Jurnal Khairunnisa Efendi (1713040134)
Jurnal Khairunnisa Efendi (1713040134)
Khairunnisa Efendi1, Dr. Azhariah Khalida, M.Ag2, Dr. Rahmat Hidayat, M.Ag3
1
Mahasiswi Hukum Tata Negara,Fakultas Syari’ah, UIN Imam Bonjol Padang
E-mail: khairunnisaefendi@gmail.com
2
Dosen Fakultas Syari’ah, UIN Imam Bonjol Padang
3
Dosen Fakultas Syari’ah, UIN Imam Bonjol Padang
ABSTRAK
Keberhasilan Umar bin Abdul Aziz dalam menjalankan roda pemerintahannya, yaitu
dengan menerapkan praktik-praktik pemerintahan yang baik sesuai dengan konsep good
governance yang dikenal pada saat ini. Pertanyaan penelitian dalam skripsi ini adalah
bagaimana pelaksanaan good governace pada pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, dan
relevansinya dengan konsep good governance di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pelaksanaana good governance pada pemerintahan Umar bin Abdul Aziz dan
bagaimana relevansinya dengan konsep good governance di Indonesia. Penelitian ini
diklasifikasikan sebagai penelitian pustaka (library research) dengan menggunakan
penerapan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan
studi penelaahan dari buku-buku, literartur-literartur atau artikel, majalah, jurnal, web
(internet), ataupun informasi lainnya yang berhubungan dengan judul penulisan untuk
mencari hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku dan sebagainya yang
berkaitan dengan skripsi ini. Hasil penelitian adalah: Pertama, keberhasilan pelaksanaan
good governance pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz tidak dapat dipisahkan
dari prinsip-prinsip yang terdapat dalam pemerintahan Islam, yaitu musyawarah (syura),
keadilan (al-adalah), persamaan hak (al-musawah), bertanggung jawab (al-masuliyyah),
dan kebebasan (al-hurriyyah). Pada pemerintahan Umar bin Abdul Aziz kelima prinsip ini
sukses diterapkan sehingga terciptanya kesejahteraan bagi rakyat. Kedua, menunjukkan
bahwa adanya relevansi tata kelola pemerintahan Umar bin Abdul Aziz dengan konsep good
governance di Indonesia. Hal ini berdasarkan kesamaan yang ditemukan dalam konsep good
governace pada keduanya yang dapat dilihat dari kebijakan-kebijakan yang diterapkan,
seperti kebijakan politik, ekonomi, sosial dan agama. Negara Indonesia merupakan salah
satu negara yang berusaha untuk mewujudkan good governance dalam pemerintahannya.
Kata Kunci: Pemerintahan, Umar bin Abdul Aziz, Good Govenance
PENDAHULUAN
Konsep pemerintahan good governance atau pemerintahan yang baik ini
tidak terlepas dari seorang pemimpin. Islam sebagai rahmat bagi seluruh manusia
menempatkan pemimpin sebagai sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan.
Allah SWT memberitahu kepada manusia tentang pentingnya kepemimpinan di
dalam Islam, sebagaimana dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 30, yaitu:
2
ۖ ٰٓ ۡ
ض خَ لِيفَ ٗة قَ الُ ٓو ْا َأت َۡج َع ُل فِيهَ ا َمن ي ُۡف ِس ُد فِيهَ ا
ِ رۡ َأۡل ٱ ي ِ ف ٞ
ل اع
ِ جَ ي ِّ نِإ ة
ِ َ
ك ِئَ َ ََوِإ ۡذ ق
ال َربُّكَ لِل َمل
)٣٠( َك ٱل ِّد َمٓا َء َون َۡح ُن نُ َسبِّ ُح بِ َحمۡ ِدكَ َونُقَ ِّدسُ لَ ۖكَ قَا َل ِإنِّ ٓي َأ ۡعلَ ُم َما اَل ت َۡعلَ ُمون
ُ َِويَ ۡسف
Terjemahnya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan terdiri atas
empat unsur, yaitu: pemimpin, yang disebut dengan khalifah, wilayah
kepemimpinan. Salah satu unsur kepemimpinan yaitu pemimpin, dapat diteladani
dari Nabi Muhammad SAW yang merupakan sosok seorang pemimpin paling
berpengaruh dalam kehidupan umat manusia. Setelah Nabi Muhammad SAW,
selanjutnya kepemimpinan umat Islam diteruskan oleh para Khulafaur Rasyidin
yaitu empat orang khalifah pertama umat Islam terdiri dari Abu Bakar As-Shiddiq
R.A, Umar bin Khattab R.A, Utsman bin Affan R.A, dan Ali bin Abi Thalib R.A, yang
dalam menjalankan pemerintahannya berlandaskan kepada Al-qur’an dan
Sunnah.
1
Abdul Karim. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. (Yogayakarta: Pustaka Book Publisher,
2009), hal. 77.
3
Umar bin Abdul Aziz menjabat sebagai khalifah dalam kurun waktu kurang dari
tiga tahun (99-101H/717-719M) atau lebih tepatnya dua tahun lima bulan, akan
tetapi dalam kepemimpinan yang sangat singkat ini perubahan yang ia lakukan
sangat signifikan dampaknya. Berbeda dengan apa yang telah dilakukan oleh
khalifah-khalifah Bani Umayyah sebelumnya.2
KERANGKA TEORI
1. Tata Kelola Pemerintahan
2. Relevansi
2
Ali Muhammad Ash-Shallabi. Biografi Umar Bin Abdul Aziz,(Jakarta: Beirut, 2014), hal. 23.
3
Sedarmayanti. Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) dalam Rangka Otonomi Daerah.
(Bandung: Mandar Maju, 2003), hal. 3.
4
Bahri. Konsep dan Definisi Konseptual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 30.
4
Pasal 20
METODE PENELITIAN
5
Sedarmayanti. Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Bagian Pertama Edisi Revisi.
(Bandung: CV Mandar Maju, 2009), hal. 32
5
Pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz merupakan salah satu contoh
pemerintahan yang baik. Hal ini didasari dengan keberhasilannya dalam
menjalankan pemerintahannya dalam waktu yang singkat. Selama pemerintahan
khalifah Umar bin Abdul Aziz terdapat pembaharuan-pembaharuan yang
mengarah kepada cikal bakal terbentuknya good governance yang ada pada zaman
sekarang ini. Pelaksanaan good governace pada masa pemerintahan Umar bin
Abdul Aziz ini dapat dilihat dengan adanya kebijakan-kebijakan yang telah
diterapkan pada berbagai bidang kehidupan masyarakat. Seperti di bidang politik,
ekonomi, sosial, dan agama yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
Menurut Ibnu Jauzi dalam “Sirah wa Manaqib Umar bin Abdul Aziz, Al-
Khalifah az-Zahid”. Bahwa Pelaksanaan prinsip musyawarah terlihat jelas pada
hari pertama pengangkatannya menjadi khalifah. Hal ini dapat diketahui dari
;ucapan Umar bin Abdul Aziz kepada rakyatnya, yaitu
ايها الناس ،إين قد ابتليت هبذا األمر عن غري رأي كا ن مين فيه ،وال طلبة له ،وال
مش ورة من املس لمني .وإين ق د خلعت م ا يف أ عن ا قكم من بيع يت ف ا خت اروا
ألنفسكم.
فصاح الناس صيحة واحدة :قد اخرتناك يا أمري املؤ منني ،ورضينا بك .قل أ مرنا با
ليسن و الرب كة فلما رأى األصوات قد هد أت ،ورضي به لناس مجيعا ،محد اهلل ،وأ
ثى عليه ،وصلى على النيب ،وقال:
أوصيكم بتقوى اهلل ،فإن تقوى اهلل خلف من كل شي ء ،وليس من تقوى اهلل عز و
جل خلف .واعملو اآلخر تكم ،فإنه من عمل آلخرته كفاه اهلل تبارك و تعاىل أمر
دني اه .وأص لحوا س رائر كم يص لح اهلل لك ر مي عال نيتكبم .وأك ثروا ذك ر املوت،
وأحس نوا اال س تعداد قب ل أن ي نزل بكم.ف إ ن ه ه ادم الل ذات .وإن من ال ي د ك رمن
آبائ ه فيم ا بين ه و بني آدم علي ه الس الم أ ب ا حي ا ،ملع ر ق ل ه يف املوت .وإن ه ذه األ
مة ،مل ختتلف يف ر مبا عز وجل ،وال يف نبيها ،واليف كتامبا ،وإمنا أختلفوايف الد ينار
والدرهم .وإين و اهلل ال أعحدا با طال ،وال أمنع أحدا حقا.
مث رفع صو ته حىت أمسع الناس فقل:
ياأيه ا الن ا ،من أط اع اهلل وجبت طاعت ه ،ومن عص ى اهلل فال طاعةل ه .أطيع وين م ا
أطعت اهلل ،فإذا عصيت اهلل ،فال طا عة يل عليكم.
“Wahai manusia, sesungguhnya aku telah diuji dengan jabatan ini tanpa
pernah diminta pendapatku tentangnya, bukan juga karena aku yang
memintanya, dan bukan juga berdasarkan hasil musyawarah kaum
muslimin. Sesungguhnya aku tidak memaksa kalian untuk membaiatku.
Oleh karena itu, pilihlah orang yang pantas untuk memimpin kalian. Orang-
7
orang berteriak satu teriakan: Kami telah memilih Anda, Amirul Mukminin,
dan kami ridho dengan Anda. Katakanlah, Kami diperintahkan dengan
bahagia dan berkah, dan ketika dia melihat suara-suara itu menjadi tenang,
dia ridho. Dengannya manusia seluruhnya, puji bagi Allah, sanjungan atas
Allah, dan shalawat atas Nabi SAW, dan dia berkata :
Aku berwasiat pada kalian untuk bertaqwa pada Allah SWT, maka
sesungguhnya taqwa kepada Allah SWT pengganti dari segalanya, dan
selain dari taqwa pada Allah kepada Allah 'azza wa jalla itu berpaling, dan
beramal lah kalian untuk akhirat kalian, maka sesungguhnya itu dari
amalan akhirat nya dicukupkan oleh Allah tabaraka wa ta' ala perkara dunia
nya, dan perbaiki rahasia kalian Allah SWT akan memperbaiki dengan
kemuliaan atas keterbukaan kalian, dan perbanyaklah zikir kematian, dan
perbaiki lah persiapan sebelum turun kepada kalian, sesungguhnya itu
bersifat merusak bentuk, dan sesungguhnya barang siapa yang tidak
menyebut dari bapaknya, sekira antaranya dan antara adam alaihi salam,
bapak hidup, berkeringat dia saat kematian, dan sesungguhnya ini adalah
umat, tidak berpaling dari rabb-nya azza wa jalla, dan tidak juga atas Nabi
nya SAW, dan tidak pada kitabnya, dan berpaling pada dinar dan dirham,
dan sesungguhnya aku demi Allah aku tidak patuh satupun dari kebatilan,
dan tidak menolak satupun dari kebenaran Kemudian diangkat suaranya
sampai didengar oleh manusia maka dia berkata:Wahai sekalian manusia,
siapa yang taat kepada Allah wajiblah taat nya,dan barangsiapa yang
berpaling kepada Allah tidak lah ada ketaatan baginya, taatilah aku
sebagaimana aku taat kepada Allah, apabila aku berpaling kepada Allah,
tidak ada bagi kalian ketaatan padaku.6
Berdasarkan hal tersebut menjelaskan bahwa Umar bin Abdul Aziz
memiliki kesungguhan dalam menerapkan prinsip musyawarah untuk urusan
pemerintahannya. Adapun Umar bin Abdul Aziz juga pernah berkata perihal
musyawarah. Sesungguhnya musyawarah dan tukar pikiran adalah pintu rahmat
dan kunci keberkahan, keputusan yang diambil berdasarkan keduanya tidak akan
salah, dan keteguhan hati tidak akan hilang bersama keduanya.
Hal inilah yang diterapkan oleh seorang Umar bin Abdul Aziz dalam
pemerintahannya, yakni Umar bin Abdul Aziz selalu melibatkan musyawarah
dalam segala urusan pemerintahannya. Dengan sering meminta pendapat, dan
nasehat, dari para ulama dalam menyelesaikan berbagai perkara. Selain dengan
para ulama, Umar bin Abdul Aziz juga senantiasa bertukar pikiran dengan
6
Ibnu Al-Jauzi. Sirah wa Manaqib Umar bin Abdul Aziz al-Khalifah al-Zahid, et. 1, (Beirut: Dar
al-Kutub al-Islamiyyah, 1984), hal. 66.
8
pegawainya maupun bahwahanya. Umar bin Abdul Aziz juga berpesan dan
mendorong mereka agar meluruskan dirinya apabila telah menyimpang dari
kebenaran.7
Keadilan yang diterapkan pada pemerintahan Umar bin Abdul Aziz dimulai
dari dirinya sendiri sebagai contoh dan panutan bagi rakyatnya, yaitu dengan
mengembalikan seluruh harta bendanya yang mengandung kezaliman atau harta
benda yang ragu akan kebersihan haknya. Dengan kepercayaan bahwa
mengembalikan harta tersebut kepada pemiliknya, sebenarnya merupakan salah
satu bentuk ketakwaan kepada Allah dan meletakkan hak pada tempatnya (adil).
Setelah dimulai dari dirinya sendiri dalam mengembalikan harta benda yang
didapatkan secara zalim, selanjutnya Umar bin Abdul Aziz menerapkan hal yang
sama kepada anggota keluarganya dan juga terhadap keluarga besar Bani
Umayyah (Ash-Shallabi 2013, 68)
Umar bin Abdul Aziz juga mengambil langkah lain dalam memberikan
keadilan bagi rakyatnya. Yaitu dengan mengumumkan kepada seluruh rakyat
bahwa siapapun yang hartanya pernah diambil secara zalim oleh salah seorang
dari Bani Umayyah. Kemudian menghadap Umar bin Abdul Aziz dengan membawa
alat bukti-bukti agar dapat mengembalikan haknya. Langkah selanjutnya yang
diambil oleh Umar bin Abdul Aziz dalam menegakkan keadilan yaitu dengan
memecat semua gubernur dan pejabat yang berbuat zalim kepada rakyatnya.
Diantaranya Khalid bin Ar-Rayyan dan pengawal khalifah Sulaiman bin Abdul
Malik yang telah memenggal semua leher yang diperintahkan Sulaiman untuk
dipenggal. Lalu Umar bin Abdul Aziz menggantikannya dengan Amru bin Muhajir
Al-Anshar. Seperti itulah Umar bin Abdul Aziz memecat orang-orang yang zalim
dan begitulah caranya dalam memilih gubernur, hakim, sekretaris, dan pejabat
lainnya.8
7
Ali Muhammad Ash-Shallabi. Biografi Umar Bin Abdul Aziz,(Jakarta: Beirut, 2014), hal. 35.
8
Abdurrahman, F. (2013) The Great of Two Umar, Kisah Hidup Dua Khalifah Legendaris: Umar
Ibn al-Khattab dan Umar Ibn Abdul Aziz. (Jakarta: Zaman., 2013), hal. 272.
9
Pelaksanaan keadilan pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz juga
dapat dilihat dari bagaimana keadilan yang ditegakkan dalam menghentikan
kezaliman terhadap kaum Mawali dan ahlu dzimmah. Pada masa sebelum
kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz, kaum Mawali mengalami banyak kezaliman.
Mereka diwajibkan membayar jizyah (upeti), namun ketika Umar bin Abdul Aziz
menjabat sebagai khalifah, dia langsung menghentikan kezaliman yang dialami
oleh kaum Mawali. Dia mengembalikan hak-hak mereka yang telah dirampas dan
kembali merasakan ketenangan dan ketenteraman jiwa. Mereka dapat menikmati
persamaan dan keadilan bersama pemeluk agama lainnya. Hal ini juga
diberlakukan kepada ahlu dzimmah, Umar bin Abdul Aziz juga memberikan
keadilan kepada ahlu dzimmah dan menghentikan kezaliman. Dimana Umar bin
Abdul Aziz mengembalikan kepada ahlu dzimmah setiap tanah, gereja, atau rumah
yang telah dirampas dari mereka. Di antara kezaliman yang dihentikan oleh Umar
bin Abdul Aziz adalah kerja paksa tanpa mendapatkan upah. Berdasarkan hal
tersebut dapat diketahui bahwa Umar bin Abdul Aziz berhasil mengembalikan
ketenangan, ketentraman, dan kedamaian kepada mereka, serta dilindungi oleh
toleransi dan keadilan Islam.
)١٨٣( ين ِ ِ ِ واَل َتبخسوا النَّاس َأ ْشياءهم واَل َتعثوا يِف اَأْلر
َ ض ُم ْفسد ْ ْ َْ َ ْ ُ َ َ َ َُْ َ
Terjemahnya:
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu
merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.
10
حد ثنا عباد: حد ثنا قبيصة قال: قال، عن سفيان، عن عباد، وقد رواه قبيصة:قال
و، وعثمان، أبو بكر وعم ر: أ مثة العدل مخس ة: مسعت س فيان يق ول:الس ماك ق ال
. وعمر بن عبد العز يز،علي
“Diriwayatkan oleh Qabisa, dari Ibad, dari Sufyan, yang mengatakan: saya
mendengar Sufyan berkata perumpamaan orang yang adil ada lima yang
paling utama, yaitu Abu bakar, Umar, Ustman, Ali, dan Umar bin Abdul
Aziz”.9
Hal ini dikarenakan gaya kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz mirip dengan
gaya kepemimpinan Khulafaur Rasyidin, khususnya pada kepemimpinan khalifah
Umar bin Khattab sehingga Umar bin Abdul Aziz dijuluki Umar II.
Indikator yang menunjukkan bahwa Umar bin Abdul Aziz sangat berambisi
untuk menerapkan prinsip persamaan derajat, adalah ketika ia bersumpah
bahwasannya dia sangat ingin menyamakan penghidupan dan kerabatnya dengan
penghidupan kaum muslimin lainnya. Yang berbunyi;
9
bnu Al-Jauzi. Sirah wa Manaqib Umar bin Abdul Aziz al-Khalifah al-Zahid, et. 1, (Beirut: Dar al-
Kutub al-Islamiyyah, 1984), hal. 73.
10
Ibid, hal 112.
11
kewajiban mereka pada seluruh sektor kehidupan. Umar bin Abdul Aziz
menyamakan hak para pembesar Bani Umayyah dengan hak kaum muslimin. Umar
bin Abdul Aziz juga sangat memperhatikan dalam hal persamaan derajat antara
manusia dihadapan pengadilan dan hukum Islam serta terhadap perkara-perkara
umum, sehingga pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz semua rakyat
mendapatkan persamaan derajat.11
11
Ali Muhammad Ash-Shallabi. Biografi Umar Bin Abdul Aziz,(Jakarta: Beirut, 2014), hal. 23.
12
Ibid, hal. 87.
12
Hadirnya Umar bin Abdul Aziz telah membawa pembaruan bagi umat
manusia. Selain kesuksesannya dalam kebijakan reformasi yang meliputi semua
aspek kehidupan, yaitu mulai dari ekonomi, politik, administrasi pemerintahan
dan lain sebagainya. Umar bin Abdul Aziz juga memberikan contoh bagi para
pemimpin bahwa seorang pemimpin dalam menerapkan nilai-nilai kebenaran dan
keadilan harus selalu berlandaskan kepada Al-Qur’an dan Sunnah.
1. Kebijakan Politik
13
13
Zuhro, R. S. (2016). Good Governance dan Reformasi Birokrasi di Indonesia. Diakse tanggal 29
Desember 2021. https://ejournal.politil.lipi.go.id/index.php/jpp/article/download/507/316
14
menetapkan perencanaan yang menyeluruh dan mencakup segala bidang. Hal ini
dibuktikan oleh Umar bin Abdul Aziz dengan menciptakan peraturan baru salah
satunya dalam kebijakan politik yang dilaksanakan, seperti memecat pejabat yang
zhalim dan menggantikan dengan pejabat-pejabat yang baru yang adil dan benar
walaupun bukan dari golongan Umayyah sendiri (Al-Ahli 2009, 116).
Penerapan sistem sentralisasi yang dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz
dapat dilihat pada pemerintahan pusat. Yaitu dengan adanya keharusan untuk
berkonsultasi dengan khalifah dalam menyelesaikan beberapa permasalahan.
16
Selain itu pemerintahan pusat juga berfungsi sebagai penentu pemimpin wilayah,
seperti Umar bin Abdul Aziz memutuskan mengangkat gubenur Irak lebih dari
satu. Adapun penerapan sistem desentralisasi yang dilakukan oleh Umar bin Abdul
Aziz, yaitu dapat dilihat dari surat yang dikirimkan kepada Adi bin Artha’ah.
Melalui surat ini Umar bin Abdul Aziz mengajarkan agar tidak semua hal
disandarkan kepada pemerintahan pusat dan tidak menanyakan hal-hal yang
bersifat rutinitas selama di daerah tersebut terdapat ulama yang dapat dipercayai
keilmuannya (Ash-Shallabi 2014, 361).
2. Kebijakan Ekonomi
Pada pemerintahan Umar bin Abdul Aziz bentuk kebijakan ekonomi yang
diterapkan juga berupa penerapan pajak. Umar bin Abdul Aziz tidak
menginginkan pemasukan yang besar untuk negara jika dilakukan dengan cara-
17
cara yang zalim. Sehingga Umar bin Abdul Aziz memutuskan untuk menentuan
pajak berdasarkan harga faktual suatu objek pajak. Berikut penentuan pajak pada
masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz.
Pertama adalah pemasukan dari zakat, zakat yang dibayarkan setiap orang
berbeda-beda tergantung pada harta yang dimilikinya. Kedua adalah pemasukan
dari jizyah, Jizyah merupakan kewajiban bagi orang-orang dzimmi atau non islam
untuk membayar setiap tahunnya kepada negara. Ketiga adalah pemasukan dari
usyur, merupakan pajak atau bea cukai yang diberlakukan kepada para pedagang
non islam yang berasal dari luar daerah Bani Umayyah. Keempat adalah
pemasukan dari kharraj, merupakan pemasukan kas negara yang paling besar
dibandingkan pemasukan lainnya. Hal ini disebabkan oleh kebijakan khalifah
Umar bin Abdul Aziz yaitu dengan melarang jual beli tanah di daerah-daerah
tersebut, sehingga meningkatnya pemasukan pajak yang berasal dari daerah
bawahan Bani Umayyah yang dibayar secara suka rela daerah.
3. Kebijakan Sosial
Pada pemerintahan Umar bin Abdul Aziz juga terdapat pinsip tanggung
jawab dalam meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Hal ini dapat dilihat dari
kebijakan yang diterapkan oleh Umar bin Abdul Aziz, yaitu menghidupkan
kembali madrasah-madrasah untuk dijadikan sebagai pusat pendidikan,
diantaranya adalah madrasah Syam, madrasah Madinah, madrasah Mekah,
18
4. Kebijakan Agama
Pada pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz kebijakan dalam bidang
agama ialah melestarikan hadis dengan memerintahkan para ulama hadis
kodifikasi atau tadwin hadis untuk mencari dan mengumpulkan hadis para Nabi.
Serta Umar bin Abdul Aziz menyuruh para ulama dan tabiin untuk menafsirkan Al-
Qur’an.
19
Dapat dilihat bahwa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz telah memberikan
pembaruan serta reformasi terhadap sistem pemerintahan yang ada pada masa
itu. Konsep good governance yang dilaksanakan oleh Umar bin Abdul Aziz
merupakan suatu konsep yang sangat bagus untuk diterapkan pada pemerintahan
kontemporer saat ini. Indonesia merupakan negara yang menerapkan good
governance pada sistem pemerintahannya yang pada prinsipnya menjelaskan
adanya kesamaan dalam mewujudkan good governance.
Oleh karena itu, konsep good governance sangat relevan dengan konsep tata
kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang sangat cocok untuk
diterapkan pada pemerintahan sekarang ini. Hal ini dikarenakan good governance
merupakan bentuk modernisasi sistem pemerintahan yang didambakan oleh
banyak negara berkembang. Berdasarkan hal tersebut Umar bin Abdul Aziz
merupakan ikon penting dalam sejarah good governance.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab empat, maka
penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Adanya relevansi tata kelola pemerintahan Umar bin Abdul Aziz dengan
konsep good governance di Indonesia. Hal ini berdasarkan kesamaan yang
ditemukan dalam konsep good governace pada keduanya yang dapat dilihat dari
kebijakan-kebijakan yang diterapkan, seperti kebijakan politik, ekonomi, sosial
dan agama. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang berusaha untuk
mewujudkan good governance dalam pemerintahannya. Oleh sebab itu, penulis
menyarankan supaya pemerintah lebih memperhatikan lagi penerapan
pelaksanaan good governace di Indonesia
20
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ahli, S. A. A. (2009). Umar Bin Abdul Aziz Khalifah Zuhud yang Memenuhi Dunia
dengan Keadilan, terj. Al-Khalifah az-Zahid 'Umar bin Abdul Aziz. Jakarta:
Samara Publishing.
Abdurrahman, F. (2013) The Great of Two Umar, Kisah Hidup Dua Khalifah
Legendaris: Umar Ibn al-Khattab dan Umar Ibn Abdul Aziz. Jakarta: Zaman.
Bahri, (2008). Konsep dan Definisi Konseptual. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Al-Jauzi, I. (1984). Sirah wa Manaqib Umar bin Abdul Aziz al-Khalifah al-Zahid, Cet.
1. Beirut: Dar al-Kutub al-Islamiyyah.
Karim, A. A. (2010). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: PT. Grafindo Perada.
Ash-Shallabi, M. A. (2014). Biografi Umar Bin Abdul Aziz, terj. Chep. M. Faqih FR.
Jakarta: Beirut.
Ash-Shallabi, M. A. (2013). Perjalanan Hidup Khalifah Yang Agung Umar Bin Abdul
Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil. Jakarta: Darul Haq.
https://ejournal.politil.lipi.go.id/index.php/jpp/article/download/
507/316