Anda di halaman 1dari 17

1

ESENSI EKONOMI ISLAM DALAM AL QURAN

Mata Kuliah Ekonomi Perspektif Al Quran

Disusun Oleh:

SA’ADAL JANNAH

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN

MAKASSAR

2019
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah mahluk hidup yang telah diberi keistimewaan oleh Allah Swt.
berupa kemampuan akal, budi dan daya pikir guna mengolah dan mengelola alam raya
ini untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena itu manusia berjuang dan berusaha
untuk mendapatkan aneka barang dan jasa. Upaya itulah yang disebut kegiatan
ekonomi. Dalam kegiatan ini melahirkan berbagai macam hubungan yang bersifat
subyektif, sebab masing-masing berusaha memenuhi kebutuhannya dengan berbagai
konsekuensinya (Majid, 2016).

Islam sebagai risalah samawi yang universal, datang untuk menangani kehidupan
manusia dalam berbagai aspek, baik dalam aspek spiritual maupun aspek material.
Artinya, Islam tidak hanya akidah, tetapi juga mencakup system politik, social, budaya
dn perekonomian yang ditujukan untuk seluruh umat manusia. Inilah yang
diungkapkan dengan istilah: Islam adalah ad-dīn yang mencakup maslah akidah dan
syariah. Sebagai agama yang sempurna, Islam dilengkapi dengan system dan konsep
ekonomi. System ini dapat dipakai sebagai panduan bagi manusia dalam melakukan
kegiatan ekonomi. Ajaran Islam tentang perekonomian, kan senantiasa menarik untuk
dibahas. Dalam kehidupan sehari-hari, ekonomi merupakan roda kehidupan sebagai
wadah untuk memenuhi kebutuhan materiil manusia, baik dalam kehidupan individu,
maupun social. Islam menuntut pengikutnya untuk menganut dan mengamalkan ajaran
Islam secara kāffah (menyeluruh/komprehensif) dalam seluruh aspek kehidupan.
Sebagai seorang muslim yang taat beribadah, tentulah berbagai kegiatan bisnis atau
usahanya dilandasi oleh transaksi keuangan Islami (Dr. Rozalinda, 2016).

System ekonomi Islam sebagai suatu system yang merujuk pada syariat, yaitu
petunjuk wahyu, diyakini para penganutnya sebagai suatu system yang memiliki
3

kekuatan dan kemampuan memakmurkan dan mensejahterahkan para pengamalnya,


baik muslim maupun non muslim. Ekonomi syariah diyakini sebagai system yang
mendapatkan panduan nilai dan norma kehidupan yang datang dari Yang Mahabesar
dan Mahaadil, Allah swt. Tujuannya pun tentu untuk menciptakan dan mewujudkan
kesejahteraan dan keadilan masyarakat. Bahkan, karena bersifat universal dan dapat
menjadi rahmat bagi sekalian ala, system syariah Islam bukan hanya menjamin
terwujudnya kesejahteraan dan keadilan dalam ruang lingkup masyarakat yang
beragama Islam, melainkan dapat dilaksanakan dalam semua lingkungan dan
komunitas masyarakat manapun secara konisten erpegang teguh dalam melaksanakan
prinsip-prinsipnya (Prof. Dr. H. Juhaya S. Pradja, 2012)

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini adalah:
1. Apakah pengertian Ekonomi Islam?
2. Apa dasar-dasar dan prinsip- prinsip Ekonomi Islam?
3. Apa karakteristik Ekonomi Islam?
4. Apa tujuan, kegunaan dan pentingnya Ekonomi Islam?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui definisi Ekonomi Islam.
2. Untuk mengetahui dasar-dasar dan prinsip-prinsip Ekonomi Islam.
3. Untuk mengetahui karakteristik Ekonomi Islam.
4. Untuk memahami apa tujuan, kegunaan dan pentingnya Ekonomi Islam.
4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekonomi Islam


Kata ekonomi berasal dari kata Yunani, yaitu oikos dan nomos. Kata oikos berarti rumah tangga
(house/hold) , sedangkan kata nomos memiliki arti mengatur. Maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai
aturan rumah tangga, atau manajemen rumah tangga. Kenyataannya, ekonomi bukan hanya berarti rumah tangga
suatu keluarga, melainkan bisa berarti ekonomi suatu desa, kota, dan bahkan Negara (fauzia, 2018). Definisi yang
lebih popular yang sering digunakan untuk menerangkan ilmu ekonomi adalah: “Salah satu cabang ilmu social
yang khusus mempelajari tingkah laku manusia atau segolongan masyarakat dalam usahanya untuk memenuhi
kebutuhan yang relative tidak terbatas, dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas adanya” (Deliarnov, 2012).
Adapun dalam pandangan Islam, ekonomi atau iqṭiṡād berasal dari kata “qaṡdun” yang berarti
keseimbangan (equilibrium) dan keadilan (equili balanced). Kata-kata al-qaṡdu dalam al-Quran sebagai berikut:
(Baltaji, 2007)
1. Dimaknai sebagai “sederhana dalam Q.S Lukman/31: 19.

﴾١٩﴿ْ……ْ‫ك‬
َْ ِ‫ص ْوت‬
َ ْ‫ضْ ِمن‬ ُ ‫كْ َوا ْغ‬
ْْ ‫ض‬ ِ ‫َوا ْق‬
َْ ‫ص ْْدْفِيْ َم ْش ِي‬
Terjemahan: “sederhanakanlah dalam berjalan dan rendahkanlah suaramu”.
Menurut Ibnu Katsīr dan Al Qurthubī berarti pertengahan, tidak cepat dan juga lambat.
2. Dimaknai juga “pertengahan”, dalam Q.S Al Māaidah/5:66.

ْ‫ت‬ َْ ‫لْ َو َماْأ ُ ِنز‬


ِْ ‫لْ ِإلَي ِهمْ ِمنْ َّر ِب ِه ْْمْأل َكلُوْاْْ ِمنْفَ ْو ِق ِه ْْمْ َو ِمنْت َ ْح‬ َْ ‫نجي‬
ِ ‫اإل‬ِ ‫َولَ ْْوْأَنَّ ُه ْْمْأَقَا ُموْاْْالت َّ ْو َراْة َْ َو‬
﴾٦٦﴿َْْ‫ساءْ َماْيَ ْع َملُون‬ َ ْ‫صدَةْْ َو َكثِيرْْ ِم ْن ُه ْْم‬ ِ َ ‫أ َ ْر ُج ِل ِهمْ ِم ْن ُه ْْمْأ ُ َّمةْْ ُّم ْقت‬
Terjemahan: “Dan sekiranya mereka bersungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil, dan (Al
Quran) yang diturunkan kepada mereka daru Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari
atas mereka dan dari baah kaki mereka. Di antara mereka ada sekelompok yang pertengahan (yang
jujur dan taat). Dan banyak di antara mereka sangat buruk apa yang mereka kerjakan”
Juga dalam Q.S Fāṭir/35 : 32,

ِ َ ‫ظا ِلمْْ ِلنَ ْف ِس ِْهْ َو ِم ْن ُهمْ ُّم ْقت‬


َ ْ‫صدْْ َو ِم ْن ُه ْْم‬
ْْ‫سابِق‬ َ ْ‫نْ ِعبَا ِدنَاْفَ ِم ْن ُه ْْم‬ َ ‫ص‬
ْْ ‫طفَ ْينَاْ ِم‬ َْ َ ‫ث َّْمْأ َ ْو َرثْنَاْ ْال ِكت‬
ْ ‫ابْالَّذِينَْْا‬
ُْ ِ‫لْ ْال َكب‬
﴾٣٢﴿ْ‫ير‬ ْ َ‫كْهُ َْوْ ْالف‬
ُْ ‫ض‬ َْ ‫ّللاِْذَ ِل‬
َّْ ْ‫ن‬ ِْ ‫ِب ْال َخي َْرا‬
ِْ ‫تْ ِبإ ِ ْذ‬
Terjemahan: “Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara
hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara
5

mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan
dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar”
Menurut tafsir Al Qurṭubī, muqtaṡid dimaksudkan juga dengan pertengahan dalam bekerja. Ayat lainnya
juga dipahami oleh beberapa ahli tafsir bahwa hal tersebut berkaitan dengan pertengahan adalah dalam
Q.S Luqmān/30: 32.

ِ َ ‫صينَْْلَ ْهُْالدِينَْْفَلَ َّماْنَ َّجا ُه ْْمْإِلَىْ ْال َب ِْرْفَ ِم ْن ُهمْ ُّم ْقت‬
ْْ‫صد‬ ِ ‫ّللاَْ ُم ْخ ِل‬
َّْ ْ‫لْدَ َع ُوا‬ ُّ ‫َو ِإذَاْ َغ ِش َي ُهمْ َّم ْوجْْ َك‬
ِْ َ‫الظل‬
﴾٣٢﴿ْْ‫لْ َختَّارْْ َكفُور‬ ْ َّ ‫َو َماْ َي ْج َح ْد ُْ ِبآ َياتِنَاْ ِإ‬
ُّْ ‫ّلْ ُك‬
Terjemahan : “Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di
daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-
ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.”
3. Iqtiṡād juga berarti jalan yang lurus, seperti yang tertera dalam suatu ayat, yaitu Q.S An Nahl/16: 9

﴾٩﴿َْْ‫لْ َو ِم ْن َهاْ َجآئِرْْ َولَ ْْوْشَاءْلَ َهدَا ُك ْْمْأ َ ْج َم ِعين‬ ْ ْ‫َو َعلَى‬
ْ َ‫ّللاِْق‬
َّ ‫ص ْد ُْال‬
ِْ ‫سبِي‬
Terjemahan : “Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan diantara jalan-jalan ada yang
bengkok. Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang
benar)”
4. Dan yang terakhir, iqtiṡād dalam al-Quran juga bisa dimaknai dengan “dekat”, seperti yang tertera dalam
Q.S At Taubah/9: 42,

ْ‫اللِْلَ ِْو‬ َ ‫شقَّ ْةُْ َو‬


ْ ‫س َي ْح ِلفُونَْْ ِب‬ ُّ ‫تْ َعلَ ْي ِه ُْمْال‬ َْ ُ‫اصداّْْلَّت َّ َبع‬
ْْ َ‫وكْ َولَـ ِكنْ َبعُد‬ َ ‫لَ ْْوْ َكانَْْ َع َرضاْْقَ ِريباْْ َو‬
ِ َ‫سفَراْْق‬
﴾٤٢﴿َْْ‫ّللاُْ َي ْعلَ ُْمْإِنَّ ُه ْْمْلَ َكا ِذبُون‬ َ ُ‫ط ْعنَاْلَخ ََر ْجنَاْ َم َع ُك ْْمْيُ ْه ِل ُكونَْْأَنف‬
ْ ‫س ُه ْْمْ َو‬ َ َ ‫ا ْست‬
Terjemahan: “Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan
perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat
jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jikalau kami sanggup
tentulah kami berangkat bersama-samamu" Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.”
Kata safaran qāṡidan diartikan dengan perjalanan dekat dan mudah yang tidak ada kesulitan di
dalamnya.
Kemudian pengertian tentang ekonomi Islam menurut beberapa pemikir ekonomi sebagai berikut:
(Nasution, 2008)
1. Muhammad Abdul Mannan dalam “Islamic Economics: Theory and Practice”.
6

Ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan social yang mempelajari maslah-masalah ekonomi
masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.
2. Muhammad Nejatullah al-Siddīqī dalam “Muslim Economic Thinking: A Survey of Contemporery
Literature”.
Ilmu ekonomi Islam adalah respon pemikir Muslim terhadap tantangan ekonomi pada masa tertentu.
Dalam usaha keras ini mereka dibantu oleh al-Quran dan Sunnah, akal (ijtihad)0, dan pengalaman.
3. M. Umer Chapra dalam “The Future of Economic:An Islamic Perspectif”.
Ekonomi Islam adalah suatu pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui
alokasi dan distribusi sumber daya yang trbatas yang berada dalam koridor yang megacu pada
pengajaran Islam, tanpa mengekang kebebasan individu untuk mebciptakan keseimbangan
makroekonomi yang berkesinambungan dan ekologi yang berkesinambungan.
4. M. Akram Khan dalam “Islamic Ecomics: Nature and Need”.
Ekonomi Islam bertujuan untuk melakukan kajian tentang kebahagiaan hidup manusia yang dicapai
denagn mengorganisasikan sumber daya alam atas dasar kerja sama dan partisispasi.
5. Khurshid Ahmad dalam “ Studies in Islamic Ecomics (Perspektives of Islam)”.
Ilmu Ekonomi Islam adalah suatu usaha sistematis untuk memahami masalah-masalah ekonomi dan
tingkah laku manusia relasional dalam perspektif islam.
Hakikat ekonomi Islam itu merupakan penerapan syariat dalam aktivitas ekonomi. Pengertian ini sangat
tepat untuk dipakai dalam menganalisis persoalan-persoalan aktivitas ekonomi di tengah masyarakat. Misalnya
perilaku konsumen masyarakat dinaungi oleh ajaran Islam, kebijaksanaan fiscal, dan moneter yang dikaitkan
dengan zakat, system kredit. Dan investasi yang dihubungkan dengan pelarangan riba (Dr. Rozalinda, 2016).

B. Dasar-Dasar dan Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam


1. Dasar-Dasar Ekonomi
Muhammad Syauqi al-Fanjari merumuskan pengertian ekonomi Islam dengan rumusan yang
sederhana. Ekonomi Islam adalah aktivitas ekonomi yang diatur sesuai dengan dasar-dasar dan prinsip-prinsip
ekonomi Islam (al-Fanjari, 1981). Dari rumusan ini, ia menyimpulkan ]bahw ekonomi Islam itu mempunyaidua
bagian, yaitu:
Pertama, bagian yang tetap (tsabit) yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan dasar ekonomi Islam
yang dibawa oleh nash-nash al-Qur’an dan Sunnah yang harus dipedomani oleh setiap muslimin di setiap tempat
dan zaman. Yang masuk bagian ini adalah; (al-Fanjari, 1981)
a. Dasar bahwa harta benda itu milik Allah dan manusia diserahi tugas untuk mengelolanya. (Q.S An
Najm/53:31)
7

ْ ِ ‫تْ َو َماْفِيْ ْاأل َ ْر‬


﴾٣١﴿……ْ‫ض‬ ِْ ‫س َم َاوا‬ َّْ ِ ‫َو‬
َّ ‫للِْ َماْفِيْال‬
Terjemahan: “ Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan di bumi…..”
b. Dasar bahwa jaminan setiap individu di dalam masyarakat diberikan dalam batas kecukupan seperti yang
tercantum dalam Q.S Al-Ma’ārij/70:24-25.

ِْ ‫لْ َو ْال َم ْح ُر‬


﴾٢٥﴿ْ‫وم‬ َّ ‫﴾ْ ِلل‬٢٤﴿ْْ‫َوالَّذِينَْْفِيْأ َ ْم َوا ِل ِه ْْمْ َحقْْ َّم ْعلُوم‬
ِْ ِ‫سائ‬
Terjemahan: “Dan orag-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu. Bagi orang-orang miskin
yang meminta dan orang-orang yang tidak mempunyai apa-apa (orang yang tidak mau meminta)”.
c. Dasar bahwa keadilan sosial dan pemeliharaan keseimbangan ekonomi diwujudkan untuk semua
individudan masyarakat Islam. (Q.S Al-Hasyr/59:7)

﴾٧﴿ْ‫ّلْ َي ُكونَْْد ُولَةْْبَيْنَْْ ْاأل َ ْغنِ َياءْ ِمن ُك ْْم‬


ْ َ ْ‫ي‬
ْْ ‫َك‬
Terjemahan: “Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang yang kaya saja di antara kamu”.
d. Dasar bahwa milik pribadi dihormati. (Q.S An-Nisā/4:32)

ْْ‫َصيب‬ َ ِ‫سبُوْاْْ َو ِللن‬


ِ ‫ساءْن‬ َ َ ‫َصيبْْ ِم َّماْا ْكت‬ ِْ ‫ض ُك ْْمْ َعلَىْ َب ْعضْْ ِل ِلر َجا‬
ِ ‫لْن‬ َ ‫ّللاُْ ِب ِْهْ َب ْع‬
ْ ْ‫ل‬ َّ َ‫ّلَْتَت َ َمنَّ ْوْاْْ َماْف‬
َْ ‫ض‬ ْ ‫َو‬
َ َ ‫ِم َّماْا ْكت‬
﴾٣٢﴿…َْْ‫سبْن‬
Terjemahan: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian
kamu lebih banyak dari sebagian yang lain, karena bagi orang laki-laki ada bagian dari apa yang
mereka usahakan, dan bagi para wanitapun ada bagian dari apa yang mereka usahakan”.
e. Dasar bahwa kebebasan ekonomi terbatas, disebabkan haramnya beberapa aktivitas ekonomi yang
mengandung pemerasan, monopoli atau riba. (Q.S An-Nisā/4:29)

َ ‫ّلَّْأَنْت َ ُكونَْْتِ َج‬


﴾٢٩﴿….ْ‫ارةْْ َعنْت َ َراضْْ ِمن ُك ْْم‬ ْ ‫لْ ِإ‬ ِ َ‫ّلَْتَأ ْ ُكلُوْاْْأ َ ْم َوالَ ُك ْْمْبَ ْينَ ُك ْْمْ ِب ْالب‬
ِْ ‫اط‬ ْ ْْ‫يَاْأَيُّ َهاْالَّذِينَْْآ َمنُوْا‬
Terjemahan: “dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan
jalan yang batil kecuali atas dasar suka sama suka di antara kamu”.
f. Dasar bahwa pengembangan ekonomi itu besifat menyeluruh (Q.S Al-Jumu’ah/62:10

َْْ‫ّللاَْ َكثِيراْْلَّ َعلَّ ُك ْْمْت ُ ْف ِل ُحون‬


َّْ ْ‫ّللاِْ َوا ْذ ُك ُروا‬
َّْ ْ‫ل‬ ْ ِ ‫ص ََلْة ُْفَانتَش ُِرواْفِيْ ْاأل َ ْر‬
ْ َ‫ضْ َوا ْبتَغُواْ ِمنْف‬
ِْ ‫ض‬ َّ ‫تْال‬ ِ ُ‫فَإِذَاْق‬
ِْ ‫ض َي‬
﴾١٠﴿
Terjemahan: “Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyanya suoya kamu beruntung”.
Masih banyak dasar-dasar lain yang ada dalam al-Qur’an yang semuanya disebut dengan istilah-istilah
dasar-dasar ekonomi ilahiyah.
8

Kedua, bagian yang berubah (al-mutaghayir), bagian ini berkaitan dengan penerapan dasar-dasar dan
prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam memecahkan problematika masyarakat yang selalu berubah (al-Fanjari,
1981). Artinya, bagian ini merupakan metode dan langkah-langkah praktis yang disingkapkan oleh para ulama
dari sumber pokok dan prinsip ekonomi Islam yang ada dalam al-Qur’an dan Hadis. Kemudian ditransfer ke
dalam relaitas social. Seperti persoalan praktik ekonomi yang dinilai mengandung riba atau dalam bentuk
keuntungan yang diharamkan, penjelasan tentang ukuran batas upah minimum, langkah-langkah perencanaan,
dan pengembangan ekonomi dan lain sebagainya. Bagian ini disebut dengan teori ekonomi Islam. Dalam bagian
ini, peluang berijtihad senantiasa terbuka.

2. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam


Prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam merupakan implikasi dari nilai filosofis ekonomi Islam yang
dijadikan sebagai konstruksi social dan perilaku ekonomi. Untuk itu, sebelum menjelaskan prinsip-prinsip
ekonomi Islam terlebih dahulu akan diuraikan nilai-nilai filosfis ekonomi Islam yang menjadi kerangka acuan
prinsip-prinsip ekonomi Islam, yaitu:
a. Alam raya ini adalah milik Allah
Semua kekayaan , hak milik dan sumber-sumber pemasukan merupakan kepunyaan Allah. Allah
mengatur semua ini sesuai dengan cara yang dikehendakinyan ke. Manusia berbuat dan berkuasa
terhadap sumber-sumber kekayaan ini hanya dalam batas keinginan dan iradah-Nya. (Kahf, 1980).
Dalam asas ini, tertancap landsan aqidah pada diri kaum muslimin bahwa Allah swt. adalah pencipta dan
pemiliki semua yang ada di langit dan di bumi (ar-Rasul, 1980). Terkait dengan nilai ini, manusia adalah
pemegang amanat Allah swt. karena harata adalah amanat, pemilik yang sebenarnyaadalah Allah (Kahf,
1980). Sementara itu, manusia sebagai khalifah Allah swt. tidak memiliki apapun. Dia hanya mengurus
serta memanfaatkannya untuk kepentingan dan kelangsungan hidup dan kehidupannya di muka bumi.
b. Allah pencipta alam semesta ini Esa dan semua yang diciptakan-Nya tunduk kepada-Nya.
Umat manusia sebagai salah satu makhluk_nya yang berasal dari subtansi yang sama, memiliki hak dan
kewajiban yang sama sebagai khalifah Allah di muka bumi. Implikasi dari asas ini, manusia akan
menjalin persamaan persaudaraan serta saling membantu da bekerja sama dalam setiap aktivitas
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
c. Beriman kepada hari perhitungan (yaum hisāb).
Keyakinan akan adanya hari perhitungan di akhirat ini merupakan asas yang penting dalam system
ekonomi Islam karena akan mempengaruhi perilaku ekonomi seseorang. Perilaku ekonominya akan
terkendali karena ia sadar, bahwa semua perbuatannya di dunia termasuk tindakan ekonomi akan
dimintai pertanggungjawaban kelak oleh Allah di akhirat (Kahf, 1980).
9

Ketiga nilai filosofis ekonomi Islam di atas pada dasarnya mengacu kepada asas tauhid, keyakinan dan
ketundukan terhadap pencipta alam semesta yakni Allah swt. nilai-nilai filosofis yang ada dalam ekonomi Islam
merupakan pondasi dari munculnya prinsip-prinsip ekonomi Islam yang menjadi acuan dalam seluruh aktivitas
ekonomi dalam Islam (Dr. Rozalinda, 2016). Berikut ini akan diuraikan prinsip-prinsip ekonomi Islam, yaitu;
1. Tauhid
Aqidah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Ia mempunyai pengaruh yang kuat
terhadap cara berpikir dan bertindak seseorang. Begitu kuatnya peran aqidah sehingga dapat
mengendalikan manusia agar tunduk dan mengikuti ajaran yang dibawanya. Prinsip tauhid ini
dikembangkan dari adanya keyakinan, bahwa seluruh sumber daya yang ada di bumi adalah ciptaan
dan milik Allah swt., sedangkan manusia hanya diberi amanah untuk memiliki, mengelola, dan
memanfaatkannya untuk sementara. Prinsip ini juga dikembangkan dari keyakinan, bahwa seluruh
aktivitas manusia termasuk aktivitas ekonomi diawasi oleh Allah swt., dan akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah di akhirat.
2. Akhlak
Prinsip ini merupakan bentuk dari pengamalan sifat-sifat utama yang dimiliki oleh nabi dan rasul-
Nya dalam seluruh kegiatan ekonomi.yaitu;
a. Siddīq (Jujur)
Sifat benar dan jujur harus menjadi visi kehidupn seorang muslim. Dari sifat jujur dan benar ini
akan memunculkan efektivitas dan efisiensi kerja seseorang. Seorang muslim akan berusaha
mencapai target dari setiap kegiatannya dengan benar yakni menggunakan teknik dan metode
yang efektif.
b. Tablīgh (menyampaikan kebenaran)
Dalam kehidupan, setiap muslim mengemban tanggung jawab menyeru dan menyampaikan
amar ma’ruf nahi munkar. Dalam kegiatan ekonomi sifat tablīgh ini juga dapat
diimplementasikan dalam bentuk transparansi, iklim keterbukaan, dan saling menasihati dengan
kebenaran.
c. Amānah (dapat dipercaya)
Amanah ini merupakan sifat yang harus menjadi misi kehidupan seorang muslim. Sifat ini akan
membentuk kredibilitas yang tinggi dan sikap penuh tanggung jawab pada setiap individu
muslim. Sifat amanah memainkan peranan yang fundamental dalam kegiatan ekonomi dan
bisnis sehingga kehidupan ekonomi dapat berjalan dengan baik. Apabila setiap pelaku ekonomi
mengemban amanah yang diserahkan kepadanya dengan baik, maka korupsi, penipuan,
spekulasi, dan penyakit ekonomi lainya tidak akan terjadi.
d. Faṭānah (intelek)
10

Faṭānah, cerdik, bijaksana dan intelek harus dimiliki oleh setiap muslim. Setiap muslim dalam
melakukan setiap aktivitas kehidupannya harus dengan ilmu. Agar setiap pekerjaan yang
dilakukan efektif, dan efisien, serta terhindar dari penipuan maka ia harus mengoptimalkan
potensi akal yang dianugerahkan Allah kepadanya.
3. Keseimbangan
Allah telah menyediakan apa yang ada di langit dan di bumi untuk kebahagiaan hidup manusia
dengan batas-batas tertentu, seperti tidak melakukan perbuatan yang membahayakan
keselamatannya lahir dan batin, diri sendiri maupun orang lain, dan lingkungan sekitarnya.
Keseimbangan merupakan nilaiyang mempengaruhi berbagai aspek tingkah laku ekonomi seorang
muslim. Asas keseimbangan dalam ekonomi ini terwujud dalam kesederhanaan, hemat dan
menjauhi pemborosan serta tidak bakhil. (Q.S Al-Furqān/25:67)

َْ ‫َوالَّذِينَْْإِذَاْأَنفَقُواْلَ ْْمْيُ ْس ِْرفُواْ َولَ ْْمْيَ ْقت ُ ُرواْ َو َكانَْْبَيْنَْْذَ ِل‬


﴾٦٧﴿ْْ‫كْقَ َواما‬
Terjemahan:”Dan orang-orang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan
dan tidak pula kikir”.
Prinsip keseimbangan ini tidak hanya diarahkan untuk persoalan akhirat saja, tetapi juga berkaitan
dengan kepentingan perorangan dan kepentingan umum serta keseimbangan antara hak dan
kewajiban. Apabila keseimbangan mulai bergeser yang menyebabkan terjadinya ketimpangan
social ekonomi dalam masyarakat, maka harus ada tindakan untuk mengembalikan keseimbangan
tersebut baik dilakukan oleh individu ataupun pihak penguasa.
4. Kebebasan Individu
Kebebasan ekonomi adalah tiang utama dalam struktur ekonomi Islam, karena kebebasan ekonomi
bagi setiap individu akan menciptkan mekanisme pasar dalam perekonomian yang bersendikan
keadilan. Kebebasan dalam ekonomi merupakan impilikasi dari prinsip tanggungjawab individu
terhadap aktiitas kehidupannya termasuk aktivitas ekonomi . karena tanpa adanya kebebasan
tersebut seorang muslim tidak dapat melaksanakan hak dan kewajiban dalam kehidupan
(Afzalurrahman, 1995)
5. Keadilan
Kata-kata keadilan sering diulang dalam al-Quransetelah kata Allah dan al ma’rifah (ilmu
pengetahuan) lebih kurang seribu kali (Kahf, 1980). Kenyataan ini menunjukkan, bahwa keadilan
mempunyai makna yang dalam dan urgen dalam Islam serta menyangkut seluruh aspek kehidupan.
Karena itu, keadilan merupakan dasarr, sekaligus tujuan semua tindakan manusiadalam kehidupan.
Salah satu sumbangan terbesar Islam kepada umat manusia adalah prinsip keeadilan dan
11

pelaksanaannya dalam setiap aspek kehidupan. Islam mendidik umat manusia untuk bertanggung
jawab kepada keluarga, fakir miskin, Negara, bahkan seluruh makhluk di muka bumi.

C. Karakteristik Ekonomi Islam


Ada beberapa karakteristik dalam ekonomi Islam, yang menjadi core ajaran ekonomi Islam itu sendiri.
Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut;
1. Rabbāniyyah Maṡdar (bersumber dari Tuhan)
Ekonomi Islam merupakan ajaran yang bersumber dari Allah. Pernyataan tersebut bisa dilacak di
beberapa teks al-Quran dan Hadis yang muncul pada abad ke-6 Masehi.
2. Rabbāniyyah al-Hadf (bertujuan untuk Tuhan)
Selain bersumber dari Allah, ekonomi Islam juga bertujuan kepada Allah. Artinya, segala aktivitas
ekonomi Islam merupakan suatu ibadah yang diwujudkan dalam hubungan anatar manusia untuk
embina hubungan dengan Allah. Ibadah bukan hanya dilakukan di masjid, mushalla, langgar dan
surau. Beribadah juga disyari’atkan lewat kegiatan ekonomi meliputi area pasar, perkantoran, pasar
modal, dan perbankan.
3. Al-Raqābah al-Mazdūjah (control di dalam dan di luar)
Ekonomi Islam menyertakan pengawasan yang melekat bagi semua manusia yang terlibat di
dalamnya. Pengawasan dimulai dari diri masing-masing manusia, karena manusia adalah leader
bagi dirinya sendiri. Manusia mempunyai jaringan pengaman bagi dorongan-dorongan buruk yang
keluar dari jiwanya.. pengawasan selanjutnya yaitu dari luar, yang melin=batkan institusi, lembaga,
ataupun swasta.
4. Al Jam’u bayna al-Tsabātwa al-Murūnah (penggabungan antara tetap dan lunak)
Ini terkait dengan hukum dalam ekonomi Islam. Islam mempersilahkan umatnya untuk beraktifitas
ekonomi sebebas-bebasnya. Selama tdak bertentangan dengan adanya kerugian orang lain. Berbagai
macam keharaman dalam aktifitas perekonomian secara Islam merupakan suatu kepstian, dan tidak
bisa ditawar lagi. Akan tetapi, banyak sekali hal-hal “lunak” dan boleh dilakukan, terlebihlagi boleh
dieksplorasi dengan sebebas-bebasnya karena bertujuan untuk merealisasikan kemaslahatan
manusia.
5. Al-Tawāzun bayna al-Maslahah al-Fard wa al-Jama’ah (keseimbangan antara kemaslahatan
individu dan masyarakat)
Ekonomi Islam merupakan ekonomi yang menjunjung tinggi keseimbangan di antara kemaslahatan
individu dan masyarakat. Segala aktivitas yang diusahakan dalam ekonomi Islam bertujuan untuk
membangun harmonisasi kehidupan. Sehingga kesejahteraan masyarakat bisa tercapai. Akan tetapi
12

kesejahteraan masyarakat tidak akan bisa tercapai sebelum tercapai kesejahteraan masing-masing
individu di dalam suatu golongan masyarakat.
6. Al-Tawāzun bayna al-Māddiyyah wa al-Rūhiyyah (keseimbangan antara materi dan spiritual)
Islam memotivasi manusia untuk bekerja dan mencari rezeki yang ada, dan Islam tidak melarang
umatnya dalam memanfaatkan rezeki yang ada. Rasulullah saw. Pernah ditanya oleh
sahabatnya.”Apakah bentuk kesombongan itu seseorang yang berbaju bagus dan memakai sandal
bagus?” Rasul membantahnya. Kemudian Rasul menandaskan bahwa kesombongan adalah
penolakan terhadap kebenaran. Hadis ini tidak melarang manusia utuk butuh pada materi, tetapi
ketika seseorang memenuhi kebutuhuan materinya secara berlebih-lebihan, maka hal itu melanggar
ketentuan Allah swt.
7. Al-Wāqi’iyyah (realistis)
Ekonomi Islam bersifat realistis, karena system yang ada sesuai dengan kondisi real masyarakat.
Ekonomi Islam mendorong tumbuhny usaha kecil dalam masyarakat yang pada akhirnya bisa
mendongkrak pendapatan mereka. Ekonomi Islam juga merupakan ekonomi realistis karena bisa
mengadopsi segala system yang ada, dengan cattan membuang aspek keharaman di dalamnya.
Karena keharaman dalam ekonomi Islam merupakan sebab yang berakibat pada kerugian orang
lain.
8. Al-Alamiyyah (universal)
Ekonomi Islam mempunyai system yang sangat universal. Maka dari itu, ajaran-ajarannya bisa
dipraktikkan oleh siapapun dan di manpun ia berada. Karena tujuan dari ekonomi Islam hanyalah
satu, yaitu win-win solution yang bisa dideteksi dengan tersebarnya kemaslahatan di anatara manusia
dan meniadakan kerusakan di bumi.

D. Tujuan, Kegunaan, dan Pentingnya Ekonomi Islam

Tujuan ekonomi Islam adalah maṡlahah (kemaslahatan) bagi ummat manusia. Yaitu
dengan mengusahakan segala aktivitas demi tercapaianya hal-hal yang berakibat pada adanya
kemaslahatan bagi manusia, atau dengan mengusahakan aktivitas yang secara langsung dapat
merealisasikan kemaslahatan itu sendiri. Aktivitas lainnya demi menggapai kemaslahatan adalah
dengan menghindarkan diri dari segala hal yang membawa mafsadah (kerusakan) bagi manusia.

Menjaga kemaslahatan bisa dengan cara min haytsu al-wujud dan min haytsu al-‘adam .
menjaga kemaslahatan dengan cara min haytsu al-wujud dengan cara mengusahakan segala
bentuk aktivitas dalam ekonomi yang bisa membawa kemaslahatan. Misalnya ketika seseorang
memasuki sector industry, ia harus selalu mempersiapkan beberapa strategi agar bisnisnya bisa
13

berhasil mendapatkan profit dan benefit dengan baik, sehingga akan membawa kebaikan bagi
banyak pihak. Dan menjaga kemaslahatan min haytsu al-‘adam adalah cara memerangi segala
hal yang bisa menghambat jalannya kemaslahatan itu sendiri. Misalnya, ketika seseorang
memasuki sector industry, ia harus mempertimbangkan beberapa hal yang bisa menyebabkan
bisnis tersebut bangkrut . misalnya dengan tegas mengeluarkan para pekerja yang melakukan
berbagai macam kecurangan ataupaun menghindari beberapa perilaku korupsi (fauzia, 2018)

Menurut (Dr. Rozalinda, 2016) bahwa penerapan system ekonomi Islam suatau Negara
bertujuan untuk;

1. Membumikan syariat Islam dalam system ekonomi dalam suatu Negara secara kāffah.
Penerpan ini disebabkan system ekonomi Islam merupakan urat nadi pembangunan
masyarakat yang di dalamnya muncul karakter masyarakat yang bersifat spiritual dan
material.
2. Membebaskan masyarakat muslim dari belenggu barat yang menganut system ekonomi
kapitalis, dan timur yang menganut system komunis serta mengakhiri keterbelakangan
ekonomi masyarakat atau negara-negara Muslim.
3. Menghidupkan nilai-nilai Islami dalam seluruh kegiatan ekonomi dan menyelamatkan
moral umat dari paham materialism-hedonisme.
4. Tujuan akhir dari penerapan ekonomi Islam adalah mewujudkan falah (kesejahteraan)
masyarakat secara umum. Falah dalam kehidupan ekonomi dapat dicapai dengan
penerapan prinsip keadilan dalam kehidupan ekonomi. Misalnya, adil dalam produksi
diwujudkan dalam bentuk tidak membebankan pajak pada biaya produksi sehingga harga
tidak meningkat. Di samping itu, falah juga bisa terwujud dengan menerapkan prinsip
keseimbangan dalam kehidupan ekonomi. Prinsip ini termanifestasikan pada penyaluran
zakat oleh muzakki sebagai pihak yang minus pendapatan. Melalui zakat, para mustahik
dapat memenuhi kebutuhan pokok mereka. Dari sisnilah falah dapat diwujudkan dalam
kehidupan masyarakat.

Adapun kegunaan penerapan system ekonomi Islam dalam seluruh kegiatan ekonomi
adalah; (Dr. Rozalinda, 2016)
1. Merealisasikan pertumbuhan ekonomi dengan mengikutsertakan seluruh komponen
bangsa. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari pengaruh system kerja sama bisnis yang
berdasarkan prinsip mudharabah (bagi hasil).
14

2. System ekonomi Islam memainkan peranan penting dalam menyusun rencana


pertumbuhan ekonomi yang proaktif dan jauh dari penyelewengan.
3. Mewujudkan kesatuan ekonomi bagi seluruh dunia Islam demi mewujudkan kesatuan
politik.

Pentingnya ekonomi Islam diterapkan dalam perekonomian suatu Negara adalah


disebabkan populasi umat Islam di seluruh penduduk dunia saat ini kurang lebih 800.000.000
jiwa atau sekitar 15% dari penduduk dunia. Seluruh umat Islam terikat dengan satu ikatan yakni
aqidah Islamiyah, mereka terikat baik secara keyakinan, psikologis, maupun terikat secara politis
ekonomis. Untuk menerapkan kembali system ekonomi Islam yang sudah digariskan Rasulullah
saw. Pada awal pemerintahan Islam pada abad ke-7 M, sangat relevan dan penting demi
terwujudnya perubahan dan persatuan umat Islam dalam kemandirian ekonomi karena
perekonomian dunia belakangan ini dikuasai oleh paham individualis (kapitalis) dan komunis
(sosialis) yang masing-masing kelompok mempunyai politik ekonomi yang berbeda dengan
politik ekonomi Islam. Politik ekonomi Islam merupakan politik ekonomi yang menyeluruh,
terkendali dan memandang semua segi kemanusiaan serta mengakui kebutuhan-kebutuhan
manusia dan menjelaskan semua itu dengan ciri yang khas.

BAB III
PENUTUPAN

Kesimpulan ;
15

1. Ekonomi / iqṭiṡād berasal dari kata “qaṡdun” yang berarti keseimbangan (equilibrium) dan
keadilan (equili balanced).
2. Kemudian pengertian tentang ekonomi Islam menurut beberapa pemikir ekonomi sebagai berikut:
a. Muhammad Abdul Mannan dalam “Islamic Economics: Theory and Practice”.
Ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan social yang mempelajari maslah-masalah ekonomi
masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.
b. Muhammad Nejatullah al-Siddīqī dalam “Muslim Economic Thinking: A Survey of
Contemporery Literature”.
Ilmu ekonomi Islam adalah respon pemikir Muslim terhadap tantangan ekonomi pada masa
tertentu. Dalam usaha keras ini mereka dibantu oleh al-Quran dan Sunnah, akal (ijtihad)0, dan
pengalaman.
c. M. Umer Chapra dalam “The Future of Economic:An Islamic Perspectif”.
Ekonomi Islam adalah suatu pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia
melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang trbatas yang berada dalam koridor yang megacu
pada pengajaran Islam, tanpa mengekang kebebasan individu untuk mebciptakan
keseimbangan makroekonomi yang berkesinambungan dan ekologi yang berkesinambungan.
d. M. Akram Khan dalam “Islamic Ecomics: Nature and Need”.
Ekonomi Islam bertujuan untuk melakukan kajian tentang kebahagiaan hidup manusia yang
dicapai denagn mengorganisasikan sumber daya alam atas dasar kerja sama dan partisispasi.
e. Khurshid Ahmad dalam “ Studies in Islamic Ecomics (Perspektives of Islam)”.
f. Ilmu Ekonomi Islam adalah suatu usaha sistematis untuk memahami masalah-masalah
ekonomi dan tingkah laku manusia relasional dalam perspektif islam.
3. Dasar – dasar Ekonomi Islam adalah;
Pertama, bagian yang tetap (tsabit) yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan dasar ekonomi
Islam yang dibawa oleh nash-nash al-Qur’an dan Sunnah yang harus dipedomani oleh setiap
muslimin di setiap tempat dan zaman.
Kedua, bagian yang berubah (al-mutaghayir), bagian ini berkaitan dengan penerapan dasar-dasar
dan prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam memecahkan problematika masyarakat yang selalu
berubah.
4. Prinsip-prinsip ekonomi Islam;
a. Tauhid
b. Akhlak
c. Keseimbangan
d. Kebebasan individu
16

e. Keadilan
5. Beberapa karakteristik dalam ekonomi Islam, yang menjadi core ajaran ekonomi Islam itu sendiri.
Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut;
a. Rabbāniyyah Maṡdar (bersumber dari Tuhan)
b. Rabbāniyyah al-Hadf (bertujuan untuk Tuhan)
c. Al-Raqābah al-Mazdūjah (control di dalam dan di luar)
d. Al Jam’u bayna al-Tsabātwa al-Murūnah (penggabungan antara tetap dan lunak)
e. Al-Tawāzun bayna al-Maslahah al-Fard wa al-Jama’ah (keseimbangan antara
kemaslahatan individu dan masyarakat).
f. Al-Tawāzun bayna al-Māddiyyah wa al-Rūhiyyah (keseimbangan antara materi dan
spiritual)
g. Al-Wāqi’iyyah (realistis)
h. Al-Alamiyyah (universal)
6. Tujuan ekonomi Islam adalah maṡlahah (kemaslahatan) bagi ummat manusia. Yaitu
dengan mengusahakan segala aktivitas demi tercapaianya hal-hal yang berakibat
pada adanya kemaslahatan bagi manusia, atau dengan mengusahakan aktivitas yang
secara langsung dapat merealisasikan kemaslahatan itu sendiri.
7. Adapun kegunaan penerapan system ekonomi Islam dalam seluruh kegiatan ekonomi
adalah; (Dr. Rozalinda, 2016)
a. Merealisasikan pertumbuhan ekonomi dengan mengikutsertakan seluruh
komponen bangsa. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari pengaruh system kerja
sama bisnis yang berdasarkan prinsip mudharabah (bagi hasil).
b. System ekonomi Islam memainkan peranan penting dalam menyusun rencana
pertumbuhan ekonomi yang proaktif dan jauh dari penyelewengan.
c. Mewujudkan kesatuan ekonomi bagi seluruh dunia Islam demi mewujudkan
kesatuan politik.

DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
Afzalurrahman. (1995). Economic Doctrines of Islam. Yogyakarta: Darma Bakti Wakaf.
17

al-Fanjari, M. S. (1981). Al-Madzhab al-Iqtiṡadiyah fi al-Islam. Jeddah: Dār al-Funūn Li al-Thabā'ah wa


an-Nasyr.

ar-Rasul, A. A. (1980). Al Mabādī al-Iqtiṡād fi al-Islam. Kairo: Dār al-Fikr al-Arabī.

Baltaji, M. (2007). Al-Milkiyah al-Fardiyah an-Nidzām al-Iqṭiṡadī al-Islāmīy. Kairo: Dār al-Salām.

Deliarnov. (2012). Perkembangan Pemikiran Ekonomi (3nd ed.). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Dr. Rozalinda, M. (2016). Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.

fauzia, I. Y. (2018). Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqhāshid al-Syar'iyah. Jakarta: KENCANA.

Kahf, M. (1980). "A Contribution to the Theory of Consumer Behaviour" dalam Studies in Islamic
Economic. Jeddah : Islamic Foundation.

Majid, Z. A. (2016, Juli). Ekonomi dalam Perspektif Al Quran. Ahkam, XVI(2).

Nasution, M. E. (2008). Ekonomi Makro Islam . Jakarta: Prenadamedia.

Prof. Dr. H. Juhaya S. Pradja, M. (2012). Ekonomi Syariah. Bandung: Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai