Anda di halaman 1dari 9

ADMINISTRASI NEGARA ISLAM

MENJAMIN KESEJAHTERAAN RAKYAT


Oleh: Achmad Junaidi Ath Thayyibiy,SIP

1. PENDAHULUAN
Allah swt. Telah menurunkan risalah Islam dan menjadikannya berdiri di atas
landasan aqidah tauhid, aqidah: Laa Illaaha IllaLlaah, Muhammadur Rasulullah.
Islam merupakan risalah yang besifat universal, mengatur hubungan manusia dalam
seluruh aspek kehidupannya, dengan memandangnya sebagai manusia. Hubungan
manusia secara vertical dengan Sang Maha Pencipta lagi Maha Pengatur, AL Khaliq
termanifestasikan dalam bentuk ikatan aqidah dan keharusan beribadah hanya kepadaNya, serta pengakuan hanya Dia lah Yang Maha Pembuat seluruh Aturan Hukum
(system), dan sama sekali tidak mempersekutukannya dengan apapun. Juga kewajiban
untuk mengikuti semua aturan dan hukum (system) tersebut, serta wajib terikat dengan
seluruh perintah dan larangan-Nya. Disamping juga wajib menjadikan Nabi Muhammad
saw. Sebagai utusan Alah, yang wajib diikuti, diteladani dan diambil ajaran-ajarannya,
dengan tidak mengikuti selain ajarannya, ataupun mangambil ajaran manusia yang lain.


Dan apa saja yang dibawa oleh Rasul untukmu, maka ambillah, dan apa saja yang
dilarangnya, maka tinggalkanlah. (QS. Al Hasyr [59]: 7)
Islam telah datang dengan membawa corak pemikiran yang khas, dimana
dengan pemikiran itu ia bisa melahirkan sebuah peradaban yang khas pula, yang
berbeda sama sekali dengan peradaban yang lainnya. Dan Dengan pemikiran-pemikiran
itu pula, ia mampu melahirkan kumpulan konsepsi kehidupan, serta menjadikan benak
para penganutnya dipenuhi dengan corak peradaban tersebut. Pemikiran-pemikiran itu
muga telah melahirkan pandangan hidup yang khas, yang mampu membangun sebuah
masyarakat, dimana pemikiran, perasaan, system dan manusianya menjadi suatu
kesatuan yang khas pula.
Demikian pula Islam dating dengan membawa aturan paripurna dan sempurna,
yang mampu menyelesaikan seluruh problem interaksi di dalan negara dan masyarakat,
baik masalah pemerintahan itu sendiri, ekonomi, social, peradilan, pendidikan maupun
politik di dalam maupun luar negeri; baik yang menyangkut interaksi umum, antara
negara dengan anggota masyarakatnya, atau antara negara dengan negara, maupun
negara dengan umatdan bangsa-bangsa lain; dalam keadaan damai maupun perang.
Ataupun yang menyangkut interaksi secara khusus antara anggota masyarakat satu
dengan yang lainnya.
2.TUJUAN PEMERINTAHAN DALAM ISLAM
Islam adalah system yang sempurna. Di dalamya terdapat aturan yang mengatur
segala bentuk interaksi antar manusia, seperti system social, ekonomi, politik dan lain

sebagainya. Adanya aturan-aturan semacam ini meniscayakan adanya negara yang


melaksanakan dan menerapkan atutan-aturan tersebut atas segenap manusia. Islam
telah menetapkan sisten yang baku bagi pemerintahan. Islam juga telah menetapkan
system administrasi negara yang khas pula untuk mengelola negara, disamping itu
Isalam menuntut kepada penguasa sebagai kepala negara untuk menjalankan seluruh
hukum Allah kepada seluruh manusia yang menjadi rakyatnya.
Negara Islam adalah negara yang bersifat politis. Negara Islam tidak bersifat
sacral. Kepala negara tidak diangap memiliki sifat-sifat orang suci. Sebagai sebuah
gambaran, Umar bin Khathab pernah berkata kepada rakyatnya, Barang siapa yang
melihat ada kebengkokan pada diriku maka luruskanlah. Lantas salah seorang
menyambutnya dengan mengatakan,Andaikan kami melihat sesuatu kebengkokan
pada dirimu, maka kami akan meluruskannya dengan pedang kami, Umar pada saat itu
hanya mengatakan,Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan dalam umat
Muhammad orang yang mau meluruskan yang bengkok pada diri Umar dengan mata
pedangnya,.
Negara yang dimaksudkan di sini adalah Daulah Khilafah yang di kepalai oleh
Khalifah, yang juga disebut sebagai Amirul Mukminin, Sulthan atau Imam.
Di sini Allah SWT telah menjelaskan beberapa maksud dan tujuan dari pemerintahan
Islam, yaitu:
a. Memelihara Agama
Negara, terutama Khalifah, bertanggung jawab untuk memelihara Aqidah Islam.
Dalam hal,ini dilakukan dengan mengoptimalkan wewenang yang diberikan oleh
syara kepadanya.Negaralah satu-satunya institusi yang behak membunuh orangorang murtad dan memberi peringatan kepad siapa saja yang menyeleweng dari
agama, Sabda Rasul saw.
Barang siapa yang menganti agamanya(murtad) maka bunuhlah(HR Bukhari)

b. Mengatur urusan masyarakat dengan cara menerapkan hukum syara kepada


seluruh manusia tanpa membeda-bedakan individu-individunya.Firman Allah
swt.

Hendaklah kamu menetapkan hukum diantara mereka berdasarkan apa yang


diturunkan Allah (QS. Al Maidah [5]: 49)
Sabda Rasululah saw.
Seorang imam(kepala negara)adalah perngatur
pertanggungjawaban atas pengurusannya tersebut.

dan

ia

akan

dimintai

c. Menjaga Negara dan umat dari orang-orang yang melakukan tindakan


sabotase negara, dengan cara melindungi batas-batas negara, mempersiapkan
pasukan militer yang kuat dan persenjataan yang cangih utnuk melawan
musuh, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasululah dan para Khalifah
sesudah beliau. Firman Allah:






Persiapkanlah untuk (menghadapi) mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi, berupa kuda-kuda yang ditambatkan agar kalian mengentarkan musuh
Allah dan musuh kalian dan orang-orang selain mereka yang kalian tidak
mengetahuinya, (QS. Al-Anfal [8]: 60)

d. Menyebarkan dakwah Islam kepada segenap manusia di luar wilayah Negara,


yaitu dengan cara menjalankan jihad sebagaimana yang dilakukan Rasululah pada
beberapa peperangan, misalnya penaklukan Makkah dan perang Tabuk. Begitu pula
pernah dilakukan oleh para Khulafa sesudah beliau, mereka melakukan berbagai
penaklukan ke wilayah Syam,Irak,Mesir, Afrika Utara dan menyebarluaskan Islam di
sana. Rasululah saw. Bersabda:
Jihad tetap berlangsung sejak aku diangkat menjadi rasul sampai generasi terakhir
dari umatku memerangi Dajjal. Jihad tidak dapat dibatalkan oleh dzalimnya
pemimpin yang buruk atau adilnya pemimpin yang adil

e. Menghilangkan pertentangan dan perselisihan diantara anggota masyarakat


dengan penuh keadilan. Hal ini dilakukan dengan cara menjatuhkan sanksi kepada
mereka yang berbuat dzalim; memperlihatkan keadilan terhadp orang yang didzalimi
sesuai dengan hukumyang disyariatkan. Allah berfirman:

Jika kalian menetapkan hikum di antara manusia hendaklah kalian menghukum


dengan adil (QS. An Nisa[4]: 58)
Abu Bakar ra. Pernah berkata:Orang yang (diangap) kuat di tengah-tengah kalian
adalah lemah dihadpanku, hinga aku dapat mengambil(hak tersebut)
darinya.Sedangkan orang yang (diangap) lemah ditengah-tengah kalian adalah kuat
di hadapanku, hinga aku dapat mengambilkan(haknya) untuknya. (Husain
Abdulah, Dirasat Fil Fikril Islam).
3. SISTEM ADMINISTRASI NEGARA
Memenuhi urusan rakyat termasuk kegiatan riayatus syuun, sedangkan
riayatus syuun itu adalah semata-mata wewenang Khalifah, maka seorang Khalifah
memiliki hak untuk mengadopsi teknis administrasi (uslub idari) yang dia kehendaki, lalu
dia perintahkan agar teknis administrasi tersebut dilaksanakan. Khalifah juga memiliki
hak diperbolehkan membuat semua bentuk perundang-undangan dan system
administrasi (nidzam idari), lalu mewajibkan atas seluruh rakyat untuk
melaksanakannya. Karena, semuanya itu merupakan kegiatan-kegiatan substansi.
Khalifah juga diperbolehkan untuk memerintahkan salah satu diantaranya, kemudian hal
menjadi mengikat atas semua orang untuk melaksanakan aturan tersebut, tidak dengan
aturan yang lain. Maka, pada saat itu hukum mentaatinya menjadi wajib. Sebab hal ini
merupakan kewajiban untuk mentaati salah satu hukum yang ditetapkan oleh Khalifah.
Dalam hal ini artinya Khalifah telah menetapkan suatu hukum (tabanniy)
terhadap suatu perkara yang telah dijadikan oleh syara sebagai haknya. Artinya

Khalifah telah melakukan hal-hal yang diangap perlu untuk memudahkannya dalam
menjalankan tuganya, yaitu riayatus syuun. Oleh karena itu ketika dia menetapkan
suatu hokum berkaitan dengan system administrasi, rakyat wajib terikat dengan apa
yang telah ditetapkannya tersebut., dan perkara ini termasuk dalam hal ketaatan
terhadap ulil amri.
Hal yang tersebut di atas merupakan kegiatan administrasi negara dilihat dari sisi
penaganannya, sedangkan dalam kaitannya mengenai rincian kegiatan administrasi,
dapat diambil dari fakta kegiatan administrasi itu sendiri.
Dengan meneliti faktanya, akan nampak bahwa di sana terdapat beberapa
kegiatan yang dilakukan oleh Khalifah sendiri atau oleh para apembantunya (muawin).
Baik berupa kegiatan pemerintahan, yaitu menerapkan hukum syara, ataupun kegiatan
administrasi, yaitu melaksanakan semua urusan yang bersifat substansi, dari kegiatan
penerapan hukum syara, bagi semua orang. Dimana hal ini memerlukan cara dan
sarana tertentu. Oleh karena itu harus adan aparat khusus yang dimiliki khalifah dalam
rangka mengurusi urusan rakyat sebagai tangung jawab kekhilafahan tersebut.
Disamping itu, ada urusan-urusan yang menyangkut kepentingan rakyat yang harus
dipenuhi. Maka Hal ini membutuhkan adanya instansi yang secara khusus bertugas
memenuhi kepentingan rakyat, dan ini adalah suatu keharusan, berdasrkan kaedah:
Apabila suatu kewajiban tidak sempurna ditunaikan, kecuali dengan adanya suatu
perkara, maka mewujudkan perkata tersebut adalah wajib
Instansi tersebut terdiri dari departemen, jawatan, dan unit-unit tertentu.
Departemen antara lain Pendidikan, Kesehatan, Pertanian, Perhubungan, Penerangan,
Pertanahan, dan lain sebagainya. Semua departeman mengurusi departemennya
sendiri, beserta jawatan dan unit-unit di bawahnya. Sedangkan jawatan adalah instansi
yang mengurusai jawatanya dan unit-unit di bawahnnya. Adapun unit-unit
tersebutmengurusi urusn unit itu sendri, beserta bagian-bagian dan sub bagian di
bawahnya. Semuanya di bentuk untuk menjalankan urusan- urusan administrai negara,
serta memenuhi kepentingan-kepentingan rakyat. Dan pada tingkat yang paling atas
diangkat pejabat yang bertanggungjawab kepada Khalifah dan secara langsung
mengurusi urusan departemen tersebut, berikut para aparat ditingkat ke bawahnya
hingga sub-sub bagian di dalam departemen tersebut.
Inilah penjelasn fakta system administrasi negara, yang merupakan perangakat
umum bagi semua rakyat, termasuk siapapunyang hidup di dalam naungan negara
Islam. Instansi-instansi tersebut biasanya disebut Diwan atau Diwannud Daulah.(An
Nabhanni, Nidzamul Hukmi Fil Islam, terj. Hal. 280).
4. SEJARAH ADMINISTRASI NEGARA ISLAM
Di masa Rasululah saw belum pernah di bentuk secara khusus system
administrasi negara bagi departeman dan diwan teresebut dengan ketentuan secara
khusus, akan tetapi beliau hanya mengangkat para katib pencatat, untuk setiap
departemen tersebut, di mana mereka layaknya pejabat yang mengepalai suatau
jawatan tertentu sekaligus pencatatnya.
Orang yang mula-mula membuat diwan dai dalam Islam adalah Umar bin
Khathab ra. Adapun yang menyebabkan beliau membuat diwan adalah, ketika beliau
mengutus utusan dengan membawa hurmuzan, lalu orang itu berkata kepad Umar: Ini
adalah utusan yang keluarganya telah engkau beri bagian harta. Bagaimana kalau salah

seorang di antara mereka ada yang terlupakan, dan dia tetap menahan dirinya, lalu dari
mana bawahanmu bias mengetahuinya? Maka buatlah diwan untuk mengurusi mereka.
Maka Umar bertanya kepadanya tentang diwan tersebut, kemudian dia menjelaskanya
kepada Umar.(An Nabhanni,ibid)
Abid bin Yahya meriwayatkan dari Harits bin Nufail, bahwa Umar ra. Meminta
pendapat kaum muslimin untuk membuat diwan, lalu Ali bin Abi Thalib ra. Berkata:
Engkau bagi saja harta yang telah terkumpul padamu, tiap tahun sekali. Dan jangan
sedikitpun engkau menyimpannya, Lalu Utsman ra. Menyampaikan usul:Aku melihat
orang-orang mempunyai harta yang banyak sekali. Kalau tidak pernah ihitung, hinga
tidak tahu mana yang sudah dipungut dan mana yang belum, aku khawatir masalah ini
akan merebak. Kemudian Al Walid bin Hisyam mengusulkan:Aku pernah berada di
Syam, lalu aku melihat raja-raja di sana membuat diwan, dan mengatur para
prajuritnya(dengan diwan tersebut). Maka, buatlah diwan dan aturlah prajurit
tersebut(seperti mereka). Umar akhirnya mengambil usulan Walid tersebut. Lalu beliau
memangil Uqail bin Abi Thalib, Mukhrimah bin Naufal, Jubair bin Muthim, yang mana
mereka adalah pemuda-pemuda keturunan Quraisy. Kemudian beliau memerintahkan
kepada mereka; Catatlah semua orang itu menurut tempat tinggal mereka.
Setelah Islam mulai merambah dan mulai nampak di Iraq, maka diwanul istifaa
(Instansi pengumpul harta Fai) dan instansi pengumpul harta mulai berjalan seperti
praktek yang terjadi sebelumnyadi sana. Diwan Syam mempergunakan gaya Romawi,
sedangkan Diwan Iraq menggunakan gaya Persia. Kemudian pada masa Abdul Malik
bin Marwan, maka belia mentrasnfer diwan Syam tersebut ke Arab pad tahun 81
hijriyah. Lalu disusul dengan pembentukan diwan-diwan sesuai dengan kebutuhan untuk
memenuhi tuntutan menagani urusan rakyat. Semisal diwan yang dikhususkan
untukmengurusi masalah pasukan, yang bertugas untuk mengangkat dan memberikan
gaji tentara. Ada pula sebagai pengatur masalah pekerjaan, yang bertugas memberikan
instruksi dan upah. Ada juga diwan yang mengurusi para wali dan amil yang bertugas
untuk mengurusi pengangkatan dan pemberhentian mereka. Ada juga diwan yang
bertugas mengurusi kas negara (baitul maal), yang bertugas mengurusi pendapatan dan
pengeluaran negara.Dan seterusnya. Maka diwan-diwan tersebut, semuanya
berhubungan dengan kebutuhan, dan secara teknis biasa saja berbeda-beda dari masa
ke masa sesuai dengan kemaslahatan yang dibutuhkan.
5. SIFAT ADMINISTRASI NEGARA ISLAM
Administrasi Negara dalam Islam dibangun berdasarkan falsafah: wa-in kaana
dzu usratin fanadhiratun ila maysarah (jika ada orang yang mempunyai kesulitan, maka
hendaknya dilihat bagaimana memudahkanya). Dengandemikian ia bersifat untuk
memudhkan urusan dan bukan untuk menekan apalagi memeras orang yang
menghendaki kemaslahatannya dipenuhi atau ditunaikan. Dan startegi yang di jalankan
dalam rangka mengurusi maslah administrasi ini adalah dilandasi dengan suatu kaedah:
SEDERHANA DALAM PERATURAN, CEPAT DALAM PELAYANAN, serta
PROFESIONAL DALAM PENANGANAN. Hal ini diambil dari realitas pelayanan
terhadap kebutuhan itu sendiri. Karena umumnya orang yang mempunyai kebutuhan
tersebut menginginkan agar ebutuhannya dilayani dengan cepat dan terpenuhi dengan
sempurna (memuaskan).
Rasulullah saw. Bersabda:

Seseungguhnya Allah memerintahkan kesempurnaan dalam segala hal. Maka, Apabila


kalian membunuh (dalam hukuman Qishas), sempurnakanlah pembunuhannya. Dan
Apabila kalian, menyembelih, maka sempurnakanlah sembelihannya. (HR. Imam
Muslim)
Karena itu, kesempurnaan dalam menunaikan pekerjaan jelas diperintahkan oleh
syara. Agar tercapai kesempurnaan dalam menunaikan urusan tersebut, maka
penanganannya harus memenuhi tiga kriteria tersebut, 1) sederhana dalam peraturan,
karena dengan kesederhanaan itu akan menyebabkan kemudahan. Kesederhanaan itu
dilakukan dengan tidak memerlukan banyak meja,atau berbelit-belit Sebaliknya aturan
yang rumit akan menimbulkan kesulitan yang menyebabkan para pencari kemaslahatan
menjadi susah dan jengkel. 2) cepat dalam pelayanan, karena kecepatan dapat
mempermudah bagi orang yang mempunyai kebutuhan terhadap sesuatu untuk
meperolehnya,dan 3) Pekerjaan itu ditangani oleh orang yang ahli (professional).
Sehingga semuanya mengharuskan kesempurnaan kerja, sebagaimana yang dituntut
oleh hasil kerja itu sendiri.
Dalam rangka memenuhi prinsip-prinsip kemudahan ini pula system administrasi
dalam Islam tidak bersifat sentralistik, yang ditentukan semuanya oleh pusat, sebaliknya
bersifat desentralisasi, atau diserahan kepada masing-masing desa, kecamatan,
kabupaten/kota, atau propinsi. Dengan demikian kemaslahatan yang akan deselesaikan
dapat ditunaikan dengan cepat dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, tanpa
harus menunggu disposisi, keputusan dari atas atau pusat.
Dan karena perkara ini adalah bagian dari uslub yang mempunyai sifat fleksibel
dan temporal. Artinya, dengan fleksibilitasnya, masalah administrasi akan selalu
mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan kemaslahatan yang hendak
dipecahkan atau diselesaikan. Dengan sifatnya yang temporal, Administrasi negara bias
berubah sewaktu-waktu, jika dipandang tidak lagi sesuai atau tidak cocok lagi dengan
kemaslahatan yang dituntut untuk dipenuhi.
6. ISLAM MENJAGA KUALITAS SDM APARAT
MEWUJUDKAN CLEAN & GOOD GOVERNANCE

YANG

UNGGUL

GUNA

Keunggulan SDM para aparat yang mendapatkan amanat untuk melaksanakan


tugas pelayanan administrasi negara dalam Islam dilahirkan dari bahwasanya menurut
pandangan Islam tugas atau pekerjaan administrative, adalah kewajiban dan tanggung
jawab. Karena itu Islam menetapkan persyaratan khusus bagi setiap aparat, yaitu
keahlia teknis administrasi tertentu. Ketetapan seseorang yang diangakat untuk
menjalankan tugas di daerah-daerah dan di lapangan administrasi negara dan di dalam
aparat pemerintahan yang lain didasarkan pad kemampuan melaksanakan tugas
dengan jujur, adil, ikhlash, dan taat kepada perundang-undangan negara, politis maupun
administrative. Pemilihan seseorang untuk menduduki jabatan tertentu berdasarkan
ukuran tersebut. Disamping itu bagi para penguasa dikenakan syarat khusus, yaitu sifatsifat tertentu yang berkaitan dengan tugas pekerjaan yang akan menjadi tangung jawab
nya. Seorang Hakim, misalnya ia harus seorang muslim yang merdeka, cerdas, adil, dan
menguasai ilmu fiqh (hukum Islam).Seorang pengasa daerah harus seorang yang
muslim, merdeka, cukup usia adil, memiliki kemampuan untuk memimpin urusan daerah
yang menjadi kekuasaannya. Selain itu ia harus seorang yang ahli taqwa kepad Allah
swt. Dan mempunyai kepribadian yang kuat. Yang dimaksud kuat dalam hal ini adalah
kekuatan mental dan spiritual. Kekuatan mental ialah kecerdasan berfikir mengenai
soal\soal hukum sehinga ia dapat mengetahui berbagai persoalan dan hubungan saling

keterkaitannya. Dan yang dimaksud kekuatan spiritual dalam hal ini adalah bahwa
seorang penguasa harus menyadari benar-benar bahwa dirinya adalah seorang amir
(penguasa) yang kecenderungan fikiran dan perbuatannya harus sesuai dengan
kedudukannya sebagai amir.
Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits berasal dari Abu Dzar ra. Yang
mengatakan sebagai berikut.: Aku pernah berkata,: Yaa Rasulallah, apakah anda tidak
berkenan mengangkat diriku sebagai penguasa daerah? Rasul saw. Menjawab seraya
menepuk-nepuk kedua bahuku:Hai abu Dzar, anda seorang yang lemah, sedangkan
tugas ituadalah suatu amanah yanag akan membuat orang menjadi hina dan menyesal
pada hari kiamat, kecuali jika ia mampu menunaikan hak dan kewajiban yang dipikulkan
kepadanya.
Atas dasar itulah maka seorang Walliyyul Amri wajib mengangkat orang di
kalangan kaum muslimin yang paling tepat, right man, untuk melaksanakan tugas
pekerjaan yang dipercayakan kepadanya. Rasul saw. Telah menegaskan:
Barang siapa mengangkat seorang sebagai pemimpin jamaah, padahal ia tahu bahwa
di dalam kelompok itu terdapat orang yang lebih baik, maka ia telah mengkhianati Allah,
mengkhianati Rasul-Nya dan mengkhianati kaum Muminin, (Diriwayatkan oleh Al
Hakim di dalam AL Mustadrak)
Kerusakan system administrasi yang terjadi di seluruh dunia saat ini yang
mengakibatkan jatuhnya martabat negara yang jatuh di tangan system administrasi
negara dan system politik sewenang-wenang, sehingga tidak mampu dan tidak berhasil
mengatasi berbagai problem penyelewengan yang dilakukan oleh para penguas dan
pejabatnya; apalagi mengikis segala kerusakan sampai ke akar-akarnya, guna
menyelamatkan kekayaan negara dan kekayaan individu rakyat dari keserakahan orang
yang hendak berbuat korupsi, maling, menyalahgunakan wewenang, menipu,
manipulasi, dan sebagainya. Apalagi menjamin terpeliharanya keamanan negara di
dalam negeri, menegakkan keadilan, berlakunya prinsip supremasi hukum bagi semua
orang tanpa membeda-bedakan yang memerintah dan yang diperintah!!!
Maka yakinlah, keadaan seperti di atas tidak mungkin terwujud kecuali di bawah
pengayoman system dan hukum Islam.
Kalau pada jaman dahulu Islam sanggup mengikis habis kerusakan administrasi
dibawah Persia dan Romawi, maka tidak diragukan lagi kalau dewas ini pun Islam akan
tetap sangup menanggulangi kerusakan administrasi negara yang melanda semua
negara di dunia ini, termasuk negara-negara yang dijuluki negara-negara maju, seperti
Amerika, Inggris, dan negara-negara barat lainnya, maupun menyelamatkan Indonesia
saat ini, tentu dengan Syariat Islaminsya Alah!
Dengan melihat sepintas-kilas hukum Islam mengenai administrasi negara, kita
dapat mengetahui bagaimana Islam mencegah terjadinya kerusakan di kalangan alatalat negara/aparat baik di bidang administrasi maupun peradilan. Yaitu dengan
mengharamkan pejabat atau pegawai menerima suap, hadiah, hibah, yang diberikan
oleh orang-orang tertentu kepada mereka untuk memperoleh jaminan atas kepentingankepentingannya.
Islam telah menatapkan beberapa cara memperoleh harta secara tidak sah yang
dilakukan oleh para penguas, pejabat, dan pegawai negara pada umumnya, yaitu;
menerima suap, hadiah atau hibah, menerima hasil penyalahgunaan kedudukannya
sebagai makelar, menerima komisi, korupsi dan menggunakan harta kekayaan yang
berada di bawah kekuasaannya dengan cara sewenang-wenang.

Suap misalnya, yang didefinisikan para ulama Fiqh sebagai; semua harta /uang
yang yang diberikan kepada seorang penguasa, hakim, atau pejabat dengan maksud
untuk memperoleh keputusan mengenai suatu kepentingan yang mestinya wajib
diputuskan tanpa pembayaran dalam bentuk apapun. Pengharaman suap adalah kuat di
dasarkan nash-nash Al-Quran dan Hadits, Allah swt berfirman:

Dan janganlah ada sebagian kalian makan sebagian harta benda sebagian
yang yang lain dengan jalan batil, dan janganlah menggunakannya sebagai
umpan(untuk menyuap) para hakim dengan maksud agar kalian dapat
makan harta orang lain dengan jalan dosa, padahal kalian mengetahui (hal
itu) (QS.Al Baqarah [2]: 188).

Abu dawud meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya
Rasululah bersabda:
Laknat Allah terhadp penyuap dan penerima suap di dalam kekuasaan
At Turmudzi meriwayatkan sebuah hadits serupa berasal dari Abdullah bin Amr,
bahwasanya Rasulullah bersabda:
Laknat Allah terhadp penyuap dan penerima suap
Hadits lainnya lagi mengenai soal ini diriwayatkan oleh Ahmad, Thabrani, AlBazar, dan Al-Hakim, berasl dari Tsuban yang mengatakan:
Rasulullah saw. Melaknati
menyaksikan penyuapan.

penyuap,penerima

suap,

dan

orang

yan

Abu Daawud juga meriwayatkan, Rasulullah bersabda:


Barang siapa yang kami beri tugas melakukan suatu pekerjaan dan kepadnya
telah kami beri rizki(imbalan gaji), maka apa yang diambil olehnya selainitu adalah
kecurangan.
Adakalanya suap juga diberikan orang dengan maksud agar aparat/ penguasa/
pegawai, menjalankan tugas kewajibannya sebagaimana mestinya. Suap semacam ini
yang sangat dihinakan oleh shahabat Nabi, bahkan mereka menolaknya dengan tegas.
Sebuah riwayat berasal dari Sulaiman bin Yassar, mengatakan, bahwa
Rasulullah saw, mengutus Abdullah bin Rawahah berangkat ke Khaibar (daerah Yahudi
yang baru saja tunduk kepada kekuasaan Islam) untuk menaksir hasil buah kurma di
daerah itu, karena Rasulullah saw. Telah memutuskan hasil-hasil buumi Khaibar di bagi
dua; separoh untuk kaum Yahudi sendiri yang mengelolanya, dan yang separohnya lagi
diserahkan kepada Kaum Muslimin. Ketika Abdullah bin Rawahah sedang menjalankan
tugasnya, orang-orang Yahudi dating kepadanyamembawa berbagai perhiasan yang
merekakumpulkan dari istri mereka masing-masing. Kepada Abdullah mereka berkata,:
Perhiasan ini untuk anda, ringankanlah kami dan berilah kepada kami lebih dari
separoh, Abdulah menjawab,Hai kaum Yahudi, demi Allah, kalian memang
manusia-manusia hamba Allah yang paling kubenci. Apa yang kalian perbuat itu
justru mendorong diriku merendahkan kalian. Suap yang kalian tawarkan itu
adalah barang haram, dan kami kaum Muslimin tidak memakannya! Mendengar

jawaban tersebut mereka menyahut,Karena itulah langit dan bumi tetap tegak! (Imam
Malik, Al Muwattha:1450).
Ringkasnya ialah bahwa semua harta yang diperoleh melalui suap dipandang
sebagai harta haram, bukan milik siapapun, harus disita dan diserahkan kepad Baitul
Maal, karena harta yang demikian ini didapat dengan cara yang tidak sah. Penerimanya,
pemberinya, perantaranya, wajib dijatuhi hukuman berat, karena praktek suap sangat
besar pengaruhnya terhadap semua alat-alat negara dan merusak kepercayaan rakyat.
Islam juga mengharamkan kekayaan gelap yang di dapat secara tidak sah oleh
penguasa dan pejabat. Selain itu Islam juga melarang seorang penguasa menyentuh
kekayaan umum dengan alas an dan cara apapun, baik alasan penafsiran maupun
fatwa dari ulama maupun aulia.
Atas dasar hukum-hukum tersebut Islam mengatasi maslah kerusakan
administrasi negara ini dengan jelan mewujudkan SISTEM PENGAWASAN diri pribadi
di kalangan para pejabat/aparat. Sebab, orang yang benar-benar muslim ia tidak akan
berbuat korupsi, tidak akan mau menerima suap, tidak mau mencuri, tidak mau
berkhianat, tidak mau berbuat dzalim dan tidak mau menipu; karena tahu bahwa Allah
selalu mengawasi dirinya dan menuntut pertanggungjawaban atas setiap kejahatan,
yang kecil maupun yang besar. Satu kenyataan yang tidak dapat diragukan lagi, jika
seorang penguas atau pejabat tidak memiliki sifat takwa kepad Allah swt. Serta tidak
takut kepada pengawasn=Nya secara lahir-bathin, maka penguas atau pejabat atau
aparat yang demikian pasti bersikap menindas rakyat dan bertindak sewenang-wenang!!
7. PENUTUP
Demikianlah Islam tidak akan segan-segan untuk mengambil tindakan terhadap
berbagai tindak penyalahgunaaan wewenang, jabatan dan kedudukan. Hukum Islam
cukup efektif untuk menghilangkan sebab-sebab yang menimbulkan kerusakan
administrasi negara, untuk menjaga keselamatan kekayaan, tanah property, sumber
daya alam dan semua milik negara maupun milik umum dan pribadi rakyat. Karena
itupenerapan hukum Islam akan dapat menaggulangi krisis administrasi negara akibat
kesewenang-wenagan para penguasa dan para pejabat terhadap rakyat; atau akibat
tindak perkosaan yang mereka lakukan terhadap harta kekayaan milik rakyat, baik
dilakukan melalui paksaan, kekerasan, tekanan kekuasaan, atau dengan cara
penerimaan suap, hibah, hadiah,; atau akibat tindak korupsi terhadap harta negara dan
kekayaan rakyat dengan penipuan dan pengelabuan; ataupun akibat praktek makelar
proyek dan penerimaan komisi tanpa sepengetahuan negara atau melalui jalan
belakang.
Semua ini akan segera dapat di hapuskan dengan senjata yang ampuh berupa
system administrasi negara Islam yang telah nyata terbukti menghancurkan
keboborokan administrasi yang diwariskan peradaban sebelumnya, padahal Islam
belajar dari teknik mereka, tetapi karena adanya mafahim indhibath syariyy(kedisiplinan
hukum) dalam wadah institusi negara, menjadikan Kaum Muslimin mampu memimpin
manusia kejalan petunjuk.InsyaAllah, amiin..

Anda mungkin juga menyukai