Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Belakangan istilah good governance tengah populer diperbincangkan


oleh berbagai pihak, good governance sendiri sebenarnya adalah impian dari
semua negara yang ada di dunia tak terkecuali dengan negara Indonesia.
Adapun pengertian good governance menurut United Nation Development
Program (UNDP) mendefinisikan governance adalah pelaksanaan politik,
ekonomi dan administrasi dalam mengelola masalah-masalah bangsa.
Pelaksanaan kewenangan tersebut dikatakan baik jika dilakukan dengan
efektif atau efisien, responsif terhadap kebutuhan rakyat, dalam suasana
demokratis, akuntabel serta transparan (Sirajuddin 2012, 39). Good
governance atau pemerintahan yang baik secara konseptual, mempunyai
pengertian bahwa kata baik atau good dalam istilah kepemerintahan yang
baik memiliki makna bahwa good governance telah mengandung dua
pemahaman: Pertama, nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak
rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam
pencapaian tujuan nasional. Kedua, aspek fungsional dari pemerintah yang
efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan
tersebut (Sedarmayanti 2009, 275).

Good governance pada dasarnya merupakan suatu konsep yang


mengacu kepada proses pencapaian keputusan. Dalam pelaksanaannya dapat
dipertanggungjawabkan secara bersama sebagai suatu konsensus yang
dicapai oleh state (negara atau pemerintah), society (warga negara), dan
private sector (sektor swasta) bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam
suatu negara (Sedarmayanti 2003, 15). Dalam penyelenggaraan good
governance menurut United Nation Development Program (UNDP)
mengemukakan bahwa ada sembilan indikator dalam mewujudkan good
governance atau tata kelola pemerintahan yang baik yaitu: partisipasi,

1
2

kepastian hukum, transparansi, tanggung jawab, berorientansi pada


kesempatan, keadilan, efekfitas dan efisiensi, akuntabilitas, dan visi strategi
(Moeljono 2006, 113).

Munculnya good governance di Indonesia dilatarbelakangi dengan


dinamika yang terdapat di berbagai sektor kehidupan baik politik, ekonomi,
budaya, sosial, dan sebagainya yang menuntut peningkatan kualitas
demokrasi, pelayanan publik, dan kesejahteraan masyarakat (Bakry 2010,
86). Good governance di Indonesia sendiri mulai benar-benar dirintis dan
diterapkan sejak meletusnya era reformasi. Dimana pada era tersebut telah
terjadi perombakan sistem pemerintahan yang menuntut proses demokrasi
yang bersih, sehingga good governance merupakan salah satu alat reformasi
yang mutlak diterapkan dalam pemerintahan baru. Jauh sebelum era
reformasi tersebut, Islam telah menerapkan konsep good governance
(pemerintahan yang baik) ini.

Adapun konsep pemerintahan good governance atau pemerintahan


yang baik ini tidak terlepas dari seorang pemimpin. Islam sebagai rahmat
bagi seluruh manusia menempatkan pemimpin sebagai sesuatu yang sangat
penting dalam kehidupan. Allah SWT memberi tahu kepada manusia tentang
pentingnya kepemimpinan didalam Islam, sebagaimana dalam Alquran Surah
Al-Baqarah ayat 30, yaitu:

$َ ِ‫ ُد ف‬$‫ا َمن يُ ْف ِس‬$‫يه‬


‫ا‬$‫يه‬ $َ ِ‫ل ف‬$ ِ ِ ِ ِ ‫وِإ ْذ قَ َال ربُّ َ ِ ِئ‬
ْ ‫ك ل ْل َماَل َكة ِإيِّن َجاع ٌل يِف‬
ُ $‫اَأْلرض َخلي َفةًۖ َق الُوا َأجَتْ َع‬ َ َ
ِ ‫حِب‬ ِ
)٣٠( ‫َأعلَ ُم َما اَل َت ْعلَ ُمو َن‬ ْ ‫كۖ قَ َال ِإيِّن‬َ َ‫ِّس ل‬
ُ ‫ِّماءَ َوحَنْ ُن نُ َسبِّ ُح َ ْمد َك َونُ َقد‬
َ ‫ك الد‬
ُ ‫َويَ ْسف‬
Terjemahnya:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya


aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.
3

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan terdiri atas


empat unsur, yaitu: pemimpin, yang disebut dengan khalifah, wilayah
kepemimpinan, yang disebut dalam ayat dengan Al-Ardh, hubungan antara
pemimpin, yang tersirat dari kalimat Ataj’alu fiha manyufsidu fiha dan yang
mengangkat pemimpin, tersirat dari kalimat Inni ja’il ( Ali 2008, 115).

Salah satu unsur kepemimpinan yaitu pemimpin, dapat di teladani


dari Nabi Muhammad SAW yang merupakan sosok seorang pemimpin paling
berpengaruh dalam kehidupan umat manusia. Dalam menjalankan
kepemimpinanya, Nabi SAW selalu mengedepankan akhlak mulia, serta
membangun masyarakat yang madani. Hal ini juga dapat dilihat dengan
keberadaan Piagam Madinah. Pada saat mengambil kebijakan-kebijakan
politik Nabi Muhammad SAW menempuh beberapa cara: 1) mengadakan
musyawarah dengan para sahabat, 2) meminta pertimbangan kalangan
professional, 3) melemparkan masalah-masalah tertentu yang berdampak
luas kedalam forum. Nabi Muhammad SAW juga tidak memisahkan antara
kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Dengan berpedoman kepada Al-
qur’an Nabi Muhammad SAW menjalankan legislatif. Beliau juga menjelaskan
ketentuan-ketentuan yang tidak diatur secara tegas oleh Al-qur’an maka nabi
sendiri yang mengaturnya (Iqbal 2014, 45).

Setelah Nabi Muhammad SAW, selanjutnya kepemimpinan umat Islam


diteruskan oleh para Khulafaur Rasyidin yaitu empat orang khalifah pertama
umat Islam terdiri dari Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab r.a, Utsman
bin Affan r.a, dan Ali bin Abi Thalib yang dalam menjalankan
pemerintahannya berlandaskan kepada Al-qur’an dan sunnah.

Kepemimpinan keempat khalifah Khulafaur Rasyidin memiliki


kebijakan yang berbeda satu sama lain. Abu Bakar As-Shiddiq memimpin
umat islam dengan penuh kelembutan dan ketegasan meskipun suasana
pemerintahanya tidak stabil, pada masa khalifah Umar bin Khattab
memimpin dengan tegas dalam menjalankan pemerintahannya serta
memberikan kebijakan-kebijakan yang mementingkan kesejahteraan
4

rakyatnya. Ustman bin Affan seorang pemimpin yang memiliki katakteristik


sabar dalam menghadapi persoalan. Ali bin Abi Thalib merupakan khalifah ke
empat dalam Khulafaur Rasyidin, dalam menjalankan pemerintahannya
khalifah Ali bin Abi Thalib menghadapi perselisihan-perselisihan yang
mengakibatkan kekacauan politik. Akan tetapi, khalifah Ali bin Abi Thalib
tetap teguh akan kebenaran dan rela berkorban demi kesejahteraan
rakyatnya (Hamka 2016, 153).

Berikutnya, berdiri Dinasti Bani Umayyah yang merupakan sebuah


pemerintahan Islam setelah pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Dinasti ini
berkuasa selama kurang lebih 90 tahun (661-750). Ketika pemerintahan
Islam memasuki masa kekuasaan Muawiyah bin Abi Sofyan yang menjadi
awal kekuasaan Bani Umayyah, pemerintahan Islam yang sebelumnya
bersifat demokratis berubah menjadi Monarki, disinilah awal mula adanya
kepemimpinan monarki di dalam Islam (Karim 2009, 77).

Selama pemerintahan Dinasti Bani Umayyah terdapat sebanyak 14


orang khalifah yang pernah berkuasa. Diantara khalifah yang memerintah
terdapat salah satu khalifah terbesar yaitu Umar bin Abdul Aziz. Pada
pemerintahan khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, ia menunjukkan Umar bin
Abdul Aziz sebagai penggantinya. Umar bin Abdul Aziz menjabat sebagai
khalifah dalam kurun waktu kurang dari tiga tahun (99-101H/717-719M)
atau lebih tepatnya dua tahun lima bulan, akan tetapi dalam kepemimpinan
yang sangat singkat ini perubahan yang ia lakukan sangat signifikan
dampaknya. Berbeda dengan apa yang telah dilakukan oleh khalifah-khalifah
Bani Umayyah sebelumnya (Ash-Shallabi 2014, 23).

Umar bin Abdul Aziz berusaha memperbaiki segala tatanan yang ada
di masa kekhalifahannya seperti menaikan gaji para gubernurnya,
memeratakan kemakmuran dengan mencukupi kebutuhan kaum fakir miskin
agar terhindar dari meminta-minta, dan memberikan bantuan pembayaran
mahar dari Baitul Mal bagi para pemuda yang tidak sanggup membayar
5

mahar. Bahkan ia juga menyamakan kedudukan orang-orang non-Arab


sebagai warga negara kelas dua dengan orang-orang Arab yang bertujuan
untuk mempersatukan masyarakat dan mengurangi beban pajak dan
menghentikan pembayaran jizyah bagi orang Islam baru (Ash-Shallabi 2014,
189).

Umar bin Abdul Aziz selama masa pemerintahannya, memberikan


konstribusi berupa kemajuan di berbagai aspek, Umar memberikan hak
untuk ikut berperan aktif di dalam diwan-diwan kepada seluruh pasukan
muslim yang aktif, baik Arab maupun non-Arab. Umar juga memberlakukan
prinsip baru dalam sistem perpajakan yang didasarkan atas asas persamaan
antara muslim Arab dan muslim non-Arab, baik berupa pajak jiwa maupun
pajak tanah. Khalifah Umar menetapkan bahwa pajak bukan sebuah fungsi
dari status individual. Muslim non-Arab diharapkan membayar pajak tanah,
dan demikian pula muslim Arab harus membayar pajak tanah-tanah mereka
secara penuh. Dia juga menghapuskan antagonisme antara Arab dan non-
Arab (Fa’al 2008, 21). Dari banyak kemajuan yang dilakukan oleh Umar bin
Abdul Aziz

Berkaitan dengan keberhasilan khalifah Umar bin Abdul Aziz dalam


menjalankan roda pemerintahannya, yang didukung oleh praktik-praktik tata
kelola pemerintahan yang baik. Hal ini merupakan suatu fenomena menarik
untuk diteliti. Dimana setiap negara berusaha untuk dapat mewujudkan tata
kelola pemerintahan yang baik tersebut atau biasa dikenal dengan istilah
good governance saat sekarang ini. Indonesia merupakan salah satu negara
yang menerapkan konsep good governance (pemerintahan yang baik). Oleh
sebab itu penulis ingin mengkaji tata kelola pemerintahan khalifah Umar bin
Abdul Aziz dengan konsep good governance di Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas penulis ingin melakukan suatu penelitian


dengan judul “Tata Kelola Pemerintahan Umar bin Abdul Aziz dan
Relevansinya dengan Konsep Good Governance di Indonesia”.
6

1.2. Rumusan Masalah

Masalah yang akan penulis angkat disini akan memfokuskan kepada


“Bagaimana Pelaksanaan Pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz dan
Relevansinya dengan Konsep Good Governance di Indonesia”.

Selanjutnya berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka


penulis merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan tata kelola pemerintahan pada khalifah Umar


bin Abdul Aziz?
2. Bagaimana relevansinya tata kelola pemerintahan pada masa khalifah
Umar bin Abdul Aziz dengan konsep good governance di Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan tata kelola pemerintahan pada masa
khalifah Umar bin Abdul Aziz.
2. Untuk mengetahui relevansi tata kelola pemerintahan pada masa
khalifah Umar bin Abdul Aziz dengan konsep good governance di
Indonesia.
1.4. Signifikasi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan


ilmiah sekaligus konstibusi pemikiran terkait dengan tata kelola
pemerintahan yang baik dalam sejarah Islam khususnya pada masa
pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan


pemahaman kepada pembaca tentang tata kelola pemerintahan yang baik
(good governace), dan juga memberikan pemahaman mengenai perlunya
kepemimpinan yang baik dalam sebuah pemerintahan.

1.5. Studi Literatur


7

Studi literatur yang relevan dengan penelitian ini. Pertama, skripsi


karya Nana Audina, mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Ar-
Raniry Darussalam Banda Aceh yang membahas tentang “Sistem
Pemerintahan Good Governance Umar Bin Abdul Aziz” tahun 2008. Rumusan
masalahnya 1. Bagaimana sistem pemerintahan Umar bin Abdul Aziz? 2.
Bagaimana upaya Umar bin Abdul Aziz dalam menjalankan konsep good
governance? 3. Bagaimana peluang dan tantangan Umar bin Abdul Aziz dalam
menjalankan good governance dalam pemerintahanya? Dalam penelitian
tersebut disimpulkan bahwa upaya Umar bin Abdul Aziz dalam menjalankan
good governance terlihat dalam praktik-praktik pemerintahan yang
dilakukannya seperti menegakkan keadilan, menjalankan prinsip
musyawarah, mempraktikkan prinsip persamaan derajat, menerapkan
prinsip kebebasan dan sangat bertanggung jawab terhadap kekuasaan yang
dipikulnya. Sehingga semua prinsip tersebut mampu membawa kehidupan
kaum muslimin kepada sebuah pembaharuan.

Kedua, skripsi karya Arief Muhammad Ramdhani, mahasiswa Fakultas


Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember yang membahas tentang
“Pemerintahan Khalifah Umar Bin Abdul Aziz Tahun 717-720” tahun 2015.
Rumusan masalahnya 1. Bagaimana latar belakang dan proses pengangkatan
Umar bin Abdul Aziz menjadi Khalifah Dinasti Umayyah? 2. Bagaimana
sistem pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz? 3. Bagaimana praktik
pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz? Dalam penelitian tersebut
disimpulkan bahwa khalifah Umar Bin Abdul Aziz meskipun pemerintahanya
hanya berlangsung singkat namum memberikan perubahan terhadap
kehidupan masyarakat yang dampaknya cukup besar baik di bidang politik,
sosial, ekonomi, maupun dibidang keagamaan, hal ini tidak terlepas dari
sistem pemerintahan dan praktik pemerintahanya.

Berdasarkan penelitian yang terdahulu di atas terdapat perbedaan,


penelitian yang di tulis oleh Nana Audina lebih memfokuskan terhadap
8

tantangan menjalankan konsep good governance pada masa pemerintahan


Khalifah Umar bin Abdul Aziz, sedangkan penelitian yang di tulis oleh Arief
Muhammad Ramdhani lebih memfokuskan terhadap praktik dari
pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Adapun Penelitian ini membahas tentang “Tata Kelola Pemerintahan


Umar Bin Abdul Aziz dan Relevansinya dengan Konsep Good Governance di
Indonesia” sangatlah menarik sebab pada penelitian ini lebih memfokuskan
pada relevansi konsep good governance di Indonesia dengan tata kelola
pemerintahan yang diterapkan oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz yang
membawa perubahan signifikan pada masa pemerintahannya yang singkat.
Sehingga terdapat perbedaan dari kedua skripsi yang diuraikan diatas.

1.6. Kerangka Teori


1. Tata Kelola Pemerintahan

Tata kelola pemerintahan adalah segala sesuatu yang terkait dengan


tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan atau
mempengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari (Sedarmayanti 2003, 3).

2. Relevansi

Relevansi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) relevansi


berarti hubungan, kaitan. Relevansi yang dimaksudkan disini ialah
keterkaitan atau kesesuain tata kelola pemerintahan pada masa khalifah
Umar bin Abdul Aziz dengan konsep good governance yang ada pada
pemerintahan Indonesia.

3. Konsep Good Governance

Konsep secara etimologis berasal dari bahasa latin “conceptum” yang


artinya sesuatu yang bisa dipahami. Konsep merupakan satuan arti yang
mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama (Bahri 2008, 30).
9

Adapun konsep good governance adalah suatu peyelegaraan manajemen


pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip
demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi
dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara administratif
menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan politican
framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha. Good governance dapat diartikan
sebagai suatu proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam
melaksanakan penyediaan public and service (Sedarmayanti 2012, 2).

Di Indonesia prinsip good governance terdapat dalam Pasal 20


Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yang
berbunyi:

Pasal 20

(1) Penyelenggaraan pemerintah berpedoman pada Asas Umum


Penyelenggaraan Negara yang terdiri atas:

a. asas kepastian hukum;


b. asas tertib penyelenggaraan negara;
c. asas kepentingan umum;
d. asas keterbukaan;
e. asas proporsionalitas;
f. asas profesionalitas;
g. asas akumtabilitas;
h. asas efisiensi; dan
i. asas efektivitas.

(2) Dalam menyelenggarakan pemerintahan, Pemerintah menggunakan asas


desentralisasi, tugas pembantu, dan dekonsentrasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Selain itu, juga terdapat pada PP No. 101 Tahun 2000 tentang
Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pemerintahan
yang baik adalah pemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan
prinsip-prinsip; profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima,
demokrasi, efisiensi, efektivitas, supremasi hukum, dan dapat diterima
10

seluruh masyarakat (Tamawiwi 2017, 2). Secara umum good governance


diartikan sebagai pengelolaan pemerintahan yang baik.

1.7. Metode Penelitian

Penelitian (research) berarti pencarian kembali. Metode penelitian


merupakan hal yang mutlak harus diperlukan dalam setiap penelitian agar
apa yang menjadi fokus penelitian tidak mengambang. Setiap penelitian
memerlukan metode dan teknik pengumpulan data tertentu sesuai masalah
yang diteliti. Penelitian adalah sarana yang digunakan oleh seseorang untuk
memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan demi
kepentingan masyarakat luas (Soekanto 1986, 3).

Dalam penelitian ini penulis, menggunakan metode deskriptif


kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperjelas dan
menganalisasi data konsep good governance pada masa khalifah Umar bin
Abdul Aziz dan pada sistem pemerintahan di Indonesia.

1. Jenis Penelitian

Penelitian adalah suatu proses penyelidikan yang ilmiah melalui


pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyimpulan data berdasarkan
pendekatan, metode, dan teknik tertentu untuk menjawab suatu
permasalahan (Arifin 2012, 2). Untuk mengetahui konsep good governance
pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz dengan pada sistem pemerintahan
di Indonesia.

Untuk membahas suatu persoalan dalam penelitian diperlukan suatu


metode agar tercapai tujuan penelitian. Dalam menyusun proposal ini,
peneliti juga menggunakan metode historis. Yang mana metode ini
merupakan salah satu cara untuk memecahkan masalah pada masa lampau
yang meliputi heuritik, kritik, interpretasi dan historiografi (Dudung 1999,
2).
11

Pada karya ilmiah ini penulis menggunakan metode library research


(kajian pustaka) sebagai teknik pengumpulan data yaitu dengan membaca
dan menelaah bahan-bahan yang bersifat teoritis seperti, buku, jurnal,
skripsi, tesis, dan berupa dokumen.

2. Sumber Data Penelitian

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari


mana data diperoleh. Dikarenakan penelitian ini adalah studi pustaka, maka
sumber penelitiannya adalah data yang bersumber dari literature pustaka.
Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber hukum
primer dan sumber hukum sekunder (Marzuki 2005, 155). Pada penelitian
ini penulis memperoleh data penelitian berupa data primer.

Data primer yang diperoleh adalah kitab, maupun buku dan tulisan-
tulisan tentang Umar bin abdul Aziz, yaitu; Kitab Sirah wa Manaqib Umar bin
Abdul Aziz, buku karangan Ali Muhammad Ash-Shallabi, diantaranya;
Perjalanan Hidup Khalifah Yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan
Pemimpin Yang Adil, Umar bin Abdul Aziz Pembaharu dari Bani Umayyah,
dan Biografi Umar bin Abdul Aziz. Selain itu terkait dengan good governance
sumber yang diperoleh berupa bahan hukum primer yang terdiri atas
peraturan perundang-undangan, yaitu Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan pengumpulan data,


menilai keabsahan data, analisis data dan membuat kesimpulan atas
temuannya (Burhan 2007, 222). Serta melacak referensi-referensi dengan
cara membaca, menelaah dan mencatat semua data yang relevan dengan
masalah yang diteliti guna untuk menemukan makna yang dimaksud.

Teknik pengumpulan data diperoleh dengan dokumentasi yaitu


mengidentifikasi wacana dari buku-buku, jurnal, web (internet), ataupun
12

informasi lainnya yang berhubungan dengan judul penulisan untuk mencari


hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku dan sebagainya
yang berkaitan dengan kajian tentang pemerintahan Umar bin Abdul Aziz.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto, metode
dokumentasi adalah mencari suatu data mengenai suatu hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto 2002, 8).

Agar dapat memperoleh data yang penulis butuhkan dalam penulisan


dan pembahasan penelitian ini maka penulisan akan mengadakan tinjauan
kepustakaan yaitu suatu pengumpulan data berdasarkan teori yang
berkaitan dengan masalah yang akan dibahas (Adi 2004, 56). Maka penelitian
ini menggunakan metode literatur atau dengan mengumpulkan bahan-bahan
yang sesuai dengan pembahasan penelitian.

4. Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data yaitu


serangkaian upaya sederhana tentang bagaimana data penelitian pada
gilirannya dikembangkan dan diolah kedalam kerangka kerja sederhana (Zed
2004, 70). Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis untuk
mendapatkan informasi, namun terlebih dahulu data tersebut diseleksi atas
dasar reliabilitasnya (Mantra 2008, 103).

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data berupa analisis isi


(content analysis). Analisis isi merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan
suatu data (Muhadjir 1998, 49). Jadi, sebagai bahan analisis dan komparatif
terhadap konsep good governance, sehingga dapat diketahui makna, peranan
dan relevansi kedua konsep tersebut.

Anda mungkin juga menyukai