Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat
menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-
petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di
dalam sumber ajarannya, Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung. Islam
mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi
kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial,
menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter,
kemitraan, anti-feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan,
berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya.
Menurut Fazlur Rahman secara eksplisit dasar ajaran Alquran adalah moral
yang memancarkan titik beratnya pada monoteisme dan keadilan sosial. Tesis ini
dapat dilihat misalnya pada ajaran tentang ibadah yang penuh dengan muatan
peningkatan keimanan, ketaqwaan yang diwujudkan dalam akhlak yang mulia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pandangan Ajaran Islam Tentang Ilmu Sosial ?
2. Bagaimana Ilmu Sosial Yang Bernuansa Islam ?
3. Apa Peran Ilmu Sosial Profetik Pada Era Globalisasi ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pandangan Ajaran Islam Tentang Ilmu Sosial


Sejak kelahirannya belasan abad yang lalu, Islam telah tampil sebagai agama
yang memberi perhatian pada keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat; antara
hubungan manusia dengan Tuhan; antara hubungan manusia dengan manusia; dan
antara urusan ibadah dengan urusan muamalah.
Dalam keadaan demikian, kita saat ini nampaknya sudah mendesak untuk
mememiliki ilmu pengetahuan sosial yang mampu membebaskan manusia dari
berbagai problema tersebut. Ilmu pengetahuan sosial yang dimaksudkan adalah ilmu
pengetahuan yang digali dari nilai-nilai agama. Kuntowijoyo menyebutnya sebagai
ilmu sosial profetik.1
 
B. Ilmu Sosial Yang Bernuansa Islam
Menurut Kuntowijoyo, kita butuh ilmu sosial profetik, yaitu ilmu sosial yang
tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial, tetapi juga memberi
petunjuk ke arah mana transformasi itu dilakukan, untuk apa dana oleh siapa. Yaitu
ilmu sosial yang mampu mengubah fenomena berdasarkan cita-cita etik dan profetik
tertentu; perubahan tersebut didasarkan pada tiga hal. Pertama, cita-cita
kemanusiaan, kedua, liberasi dan ketiga, transendensi. Cita-cita profetik tersebut
dapat diderivasikan dari misi historis Islam sebagaimana terkandung dalam ayat 110
surat Ali Imron sebagai berikut :
ۡ ِ ‫اس ت َۡأ ُمرُونَ بِ ۡٱل َم ۡعر‬
ِ =‫ُوف َوت َۡنهَ= ۡ=ونَ َع ِن ٱل ُمن َك‬
ِ ۗ ‫=ر َوتُ ۡؤ ِمنُ==ونَ بِٱهَّلل‬ ِ َّ‫خَي َر أُ َّم ٍة أُ ۡخ ِر َج ۡت لِلن‬
ۡ ۡ‫ُكنتُم‬
١١٠ َ‫ب لَ َكانَ خ َۡي ٗرا لَّهُمۚ ِّم ۡنهُ ُم ۡٱل ُم ۡؤ ِمنُونَ َوأَ ۡكثَ ُرهُ ُم ۡٱل ٰفَ ِسقُون‬
ِ َ‫َولَ ۡو َءا َمنَ أَ ۡه ُل ۡٱل ِك ٰت‬
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka

1
Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 1991), cet I.

2
ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-
Imron, 110).
Nilai-nilai kemanusiaan (humanisasi), liberasi dan transendensi yang dapat
digali dari ayat tersebut dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut :
1. Tujuan manusia (tujuan humanisasi)
Tujuan humanisasi adalah memanusiakan manusia dari proses dehumanisasi.
Industrialisasi yang kini terjadi terkadang menjadikan manusia sebagai bagian dari
masyarakat abstrak tanpa wilayah kemanusiaan.
2. Tujuan liberasi
Tujuan liberasi adalah pembebasan manusia dari lingkungan teknologi,
pemerasan kehidupan, menyatu dengan orang miskin yang tergusur oleh kekuatan
ekonomi raksasa dan berusaha membebaskan manusia dari belenggu yang kita buat
sendiri.
3. Tujuan transendensi
Tujuan transendensi adalah menumbuhkan transendental dalam kebudayaan.
Kita sudah banyak menyerah kepada arus hedonisme, meterialisme, dan budaya
dekaden lainnya. Kini yang harus dilakukan adalahmembersihkan diri dengan
mengikatkan kembali kehidupan pada dimensi transendentalnya.
Dalam ilmu sosial profetik, kita ingin melakukan reorientasi terhadap
epistemologi, orientasi terhadap mode of thought dan mode of inquirity, yaitu suatu
pandangan bahwa sumber ilmu bukan hanya berasal dari rasio dan empiri
sebagaimana yang dianut dalam masyarakat barat, tetapi juga dari wahyu.

C. Peran Ilmu Sosial Profetik Pada Era Globalisasi


Dengan ilmu sosial profetik yang kita bangun dari ajaran Islam sebagaimana
tersebut di atas, kita tidak perlu takut atau khawatir terhadap dominasi sains Barat
dan arus globalisasi yang terjadi saat ini. Islam perlu membuka diri terhadap seluruh
warisan peradaban. Islam adalah sebuah paradigma terbuka.
Sejak beberapa abad yang lalu Islam mewarisi tradisi sejarah dari seluruh
warisan peradaban manusia. Kita tidak membangun dari ruang yang hampa. Hal
demikian dapat dipahami dari kandungan Surat Al-Maidah ayat 3

3
… ‫يت لَ ُك ُم ٱإۡل ِ ۡس ٰلَ َم ِد ٗين ۚا‬
ُ ‫ض‬ ُ ‫ ۡٱليَ ۡو َم أَ ۡك َم ۡل‬.…
ُ ۡ‫ت لَ ُكمۡ ِدينَ ُكمۡ َوأَ ۡت َمم‬
ِ ‫ت َعلَ ۡي ُكمۡ ِن ۡع َمتِي َو َر‬
Artinya: … Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu…(Q.s Al-Maidah ayat 3)
Kata telah Ku-sempurnakan agama-Ku mengandung arti bukan membuat
yang baru atau membangun dari ruang yang hampa melainkan dari bahan-bahan yang
sudah ada.
Islam mewarisi peradaban Yunani dan Romawi di Barat, peradaban Persia,
India dan cina di Timur. Ketika abad VIII – XV peradaban Barat dan Timur
tenggelam dan menjalani kemerosotan, Islam bertindak sebagai pewaris utamanya
untuk kemudian diambil-alih oleh Barat sekarang melalui renaissans.2
Alquran sebagai sumber utama ajaran Islam diturunkan bukan dalam ruang
hampa, melainkan dalam setting sosial aktual.
Bukti sejarah tersebut memperlihatkan dengan jelas bahwa dari segi sejak
kelahirannya lima belas abad yang lalu Islam telah tampil sebagai agama terbuka,
akomodatif serta berdampingan dengan agama, kebudayaan dan peradaban lainnya.
Tetapi dalam waktu bersamaan Islam juga tampil memberikan kritik, perbaikan,
bahkan penolakan dengan cara-cara yang amat simpatik dan tidak menimbulkan
gejolak sosial yang membawa korban yang tidak diharapkan.
Dengan mengikuti uraian di atas, kiranya menjadi jelas bahwa Islam memiliki
perhatian dan kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah sosial. Karena itu,
kehadiran ilmu sosial yang banyak membicarakan tentang manusia tersebut dapat
diakui oleh Islam. Namun Islam memiliki pandangan yang khas tentang ilmu sosial
yang harus dikembangkan, yaitu ilmu sosial profetik yang dibangun dari ajaran Islam
dan diarahkan untuk humanisasi, liberasi dan transendensi. Ilmu pengetahuan sosial
demikian yang dibutuhkan dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya pada era
globalisasi di abad XXI mendatang.3

2
Poeradisastra, Sumbangan Islam terhadap Peradaban Modern, (Jakarta: P3M, 1982), hlm.
123.
3
Jalaluddin Rahmat, Islam Alternatif, (Bandung: Mizan, 1991), cet. IV. hal. 42-43.

4
Hubungan Agama Islam Dengan Ilmu Sosial
1. Politik
Kuntowijoyo mengatakan:” banyak orang bahkan pemeluk islam sendiri,
tidak sadar bahwa islam bukan hanya agama, tetapi juga sebuah komunitas (umat)
tersendiri yang mempunyai pemahaman, kepentingan dan tujuan-tujuan politik
sendiri. Banyak orang beragama islam, tetapi hanya menganggap islam adalah agama
individual, dan lupa kalau islam juga merupakan kolektivitas, islam memepunyai
kesadaran, struktur, dan mampu melakukan aksi bersama.
Keterkaitan agama islam dengan politik terdapat pada uraian yang diberikan
Harun Nasution dalam bukunya islam ditinjau dari berbagai aspek jilid II. Dalam
buku itu dijelaskan bahwa persoalan yang pertama-tama timbul dalam islam menurut
sejarah bukanlah persoalan tentang keyakinan melainkan persoalan
pilitik.4 Hubungna antara agama islam dari masa Rosulullah saw dengan politik
terlihat pada sistem khulafarosidin.

2. Sosiologi
Sosilogi pada dasarnya berkaitan dengan agama, sosiologi adalah ilmu yang
membahas tentang masyarakat, dimana masyarakat itu memiliki agama,salah satu
contohnya masyarakat yang mempunyai agama islam. Hal ini telah menujukkan
hubungan agama dengan sosiologi.
                                   

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

4
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid II, (Jakarta: UI Press, 1979),
cet. I, hal.92.

5
Dari penjelasan diatas, jelas bahwa islam memiliki perhatian dan kepedulian
yang tinggi terhadap masalah-masalh sosial. Karena itu, kehadiran ilmu sosial yang
banyak membicarakan tentang manusia tersebut dapat diakui oleh islam. Namun
islam memiliki pandangan yang khas tentang ilmu sosial yang harus dikembangkan,
yaitu ilmu sosial profetik yang dibangun dari ajaran islam diarahkan untuk
humanisasi, liberasi, dan transendensi. Ilmu pengetahuan sosial demikian yang
dibutuhkan dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya pada era globalisasi di
masa yang akan datang.  

B. SARAN  
Semoga dengan pemaparan materi diatas para pembaca dapat memahami
tentang Hubungan Agama Dengan Ilmu Pengetahuan Sosial dan memanfaatkannya
untuk kedepannya, selanjutnya pemakalah menyadari dalam makalah ini bnyak
kekurangan baik itu dalam segi penulisan maupun yang lainnya, jadi kritik dan saran
pemakalah harapkan untuk kedepannya menjadi lebih baik.

6
DAFTAR PUSTAKA

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid II, (Jakarta: UI Press,
1979), cet. I.
Jalaluddin Rahmat, Islam Alternatif, (Bandung: Mizan, 1991), cet. IV.
Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 1991), cet
I.
Media internet www.asrofudin.blogspot.com
Poeradisastra, Sumbangan Islam terhadap Peradaban Modern, (Jakarta:
P3M, 1982).

Anda mungkin juga menyukai