Kaidah Fiqh
Kaidah “Kullu Qardhin Jarra Manfa’atan Fahuwa Riba” masuk kelompok kaidah hukum tentang riba.
Riba Jahiliyah pada prinsipnya relevan dengan riba dain (al-duyun/utang) yang muncul karena beberapa
sebab di antaranya :
1. Akad jual beli yang pembayaran harganya (tsaman) tidak dilakukan secara tunai
2. Akad Qardh (pinjam-meminjam) yang bersifat sosial
3. Akad Ijarah yang pembayaran ujroh-nya tidak dilakukan secara tunai
Tampaknya riba jahiliyah tidak hanya berkaitan dengan Akad Qardh, tetapi secara tidak langsung juga
berkaitan dengan akad jual beli dan akad ijarah yang termasuk dalam domain akad bisnis.
Fikih Mu’amalah Maliyyah, Jilid : Prinsip-Prinsip Perjanjian karya Prof Jaih Mubarak dan DR. Hasanudin
Sumber Hukum Kaidah “Kullu
Qardhin...”
"... dan Allâh menghalalkan jual beli dan mengharamkan ribâ..." (QS. Al-Bâqarah (2) : 275] 1
2 3
Artinya: (hadis marfu’) Telah berkata Al-Harits, telah menceritakan Telah menceritakan kepada kami Hafsh Ibn Hamzah, telah
kepada kami Hafsh Ibn Hamzah, telah mengabarkan kepada kami mengabarkan kepada kami Sawwar Ibn Mush’ab dari Umarah Al-
Sawwar Ibn Mush’ab dari Umarah Al-Hamdanii, ia berkata saya Hamdanii, ia berkata saya mendengar dari Ali ra., bahwa Rasul
mendengar dari Ali ra., bahwa Rasul SAW bersabda: “Setiap akad SAW bersabda: “Setiap akad qardh dengan mengambil manfaat
qardh dengan mengambil manfaat adalah riba”. (Vide: Al-Mathalib adalah riba”. (Vide: Zawa’id Al-Haitsami, No. 437, Jilid 1/hal. 500,
Al-Aliiyah bi Zawaid Al-Masaniid Ats-Tsamaniyah, AL-Hafidz Ibn Al-harits Ibn Abi Usamah (Al-Hafidz Nurudin Al-Haitsami),
Hajar Al-Asqalanii, Kitab An-Nawafiil – Abwab Al-Jum’ah) Penerbit Markaz Khidmah Al-Sunnah Wal Sirah An-Nabawiyah,
Madinah Munawarah, Tahun 1413 H/1992 M, Tahqiq Dr. Husain
Ahmad Shalih Al-Bakirii)
4
Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdullah Al-Hafidz, dan Abu Sa’id Ibn Abi Amru, keduanya berkata telah menceritakan kepada kami
Abul Abbas Muhammad Ibn Ya’qub, telah menceritakan kepada kami Ibrahim Ibn Munqidz, telah menceritakan kepadaku Idris Ibn Yahya
dari Abdullah Ibn Iyasy, ia berkata telah menceritakan kepadaku Yazid Ibn Abi Habib dari Abi Marzuq At-Tujiibii dari Fadhalah Ibn Ubaid
(sahabat Nabi SAW), ia berkata: “Setiap akad qardh (pinjam – meminjam) dengan mengambil manfaat, maka hal itu termasuk salah
satu bentuk riba”. (Vide: Sunan Al-Baihaqi Al-Kubra, Hadis No. 10715, jilid 5/hal, 349-350, Imam Ahmad Ibn Al-Husain Ibn Ali Ibn Musa –
Abu Bakar Al-Baihaqi, Maktabah Dar Al-Baz – Makkah Al-Mukarramah, Tahun 1414 H/1994 M, Tahqiq Muhammad Abdul Qadir Atha)
Diskursus Kualitas Hadits
“Kullu Qardhin...”
(salah satu sanadnya Suwar bin Mus'ab sebagai perawi matruk).
“Ditegaskan oleh Umar bin Zaid, Imam Haramain, dan [Dr. Oni Sahroni,
al-Ghazali bahwa hadis-hadis tersebut tidak sahih.” Konsultasi Syariah
“Makna Kaidah Kullu
“Walaupun ungkapan tersebut itu kaidah dan bukan hadis, qardhin jarra
seluruh ulama sepakat bahwa maknanya sahih.” naf’an”]
Ragam Redaksi Kaidah “Kullu
Qardhin...”
6
"Kullu qardin jarra
1
naf'an fahua riba idza
kana masyruthan fihi
naf'un lil muqridh"
2
4*
5**
* Mulai dari Fatwa DSN MUI No. 120 dan seterusnya menggunakan teks ini
**bahwa salaf itu adalah qardh dalam bahasa penduduk hijaz (al-Fiqh al-Islam wa adillatuhu karya Wahbah Zuhaily
** Sumber kaidah : kitab al-Dhawabith al-fiqhiyyatu fi riba al-duyuuni wa al-sharf karya Zaid ibnu Ali ibnu Abdurrahman almuhsin,
hal 52)
Kitab Mausu’ah al-Qawaid al-Fiqhiyyah
‘Athiyah Adlan ‘Athiyah Ramadhan
(hal 301)
Kitab al-Fiqh al-Islam wa adillatuhu
Wahbah Zuhaily
(hal 724-726)
Kitab al-Fiqh al-Islam wa adillatuhu
Wahbah Zuhaily
(hal 724-726)
Kitab al-Fiqh al-Islam wa adillatuhu
Wahbah Zuhaily
(hal 724-726)
Matriks Kaidah “Kullu
Qardhin...”
Contoh : (x / √)
No Kriteria Barang
1 Hutang √
2 Tambahan Manfaat √
3 Dipersyaratkan √
4 Kepentingan Pihak ber- √
piutang
Status Riba
Contoh : (x / √)
No Kriteria Barang
1 Hutang √
2 Tambahan Manfaat √
3 Dipersyaratkan X*
4 Kepentingan Pihak ber- √
piutang
Status Bukan Riba ;
Hadiah
Analisis :
1. Penjaminan Simpanan Nasabah Bank Syariah adalah penjaminan yang dilaksanakan oleh
LPS atas simpanan nasabah bank syariah. Bank Syariah diharuskan membayar kontribusi
(premi )kepada LPS sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Penjaminan Simpanan Syariah hanya boleh dilakukan pada :
a) Modal (ra's al-mal) mudharabah madhmunah dan bagi hasil yang telah menjadi hak
nasabah tetapi belum dibayarkan sampai dengan dicabut izin usaha; dan
b) Pokok wadiah (mablagh al-wadi'ah) dan bonus yang telah ditetapkan bank menjadi
hak nasabah tetapi belum dibayarkan sampai dengan dicabut izin usaha.
3. Kaidah “Kullu Qardhin…” dalam fatwa ini masuk untuk mengatur salah satu aktivitas
penjaminan dalam kondisi sebagai berikut :
“Dalam hal terdapat kekurangan dana penjaminan syariah, LPS wajib menutup kekurangan
tersebut untuk sementara waktu dengan menggunakan dana dari sumber lainnya, baik
berupa talangan (Qardh) yang akan diganti dengan premi penjaminan simpanan yang
diterima di masa yang akan datang, maupun berbentuk hibah.”
Penerapan Kaidah “Kullu
Fatwa DSN MUI ; Qardhin...” pada Fatwa DSN MUI
7. No. 125/DSN/MUI/XI/2018 tentang Kontrak Investasi Kolektif – Efek Beragun Aset (KIK EBA)
Berdasarkan Prinsip Syariah
Analisis :
1. Sekuritisasi KIK EBA adalah transformasi aset yang tidak likuid menjadi likuid dengan
cara penjualan Aset oleh Originator kepada Manajer Investasi sebagai wakil KIK EBA melalui
penerbitan Efek Beragun Aset.
2. Klasifikasi Kumpulan Aset Syariah : Aset Syariah Berbentuk Dain (ASBD) adalah aset
berbentuk utang yang timbul dari jual beli (bai'), pinjaman (qardh) dan sewa (piutang
ujrah). Aset Syariah Berbentuk Bukan Dain (ASBBD) adalah aset yang berbentuk Barang (al-
a'yan/tangible assets), Manfaat (almanafi' /usufructs) maupun Jasa (al -khadamat/ services)
termasuk aset yang timbul dari pembiayaan atau transaksi yang kedudukan kepemilikan
aset masih berada pada Originator atau pihak yang telah melakukan pembelian dari
Originator.
3. Kaidah “Kullu Qardhin…” dalam fatwa ini masuk untuk mengatur salah satu aktivitas
sekuritisasi dalam kondisi sebagai berikut :
“Sekuritisasi aset hanya boleh dilakukan atas ASBBD dan tidak boleh dilakukan atas ASBD.”
{juga bisa masuk bab bay’ al-dain al-muajjal bi al-tsaman al-haal}
Penerapan Kaidah “Kullu
Qardhin...” pada Fatwa DSN MUI
Fatwa DSN MUI ;
8. No. 126/DSN/MUI/XI/2018 tentang Akad Wakalah Bi al-Istismar
Akad Wakalah Bi al-Istismar adalah akad wakalah untuk menginvestasikan dan mengembangkan
modal Muwakkil baik dengan imbalan (Wakalah bi al-Ujrah) maupun tanpa imbalan (Wakalah bi
ghairi al-Ujrah).
Diktum Fatwa :
“Dalam hal Wakil memberikan talangan
maka berlaku hukum qardh, yaitu tidak
diperbolehkan adanya tambahan
manfaat yang diperjanjikan untuk
keuntungan Wakil karena pemberian
talangan tersebut. Wakil hanya berhak
atas imbalan karena posisinya sebagai
Sumber gambar makalah DSN MUI tentang Akad Wakalah bi al-Istitsmar Wakil yang tidak dikaitkan dengan
besaran talangan”
Penerapan Kaidah “Kullu Qardhin...” dalam
Muamalah Kontemporer
Analisis :
1) LKS/LBS/LPS dibenarkan secara hukum syariah dan hukum
positif untuk melakukan sita (penjualan) jaminan dimana
sebagian dari hasil penjualan tersebut digunakan untuk
menyelesaikan piutang LKS (utang bagi Nasabah).
Penulis menggunakan definisi Jika terdapat kelebihan dan dari hasil penjualan agunan
:“Riba (riba dayn) adalah menambahkan beban maka kelebihan itu wajib dikembalikan kepada Nasabah.
kepada pihak yang berhutang (BUNGA, 2) Kaidah “Kullu Qardhin...” tidak dapat digunakan untuk
FASILITAS, DENDA, SITA).” menyatakan SITA sebagai riba. Konteks penjualan (SITA)
agunan merupakan pelaksanaan atas hak yang dimiliki
Fokus analisa pada kalimat “penambahan LKS/LBS/LPS sebagai Pemilik Piutang. Kemudian kata
beban kepada orang yang berhutang”. ‘Beban’ sangat luas sementara manfaat yang dimaksud
dalam Riba adalah harta (barang dan manfaat barang)
Penerapan Kaidah “Kullu Qardhin...” dalam
Muamalah Kontemporer
4. Tambahan keuntungan atas restrukturisasi
(penjadwalan kembali) Pembiayaan
Murabahah itu Riba.
a) Calon Nasabah datang ke Bank Syariah untuk memiliki Rumah (Lt. 100 m2/Lb. 80 m2) seharga Rp 600
juta. Nasabah sudah menyiapkan uang muka sebesar 20% dari harga rumah.
b) Bank menyetujui permohonan Calon Nasabah, pembiayaan dilakukan dengan Akad Jual Beli
Murabahah atas Dasar Pesanan dengan limit pembiayaan sebesar Rp 480 juta, jangka waktu 10 tahun
dengan margin keuntungan setara 10% eff p.a. Pencairan efektif bulan Oktober 2016.
c) Pada Bulan ke 25 (Nov 18) nasabah mulai tidak membayar angsuran karena mengalami penurunan
kemampuan membayar dan meminta untuk dilakukan restrukturisasi ?
Penerapan Kaidah “Kullu Qardhin...” dalam
Muamalah Kontemporer
4. Tambahan keuntungan atas restrukturisasi
(penjadwalan kembali) Pembiayaan
Murabahah itu Riba.
Jadwal Angsuran Nasabah Kewajiban Marjin Nasabah 281.188.244
No Tgl Kewajiban Pokok Nasabah 480.000.000
Angsuran Kewajiban Nasabah
Total Kewajiban Nasabah 761.188.244
Okt-16 761.188.244
1 Nov-16 6.343.235 754.845.009 Angsuran dibayar s/d bulan ke 24 152.237.649
2 Des-16 6.343.235 748.501.774 Margin dibayar s/d bulan ke 24 90.266.301
3 Jan-17 6.343.235 742.158.538 Pokok Pembiayaan dibayar s/d bulan ke 24 61.971.348
4 Feb-17 6.343.235 735.815.303 -
5 Mar-17 6.343.235 729.472.068
Sisa Margin belum dibayar 190.921.943
6 Apr-17 6.343.235 723.128.832
7 Mei-17 6.343.235 716.785.597 Sisa Pokok belum dibayar 418.028.652
8 Jun-17 6.343.235 710.442.361 Sisa jumlah tagihan 608.950.596
9 Jul-17 6.343.235 704.099.126
10 Agt-17 6.343.235 697.755.891 1. Dilakukan perubahan jatuh tempo
11 Sep-17 6.343.235 691.412.655
pembiayaan semula berakhir Oktober 2026
12 Okt-17 6.343.235 685.069.420
24 Okt-18 6.343.235 608.950.596 diperpanjang hingga Oktober 2031
25 Nov-18 6.343.235 602.607.360 (total 15 tahun).
26 Des-18 6.343.235 596.264.125
27 Jan-19 6.343.235 589.920.889
2. Jumlah angsuran nasabah diturunkan
120 Okt-26 6.343.235 -0 sesuai dengan kemampuan menjadi
Rp 4.828.835 (bln 27 s/d 179) dan 11.801.179 (bln
180) atau setara eq 10,00% eff-p.a
Penerapan Kaidah “Kullu Qardhin...” dalam
Muamalah Kontemporer
4. Tambahan keuntungan atas restrukturisasi
(penjadwalan kembali) Pembiayaan
Murabahah itu Riba.
A Sisa Jumlah Tagihan Sebelum Restrukturisasi 608.950.596 Analisis :
B Angsuran Setelah Restrukturisasi ( bulan ke 27 s/d 180) 750.612.976
1) Fatwa DSN MUI No. 48/DSN-
Margin Murabahah Ditangguhkan Bulan Ke 25 3.483.572
Margin Murabahah Ditangguhkan Bulan Ke 26 3.459.742
MUI/II/2005 tentang Penjadwalan
C Selisih Tagihan sesudah dan sebelum restrukturisasi 141.662.381 Kembali Tagihan Murabahah tidak
(B-A) menggunakan kaidah “Kullu
Jatuh Tempo Awal Okt-16 Qardhin...”. sebab konteks fatwa
Jatuh Tempo Setelah Restru Okt-31 ini adalah memberikan bantuan
/pertolongan untuk Nasabah yang
No Kriteria Restru Keterangan
mengalami kesulitan membayar.
1 Hutang √ Tsaman dicicil
Sebagian dalil yang digunakan
2 Tambahan Manfaat √ Rp 141.662.381
dalam fatwa dimaksud adalah dalil
3 Dipersyaratkan √ Addendum akad tolong menolong.
4 Kepentingan Pihak √ Pendapatan LKS
ber-piutang
2) Namun demikian substansi kaidah
“Kullu Qardhin...” masuk dalam
Status Riba
ketentuan fatwa yaitu ; “Tidak
Restrukturisasi dalam bentuk penjadwalan kembali (perubahan
jatuh tempo akad) model di atas tidak boleh dilakukan menambah jumlah tagihan yang
karena kelebihan sebesar Rp 141.662.381 adalah riba. tersisa”
Diskursus Penerapan Kaidah “Kullu
Qardhin...” dalam Muamalah Kontemporer
5. Potongan Harga Jasa Ojek pada Gojek/Grab dengan
menggunakan fitur pembayaran E-Money (GOPAY /
OVO) itu Riba ? Analisis (2 pihak ; User vs Gojek/Grab) :
1. Fakta lain ; i) Go Pay dan OVO yang resmi sebagai emoney itu
telah menghadirkan fitur "Tarik Tunai“
2. Menaruh Uang menerima jasa cocok IMFZ. Menaruh Uang dan
bisa ambil uang melalui fitur tarik tunai sempurnalah
Wadiahnya. Jika uang titipan (wadiah) digunakan untuk
operasional perusahaan maka sempurnalah sudah Qardhnya.
Kaidah “Kullu Qardhin dapat digunakan untuk menyatakan
Hubungan User (Penyewa Jasa) dan Grab/Gojek
Potongan Harga Jasa Ojek pada Gojek/Grab dengan
(Pemberi Jasa) pada fitur emoney (Go Pay / OVO)
menggunakan fitur pembayaran E-Money (GOPAY / OVO) itu
adalah Qardh
Riba.
Analisis (2 pihak ; User vs Gojek/Grab) :
No Kriteria Diskon Keterangan
1. Uang simpanan yang ada di GoPay dan OVO tidak
tepat didudukkan ke dalam skema Wadiah maupun 1 Hutang √ Qardh
Qardh. Akan tetapi cocok ke dalam skema Ijarah
2 Tambahan Manfaat √ Diskon (Rp)
Maushufah Fi Dzimmah (IMFZ). User hanya bisa
mengosongkan saldonya jika menggunakan Jasa 3 Dipersyaratkan √ Beda bayar tunai dan
Gojek dan Grab. bayar via fitur emoney
2. Memberikan Uang kemudian menerima Jasa itu (lebih murah)
bukan Wadiah apalagi Qardh, walaupun jasanya 4 Kepentingan Pihak √ User sebagai kreditor
masih belum diterima saat uang disetor. Semisal ber-piutang menerima penurunan
beli tiket pesawat, bayar sekarang berangkat biaya (Rp)
lebaran. Mau memberikan potongan tentu berlaku
sebagai diskon. Status Riba
Diskursus Penerapan Kaidah “Kullu
Qardhin...” dalam Muamalah Kontemporer
5. Potongan Harga Jasa Ojek pada Gojek/Grab
dengan menggunakan fitur pembayaran E-Money
(GOPAY / OVO) itu Riba ? Bagi yang tetap menggunakan Grab/Gojek dengan
fitur pembayaran OVO/GoPay diberikan solusi sebagai
berikut :
Analisis :
1. Menyatakan dalam diri bahwa tidak akan
No Kriteria Diskon Keterangan
melakukan "Tarik Tunai“ dengan demikian
1 Hutang x Ujrohnya tunai hubungan User dan Grab/Gojek tetap IMFZ.
2 Tambahan Manfaat √ Diskon (Rp)
3 Dipersyaratkan √ Beda bayar tunai
dan bayar via fitur Sumber Kaidah : Fatwa DSN MUI NO. 118
e-money (lebih 2. Pada saat melakukan tarik tunai dapat diartikan
murah) User membatalkan penggunaan jasa. Dengan
dikembalikannya uang kepada User IMFZ diakhiri.
4 Kepentingan Pihak √ User menerima
ber-piutang penurunan biaya 3. Memperdalam analisa untuk kasus ini dengan
(Rp) identifikasi hubungan User, Gojek/Grab dengan
OVO/Gopay.
Status Bukan Riba
Wallahu a’lam
Tambahan
Dipersyaratkan
Manfaat