Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah salah satu dimensi strategis yang mendapatkan perhatian dalam ajaran Islam.
Terbukti dari sejak diturunkannya Al-Qur’an telah memerintahkan manusia untuk peduli dengan ilmu pengetahuan dengan
perintah ”iqra’” atau perintah membaca. Hal ini merupakan dasar utama yang menuntun dan menuntut manusia untuk
mencari ilmu dan mencintai ilmu pengetahuan. Bahkan Allah telah berjanji di dalam firman-Nya QS. Al-Mujadilah : 11,
menyatakan bahwa “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang
dikaruniai ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
Artinya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas
mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala
sesuatu
Secara ringkas bisa dikatakan bahwa dalam Islam, pria dan wanita itu equal but not identical (sama tetapi tidak serupa).
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami telah memuliakan anak-anak Adam. Kami angkut mereka di daratan dan di
lautan (untuk memudahkan mencari kehidupan). Kami beri mereka rezeki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk-makhluk yang Kami ciptakan. (QS.Al-Isra’ [17]:70). Tentu, kalimat
anak-anak Adam dalam ayat ini mencakup lelaki dan perempuan. Demikian pula penghormatan Tuhan yang diberikan-Nya
itu, mencakup anak-anak Adam seluruhnya, baik perempuan maupun lelaki.
Allah SWT berfirman, “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf.
Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya.” (QS Al-Baqarah : 228)
Dalam ayat yang lain, Allah SWT berfirman, “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka…” (QS An-Nisa’: 34).
Pemberdayaan yang di maksud disini adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin untuk mengentaskan dari
kemiskinan, kemungkinan besar para penjual dari kalangan masyarakat ini kalah dalm hal manajemen, baik dalam hal cash
flow , target pasar, cara pengolahan produk , iklan produk dan berbagai kendala manajemnen yang lainnya.
Missal ada keluarga miskin yang mempunyai usaha menjual kue moci di pasar, dari hasil penjualannya masih sangat minim ,
misalkan hanya ber keuntungan di bawah 30 ribu per hari dan tidak bisa menjual setiap hari di karenakan penjual tersebut
tidak mempunyai cukup modal , peralatan serta kemampuan minim dibidang manajemen.
Dalam hal ini para pendamping pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin harus memetakan terlebih dahulu permasalahan
yang ada pada diri orang yang mau dibimbing itu, contoh dari kekurangannya adalah alat, maka sebaiknya penyaluran dana
zakat , shodakoh tidak harus berbentuk uang akan tetapi langsung berbentuk barang, sehingga tidak ada penyelewengan dana
untuk di belikan ke hal yang lain kepada si penerima manfaat. Untuk jangka pendampingan bisa diambil jangka satu atau
dua tahun pendampingan dalam masa satu program pemberdayaan. Setelah mendapatkan alat untuk memprodiuksi, dilatih
untuk membuat kue moci yang lebih bagus kualitas dan menarik pengemasannya untuk dipasarkan dan mengetahui harga
pasaran dengan benar, agar tidak terlalu murah maupun terlalu mahal yang dapat menyebabkan kehilangan konsumen.
Faktor cash flow ataupun pengaturan keuangan jauga perlu di beri pelatihan, perbandingan pemasukan dan pengeluaran agar
tidak rugi nantinya.
Bank Syariah ialah suatu lembaga perbankan yang dikelola dengan menggunakan prinsip syariah. Sedangkan bank
konvensional ialah suatu lembaga perbankan yang dikelola secara konvensional, dimana pada kegiatannya bank
konvensional memberikan jasa transaksi pembayaran secara umum dengan berpijak pada ketentuan serta prosedur yang
sudah ditentukan.
Adapun perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional, antara lain
1.Perbedaan hukum : bank syariah menggunakan syariah Islam yang berdasar atas Al-Quran serta Hadist yang mana sudah
difatwakan oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia), sedangkan bank konvensional menggunakan hukum positif yang telah
berlaku dan diakui di Indonesia.
2.Perbedaan investasi : bank syariah hanya menerima pengajuan pinjaman hanya dari jenis usaha yang halal, sedangkan
bank konvensional menerima pengajuan pinjaman dari segala jenis usaha.
3.Perbedaan orientasi : bank syariah berorientasi untuk memperoleh keuntungan serta mendapatkan kebahagian dan
kemakmuran baik di dunia maupun di akhirat, sedangkan bank konvensional hanya berorientasi untuk memperoleh
keuntungan semata.
4.Perbedaan keuntungan : keuntungan yang diperoleh bank syariah melalui sistem bagi hasil, sedangkan keuntungan yang
diperoleh bank konvensional berasal dari bunga.
5.Perbedaan nasabah dan bank : hubungan antara nasabah dan bank syariah ialah sebagai mitra, sedangkan hubungan
antara nasabah dan bank konvensional ialah sebagai kreditur dan debitur.
6.Perbedaan keberasaan dewan pengawas : setiap transaksi yang dilakukan oleh bank syariah akan diawasi oleh dewan
pengawas, yaitu ahli ekonomi atau ulama yang telah memahami mengenai fiqih muamalah, sedangkan transaksi yang
dilakukan oleh bank konvensial tidak diawasi oleh dewan pengawas, kecuali hukum posit
1.Berjiwa religius, taat beribadah dan berintegritas tinggi serta sejalan antara kata dan perilaku;
2.Memiliki visi dan karakter kuat sebagai negarawan, yang mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara ketimbang diri
sendiri,partai Politik dan kroni;
3.Berani mengambil keputusan srategis dalam memecahkan masalah krusial bangsa, dengan tetap menghormati dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab;
4.Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, tegas dalam melakukan pemberantasan korupsi, penegakkan hukum serta
penyelamatan asset dan kekayaan negara;
5.Menjaga kewibawaan dan kedaulatan nasional dari berbagai ancaman di dalam dan di luar negeri;
Orang-orang yang berhak mendapatkan harta waris dari kalangan laki-laki adalah:
1. Anak lelaki
2. Cucu lelaki dari anak lelaki, dan seterusnya dari keturunannya yang lelaki
3. Bapak
4. Kakek (dari pihak bapak) dan ke atasnya dari jalur lelaki
5. Suami
6. Saudara lelaki sekandung
7. Saudara lelaki sebapak
8. Saudara lelaki seibu
9. Anak lelaki dari saudara lelaki sekandung (keponakan), dan seterusnya dari keturunannya yang lelaki
10. Anak lelaki dari saudara lelaki sebapak (keponakan), dan seterusnya dari keturunannya yang lelaki
11. Paman (saudara bapak sekandung)
12. Paman (saudara bapak sebapak)
13. Anak lelaki dari paman/saudara bapak sekandung (sepupu), dan seterusnya dari keturunannya yang lelaki
14. Anak lelaki dari paman/saudara bapak sebapak (sepupu), dan seterusnya dari keturunannya yang lelaki
15. Seorang lelaki yang membebaskan budak (mu’tiq), dan ashabah-nya dari jenis ‘ashabah bin-nafsi.
Adapun rincian Penghalang-Penghalang Waris jenis ini ada sembilan:
1) Perbudakan: Seorang yang berstatus budak tidaklah bisa mewarisi, karena dia dan hartanya menjadi milik tuannya. Tidak
adanya hak milik bagi seseorang merupakan penghalang syari baginya untuk mendapatkan harta waris.
2) Pembunuhan yang dilakukan terhadap pemilik harta waris (Muwarrits): Jika seorang Ahli Waris membunuh Muwarrits-
nya, maka si pembunuh tersebut TIDAK BERHAK mendapatkan harta waris darinya.
3) Perbedaan agama antara pemilik harta waris (Muwarrits) dengan Ahli Warisnya.
5. Wanita yang ditalak tiga (Talak Bain Qubro – tidak bisa rujuk lagi).
6. Anak angkat. Sifatnya dua arah: Orang tua angkat tidak bisa mewarisi dari anak angkatnya, demikian pula sebaliknya,
anak angkat tidak bisa mewarisi dari orang tua angkatnya.
8. Anak Lian. Lian adalah sumpah seorang suami untuk meneguhkan tuduhannya bahwa istrinya telah berzina dengan laki-
laki lain. Sumpah itu dilakukan suami karena istrinya telah menyanggah tuduhan suaminya itu, sementara suami sendiri
tidak memiliki bukti-bukti atas tuduhan zinanya.