Siapa saya?
EKSTERNAL
Ghazwul Fikri
Sebagian orang menyebut ghazwul fikr dengan istilah perang ideologi, perang budaya,
perang urat syaraf, dan perang peradaban. Intinya, ia adalah peperangan dengan format
yang berbeda, yaitu penyerangan yang senjatanya berupa pemikiran, tulisan, ide-ide,
teori, argumentasi, propaganda, dialog dan perdebatan.
Pemikiran yang ingin menandingin Islam:
• Sekulerisme
• Kapitalisme di Bidang Ekonomi
o Negara-negara Islam hampir semua termasuk kategori negara miskin
o Membuat manusia menjadi budak harta dan lemah secara spiritual.
o Menciptakan asas tanpa ada batasan, sehingga segala cara dilakukan agar
mendapat manfaat
• Westernisme di Bidang Budaya
o Hedonistik
o Gaya hidup jauh dari Islam.
o Split personality: megaku Islam, namun berlaku seperti masyarakat Barat
o Krisis Idola dari kalangan muslim
• Sikretisme di Bidang Agama
o Mencampuradukkan semua agama
o Percaya semua agama baik
• Nasionalisme dengan Penyelewengan Makna
o Konflik negeri-negera muslim
o Antara negeri muslim menjadi tidak kompak bahu membahu
Paham ini membuat muslim membenci agama sendiri dan cenderung
menganggap agama Islam kolot
• At-Ta’lim (pendidikan)
Bidang yang paling diincar oleh musuh-musuh Islam, karena bila mereka dapat
menguasainya, berarti mereka telah berhasil menguasai masa depan dan
peradaban umat Islam. Maka, setiap kali kaum imperialis memasuki suatu negara,
mereka biasanya terlebih dahulu menyerang strategi pendidikan di negara
tersebut. Mengganti kurikulum, metode, dan sistem pendidikan di dunia Islam
dengan kurikulum, metode, dan sistem pendidikan yang bersumber dari budaya,
serta pemikiran Barat, dengan tujuan, untuk mengangkat kebudayaan Barat, dan
menghancurkan kebudayaan Islam.
• Al-Qanun (undang-undang)
Kaum imperialis Barat semakin dalam menancapkan kuku-kukunya
terhadap dunia Islam dengan memaksa umat untuk tunduk kepada undang-
undang buatan mereka. Walhasil umat Islam beserta putra-putrinya
semakin jauh dari nilai-nilai dan norma yang dapat membentuknya menjadi
pribadi muslim yang sejati.
2. PESERTA MEMAHAMI PERAN PEMUDA DALAM MENGATASI
PROBLEMATIKA UMAT
Tidak diragukan lagi bahwa para pemuda memiliki peran yang sangat penting
dalam tatanan kehidupan manusia dan masyarakat secara umum. Ir. Soekarno,
presiden pertama republic tercinta ini pernah mengatakan: “Berikan aku
sepuluh pemuda, maka akan aku ubah dunia.” Dus, bagaimanakah islam
memandang pemuda dan kepemudaan itu?
Dari sisi usia, pemuda terbagi ke dalam dua fase yaitu fase puber/remaja
berusia antara 10 sampai 21 tahun, dan fase dewasa awal berusia antara 21
sampai 35 tahun.
Dengan kata lain, pemuda muslim mempunyai tugas yang berat dan kewajiban
yang besar terhadap diri, agama dan umatnya. Suatu kewajiban yang akan
menyingkap esksistensinya. Syaikh al Qaradhawi, dalam Wajibu syababul
muslimul yaum (1988) menguraikan ada empat amanah sebagai prioritas
muslim muda bagi masa depan islam.
Pertama, memahami islam secara integral, tidak parsial. Realitas saat ini
membuktikan bahwa agama dipermainkan dan diposisikan tak lebih seperti
komoditas yang bisa dieksploitasi seenaknya untuk menghasilkan keuntungan
materi.
Keempat, memiliki soliditas dan solidaritas. Karena tugas dakwah itu tidak
bisa dilakukan secara individu melainkan harus berlandaskan amal jama' (team
work), maka sebaiknya pemuda itu melengkapi pemahaman yang benar,
mengamalkan islam dan berdakwah dengan sikap tolong menolong di antara
sesama dan memiliki rasa saling keterikatan.
Sebagai penutup, ada tiga skill yang sebaiknya dimiliki oleh pemuda sebagai
agent of change dalam masyarakat; conceptual skill berupa kemampuan
menciptakan ide-ide dan gagasan-gagasan perubahan; technical skill berupa
kemampuan-kemampuan teknis yang dibutuhkan sebagai solusi atas
berbagai problematika masyarakat; human skill berupa kemampuan
berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lain (interpersonal
relationship) dari berbagai komponen masyarakat yang akan diajak untuk
melakukan perubahan bersama-sama.
Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash berkata, Saat kami dengan menulis di sekeliling Rasulullah
SAW, tiba-tiba beliau ditanya tentang kota manakah dari kedua kota yang akan dibebaskan
terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma? Maka, Rasulullah SAW menjawab, Kota
Heraclius akan dibebaskan terlebih dahulu." Maksudnya adalah Konstantinopel. (HR Ahmad)
Dan ternyata, selain Konstantinopel masih ada satu kota lagi yang dijanjikan Rasul akan
dibebaskan oleh umat Islam. Kota Roma. Dalam kitab Mu'jam al-Buldaan, karya Yakut al-
Hamawi dijelaskan bahwa maksud Rumiyah dalam hadis di atas adalah ibu kota Italia hari
ini, yaitu Roma. (Mu'jam al-Buldan, 3/100).
Setelah pembebasan Konstantinopel tujuh abad yang lalu, hingga sekarang umat Islam
belum berhasil membebaskan kota Roma. Tugas umat Islam bukan menunggu. Tapi terus
mempersiapkan diri agar bisa bergabung dengan mereka bila Allah menakdirkannya
mengalami zaman tersebut. Dan salah satu persiapannya adalah dengan meneladani
karakter yang melekat pada AL-Fatih sebagai upaya memantaskan diri dalam pembebasan
kota Roma diantaranya,
Pertama, Berjiwa Pembelajar. Bercermin dari kehidupan Al-Fatih, seorang pejuang Islam
tak pernah berhenti belajar. Ash-Shalabi menulis dalam bukunya bahwa sejak kecil
Muhammad Al-Fatih telah belajar Al-Qur'n, hadis, fikih, dan ilmu modern lainnya seperti
ilmu berhitung, ilmu falak, sejarah, serta pendidikan kemiliteran, secara teori maupun
praktis.
Dengan ilmu yang kita pelajari, tentu akan lebih banyak kontribusi yang bisa disumbangkan
untuk kebangkitan Islam dan kaum Muslimin. Imam Syafi'ie mengingatkan,
'Barangsiapa yang tidak memanfaatkan masa mudanya untuk menuntut ilmu, maka
bertakbirlah empat kali untuknya sebagai tanda kematiannya."
Kedua, Taat Setiap Saat. Ketaatan menjadi kunci kemenangan para penakluk dalam
melawan musuh-musuh Islam. Sebagaimana disampaikan oleh seorang panglima Romawi
yang curhat kepada rajanya setelah dikalahkan oleh pasukan Khalid bin Walid.
"Tuanku, tentara kita berperang dengan suatu kaum yang berpuasa pada siang hari dan
beramal ibadah pada waktu malam. Mereka berpegang teguh pada janji, saling berkasih
sayang sesama mereka bagaikan saudara. Mereka senantiasa mengerjakan kebaikan dan
tidak melakukan kemungkaran." Dia berkata dengan jujur. "Sedangkan tentara kita suka
minum arak, melakukan zina, selalu ingkar janji, suka berbuat jahat, dan melakukan
kezaliman. Karena itulah kita kalah." (Diriwayatkan Ahmad bin Marwan al-Malik).
Ketiga, Getol Beribadah. Kedekatan kita pada Allah swt dalam beribadah akan membuka
jalan kemenangan kita dalam berjuang. Karena Allah swt bersama kita. seperti ditegaskan
olehNya.
"Bila seorang mendekat kepada-Ku sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta, bila
ia mendekat kapada-Ku sehasta, maka akun mendekat kepadanya sedepa, dan apabila ia
datang kepada-Ku dengan berjalan maka Aku datang dengan berlari" (HR. Bukhari)
Seperti itulah yang dilakukan oleh Muhammad al-Fatih. Sejak akil baligh tak pernah absen
dalam menjalankan shalat sunnah rawatib dan menunaikan shalat tahajud di kesunyian
malam.
Keempat, Pantang Menyerah. Bukan perkara mudah untuk mewujudkan janji kemenangan
Rasul dalam menaklukkan Konstantinopel. Dan bukan al-Fatih namanya kalo gampang
mundur dari pertempuran. Al-Munyawi mengisahkan dalam bukunya, ketika Konstantin
menolak untuk menyerahkan kota Konstantinopel, Al-Fatih bersiteguh, "Baiklah! Tidak lama
lagi aku akan mempunyai singgasana di Konstantinopel atau aku akan mempunyai kuburan
di sana!"
Kelima, Aktif Berdakwah. Seorang penakluk bukan tipikal indivudalis yang cuman mikirin
hidupnya sendiri. Dia selalu memikirkan kondisi kaum muslimin dan kebaikan apa yang bisa
dilakukannya untuk kebangkitan Islam. Karena itu, aktifitas dakwah sudah menjadi bagian
dari kesehariannya.
Dari mulai ngingetin teman untuk nggak pacaran, ngajakin sohib ikut pengajian, terjun
dalam aksi damai solidaritas muslim hingga bersuara di sosial media. Apapun kontribusi kita
dalam berdakwah, tak ada yang percuma. Semuanya bernilai pahala yang berlipat ganda di
hadapan Allah swt.
Itulah beberapa karakter yang bisa kita teladani untuk memantaskan diri jadi bagian dari
pemuda penakluk kota Roma. Bukan untuk pamer, tapi semata untuk mewujudkan kabar
gembira dari Rasulullah saw. Tak sekedar mengagumi kisah heroik Muhammad al-Fatih
dalam menaklukkan Konstantinopel, namun ikut berkontribusi sebagai pelaku sejarah kelak
dalam membebaskan kota Roma. Siap?
Permasalahan umat timbul karena jauhnya kita dari agama karena keadaan
sendiri maupun pengaruh dari lingkungan, karena itu solusinya harus
diselesaikan dari 2 sisi, dari internal diri tiap muslim dan juga dari kepemiminan
Islam. Kepemimpinan Islam akan menyelesaikan permasalahan yang muncul
sedikit demi sedikit, mulai dari masalah pokok hingga ke cabangnya. Jika
kepemimpinan diberikan kepada tangan yang salah, maka kehancuran tak lama
akan mendatangi kita