Anda di halaman 1dari 13

FIQIH SIYASAH PRINSIP DALAM HIDUP

BERMASYARAKAT DAN BERNEGARA

PEMBELAJARAN FIQIH

Dosen Pengampu

MOHAMMAD ASY’ARI, M.H.I.

Oleh :

Erik Wibowo (932117819)

Shofiyul Ichsan (932139418)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2022

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqih Siyasah


Fikih siyasah adalah salah satu disiplin ilmu tentang seluk beluk
pengaturan kepentingan umat manusia pada umumnya dan negara pada
khususnya, berupa hukum, peraturan, dan kebijakan yang dibuat oleh
pemegang kekuasaan yang bernafaskan ajaran Islam. “Dalam istilah dunia
modern fikih siyasah ini disebut juga sebagai ilmu tata negara yang
berdasarkan ajaran Islam,” ujar Prof Sukardja. Dalam Alquran terdapat
sejumlah ayat yang mengandung petunjuk dan pedoman hidup atau prinsip
dan tata nilai etika tentang cara hidup bermasyarakat dan bernegara.1
Al-Quran mengajarkan antara lain prinsip tauhid, permusyawaratan,
ketaatan kepada pimpinan, persamaan, keadilan, kebebasan beragama, dan
sikap saling menghormati antarsesama manusia. Tetapi Al-Quran tidak
menetapkan satu sistem pemerintahan yang baku yang harus dianut umat
Islam, kapan dan di mana pun mereka berada. Kajian mengenai sistem dan
tatalaksana pemerintahan itu berkembang dan berbeda dari satu tempat ke
tempat lain dan dari satu masa ke masa yang lain, sesuai dengan kondisi dan
situasi yang berbeda-beda.2
Hal-hal yang menyangkut ketatanegaraan ini bisa ditemukan dalam
fikih (hukum) Islam, yang sumber utamanya adalah Alquran dan sunah. Istilah
yang digunakan untuk menyebut bidang ini adalah fikih siyasah. Istilah
lainnya adalah siyasah syar'iyyah al-khilafah (pemerintahan), dan al-ahkam as-
sultaniyah (hukum pemerintahan). Menurut Abdurrahman Taj dalam
tulisannya yang bertajuk as-Siyasah al-Syar'iyyah wa al-Fiqh al-Islami,
siyasah dilihat dari sumbernya dapat dibagi dua, yaitu siyasah syar'iyyah dan
siyasah wad'iyyah.

B. Siyasah Syar'iyyah dan Siyasah Wad'iyyah


1. Siyasah Syar'iyyah

1
Dea Fanny Utari, “Analisis Fiqih Siyasah Mengenai Negara Hukum Pancasila,” 2017.
2
DEWI MASITOH, “BUDAYA POLITIK NAHDATUL ULAMA DALAM PERSPEKTIF FIQIH SIYASAH (Studi Di
Pengurus Cabang Nahdatul Ulama Tulungagung),” 2019.
2
Secara etimologis, siyasah syar'iyyah dapat diartikan sebagai peraturan
atau politik yang bersifat syar'i, yaitu suatu bentuk kebijakan negara yang
sejalan dan tidak bertentangan dengan ketentuan Allah SWT dan rasul-
Nya (peraturan islami). Abdurrahman Taj berpendapat bahwa setiap umat
atau bangsa di berbagai penjuru dunia boleh mempunyai politik dan
hukum yang spesifik sesuai dengan adat, tatanan kehidupan, dan tingkat
kemajuannya. Menurutnya, yang dimaksud dengan siyasah syar'iyyah
adalah nama bagi hukum yang digunakan untuk mengatur alat
kelengkapan negara dan urusan masyarakat yang sejalan dengan jiwa dan
prinsip dasar syariat yang universal guna merealisasikan cita-cita
kemasyarakatan, kendati hal itu tidak ditunjukkan oleh nas tafsili
(terperinci) dan juz'i (partikular), baik dalam Alquran maupun dalam
sunah. Menurut Ibnu Aqil, ahli fikih dari Baghdad, siyasah syar'iyyah
adalah suatu tindakan yang secara praktis membawa manusia dekat
kepada kemaslahatan dan terhindar dari kerusakan, kendatipun Rasulullah
SAW sendiri tidak menetapkannya dan wahyu mengenai hal itu tidak
turun.3
Dari dua definisi siyasah syar'iyyah tersebut dapat dipahami bahwa
para pemegang tampuk kekuasaan (pemerintah, ulil amri, atau wulat al-
amr) di samping memiliki kompetensi untuk menerapkan hukum Allah,
juga memiliki kewenangan untuk membuat berbagai peraturan hukum
berkenaan dengan hal yang tidak diatur syariat secara eksplisit dan
terperinci. Untuk itu diperlukan kajian ijtihad sebagai penjelasan lebih
lanjut terhadap tuntutan nas, dan sebagai jawaban terhadap berbagai
persoalan yang secara langsung belum tersentuh oleh kedua sumber
hukum utama yakni Alquran dan hadis.

2. Siyasah Wad'iyyah
Yang dimaksud dengan siyasah wad'iyyah adalah perundang-undangan
yang dibuat sebagai instrumen untuk mengatur seluruh kepentingan
masyarakat. Dari definisi tersebut bisa dikatakan bahwa bentuk formal

3
Nurush Shobahah, “Penggunaan Hak Interpelasi Dewan Perwakilan Rakyat Perspektif Fiqih Siyasah,”
IAIN Tulungagung Research Collections 5, no. 1 (2017): 17–39.
3
dari siyasah wad'iyyah berupa berbagai bentuk kebijaksanaan dan
peraturan perundang-undangan negara dari yang paling tinggi sampai
yang paling rendah. Sementara subjek pembuat berbagai kebijakan dan
peraturan perundang-undangan adalah institusi yang berwenang dalam
suatu negara. Dan, tujuan dari pembuatan peraturan kebijakan adalah
terciptanya keteraturan tata tertib kehidupan dalam berbangsa dan
bernegara, sehingga cita-cita negara yang didambakan dapat direalisasikan
dalam kehidupan nyata.4
Bentuk formal siyasah wad'iyyah dalam konteks negara Indonesia
adalah bentuk peraturan perundang-undangan, mulai dari yang paling
tinggi (UUD 1945) sampai yang paling rendah, yaitu peraturan pelaksana.
Subjek pembuatnya adalah lembaga yang berwenang, antara lain MPR,
DPR, dan presiden. Tujuan yang hendak dicapai adalah terciptanya
masyarakat yang adil dan makmur. Lalu dapatkah peraturan perundang-
undangan yang bersumber dari manusia dan lingkungannya itu bernilai
dan dikategorikan sebagai siyasah syar'iyyah? Jawabannya dapat, dengan
syarat peraturan buatan penguasa yang bersumber dari manusia dan
lingkungannya itu sejalan atau tidak bertentangan dengan Syariat.

C. Prinsip Hidup Bermasyarakat dan Bernegara

Pemahaman dan penafsiran terhadap ajaran Islam dalam kaitannya


dengan politik dan pemerintahan juga tiga golongan, pertama menyatakan, di
dalam Islam terdapat sistem politik dan pemerintahan, karena Islam adalah
agama yang paripuma, golongan kedua mengatakan didalam Islam tidak ada
sistem politik dan pemerintahan, tapi mengandung ajaran-ajaran dasar tentang
kehidupan bermasyarakat.5

1. Prinsip edudukan manusia di atas Bumi


ٰۤ
‫ ِّد َم ۤا ۚ َء‬J‫ك ال‬ ِ ْ‫ك لِ ْل َمل ِٕى َك ِة ِانِّ ْي َجا ِع ٌل فِى ااْل َر‬
ُ ِ‫ف‬J‫ا َويَ ْس‬JJَ‫ ُد فِ ْيه‬J‫ا َم ْن يُّ ْف ِس‬JJَ‫ ُل فِ ْيه‬J‫الُ ْٓوا اَتَجْ َع‬JJَ‫ض َخلِ ْيفَةً ۗ ق‬ َ ُّ‫َواِ ْذ قَا َل َرب‬
َ‫ال اِنِّ ْٓي اَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُموْ ن‬
َ َ‫ك َونُقَدِّسُ َلكَ ۗ ق‬ َ ‫َونَحْ نُ نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِد‬
4
Amanda Rahmat Hidayat, “KEPEMIMPINAN NON-MUSLIM MENURUT FIQIH SIYASAH DAN HUKUM
TATA NEGARA INDONESIA,” 2017.
5
MHD IKHLAS ADI PRATAMA, “KONSEP DASAR NEGARA PANCASILA DITINJAU DARI PRINSIP-PRINSIP
BERNEGARA MENURUT FIQIH SIYASAH,” 2018.
4
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
“Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah
Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah
di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-
Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.” (Qs. Al-Baqarah ayat 30)

2. Prinsip manusia sebagai umat yang satu

ِّ ‫ب بِ ْال َح‬ ‫َكانَ النَّاسُ اُمةً وَّاح َدةً ۗ فَبع َ هّٰللا‬


ِ َّ‫ق لِيَحْ ُك َم بَ ْينَ الن‬
‫اس‬ َ ‫ث ُ النَّبِ ٖيّنَ ُمبَ ِّش ِر ْينَ َو ُم ْن ِذ ِر ْينَ ۖ َواَ ْنزَ َل َم َعهُ ُم ْال ِك ٰت‬ ََ ِ َّ
‫هّٰللا‬ ُ ‫اختَلَفَ فِ ْي ِه اِاَّل الَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوْ هُ ِم ۢ ْن بَ ْع ِد َما َج ۤا َء ْتهُ ُم ْالبَي ِّٰن‬
َ‫دَى ُ الَّ ِذ ْين‬J َ‫ت بَ ْغيًا ۢ بَ ْينَهُ ْم ۚ فَه‬ ْ ‫اختَلَفُوْ ا فِ ْي ِه ۗ َو َما‬
ْ ‫فِ ْي َما‬
‫هّٰللا‬
ِ ‫ق بِا ِ ْذنِ ٖه ۗ َو ُ يَ ْه ِديْ َم ْن يَّ َش ۤا ُء اِ ٰلى‬
‫ص َرا ٍط ُّم ْستَقِي ٍْم‬ ِّ ‫اختَلَفُوْ ا فِ ْي ِه ِمنَ ْال َح‬ ْ ‫ٰا َمنُوْ ا لِ َما‬

Artinya: Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi
(untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya
bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi
keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.
Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah
bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara
mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk
kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan.
Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang
lurus. (QS. Al-Baqarah Ayat 213)

‫ َد هّٰللا ِ اَ ْت ٰقى ُك ْم ۗاِ َّن‬J‫ر َم ُك ْم ِع ْن‬J


َ J‫ا َرفُوْ ا ۚ اِ َّن اَ ْك‬JJ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّواُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُشعُوْ بًا َّوقَبَ ۤا ِٕى َل لِتَ َع‬
‫هّٰللا َ َعلِ ْي ٌم خَ بِ ْي ٌر‬

Artinya: Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (Qs.
Al-Hujurat ayat 13)

3. Prinsip menegakkan kepastian hukum dan keadilan

5
‫ ْد ِل ۗ اِ َّن هّٰللا َ نِ ِع َّما‬JJ‫وْ ا بِ ْال َع‬JJ‫اس اَ ْن تَحْ ُك ُم‬ ۙ ٓ ‫َؤ ُّدوا ااْل َمٰ ٰن‬JJُ‫ْأم ُر ُكم اَ ْن ت‬JJ‫ا َّن هّٰللا ي‬
ِ َّ‫ا َواِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن‬JJَ‫ت اِ ٰلى اَ ْهلِه‬
ِ ْ ُ َ َ ِ
‫هّٰللا‬
‫ص ْيرًا‬ ِ َ‫يَ ِعظُ ُك ْم بِ ٖه ۗ اِ َّن َ َكانَ َس ِم ْيع ًۢا ب‬

Artinya: Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara
manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah
sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha
Mendengar, Maha Melihat. (Qs. An-Nisa' ayat 58)

4. Prinsip kepemimpinan

‫ ۤا ُء ِم ْن‬J‫ض‬ َ ‫ت ْالبَ ْغ‬ ِ ‫ َد‬Jَ‫ ْد ب‬Jَ‫ا َعنِتُّ ۚ ْم ق‬JJ‫ااًل ۗ َو ُّدوْ ا َم‬Jَ‫ْألُوْ نَ ُك ْم َخب‬Jَ‫ةً ِّم ْن ُدوْ نِ ُك ْم اَل ي‬Jَ‫ ُذوْ ا بِطَان‬J‫وْ ا اَل تَتَّ ِخ‬Jُ‫ا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمن‬Jَ‫ٰيٓاَيُّه‬
َ‫ت اِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعقِلُوْ ن‬ِ ‫ص ُدوْ ُرهُ ْم اَ ْكبَ ُر ۗ قَ ْد بَيَّنَّا لَ ُك ُم ااْل ٰ ٰي‬
ُ ‫اَ ْف َوا ِه ِه ۖ ْم َو َما تُ ْخفِ ْي‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan


teman orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman
kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu.
Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari
mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat.
Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu
mengerti. (Qs. Al-Imran ayat 118)

5. Prinsip Musyawarah

‫تَ ْغفِرْ لَهُ ْم‬J ‫اس‬ ْ ‫ب اَل ْنفَضُّوْ ا ِم ْن َحوْ لِكَ ۖ فَاعْفُ َع ْنهُ ْم َو‬ ِ ‫ظ ْالقَ ْل‬ َ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِّمنَ هّٰللا ِ لِ ْنتَ لَهُ ْم ۚ َولَوْ ُك ْنتَ فَظًّا َغلِ ْي‬
َ‫اورْ هُ ْم فِى ااْل َ ْم ۚ ِر فَا ِ َذا َع َز ْمتَ فَت ََو َّكلْ َعلَى هّٰللا ِ ۗ اِ َّن هّٰللا َ ي ُِحبُّ ْال ُمتَ َو ِّكلِ ْين‬
ِ ‫َو َش‬

Artinya: Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah


lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu
maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila
engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.
Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal. (Qs. Al-Imran ayat 159)

6. Prinsip persatuan dan persaudaraan

َ‫ࣖ اِنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ اِ ْخ َوةٌ فَاَصْ لِحُوْ ا بَ ْينَ اَ َخ َو ْي ُك ْم َواتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُموْ ن‬

6
Artinya: Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah
kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. (Qs. Al-Hujurat ayat 10)

7. Prinsip persamaan

‫ َد هّٰللا ِ اَ ْت ٰقى ُك ْم ۗاِ َّن‬J‫ر َم ُك ْم ِع ْن‬J


َ J‫ا َرفُوْ ا ۚ اِ َّن اَ ْك‬JJ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّواُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُشعُوْ بًا َّوقَبَ ۤا ِٕى َل لِتَ َع‬
‫هّٰللا َ َعلِ ْي ٌم خَ بِ ْي ٌر‬

Artinya: Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (Qs.
Al-Hujurat ayat 13)

8. Prinsip hidup bertetangga atau hubungan antar negara tetangga


‫هّٰللا‬
۞ ‫ار ِذى‬ ِ J‫ ِك ْي ِن َو ْال َج‬J‫َوا ْعبُدُوا َ َواَل تُ ْش ِر ُكوْ ا بِ ٖه َش ْيـًٔا َّوبِ ْال َوالِ َدي ِْن اِحْ َسانًا َّوبِ ِذى ْالقُرْ ٰبى َو ْاليَ ٰتمٰ ى َو ْال َم ٰس‬
َ‫ان‬JJ‫انُ ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ اَل ي ُِحبُّ َم ْن َك‬JJ‫ت اَ ْي َم‬
ْ ‫ا َملَ َك‬JJ‫بِ ْي ۙ ِل َو َم‬J‫الس‬ ِ ‫ال َج ۢ ْن‬J
َّ ‫ب َواب ِْن‬ ْ Jِ‫ب ب‬ ِ ‫ا ِح‬J‫الص‬ َّ ‫ب َو‬ ِ ُ‫ار ْال ُجن‬
ِ ‫ْالقُرْ ٰبى َو ْال َج‬
‫ُم ْختَااًل فَ ُخوْ ر ًۙا‬

Artinya: Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya


dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan
tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu
miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan
membanggakan diri, (Qs. Al-Nisa' ayat 36)

9. Prinsip tolong menolong dan membela yang lemah


ۤ ‫هّٰللا‬
‫ َرا َم‬J‫ي َواَل ْالقَاَل ۤ ِٕى َد َوٓاَل ٰا ِّم ْينَ ْالبَيْتَ ْال َح‬ َ ‫ ْد‬J َ‫ َرا َم َواَل ْاله‬J‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تُ ِحلُّوْ ا َش َع ۤا ِٕى َر ِ َواَل ال َّش ْه َر ْال َح‬
‫ ُّدوْ ُك ْم ع َِن‬J‫ص‬ َ ‫وْ ٍم اَ ْن‬JJَ‫ن َٰانُ ق‬J‫ ِر َمنَّ ُك ْم َش‬Jْ‫طَا ُدوْ ا ۗ َواَل يَج‬J‫اص‬ ْ َ‫ َوانًا ۗ َواِ َذا َحلَ ْلتُ ْم ف‬J‫ض‬ ْ ‫اًل ِّم ْن َّربِّ ِه ْم َو ِر‬J‫ض‬ ْ َ‫وْ نَ ف‬JJ‫يَ ْبتَ ُغ‬
‫وا هّٰللا َ ۗاِ َّن‬JJُ‫ان ۖ َواتَّق‬ِ ‫ ْد َو‬J ‫ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام اَ ْن تَ ْعتَ ُد ۘوْ ا َوتَ َعا َونُوْ ا َعلَى ْالبِ ِّر َوالتَّ ْق ٰو ۖى َواَل تَ َعا َونُوْ ا َعلَى ااْل ِ ْث ِم َو ْال ُع‬
‫هّٰللا‬
ِ ‫َ َش ِد ْي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar


syiar-syiar kesucian Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan

7
haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan qala'id
(hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula) mengganggu
orang-orang yang mengunjungi Baitulharam; mereka mencari karunia dan
keridaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka
bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum
karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu
berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh,
Allah sangat berat siksaan-Nya. (Qs. Al-Maidah ayat 2)

10. Prinsip perdamaian dan peperangan atau hubungan internasional

۞ ‫َواِ ْن َجنَحُوْ ا لِلس َّْل ِم فَاجْ نَحْ لَهَا َوتَ َو َّكلْ َعلَى هّٰللا ِ ۗاِنَّهٗ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‬

Artinya: Tetapi jika mereka condong kepada perdamaian, maka terimalah


dan bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha
Mengetahui. (Qs. Al-Anfal ayat 61)

11. Prinsip ekonomi dan perdagangan

‫وا‬Jْٓ Jُ‫اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُل‬


ٍ ‫ر‬J َ Jَ‫ارةً ع َْن ت‬ َ J‫وْ نَ تِ َج‬JJ‫ ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُك‬J‫ َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط‬J‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم‬
‫اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali
dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu. (Qs. Al-Nisa' ayat 29)

12. Prinsip administrasi dalam perikatan atau muamalah

۞ َ‫َؤ ِّد الَّ ِذى اْؤ تُ ِمن‬JJُ‫ا فَ ْلي‬J‫ْض‬ ً ‫ ُك ْم بَع‬J‫ْض‬ ُ ‫ا ِ ْن اَ ِمنَ بَع‬Jَ‫ضةٌ ۗف‬ َ ْ‫َواِ ْن ُك ْنتُ ْم ع َٰلى َسفَ ٍر َّولَ ْم تَ ِج ُدوْ ا َكاتِبًا فَ ِر ٰه ٌن َّم ْقبُو‬
‫ق هّٰللا َ َربَّهٗ ۗ َواَل تَ ْكتُ ُموا ال َّشهَا َد ۗةَ َو َم ْن يَّ ْكتُ ْمهَا فَاِنَّ ٗ ٓه ٰاثِ ٌم قَ ْلبُهٗ ۗ َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ َعلِ ْي ٌم‬
ِ َّ‫ࣖ اَ َمانَتَهٗ َو ْليَت‬

Artinya: Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak mendapatkan
seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang dipegang.
Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah

8
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah dia
bertakwa kepada Allah, Tuhannya. Dan janganlah kamu menyembunyikan
kesaksian, karena barangsiapa menyembunyikannya, sungguh, hatinya
kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-
Baqarah ayat 283)

13. Prinsip membela negara

َ‫ ُّد ْنيَا ِمن‬JJ‫ض ْيتُ ْم بِ ْال َح ٰيو ِة ال‬ ‫هّٰللا‬ ٰ ٓ


ِ ۗ ْ‫ٰياَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ا َمنُوْ ا َما لَ ُك ْم اِ َذا قِ ْي َل لَ ُك ُم ا ْنفِرُوْ ا فِ ْي َسبِ ْي ِل ِ اثَّاقَ ْلتُ ْم اِلَى ااْل َر‬
ِ ‫ض اَ َر‬
‫ع ْال َح ٰيو ِة ال ُّد ْنيَا فِى ااْل ٰ ِخ َر ِة اِاَّل قَلِ ْي ٌل‬
ُ ‫ااْل ٰ ِخ َر ۚ ِة فَ َما َمتَا‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa apabila dikatakan


kepada kamu, “Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah,” kamu
merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu lebih
menyenangi kehidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat? Padahal
kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat
hanyalah sedikit. (Qs. At-Taubah ayat 38)

‫اِاَّل تَ ْنفِرُوْ ا يُ َع ِّذ ْب ُك ْم َع َذابًا اَلِي ًم ۙا َّويَ ْستَ ْب ِدلْ قَوْ ًما َغ ْي َر ُك ْم َواَل تَضُرُّ وْ هُ َش ْيـ ًۗٔا َوهّٰللا ُ ع َٰلى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر‬

Artinya: Jika kamu tidak berangkat (untuk berperang), niscaya Allah akan
menghukum kamu dengan azab yang pedih dan menggantikan kamu
dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan merugikan-Nya sedikit pun.
Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Qs. At-Taubah ayat 39)

14. Prinsip Hak-hak asasi

a. Hak untuk hidup

‫ف فِّى‬ ْ ‫ ِر‬J‫ ْل ٰطنًا فَاَل ي ُْس‬J‫ا لِ َولِي ِّٖه ُس‬JJَ‫ظلُوْ ًما فَقَ ْد َج َع ْلن‬ ِّ ۗ ‫س الَّتِ ْي َح َّر َم هّٰللا ُ اِاَّل بِ ْال َح‬
ْ ‫ق َو َم ْن قُتِ َل َم‬ َ ‫َواَل تَ ْقتُلُوا النَّ ْف‬
‫ْالقَ ْت ۗ ِل اِنَّهٗ َكانَ َم ْنصُوْ رًا‬

Artinya: Dan janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah


(membunuhnya), kecuali dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang
siapa dibunuh secara zalim, maka sungguh, Kami telah memberi
kekuasaan kepada walinya, tetapi janganlah walinya itu melampaui batas
dalam pembunuhan. Sesungguhnya dia adalah orang yang mendapat
pertolongan.(Qs. Al-Isra' ayat 33)

9
b. Hak asasi milik pribadi dan mencari nafkah

‫وا‬Jْٓ Jُ‫اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُل‬


ٍ ‫ر‬J َ Jَ‫ ا َرةً ع َْن ت‬J‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َج‬
‫اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali
dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha
Penyayang kepadamu. (Qs. Al-Nisa' ayat 29)

c. Hak atas penghormatan dari kehidupan pribadi

‫ ٌر لَّ ُك ْم‬J‫ا ٰذلِ ُك ْم خَ ْي‬Jۗ Jَ‫لِّ ُموْ ا ع َٰلٓى اَ ْهلِه‬J‫وْ ا َوتُ َس‬J‫وْ تِ ُك ْم َح ٰتّى تَ ْستَْأنِ ُس‬JJُ‫ر بُي‬J
َ J‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَ ْد ُخلُوْ ا بُيُوْ تًا َغ ْي‬
َ‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ ن‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki


rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam
kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu
(selalu) ingat. (Qs. An-Nur ayat 27)

d. Hak berpendapat dan berserikat


‫هّٰللا‬ ٰ
ُ‫ ُر ُّدوْ ه‬Jَ‫ ْي ٍء ف‬J‫ازَ ْعتُ ْم فِ ْي َش‬JJَ‫ا ِ ْن تَن‬Jَ‫ر ِم ْن ُك ۚ ْم ف‬Jِ J‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ا َمنُ ْٓوا اَ ِط ْيعُوا َ َواَ ِط ْيعُوا ال َّرسُوْ َل َواُولِى ااْل َ ْم‬
‫ك خَ ْي ٌر َّواَحْ َسنُ تَْأ ِو ْياًل‬َ ِ‫ࣖ اِلَى هّٰللا ِ َوال َّرسُوْ ِل ِا ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر ٰذل‬

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah


Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara
kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Qs. An-Nisa' ayat 59)

e. Hak kebebasan beragama, toleransi atas agama dan hubungan antar


pemeluk agama

۞ ‫ي اُ ْن ِز َل اِلَ ْينَا‬ْٓ ‫ب اِاَّل بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۖنُ اِاَّل الَّ ِذ ْينَ ظَلَ ُموْ ا ِم ْنهُ ْم َوقُوْ لُ ْٓوا ٰا َمنَّا بِالَّ ِذ‬
ِ ‫َواَل تُ َجا ِدلُوْٓ ا اَ ْه َل ْال ِك ٰت‬
َ‫اح ٌد َّونَحْ نُ لَهٗ ُم ْسلِ ُموْ ن‬ ِ ‫َواُ ْن ِز َل اِلَ ْي ُك ْم َواِ ٰلهُنَا َواِ ٰلهُ ُك ْم َو‬

10
Artinya: Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan
dengan cara yang baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim di antara
mereka, dan katakanlah, ”Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang
diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami
dan Tuhan kamu satu; dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.” (Qs.
Al-Ankabut ayat 46)

f. Hak persamaan di depan hukum dan membela diri

۞ َ ‫ ْد ِل ۗ ِا َّن هّٰللا‬J‫وْ ا بِ ْال َع‬JJ‫اس اَ ْن تَحْ ُك ُم‬ ۙ ٓ ‫ا َّن هّٰللا يْأم ُر ُكم اَ ْن تَُؤ ُّدوا ااْل َمٰ ٰن‬
ِ َّ‫ا َواِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن‬JJَ‫ت اِ ٰلى اَ ْهلِه‬
ِ ْ ُ َ َ ِ
‫هّٰللا‬
ِ َ‫نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم بِ ٖه ۗ اِ َّن َ َكانَ َس ِم ْيع ًۢا ب‬
‫ص ْيرًا‬

Artinya: Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada


yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di
antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh,
Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah
Maha Mendengar, Maha Melihat. (Qs. Al-Nisa'ayat 58)

g. Hak kebebasan dari penganiayaan

‫ق َواَ ْن تُ ْش ِر ُكوْ ا بِاهّٰلل ِ َما‬


ِّ ‫ش َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ َوااْل ِ ْث َم َو ْالبَ ْغ َي بِ َغي ِْر ْال َح‬
َ ‫قُلْ اِنَّ َما َح َّر َم َرب َِّي ْالفَ َوا ِح‬
َ‫لَ ْم يُنَ ِّزلْ بِ ٖه س ُْل ٰطنًا َّواَ ْن تَقُوْ لُوْ ا َعلَى هّٰللا ِ َما اَل تَ ْعلَ ُموْ ن‬

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Tuhanku hanya mengharamkan


segala perbuatan keji yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan
dosa, perbuatan zalim tanpa alasan yang benar, dan (mengharamkan)
kamu mempersekutukan Allah dengan sesuatu, sedangkan Dia tidak
menurunkan alasan untuk itu, dan (mengharamkan) kamu membicarakan
tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (Qs. Al-A'raf ayat 33)

h. Hak kebebasan dari rasa takut

ۤ
ِ ْ‫س اَوْ فَ َسا ٍد فِى ااْل َر‬
‫ض فَ َكاَنَّ َما قَت ََل‬ ٍ ‫ك ۛ َكتَ ْبنَا ع َٰلى بَنِ ْٓي اِ ْس َرا ِءي َْل اَنَّهٗ َم ْن قَت ََل نَ ْفس ًۢا بِ َغي ِْر نَ ْف‬
َ ِ‫ِم ْن اَجْ ِل ٰذل‬
ِ ‫البَي ِّٰن‬J
‫رًا ِّم ْنهُ ْم‬J‫ت ثُ َّم اِ َّن َكثِ ْي‬ ُ ‫ ۤا َء ْتهُ ْم ر‬J‫اس َج ِم ْيعًا َۗولَقَ ْد َج‬
ْ Jِ‫لُنَا ب‬J‫ُس‬ َ َّ‫اس َج ِم ْيع ًۗا َو َم ْن اَحْ يَاهَا فَ َكاَنَّ َمٓا اَحْ يَا الن‬
َ َّ‫الن‬
َ‫ْرفُوْ ن‬ َ ِ‫بَ ْع َد ٰذل‬
ِ ْ‫ك فِى ااْل َر‬
ِ ‫ض لَ ُمس‬

Artinya: Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,
bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu

11
membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa
memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah
memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya Rasul Kami telah
datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang
jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui
batas di bumi. (Qs. Al-maidah ayat 32)

15. Prinsip amal makruf nahi munkar

‫ ُل‬J ‫وْ ٰا َمنَ اَ ْه‬JJَ‫ف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ ۗ َول‬ ِ ْ‫اس تَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم َخ ْي َر اُ َّم ٍة اُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬
َ‫ب لَ َكانَ خَ ْيرًا لَّهُ ْم ۗ ِم ْنهُ ُم ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ َواَ ْكثَ ُرهُ ُم ْال ٰف ِسقُوْ ن‬
ِ ‫ْال ِك ٰت‬

Artinya: Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah
dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang
beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.(Qs. Al-
Imran ayat 110)

16. Prinsip dalam menetapkan para pejabat atau pelaksana suatu urusan

ُ‫ت ا ْستَْأ ِجرْ هُ ۖاِ َّن خَ ي َْر َم ِن ا ْستَْأ َجرْ تَ ْالقَ ِويُّ ااْل َ ِميْن‬
ِ َ‫ت اِحْ ٰدىهُ َما ٰيٓاَب‬
ْ َ‫قَال‬

Artinya: Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai
ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang
yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah
orang yang kuat dan dapat dipercaya.” (Qs. Al-Qasas ayat 26)

Daftar Pustaka

Hidayat, Amanda Rahmat. “KEPEMIMPINAN NON-MUSLIM MENURUT FIQIH


SIYASAH DAN HUKUM TATA NEGARA INDONESIA,” 2017.

MASITOH, DEWI. “BUDAYA POLITIK NAHDATUL ULAMA DALAM


PERSPEKTIF FIQIH SIYASAH (Studi Di Pengurus Cabang Nahdatul Ulama
Tulungagung),” 2019.

12
PRATAMA, MHD IKHLAS ADI. “KONSEP DASAR NEGARA PANCASILA
DITINJAU DARI PRINSIP-PRINSIP BERNEGARA MENURUT FIQIH
SIYASAH,” 2018.

Shobahah, Nurush. “Penggunaan Hak Interpelasi Dewan Perwakilan Rakyat


Perspektif Fiqih Siyasah.” IAIN Tulungagung Research Collections 5, no. 1
(2017): 17–39.

Utari, Dea Fanny. “Analisis Fiqih Siyasah Mengenai Negara Hukum Pancasila,”
2017.

13

Anda mungkin juga menyukai