimilasi

tersebut jika tidak dibaca lebih teliti akan berdampak “sikap mengekor “ secara

membabi buta tanpa fileterasi yang selektif dari segala sesuatu yang berasal dari

barat. Dan inilah yang di sebut proses westrenisasi, dunia modern sesungguhnya

menyimpan suatu potensi yang dapat menghancurkan martabat manusia telah

berahsil mengorganisasikan ekonomi, menata struktur politik, serta membangun

peradaban yang maju untuk dirinya sendiri, tapi pada saat yang lain, kita juga

melihat bahwa umat manusia telah menjadi tawanan dari hasil-hail ciptaannya

sendiri itu. Modernisasi masuk ke kehidupan masyarakat melalui berbagai media,

terutama media elektronik seperti internet. Karena dengan fasilitas ini semua

orang dapat dengan bebas mengakses informasi dari berbagi belahan dunia.

Pengetahuan dan kesadaran manusia sangat menentukan sikapnya untuk

mneyaring informasi yang didapat. Apakah nantinya berdampak positif atau

negatif terhadap dirinya , lingkungan, dan masyarakat. Untuk itu, diperlukan

agama yang baik sebagai dasar untuk menyaring informasi . kurangnya filter dan

selektivitas terhadap budaya barat yang msuk ke dalam masyarakat Islam. Budaya

tersebut dapat saja masuk ke dalam masyarakat Islam, budaya tersebut dapat saja

masuk pada masyarakat yang labil terhadap perubahan terutama remaja dan

terjadilah penurunan etika dan moral pada masayarakat Islam.


[Type text]

Berikut ini beberapa cara agama Islam untuk memperkuat pondasi di arus

globalisasi:

1. Berpegang teguh pada tauhid

Tauhid adalah awal dan akhir dari seruan Islam ialah kepada Tuhan

Yang Maha Esa (faith in the unity of ). Suatu kepercayaan yng menegaskan

bahwa hanya Tuhanlah yang menciptakan. Memberi hukum-hukum, mengatur

dan mendidik alam semesta ini (Tauhid Rububiyah). Sebagai

konsekwensinya, maka hanya tuhan itulah yang satu-satunya yang wajib

disembah, dimohon petunjuk dan pertolongannya, serta yang harus ditakuti

(Tauhid Uluhiyah). Bahwa tuhan itu zat yang luhur dari segala-galanya, hakim

yang maha tinggi, yang tiada terbatas, yang kekal, yang tiada berubah-ubah,

yang tiada kesamaannya sedikit pun di alam ini, sumber segala kebaikan dan

kebenaran, yang maha adil dan suci. Lawan tauhid ialah syirik, yaitu

mempersekutukan tuhan. Suatu kepercayaan tentang adanya lagi tuhan selain

Allah s.w.t.

Doktrin tauhid bagi kehidupan manusia, menjadi sumber keidupan

jiwa dan pendidikan kemanusiaan yang tinggi. Tauhid akan mendidik jiwa

manusia untuk mengikhlaskan seluruh hidup dan kehidupannya, kepada Allah

semata. Tujuan hidupnya ialah allah. Dengan demikian membawa

konsekwensi pembinaan karakter yang agung, menajdi manusia yang suci,

jujur dan teguh memegang amanah. Maka tauhid merupakan kekuatan yang
[Type text]

besar yang mampu mengatur secara tertib manusia yang berjuta-juta yang

hidup tersebar di laut dan di darat, dari tepi-tepi pantai hingga ke bukit-bukit.

Tauhid akan pula akan membebaskan manusia dari seribu satu macam

belenggu kejahatan duniawi. Tauhid membebaskan manusia dari penjajahan,

perbudakan, dan perhambaan, baik oleh sesama manusia maupun oleh hawa

nafsu dan harta benda. Karena tauhid, manusia akan hanya menghambakan

diri kepada Allah semata.

2. Menjaga dan memperbaiki akhlak

Manusia diserunya beriman dan bertakwa kepada allah s.w.t. di

ajarnya manusia menghubungkan silaturrahmi satu dengan yang lain,

memuliakan tamu, memperbaiki hubungan dengan tetangga. Mencintai

manusia sebagaimana mencintai diri sendiri. Manusia diajarnya menjadi orang

yang penyantun dan dermawan, bahwa tangan yang di atas lebih mulia dari

tangan yang di bawah. Kepada orang yang dituntunya agar setia memgang

amanah, taat pada janji, selalu melaksanakan kewajiban dengan baik sebelum

menuntut hak. Apa yang diserukan dan diajarkannya selalu dicontohkan

sendiri dan memancra dari pribadinya yang luhur. Menurut ajaran Islam

berdasarkan praktek Rasulullah, pendidikan akhlakul karimah (akhlak mulia)

adalah faktor penting dalam membina suatu umat atau membangun suatu

bangsa. Suatu pembangunan tidaklah ditentukan semata dengan faktor kredit

dan investasi, materiil. Betapapun melimpah-ruahnya kredit dan besarnya

investasi, kalua manusia pelaksananya tidak memiliki akhlak, niscaya


[Type text]

segalanya akan berantakan akibat penyelewengan dan korupsi. Demikian pula

pembangunan tidak mungkin berjalan hanya dengan kesenangan melontarkan

fitnah kepada lawan-lawan politik, atau hanya mencari slogan-slogan kosng

atau hanya bertopeng dagu. Yang diperlukan oleh pembangunan ialah

keikhlasan, kejujuran, jiwa kemanusiaan yang tinggi, sesuainya kata dengan

perbuatan, prestasi kerja, kedisiplinan, jiwa dedikasi, dan selalu berorientsi

kepada hari depan dan pembaharuan. Itulah sebabnya sering dikatakan bahwa

mengisi kemerdekaan adalah jauh lebih berat daripada perjuangan bersenjata

merebut kemerdekaan itu sendiri. Dalam ihya ulumuddin, imam Al-Ghazaly

berkata: “ Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, daripadanya timbul

perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.”

Akhlak Islam, ialah suatu sikap mental dan laku perbuata yang luhur.

Mempunyai hubungan dengan zat yang maha kuasa, allah s.w.t. akhlak Islam

adalah produk dari keyakinan atas kekuasaan dan keesaan Tuhan, yaitu

produk dari jiwa tauhid.

3. Mendekatkan diri dengan beribadah kepada Allah dan bertakwa kepadaNya.

Secara umum ibadah berarti baktimanusia kepada Allah s.w.t. karena

didorong dan dibangkitkan oleh aqidah tauhid. Ibadah itulah tujuan hidup

manusia. Ibadah yang diajarka Islam, tidak berarti harus menjauhi dan

meninggalkan hidup duniawi. Islam melarang manusia uzlah yaitu

menjauhkan diri dari gejolak dan geloranya masyarakat, pergi bertapa ke gua-

gua dan bersamadi di tempat-tempat sunyi, lalu menjadi tanggungan orang


[Type text]

lain. Tapi Islam menuntut agar kehidupan manusia itu harmonis dan

seimbang. Suatu kehidupan yang bertujuan ibadah, akan memberikan

ketenangan hidup dan kerja. Apapun corak lapangan hidup itu, entah tani, atau

buruh, atau dagang, atau pegawai dan entah apa lagi. Seseorang akan selalu

tenang jiwanya, karena mensyukuri rahmat Allah s.w.t. setelah mendekatkan

diri kepada allah dilanjutkan dengan bertakwa kepadaNya. Takwa ialah sikap

mental orang-orang mukmin dan kepatuhannya dalam melaksanakan perintah-

perintah Allah s.w.t. serta menajuhi laranganNya atas dasar kecintaan

semesta. Takwa itu adalah puncak kehidupan ibadah yang selalu dicari oleh

setiap muslim. Tuhan selalu mendorong manusia untuk mencapai tingkatan itu

dan berusaha mempertahankannya setelah mendapatnya. Manusia yang

berhasil mencapai derajat takwa kemudian berusaha mempertahankannya

terus, dipandang sebagai manusia yang sukses ibadahnya. Ia laksana sebatang

pohon yang baik, yang ditanam serta dipelihara, ia telah berbuah kemudiaan

memberikan kenikamatan kepada manusia.


[Type text]

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Islam sebagai pondasi di arus globalisasi adalah dasar agama yang kuat

ketika suatu hubungan sosial yang mendunia yang kemudian terhubung satu sama

lain sehingga antara kejadian dari tempat yang berbeda bisa berdampak juga bagi

tempat yang lain.

Pentingnya Islam sebagai pondasi di arus globalisasi

1) Untuk menguatkan umat Islam menghadapi arus Globalisasi, maka perlu

dipahami dan dihayati ajaran Allah Swt. Dalam kitab Al Qur’an sebagai

pedoman hidup manusia ini.

2) Untuk memperkokoh Istiqomah Umat Islam pada pengetahuan-pemahaman-

serta mengamalkan ajaran Islam, sehingga benar-benar Muttaqin (bertaqwa)

dan sampai akhir hayat tetap dalam keadaan muslimin.

3) untuk memperkuat Iman dan juga harus memiliki Ilmu Pengetahuan yang luas ,

sehingga Ilmu dan Teknologi yang tumbuh dan berkembang dilandasi oleh

Iman yang kokoh, akan barokah dan manfaat bagi kehidupan peradaban

manusia.

B. SARAN

1. Hendaknya berpedoman dan memiliki pondasi agam Islam yang kuat dalam

mengahadapi era modern saat ini dan derasnya alus globalisasi.


[Type text]

2. Hendaknya mengembalikan suatu perkara atau problem yang terjadi dalam

kehidupan dengan berlandaskan al qur’an dan as Sunnah atau ijtihad

ulama’.

3. Hendaknya bersikap terbuka dengan datangnya globalisasi tetapi harus

menyaring mana yang membawa dampak positif dan yang membawa

dampak negatif.
[Type text]

DAFTAR PUSTAKA

Sasono, Adi. 1998. Solusi Islam Atas Probelmatika Umat. Jakarta: Gema Insani
Press.

Khan, Wahiduddin. 2002. Menjadi Generasi Qur’ani. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Razak, Nasruddin. 1993. Dienul Islam. Bandung: PT. Alma’arif.

Sabiq, Sayid. 1981. Unsur-Unsur Kekuatan Dalam Islam. Surabaya: Toko Kitab
Ahmad Nabhan.

Untoro, Joko. 2010. Buku Pintar Pelajaran SMA/MA IPS 6 in 1. Jakarta: Wahyu
Media.

Hasan, Hamsah. 2010. Buku Panduan Lengkap Agama Islam. Jakarta: Qultum Media.

Roqib, Moh. 2009. Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah,


Keluarga, dan Masyarakat. Yogyakarta: Lkis

Anda mungkin juga menyukai