Anda di halaman 1dari 7

ALHAMDULILLAHI, 2X

Innal hamda lillaahi nahmaduhu


wanas ta iinuhuu
wanastag firuh
wa na’uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa
wa min sayyiaati akmaalinaa,
mayyahdihillaahu falaa mudilalah
wa man yud lilhu falaa hadiyalah.
Asyhadu allaa ilaahaillallaah wahdahu laa syariikalah
wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu warasuuluhu
laanabiyya ba’dah.
Allaahumma shalli wa sallim wabaarik ‘alaa muhammadin
wa ‘alaa aalihii wa shohbihi wa manih tadaa bi hudaahu
ilaa yaumil qiyaamah.
Amaaba’du,.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah


Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di manapun kita
berada.
Baik ketika kita sedang bersama orang banyak, maupun ketika sendirian.
Dan marilah kita senantiasa takut akan terkena azab-Nya, kapan dan di mana pun kita
berada. Karena, kewajiban menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-
larangan-Nya bukan hanya pada waktu dan saat-saat tertentu saja.
Bahkan, beribadah kepada-Nya adalah kewajiban yang harus dilakukan hingga ajal
mendatangi kita.

1
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
Wa'bud rabbaka ḥattā ya`tiyakal-yaqīn
“Dan beribadahlah kepada Rabb-mu sampai kematian mendatangimu.” (Al-Hijr: 99)

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita. Uswatun hasanah
kita. Teladan terbaik kita. Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beserta
keluarga dan sahabat beliau. Dan semoga kita semua dimudahkan Allah untuk mengikuti
sunnah-sunnahnya.Amin YRA

Jamaah Jumat rahimakumullah
Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan tema yang masih dalam suasana bulan
Muharam yaitu : Spirit Hijrah di Masa Pandemi

Jamaah Jumat rahimakumullah
saat ini kita telah memasuki tahun 1442 Hijiriyah. Walaupun saat ini sedang ada pandemi
corona, Ini merupaka bagian dari nikmat Allah yang patut kita syukuri. Sekaligus menjadi
momentum bagi kita untuk memperbarui semangat hijrah. Khususnya di masa pandemi ini.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,


Awalnya umat Islam tidak memiliki angka tahun. Di masa Rasulullah, tahun-tahun
dinamakan sesuai peristiwa besar yang terjadi di dalamnya. Misalnya tahun gajah, karena di
tahun itu ada pasukan gajah pimpinan Abrahah yang hendak menghancurkan Ka’bah. Ada
yang disebut tahun fijar karena di dalamnya terjadi Perang Fijar. Ada tahun nubuwah karena
di tahun itu Rasulullah menerima wahyu.
Tidak adanya bilangan tahun memunculkan masalah baru, khususnya dalam administrasi
pemerintahan Islam yang semakin maju. Maka Amirul Mukminin Umar bin Khattab 

2
mengumpulkan para sahabat lainnya untuk menetapkan tahun penanggalan Islam.
Ada yang mengusulkan mengikuti tahun Romawi, tetapi usulan ini ditolak mentah-mentah.
Para sahabat kemudian mengusulkan empat peristiwa sebagai tahun pertama dalam
kalender Islam. 
Pertama, kalender Islam dimulai dari tahun kelahiran Rasulullah.
Kedua, kalender Islam dimulai dari tahun nubuwwah.
Ketiga, kalender Islam dimulai dari tahun hijrah.
Dan keempat, kalender Islam dimulai dari tahun wafatnya Rasulullah.
Usulan pertama dan ketiga tidak diambil. Alasan terbesarnya, baik kelahiran maupun tahun
nubuwah, keduanya adalah semata-mata anugerah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tak ada
upaya atau perjuangan manusia (juhud basyari) sama sekali. Usulan keempat juga tidak
diambil. Sebab dikhawatirkan mengulang suasana duka jika wafatnya Rasulullah dijadikan
tahun pertama kalender Islam.
Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu mengusulkan kalender Islam dimulai dari tahun hijrah
ke Madinah. Banyak alasannya. Hijrah adalah dimulainya peradaban baru Islam. Hijrah
adalah perubahan umat Islam dari yang semula tertindas di Makkah menjadi kekuatan di
Madinah. Dan berbeda dengan kelahiran dan nubuwah Rasulullah yang sama sekali tak ada
upaya manusiawi, hijrah merupakan perjuangan besar umat Islam yang dipenuhi dengan
banyak sejarah pengorbanan (tadhiyah).
Maka ditetapkanlah tahun hijrah sebagai tahun pertama kalender Islam. Dan karenanya,
penanggalan ini disebut sebagai kalender hijriyah. Spiritnya adalah spirit hijrah.

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah,


Sedangkan makna hijah Secara khusus, hijrah yang menjadi dasar penentuan tahun pertama
kalender hijriyah adalah perpindahan para sahabat dari Makkah ke Madinah. Perpindahan
tempat dalam rangka menyelamatkan dan memperjuangkan agama. Hijrah makaniyah.

3
Namun hakikat hijrah jauh lebih luas dari itu. Ia bisa dilakukan oleh siapapun dan di
manapun. Hijrah maknawiyah. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
Al-muhajiru man hajaron ma nahallahu anhu
“Muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah.” (HR. Bukhari)
Hijrah maknawiyah inilah yang harus menjadi spirit dalam momentum tahun baru hijriyah.
Kita meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hijrah dari
syirik menuju tauhid. Hijrah dari kebathilan menuju kebenaran. Hijrah dari kemaksiatan
menuju ketaatan. Hijrah dari kezaliman menuju keadilan. Hijrah dari yang haram menuju
yang halal. Hijrah dari keburukan menuju kebaikan.

Ma’asyiral muslimin haadakumullah,


Lantas Spirit hijrah di masa pandemi seperti saat ini. Justru ketika begitu banyak kematian
datang tiba-tiba, saatnya bagi kita untuk hijrah dengan segera. Hijrah dalam makna yang
seluas-luasnya. Sehingga kita berubah dari buruk menjadi baik dan dari baik menjadi lebih
baik.
Spirit hijrah harus ada mulai dari hal yang paling fundamental dalam diri kita. Yakni
keyakinan, keimanan. Jika selama ini masih ada keraguan dalam keimanan kita, maka kita
harus memiliki spirit hijrah sehingga iman kita kepada Allah benar-benar iman yang kuat.
Iman yang menancap di hati. Dibuktikan dalam sikap dan perbuatan. Mewujud dalam
perjuangan dan pengorbanan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Innamal-mu`minụnallażīna āmanụ billāhi wa rasụlihī ṡumma lam yartābụ wa jāhadụ
bi`amwālihim wa anfusihim fī sabīlillāh, ulā`ika humuṣ-ṣādiqụn

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya


(beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka

4
berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-
orang yang benar. (QS. Al Hujurat: 15)
Keyakinan kita terhadap akhirat harus semakin kuat. Apalagi di masa pandemi kita
dihadapkan pada fakta banyaknya teman dan tetangga yang tiba-tiba meninggal dunia. Baik
terpapar virus corona maupun sakit lainnya. Keyakinan kita lantas membuahkan spirit hijrah
berikutnya. Yakni kita berusaha semakin mendekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka kita pun memperbaiki shalat kita. Memperbaiki dzikir dan doa-doa kita. Memperbaiki
tilawah kita. Memperbaiki puasa dan infaq kita. dengan kata lain, spirit hijrah harus
membuat ibadah kita lebih baik, lebih khusyu’ lebih taqarrub ilallah.sebagimana Firman
Allah:
A lam ya`ni lillażīna āmanū an takhsya'a qulụbuhum li żikrillāhi

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah… (QS. Al Hadid: 16)

Spirit hijrah juga harus mewarnai akhlak kita. Di masa pandemi seperti ini, alangkah
banyaknya orang yang tiba-tiba berpisah dengan keluarganya. Berpisah dengan kerabatnya.
Berpisah dengan tetangganya. Berpisah dengan teman-temannya. Karena meninggal dunia.
Maka selagi kesempatan masih ada, perbaiki hubungan kita dengan keluarga. Perbaiki
hubungan dengan kerabat dan handai taulan. Perbaiki hubungan dengan tetangga dan
teman.
Spirit hijrah juga harus mewarnai semangat dan gaya hidup kita. Pandemi ini membawa
dampak yang luas. Tak hanya kesehatan, tetapi juga ekonomi, sosial dan pendidikan. Maka
spirit hijrah membuat kita lebih menjaga kebersihan dan kesehatan. Spirit hijrah mewujud
dalam gaya hidup sederhana dan tidak berlebih-lebihan. Spirit hijrah mewujud dalam

5
semangat pantang menyerah. Spirit hijrah mewujud dalam menyempurnakan ikhtiar demi
mencapai karunia dan barokah-Nya.
Kita yakin, dengan menyempurnakan ikhtiar dan senantiasa bertawakal, pandemi akan
segera berlalu. Kesulitan akan berganti dengan kemudahan.
Fa inna ma' al-'usri yusrā

sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al Insyirah: 5)

Demikian khubah singkat ini, semoga bermamfaat.

Barokallahu Li walakum Fil Qur’an nil adzim


Wana fa ani Wa iyaakum Bima Fii Minal Ayati Wadzakril Hakim
Wataqobaala Minaa Wamingkum Tilawatahu inaahu Huwas saamii ul Alim
Aquulu Qauli Hadza Wa as Tak Firullahal Adzim
Li walakum Walisa’iril Muslimiin Na wal Muslimat
Wal Mukminiin Na Wal Mukminat
Fas Tagfiruuhu Huwal Gofururoohiim.

6
Alhamdulillah 2X
Mu’a yadi sobirina biaziizi nasrih
Wa muya saari saakirina
Lihamidi sukri
Wa mu wa fakil muh tariina lil kiyami bi amrih
Ahma duhu
ala ma an ama Wa as lama li amrihi fiima hakama wa abrom
Ashadu anla ilahailallah wahdahula sariikalah
Wa as hadu ana Muhamadda abduhu Warasulu
Allaahuma solii ala sayidina muhamaad
Sollallaahu alaihi wa ala alihi muntahad dzuuhur
Solatan da’i man bila fana’i wala futuur ,
Wasallaamutasliima kasiro
Amaa bakdu
Faya ayuhannasu Takulla Inallaha amarakum bi amri bada afiihi bi nafsih
Wasanaa bi mala ikati wa ayaa da bil mukminiin min ibadih
Fakola azaa ming kuli Inallaaha
wa mala ikatahu yosoluna ala naabi
Ya ayuuhal lazi na amanu solu ala ihi wasalaamutaasliima
Allahumaa soluu ala sayidina Muhamaad, sayidil mursaliin
Wa ambiyak ika, Wa rosulika, Wa mala ika tikal mukoroobiin
Wa ahli zo atika Azj maiin.

Anda mungkin juga menyukai