PEMBELAJARAN FIQIH
Dosen Pengampu
Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
2022
1
PEMBAHASAN
1
Dea Fanny Utari, “Analisis Fiqih Siyasah Mengenai Negara Hukum Pancasila,” 2017.
2
DEWI MASITOH, “BUDAYA POLITIK NAHDATUL ULAMA DALAM PERSPEKTIF FIQIH SIYASAH (Studi Di
Pengurus Cabang Nahdatul Ulama Tulungagung),” 2019.
2
Secara etimologis, siyasah syar'iyyah dapat diartikan sebagai peraturan
atau politik yang bersifat syar'i, yaitu suatu bentuk kebijakan negara yang
sejalan dan tidak bertentangan dengan ketentuan Allah SWT dan rasul-
Nya (peraturan islami). Abdurrahman Taj berpendapat bahwa setiap umat
atau bangsa di berbagai penjuru dunia boleh mempunyai politik dan
hukum yang spesifik sesuai dengan adat, tatanan kehidupan, dan tingkat
kemajuannya. Menurutnya, yang dimaksud dengan siyasah syar'iyyah
adalah nama bagi hukum yang digunakan untuk mengatur alat
kelengkapan negara dan urusan masyarakat yang sejalan dengan jiwa dan
prinsip dasar syariat yang universal guna merealisasikan cita-cita
kemasyarakatan, kendati hal itu tidak ditunjukkan oleh nas tafsili
(terperinci) dan juz'i (partikular), baik dalam Alquran maupun dalam
sunah. Menurut Ibnu Aqil, ahli fikih dari Baghdad, siyasah syar'iyyah
adalah suatu tindakan yang secara praktis membawa manusia dekat
kepada kemaslahatan dan terhindar dari kerusakan, kendatipun Rasulullah
SAW sendiri tidak menetapkannya dan wahyu mengenai hal itu tidak
turun.3
Dari dua definisi siyasah syar'iyyah tersebut dapat dipahami bahwa
para pemegang tampuk kekuasaan (pemerintah, ulil amri, atau wulat al-
amr) di samping memiliki kompetensi untuk menerapkan hukum Allah,
juga memiliki kewenangan untuk membuat berbagai peraturan hukum
berkenaan dengan hal yang tidak diatur syariat secara eksplisit dan
terperinci. Untuk itu diperlukan kajian ijtihad sebagai penjelasan lebih
lanjut terhadap tuntutan nas, dan sebagai jawaban terhadap berbagai
persoalan yang secara langsung belum tersentuh oleh kedua sumber
hukum utama yakni Alquran dan hadis.
2. Siyasah Wad'iyyah
Yang dimaksud dengan siyasah wad'iyyah adalah perundang-undangan
yang dibuat sebagai instrumen untuk mengatur seluruh kepentingan
masyarakat. Dari definisi tersebut bisa dikatakan bahwa bentuk formal
3
Nurush Shobahah, “Penggunaan Hak Interpelasi Dewan Perwakilan Rakyat Perspektif Fiqih Siyasah,”
IAIN Tulungagung Research Collections 5, no. 1 (2017): 17–39.
3
dari siyasah wad'iyyah berupa berbagai bentuk kebijaksanaan dan
peraturan perundang-undangan negara dari yang paling tinggi sampai
yang paling rendah. Sementara subjek pembuat berbagai kebijakan dan
peraturan perundang-undangan adalah institusi yang berwenang dalam
suatu negara. Dan, tujuan dari pembuatan peraturan kebijakan adalah
terciptanya keteraturan tata tertib kehidupan dalam berbangsa dan
bernegara, sehingga cita-cita negara yang didambakan dapat direalisasikan
dalam kehidupan nyata.4
Bentuk formal siyasah wad'iyyah dalam konteks negara Indonesia
adalah bentuk peraturan perundang-undangan, mulai dari yang paling
tinggi (UUD 1945) sampai yang paling rendah, yaitu peraturan pelaksana.
Subjek pembuatnya adalah lembaga yang berwenang, antara lain MPR,
DPR, dan presiden. Tujuan yang hendak dicapai adalah terciptanya
masyarakat yang adil dan makmur. Lalu dapatkah peraturan perundang-
undangan yang bersumber dari manusia dan lingkungannya itu bernilai
dan dikategorikan sebagai siyasah syar'iyyah? Jawabannya dapat, dengan
syarat peraturan buatan penguasa yang bersumber dari manusia dan
lingkungannya itu sejalan atau tidak bertentangan dengan Syariat.
Artinya: Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi
(untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya
bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi
keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.
Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah
bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara
mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk
kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan.
Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang
lurus. (QS. Al-Baqarah Ayat 213)
5
ْد ِل ۗ اِ َّن هّٰللا َ نِ ِع َّماJJوْ ا بِ ْال َعJJاس اَ ْن تَحْ ُك ُم ۙ ٓ َؤ ُّدوا ااْل َمٰ ٰنJJُْأم ُر ُكم اَ ْن تJJا َّن هّٰللا ي
ِ َّا َواِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ النJJَت اِ ٰلى اَ ْهلِه
ِ ْ ُ َ َ ِ
هّٰللا
ص ْيرًا ِ َيَ ِعظُ ُك ْم بِ ٖه ۗ اِ َّن َ َكانَ َس ِم ْيع ًۢا ب
4. Prinsip kepemimpinan
ۤا ُء ِم ْنJض َ ت ْالبَ ْغ ِ َدJَ ْد بJَا َعنِتُّ ۚ ْم قJJااًل ۗ َو ُّدوْ ا َمJَْألُوْ نَ ُك ْم َخبJَةً ِّم ْن ُدوْ نِ ُك ْم اَل يJَ ُذوْ ا بِطَانJوْ ا اَل تَتَّ ِخJُا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنJَٰيٓاَيُّه
َت اِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعقِلُوْ نِ ص ُدوْ ُرهُ ْم اَ ْكبَ ُر ۗ قَ ْد بَيَّنَّا لَ ُك ُم ااْل ٰ ٰي
ُ اَ ْف َوا ِه ِه ۖ ْم َو َما تُ ْخفِ ْي
5. Prinsip Musyawarah
تَ ْغفِرْ لَهُ ْمJ اس ْ ب اَل ْنفَضُّوْ ا ِم ْن َحوْ لِكَ ۖ فَاعْفُ َع ْنهُ ْم َو ِ ظ ْالقَ ْل َ فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِّمنَ هّٰللا ِ لِ ْنتَ لَهُ ْم ۚ َولَوْ ُك ْنتَ فَظًّا َغلِ ْي
َاورْ هُ ْم فِى ااْل َ ْم ۚ ِر فَا ِ َذا َع َز ْمتَ فَت ََو َّكلْ َعلَى هّٰللا ِ ۗ اِ َّن هّٰللا َ ي ُِحبُّ ْال ُمتَ َو ِّكلِ ْين
ِ َو َش
َࣖ اِنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ اِ ْخ َوةٌ فَاَصْ لِحُوْ ا بَ ْينَ اَ َخ َو ْي ُك ْم َواتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُموْ ن
6
Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah
kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. (Qs. Al-Hujurat ayat 10)
7. Prinsip persamaan
7
haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan qala'id
(hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula) mengganggu
orang-orang yang mengunjungi Baitulharam; mereka mencari karunia dan
keridaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka
bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum
karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu
berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh,
Allah sangat berat siksaan-Nya. (Qs. Al-Maidah ayat 2)
۞ َواِ ْن َجنَحُوْ ا لِلس َّْل ِم فَاجْ نَحْ لَهَا َوتَ َو َّكلْ َعلَى هّٰللا ِ ۗاِنَّهٗ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم
۞ ََؤ ِّد الَّ ِذى اْؤ تُ ِمنJJُا فَ ْليJْض ً ُك ْم بَعJْض ُ ا ِ ْن اَ ِمنَ بَعJَضةٌ ۗف َ َْواِ ْن ُك ْنتُ ْم ع َٰلى َسفَ ٍر َّولَ ْم تَ ِج ُدوْ ا َكاتِبًا فَ ِر ٰه ٌن َّم ْقبُو
ق هّٰللا َ َربَّهٗ ۗ َواَل تَ ْكتُ ُموا ال َّشهَا َد ۗةَ َو َم ْن يَّ ْكتُ ْمهَا فَاِنَّ ٗ ٓه ٰاثِ ٌم قَ ْلبُهٗ ۗ َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ َعلِ ْي ٌم
ِ َّࣖ اَ َمانَتَهٗ َو ْليَت
Artinya: Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak mendapatkan
seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang dipegang.
Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah
8
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah dia
bertakwa kepada Allah, Tuhannya. Dan janganlah kamu menyembunyikan
kesaksian, karena barangsiapa menyembunyikannya, sungguh, hatinya
kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-
Baqarah ayat 283)
اِاَّل تَ ْنفِرُوْ ا يُ َع ِّذ ْب ُك ْم َع َذابًا اَلِي ًم ۙا َّويَ ْستَ ْب ِدلْ قَوْ ًما َغ ْي َر ُك ْم َواَل تَضُرُّ وْ هُ َش ْيـ ًۗٔا َوهّٰللا ُ ع َٰلى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر
Artinya: Jika kamu tidak berangkat (untuk berperang), niscaya Allah akan
menghukum kamu dengan azab yang pedih dan menggantikan kamu
dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan merugikan-Nya sedikit pun.
Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Qs. At-Taubah ayat 39)
ف فِّى ْ ِرJ ْل ٰطنًا فَاَل ي ُْسJا لِ َولِي ِّٖه ُسJJَظلُوْ ًما فَقَ ْد َج َع ْلن ِّ ۗ س الَّتِ ْي َح َّر َم هّٰللا ُ اِاَّل بِ ْال َح
ْ ق َو َم ْن قُتِ َل َم َ َواَل تَ ْقتُلُوا النَّ ْف
ْالقَ ْت ۗ ِل اِنَّهٗ َكانَ َم ْنصُوْ رًا
9
b. Hak asasi milik pribadi dan mencari nafkah
ٌر لَّ ُك ْمJا ٰذلِ ُك ْم خَ ْيJۗ Jَلِّ ُموْ ا ع َٰلٓى اَ ْهلِهJوْ ا َوتُ َسJوْ تِ ُك ْم َح ٰتّى تَ ْستَْأنِ ُسJJُر بُيJ
َ Jٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَ ْد ُخلُوْ ا بُيُوْ تًا َغ ْي
َلَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ ن
۞ ي اُ ْن ِز َل اِلَ ْينَآْ ب اِاَّل بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۖنُ اِاَّل الَّ ِذ ْينَ ظَلَ ُموْ ا ِم ْنهُ ْم َوقُوْ لُ ْٓوا ٰا َمنَّا بِالَّ ِذ
ِ َواَل تُ َجا ِدلُوْٓ ا اَ ْه َل ْال ِك ٰت
َاح ٌد َّونَحْ نُ لَهٗ ُم ْسلِ ُموْ ن ِ َواُ ْن ِز َل اِلَ ْي ُك ْم َواِ ٰلهُنَا َواِ ٰلهُ ُك ْم َو
10
Artinya: Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan
dengan cara yang baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim di antara
mereka, dan katakanlah, ”Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang
diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami
dan Tuhan kamu satu; dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.” (Qs.
Al-Ankabut ayat 46)
۞ َ ْد ِل ۗ ِا َّن هّٰللاJوْ ا بِ ْال َعJJاس اَ ْن تَحْ ُك ُم ۙ ٓ ا َّن هّٰللا يْأم ُر ُكم اَ ْن تَُؤ ُّدوا ااْل َمٰ ٰن
ِ َّا َواِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ النJJَت اِ ٰلى اَ ْهلِه
ِ ْ ُ َ َ ِ
هّٰللا
ِ َنِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم بِ ٖه ۗ اِ َّن َ َكانَ َس ِم ْيع ًۢا ب
ص ْيرًا
ۤ
ِ ْس اَوْ فَ َسا ٍد فِى ااْل َر
ض فَ َكاَنَّ َما قَت ََل ٍ ك ۛ َكتَ ْبنَا ع َٰلى بَنِ ْٓي اِ ْس َرا ِءي َْل اَنَّهٗ َم ْن قَت ََل نَ ْفس ًۢا بِ َغي ِْر نَ ْف
َ ِِم ْن اَجْ ِل ٰذل
ِ البَي ِّٰنJ
رًا ِّم ْنهُ ْمJت ثُ َّم اِ َّن َكثِ ْي ُ ۤا َء ْتهُ ْم رJاس َج ِم ْيعًا َۗولَقَ ْد َج
ْ Jِلُنَا بJُس َ َّاس َج ِم ْيع ًۗا َو َم ْن اَحْ يَاهَا فَ َكاَنَّ َمٓا اَحْ يَا الن
َ َّالن
َْرفُوْ ن َ ِبَ ْع َد ٰذل
ِ ْك فِى ااْل َر
ِ ض لَ ُمس
Artinya: Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,
bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu
11
membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa
memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah
memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya Rasul Kami telah
datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang
jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui
batas di bumi. (Qs. Al-maidah ayat 32)
ُلJ وْ ٰا َمنَ اَ ْهJJَف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ ۗ َول ِ ْاس تَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو ْ ُك ْنتُ ْم َخ ْي َر اُ َّم ٍة اُ ْخ ِر َج
ِ َّت لِلن
َب لَ َكانَ خَ ْيرًا لَّهُ ْم ۗ ِم ْنهُ ُم ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ َواَ ْكثَ ُرهُ ُم ْال ٰف ِسقُوْ ن
ِ ْال ِك ٰت
Artinya: Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah
dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang
beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.(Qs. Al-
Imran ayat 110)
16. Prinsip dalam menetapkan para pejabat atau pelaksana suatu urusan
ُت ا ْستَْأ ِجرْ هُ ۖاِ َّن خَ ي َْر َم ِن ا ْستَْأ َجرْ تَ ْالقَ ِويُّ ااْل َ ِميْن
ِ َت اِحْ ٰدىهُ َما ٰيٓاَب
ْ َقَال
Artinya: Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai
ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang
yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah
orang yang kuat dan dapat dipercaya.” (Qs. Al-Qasas ayat 26)
Daftar Pustaka
12
PRATAMA, MHD IKHLAS ADI. “KONSEP DASAR NEGARA PANCASILA
DITINJAU DARI PRINSIP-PRINSIP BERNEGARA MENURUT FIQIH
SIYASAH,” 2018.
Utari, Dea Fanny. “Analisis Fiqih Siyasah Mengenai Negara Hukum Pancasila,”
2017.
13