introspeksi diri menuju Islam Sebagai Agama yang Rahmatan lil Alamin itulah Judul khutbah kali
ini
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam. Nikmat terbesar yang
Allah karuniakan kepada hamba-Nya. Semoga kita selalu berada dalam keadaan Iman dan Islam
hingga akhir hayat kita. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang menjadi panutan kita dan tiap sunnahnya selalu kita teladani.
Mengawali khutbah jumt’at ini, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita dengan menjalankan hal-hal
yang menyebabkan kita mendapatkan pahala, yang mengantarkan keselamatan di dunia maupun
selamat di akhirat, dan selain itu, marilah kita menghindari dan menjauhi hal-hal yang menyebabkan
kita mendapatkan dosa, yang mengantarkan kepada kesengsaraan di dunia maupun di akhirat.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Islam adalah agama rahmat untuk semesta alam. Agama yang telah melewati berbagai tahapan ujian
di dunia, mulai dari ujian zaman jahiliah, hingga zaman teknologi. Posisinya sebagai agama yang
merahmati seluruh alam sekaligus sebagai penyempurna agama-agama sebelumnya, menjadikan
Islam istimewa.
Islam adalah agama rahmat untuk semesta alam. Islam agama yang bersifat universal, humanis,
dinamis, kontekstual dan akan abadi sepanjang masa. Agama terakhir yang memiliki kitab suci resmi,
orisinal dari Tuhan Allah Swt, dengan rasul terakhir-Nya nabi Muhammad SAW sebagai penutup para
nabi-nabi, dan tidak ada nabi setelahnya. Seperti dijelaskan dalam surat Al Ahzab ayat 40:
Mā kāna muḥammadun aba aḥa dim mir rijā likum wa lākir rasụlallāhi wa khā taman-nabiy yīn, wa
kānal lāhu bikulli syai`in 'alīmā
"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah
Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu".(QS. Al-
Ahzab :40)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Nabi Muhammad Saw di berikan wahyu oleh Allah Swt berupa al-Qur’an sebagai panduan hidup
umatnya yang bersifat universal, sedangkan ucapan, tingkah laku dan diam Nabi Muhammad Saw
umumnya disebut hadist dan sunnah, yang merupakan panduan hidup kedua umat Muslim setelah
kitab suci Al-Qur’an.
Islam adalah agama yang menyempurnakan agama-agama sebelumnya. Ibarat bangunan rumah
yang kekurangan satu batu bata, agama Islam menyempurnakan ajaran-ajaran sebelumnya.
Misi utama ajaran Islam adalah membebaskan manusia dari berbagai bentuk problem dan
ketidakadilan. Karena Allah Maha Adil, maka tidak mungkin di dalam kitab suci-Nya mengandung
konsep-konsep yang tidak mencerminkan keadilan.
Jika ada nilai atau norma yang tidak sejalan dengan prinsip-prinsip keadilan dan hak-hak asasi secara
universal, maka nilai dan norma tersebut perlu direaktualisasi penafsirannya.
Dalam perspektif Islam, kemanusiaan hakiki adalah kembali kepada fitrah manusia itu sendiri. Misi
risalah Islam adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam. Rahmat berarti pembebasan manusia dari
segala macam yang tidak sesuai dengan karakter dan tabiat manusia dan alam itu sendiri. Pada
tataran nilai, Islam sejak awal mengajarkan kebaikan dan moralitas luhur, dan pada saat yang sama
melarang pemeluknya berperilaku buruk.
Kondisi umat Muslim saat ini (secara keseluruhan) belum mampu untuk tidak mengatakan tidak
mampu membawa agamanya dengan baik dan benar. Ketidakmampuan itu menjadi salah satu
penghalang hadirnya Islam dengan penuh kesejukan dan kedamaian sesuai dengan misinya
rahmatan lil alamin.
Kemunduran kaum Muslimin ini bukan disebabkan ajaran agamanya, tetapi kesalahan terletak pada
diri masing-masing pribadi pemeluknya. Mereka keliru dalam memahami ajaran agama lantaran
kejumudannya. Terkadang apa yang diamalkan bertolak belakang dengan sumber aslinya.
Pemahaman yang keliru, maka akan melahirkan tindakan yang keliru pula.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Berbagai aksi kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini, tidak saja mengaburkan esensi ajaran Islam.
Kekerasan, konflik dan merebaknya terorisme, di samping menjadikan pihak non-Muslim semakin
tidak simpati pada Islam, juga menjadi bisnis internasional sebagai upaya dalam memanfaatkan
kelompok-kelompok Islam yang memiliki paham tekstual, rigid, skriptural dan kaku dalam beragama.
Saat ini, tragedi-tragedi beruntun yang dialami merupakan pertarungan antarkekuatan sosial-politik
yang didasarkan pada sentimen suku dan agama.
Kasus yang terbaru adalah penghinaan Nabi Muhammad yang terjadi di Prancis. Dikutip dari Media
Online, kontroversi di Prancis diawali tindakan seorang guru bernama Samuel Paty yang
menggunakan kartun terbitan Charlie Hebdo tahun 2015 saat mengajar. Tindakan ini menuai protes
dari komunitas dan Paty terbunuh dengan kepala dipenggal. Sedangkan Presiden Prancis Emmanuel
Macron menilai kartun atau karikatur Nabi Muhammad di Charlie Hebdo sebagai kebebasan
berpendapat. Dia juga mengatakan Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis dengan posisi
muslim makin sulit.
Apa yang terjadi di Prancis dan penghinaan terhadap Islam harus disikapi dengan bijak, selain
mengecam bahwa gambar karikatur Nabi Muhammad itu sudah diluar batas kebebasan
berpendapat dan hak asasi manusia. Karena kebebasan kita itu dibatasi oleh kebebasan dan hak
orang lain. Namun ada hal yang lebih penting dari sekedar mengecam dan memprotes tindakan
tersebut, yakni umat Islam harus menegaskan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin,
agama yang memberikan manfaat kebaikan bagi semuanya. Sehingga tidak menjadikan Islam agama
yang “tertuduh” tidak baik oleh prilaku umatnya sendiri.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Gagasan Islam Rahmatan lil Alamin yang bersifat inklusif dan lembut harus diketengahkan dalam
situasi dunia yang sedang memanas. Islam sebagai agama dan Nabi Muhammad sebagai
pembawanya, sama-sama hadir untuk membawa kedamaian, kelembutan dan kebaikan tertinggi.
Manusia yang beragama, tetapi tidak sampai pada tingkat kemanusiaan tertinggi maka ia adalah
pendusta agama sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Maun:
A ra'aital ladzii yukaz zibu bid-diin
"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?"
Fa dzaalikal ladzii yadu ul-yatiim
"Maka itulah orang yang menghardik anak yatim."
Wa laa yahud du 'alaa ta'aa mil-mis kiin
"Dan tidak mendorong memberi makan orang miskin." (QS. Al-Maun :1-3)
Kebaikan tertinggi itu adalah polarisasi keberagamaan yang seimbang, antara vertikal dan horizontal.
Disisi lain, Islam menggambarkan umat manusia pada tingkat kemanusiaan yang tertinggi, yakni
ajaran yang mengantarkan pada kedamaian, bukan justru memecah belah dan membuat konflik
berkepanjangan. Untuk itu, ajakan mengarah kepada kedamaian ini sebagai bagian umat manusia
yang tunduk kepada aturan Allah dan bentuk ketaqwaan. Gambaran tersebut tertuang didalam surat
Al-Anfal:
Wa in jana ḥụ lis-sal mi faj naḥ lahā wa tawak kal 'alal lāh, in nahụ huwas-samī' ul-'alīm
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Anfal ;
61).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Selain menegaskan dan mengkampanyekan Islam Rahmatan lil Alamin kepada khalayak, umat Islam
juga harus berintrospeksi diri karena manusia merupakan makhluk yang diciptakan sempurna oleh
Allah. Manusia diberi akal untuk berpikir dan mempertimbangkan segala hal yang dilakukannya.
Dengan akal itu pula, manusia bisa membedakan mana hal yang baik dan yang buruk. Sehingga
fungsi ajaran agama dalam kehidupan manusia benar-benar menjadi pegangan hidup. Namun,
terkadang manusia salah menggunakan akalnya hingga berbuat sesuatu yang buruk,
Salah satu hal yang diajarkan oleh agama Islam agar seorang manusia tetap bisa istiqomah berada di
jalan Allah adalah untuk selalu introspeksi diri. Melalui introspeksi dapat membantu seseorang untuk
bercermin tentang diri dan kehidupannya selama ini. Selain itu berintrospeksi diri juga merupakan
sarana pembelajaran untuk memperbaiki kekeliruan yang pernah dilakukan. Dengan hal tersebut
menjadikan Islam dengan umatnya menjadi pemeran utama dalam menyebarluaskan rahmat bagi
seluruh alam sesuai dengan visi dan misi diturunkan Islam itu sendiri.
Demikian kotbah singkat ini mudah-mudahan bermamfaat