Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

EPISTEMOLOGI ISLAM

Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu :
Prof. DR. H. Maragustam Siregar, M.A.

Oleh :
CAHYO WULAN

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM S2


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
SURAKARTA

2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai seorang muslim menuntut ilmu itu wajib hukumnya.
Dengan ilmu kita akan lebis bisa mengenal siapa diri kita dan
tujuan hidup kita sebagai seorang manusia.
Banyak ilmu yang dapat kita pelajari di dunia ini,salah satunya
adalah filsafat, Sedangkan filsafat sendiri juga memiliki beberapa
cabang atau ranting. Salah satu dari cabang filsafat itu adalah
epistimologi.

Dan

pada

kesempatan

kali

ini

penulis

akan

membahas salah satu cabang filsafat,yaitu epistimologi Islam.


Epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan
mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses yakni usaha
pemikiran yang sistematis dan Metodik untuk menemukan
prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu.
Apakah objek kajian ilmu itu, dan seberapa jauh tingkat
kebenaran yang bisa dicapainya dan kebenaran yang bagaimana
yang bisa dicapai dalam penelitian ilmu, kebenaran obyektif,
subyektif, absolute atau relative1.

RUMUSAN MASALAH
1 Ledger Wood, "Epistemology", dalam Dagobert D. Runes, The Dictionary of
Philoshopy, New Jersey: litlle Field, Adam & co., 1976, hlm, 94.

1. Apa saja obyek kajian ilmu?


2. Sumber dan cara memperoleh ilmu?
3. Bagaimana kebenaran ilmu ?
4. Apa saja tujuan ilmu?
5. Bagaimana hubungan antara ilmu dengan etika?

BAB II
PEMBAHASAN

A. OBYEK KAJIAN ILMU


Obyek penelitian ilmu itu adalah ayat-ayat Tuhan sendiri, yaitu
ayat-ayat Tuhan yang tersurat dalam kitab suci yang berisi
firman-firman-Nya, dan ayat-ayat Tuhan yang tersirat dan
terkandung dalam ciptaan-Nya yaitu alam semesta dan diri
manusia sendiri.2
Studi terhadap kitab suci dan kembali melahirkan ilmu agama,
sedangkan penelitian terhadap alam semesta, dalam dimensi
fisik atau materi, melahirkan ilmu alam dan ilmu pasti, termasuk
di dalamnya kajian terhadap manusia dalam kaitannya dengan
dimensi fisiknya, akan tetapi penelitiannya pada dimensi non
fisiknya, yaitu perilaku, watak dan eksistensinya dalam berbagai
aspek

kehidupan,

melahirkan

ilmu

Humaniora,

sedangkan

penelitian terhadap ketiga ayat-ayat Tuhan itu yang dilakukan


pada

tingkatan

makna,

yang

berusaha

untuk

mencari

hakikatnya, melahirkan ilmu filsafat.3

SUMBER DANCARA MEMPEROLEH ILMU

2 Majid Fakhri, "Philoshopy and History," dalam John S. Badeau, Majid Fakhri,
The Genius of Arab Civilization, Kanada: MIT. Pres, 1983, hlm. 58

3Osman Bakar, Hierarki Ilmu; Membangun Kerangka-Pikir Islamisasi Ilmu, terj.


Purwanto, Bandung: Mizan, 1998, hlm. 145-148.

Ada beberapa sumber ilmu pengetahuan yang kita ketahui yaitu:


kepercayaan yang berdasarkan tradisi, kebiasaan-kebiasaan dan
agama, kesaksian orang lain, panca indra/pengalaman, akal
pikiran

dan

intuisi

pemikiran.

Akan tetapi pada hakekatnya sumber ilmu pengetahuan itu ada


dua : Wahyu (al-Quran dan Sunnah) dan Alam semesta.
Sedangkan

Cara

Memperoleh

Ilmu

Pengetahuan

ada yang langsung dan ada yang tidak langsung, ada yang
bersifat tidak tetap dan ada yang bersifat tetap, objektif dan
umum. Jenis dan sifat pengetahuan tergantung pada sumbernya
dan dengan cara dan alat apa pengetahuan itu diperoleh.
Kemudian, ada pengetahuan yang benar dan ada pengetahuan
yang salah tentu saja yang dikehendaki adalah pengetahuan
yang benar.
Menurut al-Gazali dimensi rohani manusia mempunyai empat
kekuatan

1.Qalbu
Berarti segumpal daging yang bundar memanjang. Terletak di
pinggir kiri dalam dada. Di dalamnya terdapat lubang-lubang.
Lubang-lubang inilah di isi dengan dara hitam yang merupakan
sumber dan tambang dari nyawa. Secara psikis. Qalbu berarti
sesuatu yang halus, rohani berasal dari alam ketuhanan. Qalbu
dalam pengetian kedua ini disebut hakekat manusia. Dialah yang
merasa, mengetahui, dan mengenal serta yang diberi beban,
disiksa,

dicaci,

dan

sebagainya.

2.Ruh
Secara biologis ialah tubuh halus yang bersumber pada lubang

qalb, yang tersebar kepada lubang tubuh dengan perantaraan


urat-urat. Sedangkan pengertian kedua ialah sesuatu yang halus
mengetahui

dan

merasa.

3.Nafs
Kekuatan yang menghimpun sifat-sifat tercelah pada manusia,
yang

harus

dilawan

dan

diperangi.

4.Akal
Pengetahuan segala hakekat segala keadaan. Akal itu ibarat
sifat-sifat ilmu yang tempatnya di hati. Pengertian kedua ialah
memperoleh

pengetahuan

itu

dan

itu

adalah

hati.

Dengan demikian Ilmu Pengetahuan dapat diperoleh dengan cara


yaitu:
a.

Menggunakan

pola

pikir

tertentu

(penalaran,

logika)

b. Tidak menggunakan pola berpikir tertentu (perasaan, intuisi).


Bukan merupakan kegiatan aktif manusia, tetapi sesuatu yang
ditawarkan oleh wahyu.4

4.R.Knight george,Issues and alternatives educationari philosophy,terjemahan Mahmud Arif,


Filsafat pendidikan islam,Gama media,Yogyakarta,2007,hlm.34

KEBENARAN ILMU

Kebenaran selalu terkait dengan dimensi keilmuan, menjadi


prinsip yang fundamental dalam epistemologi, dan di dalamnya
tersusun nilai-nilai benar dan salah. Kebenaran hanya dapat
diketahui orang karena ada kesalahan yang ditemuinya. Oleh
karena itu, kesalahan seharusnya membawa seseorang kepada
kebenaran.
Kebenaran dalam wacana ilmu adalah ketetapan metode dan
kesesuaiannya antara pemikiran dengan hukum-hukum internal
dari obyek penelitiannya.5 Setiap obyek pemikiran secara internal
sudah ada hukum-hukum yang menajadi bagian dari adanya
sejak awal keberadaannya. Dengan pemahaman atas hukumhukum itu, maka manusia bisa memanfaatkan untuk kepentingan
hidupnya, karena melalui pemahaman dan penguasaan atas
hukum-hukum itu, suatu kebudayaan akan terbentuk.
Dalam konsep filasafat Islam, kebenaran sesungguhnya datang
dari

Tuhan,

diterapkan

melalui
pada

hukum-hukum

setiap

ciptaan-Nya,

yang
yaitu

sudah
alam

ada

dan

semesta,

manusia dan Al-Qur'an. Semua itu merupakan ayat Tuhan yang


menjadi sumber kebenaran yang terkandung dalam sunnatullah:
5AC Ewing, The Fundamental Questions of Philoshopy, Cambridge: Macmillan
Company, 1962, hlm. 59-62.

hukum alam, hukum akal sehat dan juga hukum agama


(moralitas). Al-Qur'an 3:60 menyatakan:

Artinya: (apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar,
yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu Termasuk
orang-orang yang ragu-ragu.
B. TUJUAN ILMU
Secara ontologis, ilmu pada dasarnya adalah manusia, ia lahir
dari manusia dan untuk manusia, ilmu merupakan proses
manusia menjawab ketidaktahuannya mengenai berbagai hal
dalam hidupnya. Dari jurusan ini, maka ilmu bergantung
sepenuhnya pada manusia, yaitu bagaimana keadaan manusia
yang menghadapi ketidaktahuannya itu dan bagaimana ia
melihat hal yang tidak diketahuinya itu, dari sisi mana dan
bagaimana. Oleh karena itu, tujuan ilmu pada hakikatnya tidak
dapat dilepaskan dengan realitas dan tantangan yang dihadapai
manusia itu sendiri.6
Tujuan

pendidikan

menurut

Al

Ghozali

agar

manusia

mendekatkan diri pada Allah SWT dan berilmu.Bukan


sekedar

berilmu

kehidupan

,melainkan

ilmu

sehari-hari,ilmu

yang

yang

diamalkan

dalam

membawanya

pada

kebahagiaan di dnia dan di akherat.Dan,amalnya pun bukanlah


untuk mendapatkan pujian,sanjungan,honor atu hal-hal lain yang
bersifat duniawi,melainkan amal yang dilandasi ikhlas sematamata mencari ridlo Allah SWT.Hal ini terlihat dalam ungkapan Al
Ghozali sebagai berikut :Seluruh manusia akan binasa kecuali
yang berilmu,dan seluruh yang berilmu akan binasa kecuali yang
beramal,dan seluruh yang beramal akan binasa kecuali yang
6 Wishenchaft als Widersacher der Weisheit. J.W.M. Bakker, Filsafat
Kebudayaan, Yogyakarta: Kanisius, 1984, hlm.39.

ikhlash.Ulama mengingatkan agar tujuan mencari ilmu tidak


keluar dari tujuan tersebut,melarang untuk tujuan dunia.7

C. ILMU DAN ETIKA


Dalam perkembangannya, ilmu telah menjadi suatu sistem yang
kompleks,

dan

dibayangkan

manusia

manusia

terperangkap

hidup

tanpa

di

ilmu.

dalamnya,

sulit

Ilmu

lagi

tidak

membebaskan manusia, tetapi manusia terperangkap hidupnya


dalam sistem ilmu. Manusia telah menjadi bagian dari sistemnya,
manusia juga menjadi obyeknya. Ilmu telah melahirkan makhluk
baru yang sistemik, mempunyai mekanisme yang kadang kala
tidak bisa dikontrol oleh manusianya sendiri. Suatu mekanisme
mekanik yang makin hari makin kuat, makin besar dan makin
kompleks, dan rasanya telah menjadi suatu dunia baru di atas
dunia yang ada ini.
Dunia baru yang artifisial, mempunyai etikanya sendiri, yang
berada diluar etika besar sebagai wujud dari pembebasan
manusia. Suatu etika yang pada dasarnya sangat pragmatik, dan
sangat tergantung pada tawar menawar dengan kepentingan
ekonomi, kekuasaan politik dan kekuatan militer.
Dalam realitas kehidupan masyarakat dewasa ini, terjadi konflik
antara etika pragmatik dengan etika pembebasan manusia. Etika
pragmatik

berorientasi

pada

kepentingan-kepentingan

7 Nata Abudin,Pemikiran para tokoh pendidikan islam kajian pendidikan


islam,Radja Grafindo Persada,Jakarta,2001,hlm.94

elite

sebagi wujud kerja sama antara iptek, uang, kekuasaan dan


kekerasan yang cenderung menindas untuk kepentingannya
sendiri yang bersifat matrelialistik, dengan etika pembebasan
manusia dari penindasan kekuatan elite, etika pembebasan yang
bersifat spiritual dan universal.
Dalam pandangan filsafat Islam, kebenaran dan ilmu tidak boleh
berada dibawah kekuasaan hawa nafsu, karena akan melahirkan
kerusakan. Dengan demikian etika ilmu adalah keberpihakan
kepada kebenaran, pembebasan manusia dan kemandirian
artinya tidak terkooptasi oleh sistem yang menindas

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1.

Obyek kajian ilmu adalah ayat-ayat Allah SWT yang


tercantum dalam kitab suci Al Quran dan ayat-ayat Allah
SWT yang tersirat dan terkandung pada ciptaan-Nya. (alam
semesta)

2.

Cara

memperoleh

kegiatan

ilmu

aktif

ada

a.)merupakan

untuk

mencari

kebenaran(kasyaf),2.)Bukan

merupakan

kegiatan

manusia,tetapi

ditawarkan

sesuatu

manusia

dua,yaitu

yang

oleh

wahyu

(laduni)
3.

Kebenaran ilmu adalah ketetapan metode dan kesesuaian


antara pemikiran dengan hukum-hukum internal dari obyek
penelitiannya yang bersifat relatif dan sementara, karena
dipengaruhi oleh pilihan atau fokus yang bersifat parsial,

tidak menyeluruh dalam dimensinya, dan dipengaruhi oleh


realitas ruang dan waktu yang selalu berubah.
4.

.Tujuan mencari ilmu adalah untuk mendekatkan diri pada


Allah.Berilmu untuk melaksanakan tugas menjadi hamba
dan khalifah dan sebagai usaha manusia untuk mengubah
kehidupannya agar menjadi lebih baik.

5.

Hubungan antara ilmu dengan etika adalah kebenaran ilmu


tidak boleh berada dibawah kekuasaan hawa nafsu, karena
akan melahirkan kerusakan sehingga etika ilmu adalah
keberpihakan kepada kebenaran bukan sistem penindasan.

DAFTAR PUSTAKA
Dr. P. Hardono Hadi. 1994. Epistemologi Filsafat Pengetahuan.
Yogyakarta: Kanisius.
Drs. Muhammad Azhar, MA. 1999. Studi Islam Dalam Percakapan
Epistemologis. Yogyakarta: SIPRESS.
Prof. A. Qodri Azizy, Ph.D. 2004. Pengembangan Ilmu-Ilmu
KeIslaman. Semarang: Aneka Ilmu.
Prof. Dr. Musa Asyaarie. 2002. Filsafat Islam. Yogyakarta: LESFI.
Sembodo Ardi Widodo M.Ag. 2003. Pendidikan Barat Dan Islam.
Jakarta: PT. Nimas Multima.

10

Anda mungkin juga menyukai