P E R AT U R A N D I N A S D A L A M
K H A S T N I A N G K ATA N L A U T
KEPUTUSAN KEPALA STAF ANGKATAN LAUT
NOMOR KEP/3000/X/2021 TANGGAL 5 OKTOBER 2021
CIRI KHAS TNI
ANGKATAN LAUT
Ciri khas tersebut terbentuk dari perjalanan panjang pengalaman para pelaut untuk dapat
mengatasi dan bertahan hidup bersama di atas kapal di laut dari semua tantangan alam maupun
pertempuran.
T N I A N G K ATA N L A U T
II
TRADISI TNI ANGKATAN
LAUT
Tr a d i s i T N I A n g k a t a n L a u t m e m i l i k i s i f a t y a n g k h a s t e r s e b u t d i g a l i d a r i n o r m a - n o r m a ,
budaya dan cara hidup sehari-hari di kapal, yang memiliki perbedaan dengan kehidupan
di darat.
Oleh karena itu, setiap prajurit TNI Angkatan Laut berkewajiban untuk senantiasa
menjaga tradisi yang bersifat khas tersebut untuk dapat difahami, dihayati dan
d i a m a l k a n s e b a g a i t a t a n i l a i b u d a y a o rg a n i s a s i T N I A n g k a t a n L a u t s e k a l i g u s m e n j a d i
tradisi khas keangkatan lautan yang bersifat universal.
II
a. Sendi-sendi kehidupan prajurit TNI Angkatan Laut tidak
TRISILA
terlepas/dipisahkan dari tradisi utama TNI Angkatan Laut
dan Trisila TNI Angkatan Laut yang terdiri dari Disiplin,
Hierarki dan Kehormatan Militer yang merupakan nilai-nilai
TNI AL
inti yang harus dijunjung dan dihormati (core values) untuk
diimplementasikan dalam kedinasan dan kehidupan setiap
prajurit TNI Angkatan Laut yaitu:
1. Disiplin.
2. Hierarki.
3. Kehormatan Militer.
b. Selain ciri khas TNI Angkatan Laut, tradisi dan Trisila TNI
Angkatan Laut di atas, Angkatan Laut memiliki beberapa
kekhususan sebagai jati diri prajurit matra laut yaitu:
1. Kelengkapan khas TNI Angkatan Laut;
2. Tanda kapal perang, dan
3. Doktrin TNI Angkatan Laut.
II
PEDANG PERWIRA TNI
ANGKATAN LAUT
Pemberian pedang bagi setiap Perwira TNI
Angkatan Laut merupakan salah satu unsur
penting dalam memupuk jiwa korsa dan
p e m b i n a a n m e n t a l S a p t a M a rg a d e n g a n Tr i s i l a
TNI Angkatan Laut sebagai jati diri prajurit
matra laut.
III
SEJARAH PEDANG
KEHORMATAN
• Pedang kehormatan di lingkungan militer telah
mengalami perubahan sepanjang sejarah, dari menjadi
atribut universal bagi perwira Angkatan Laut hingga
dihapus dan kemudian dipulihkan kembali dalam
beberapa negara setelah pengaruh Perang Dunia II.
III
CIRI – CIRI KHUSUS
PEDANG PERWIRA TNI AL
Secara teknis fisik, ada ciri-ciri Secara umum pedang Perwira Pedang Perwira TNI AL terdiri
khusus pedang untuk Perwira TNI TNI AL memiliki ukuran atas bilah pedang yang terbagi
AL., yaitu menyangkut bentuk, Panjang keseluruhan 90-100 menjadi bagian pegangan,
ukuran, riasan dan kelengkapan pelindung tangan yang juga
cm dengan bobot sekitar
pedang, serta makna-makna menjadi pembatas pegangan
simbol yang terdapat pada pedang
1.250 gram. dengan bilah pedang, kemudian
itu secara keseluruhan. bagian utamanya yaitu bilah/mata
pedang, bagian sarung pedang,
bagian ikat pinggang dan bagian
tali/ban gantungan.
III
BAGIAN BAGIAN PEDANG
TERDIRI DARI :
1. Pegangan Pedang
Berbentuk kepala burung garuda, bulu-bulu belakang leher kepala garuda akan
menutupi pegangan pedang, sedang lidah garuda yang menjulur akan dihubungkan
dengan pelindung tangan;
2. Pelindung Tangan
adalah pembatas pegangan dengan bilah pedang, berbentuk perisai, yang dilengkapi
tali, pada perisai diberi ukiran timbul padi dan bunga kapas, serta jangkar bagian
atas perisai dihubungkan dengan lidah garuda, sedangkan bagian bawah dihubungkan
dengan ekor ikan lumba-lumba. Bila pedang akan menembus badan lumba- lumba
ditengah, sedangkan ekor lumba-lumba dihubungkan dengan bagian bawah perisai
pelindung pedang:
III
BAGIAN BAGIAN PEDANG
TERDIRI DARI :
4. Sarung Pedang
Merupakan kelengkapan pedang, bentuk sarung pedang sesuai mata pedang, terbuat
dari logam dilapisi kulit hitam, pada bagian bawah/ujung dihiasi lukisan timbul
cakar burung garuda dari kuningan;
5. Ikat Pinggang
Ikat pinggang terbuat dari kulit yang dibungkus kain laken warna hitam bergaris
benang emas dan dilengkapi dengan kepala sabuk/timangan dari kuningan serta
kaitan/ cantolan untuk sarung pedang,
6. Jumbai Pedang
Merupakan bagian terpisah dari tubuh pedang dan sarungnya, terbuat dari untaian
benang yang dipintal menjadi tali-tali hias bercorak dan berwarna keemasan serta
merah. Jumbai pedang yang diikatkan dibagian kepala atau pegangan pedang
menjadi pembeda pedang bagi perwira TNI AL dengan pedang serupa yang lain; dan
III
PEDANG PERWIRA TNI AL, TERDAPAT LUKISAN ATAU
UKIRAN PADA BAGIAN – BAGIAN TERTENTU
III
ARTI PELAMBANG PADA
PEDANG
III
SEBAGAI KELENGKAPAN PERWIRA
TNI AL (ERE SABEL)
III
SEBAGAI KELENGKAPAN PERWIRA
TNI AL (ERE SABEL)
4. Cara membawa pedang pada sikap Parade Istirahat atau sikap untuk
perhatian istirahat di tempat sama dengan sikap istirahat (berdiri)
dengan sikap badan dalam keadaan tegap.
III
SEBAGAI KELENGKAPAN PERWIRA
TNI AL (ERE SABEL)
7. Cara membawa pedang pada waktu berjalan
a. Tangan kiri memegang pedang sebelah luar diantara dua cincin sarung pedang;
b. Ibu jari lurus kebawah merapat pada mata sarung pedang:
c. Tangan kiri tidak melenggang:
d. Pedang tegak lurus disamping badan;
e. Kepala garuda mengarah kedepan, dan
f. Lengan kanan melenggang.
III
TENUE KHAS SEJARAH TENUE
Sejarah tenue TNI Angkatan Laut dimulai dari pakaian abu-abu
AL
dan Dinner Jacket untuk acara formal.
III
PDU LUAR NEGERI
BLACK NAVY PDH KHUSUS
Merupakan Pakaian Seragam prajurit TNI Angkatan Laut Merupakan pakaian seragam prajurit TNI Angkatan Laut berwarna
berwarna hitam berlengan panjang dengan desain tertentu yang putih berlengan pendek dengan desain sama dengan PDH berwarna
digunakan oleh prajurit TNI Angkatan Laut yang sedang abu-abu dan digunakan oleh prajurit TNI Angkatan Laut saat
berdinas di luar negeri dalam rangka mengambil kapal atau menerima kunjungan resmi Angkautan Laut Asing di dalam negeri
dinas tetap di luar negeri. dan melakukan kunjungan ke luar negeri atau dinas tetap di luar
negeri.
III
LONCENG
Lonceng sebagai penunjuk waktu di
kalangan TNI Angkatan Laut mempunyai
kekhasan yang unik.
Pemukulan dilakukan setiap selang setengah
jam, dengan jumlah pukulan ganjil pada setiap
pertengahan jam dan jumlah pukulan genap
pada setiap jam penuh.
III
PENGGUNAAN LONCENG PENJAGAAN
1. P e n g g u n a a n l o n c e n g d i k a p a l d a n d i p e n d i r a t T N I A L P e n e m p a t a n l o n c e n g d i p e n d i r a t
berada di pos jaga utama dengan aturan penggunaan sama dengan di kapal.
2. P e l a k s a n a a n p e n j a g a a n d i T N I A n g k a t a n L a u t d i a d a k a n p e r g a n t i a n s e t i a p 4 j a m s e k a l i ,
yaitu pada pukul 04.00, 08.00, 12.00, 16.00, 20.00 dan 24.00 yang diikuti pemukulan
lonceng 8 kali kecuali pada saat istirahat malam dan istirahat siang. Pemukulan lonceng 7
kali, yang berarti setengah jam sebelum saat pergantian penjagaan secara formal,
merupakan peringatan bagi anggota yang akan menggantikan tugas jaga harus segera
bersiap-siap ke penjagaan.
3. B u n y i l o n c e n g T N I A L d i s e s u a i k a n d e n g a n p e r g a n t i a n p e n j a g a a n , k a r e n a l o n c e n g T N I A L
dipukul setiap setengah jam sampai pemukulan 8 kali. Kemudian di ulang kembali dan
seterusnya. Bunyi lonceng 8 kali itu pada umunya dapat didengar pada jam-jam 08.00-
12.00-20.00-24.00 dan 04.00.
III
PENGGUNAAN LONCENG PENJAGAAN
4. B a g i p e r s o n e l y a n g s e d a n g b e r d i n a s j a g a a k a n m e n g e t a h u i b i l a a k a n d i g a n t i o l e h y a n g
lain. Juga bagi mereka yang harus segera. menggantikan penjagaan sudah dapat bersiap-
s i a p b i l a m e n d e n g a r p u k u l a n l o n c e n g t u j u h k a l i . B a g i k a p a l y a n g s e d a n g b e r l a y a r, m a k a
tiap-tiap setengah jam pengawas anjungan harus melaporkan kesiapan penjagaan. Hal ini
penting bagi Perwira Jaga untuk mengetahui apakah pengawasnya tertidur atau tidak
5. P e m u k u l a n l o n c e n g 8 k a l i p a d a p u k u l 0 8 . 0 0 d a n 2 0 . 0 0 m e n g i r i n g i u p a c a r a - u p a c a r a
khusus. Beberapa saat menjelang pukul 08.00, dilakukan upacara penaikan bendera. Pada
saat Bendera Merah Putih mencapai puncak tiang bendera, saat itu tepat pukul 08.00.
Bersamaan dengan itu lonceng dipukul 8 kali. Beberapa saat menjelang pukul 20.00,
dilakukan upacara penempatan penjagaan" yang berakhir tepat pukul 20.00. Bersamaan
dengan itu pula lonceng dipukul 8 kali
6. P a d a s a a t - s a a t t e r t e n t u , y a i t u p a d a w a k t u i s t i r a h a t , l o n c e n g k a d a n g - k a d a n g t i d a k
dibunyikan dan pertukaran penjagaan ini dilakukan juga pada waktu lonceng berbunyi
delapan kali
7. P e n g g u n a a n l o n c e n g d i T N I A L a d a l a h p e n a n d a w a k t u , p e n a n d a p e r a n b a h a y a d a n d a r u r a t
serta penanda waktu makan.
III
PELUIT
BAHARI
P e l u i t d i g u n a k a n b i n t a r a p e l a u t d i k a p a l u nt uk m e m be r i k a n a b a - a ba a t a u
i s y a r a t t e r t e n t u . K a r e n a i t u p e l u i t t e r s e b u t d i b e r i n a m a P e l u i t B i n t a r a Pe l a u t .
Bentuknya khusus dan nada yang dapat di hasilkan tidak samadengan peluit
biasa.
Pada mulanya peluit ini hanya digunakan di kapal - kapal TNI Angkatan laut,
tetapi kini digunakan dipendirat dan lembaga pendidikan.
III
PENGGUNAAN PELUIT
1. Peluit dipergunakan seseorang yang berwenang dalam penjagaanuntuk menarik perhatian dan juga
memberikan aba-aba kepada awak kapal, misalnya pemberian hormat kepada perwira-perwira menengah
keatas dan untuk penaikan bendera.
2. Penggunaan peluit ini terus berkembang, karena suara yang nyaring serta dapat digunakan untuk
menandakan aktivitas tertentu di kapal. Hal ini ideal untuk kondisi laut yang penuh dengan suara gemuruh
ombak dan gelombang. Bahkan, ketika mesin-mesin uap di kapal mulai menderu pun suara peluit ini
masih digunakan sebagai patokan perintah yang diberikan oleh seorang mandor kapal yang bertanggung
jawab saat pelaksanaan tugas saat itu. Setiap perintah memiliki kode suara peluit yang berbeda-beda
dengan teknik pengaturan pitch-nya.
3. Kebiasaan pemakaian peluit di kapal ini juga dilaksanakan di pendirat. Segala upacara yang dilakukan di
kapal juga diterapkan di darat, sedangkan pelaksanaannya tidak berbeda dengan di atas. kapal.
III
PENGGUNAAN PELUIT
1. Peluit dipergunakan seseorang yang berwenang dalam penjagaanuntuk menarik perhatian dan juga
memberikan aba-aba kepada awak kapal, misalnya pemberian hormat kepada perwira-perwira menengah
keatas dan untuk penaikan bendera.
2. Penggunaan peluit ini terus berkembang, karena suara yang nyaring serta dapat digunakan untuk
menandakan aktivitas tertentu di kapal. Hal ini ideal untuk kondisi laut yang penuh dengan suara gemuruh
ombak dan gelombang. Bahkan, ketika mesin-mesin uap di kapal mulai menderu pun suara peluit ini
masih digunakan sebagai patokan perintah yang diberikan oleh seorang mandor kapal yang bertanggung
jawab saat pelaksanaan tugas saat itu. Setiap perintah memiliki kode suara peluit yang berbeda-beda
dengan teknik pengaturan pitch-nya.
3. Kebiasaan pemakaian peluit di kapal ini juga dilaksanakan di pendirat. Segala upacara yang dilakukan di
kapal juga diterapkan di darat, sedangkan pelaksanaannya tidak berbeda dengan di atas. kapal.
III
PAVOISEREN
Tata Cara Pelaksanaan Pavoiseren
1. P e l a k s a n a a n P a v o i s e r e n d i k a p a l - k a p a l s e l a l u d i i k u t i p e n a i k a n S a n g M e r a h P u t i h d i p u n c a k .
Penyelenggaraannya ialah dengan mengibarkan semua bendera Isyarat, dimulai dari haluan kapal
melewati puncak-puncak tiang kapal sampai ke buritan dengan menggunakan tali rentang khusus.
2. B e n d e r a - b e n d e r a p e n g h i a s t e r s e b u t d i a t u r b e g i t u r u p a h i n g g a m e m b e r i k a n p a n d a n g a n y a n g i n d a h d a n
merupakan warna merah putih berselang-selang dari haluan ke buritan.
3. T a l i B e n d e r a H i a s d i t e m p a t k a n d i b a w a h S a n g M e r a h P u t i h s e l e b a r b e n d e r a h i a s y a n g d i k i b a r k a n ,
hingga Sang Merah Putih senantiasa terlihat berkibar dengan bebas di atasnya.
4. P a d a w a k t u m e m b e r i k a n p e n g h o r m a t a n d e n g a n t e m b a k a n , s e m u a b e n d e r a p e n g h i a s t e r m a s u k S a n g M e r a h
Putih berada di puncak sementara diturunkan, kecuali jika penghormatan itu ada hubungannya dengan
penghiasan kapal.
5. U n t u k m e n g h o r m a t i k a p a l - k a p a l p e r a n g a s i n g y a n g s e d a n g m e n g a d a k a n p e n g h i a s a n k a p a l p e r a n g n y a ,
yang sedang berlabuh/bersandar berdekatan dengan kapal perang kita, maka KRI dapat menghias kapal
sebagai tanda penghormatan termasuk. juga pengibaran bendera kapal perang negara asing tersebut
disebelah kanan Sang Merah Putih.
III
WAKTU PELAKSANAAN
PAVOISEREN
1. P a d a waktu Kapal tersebut masuk
dinas/diresmikan menjadi Kapal perang Republik
Indonesia.
2. K u n j u n g a n P r e s i d e n a t a u k e p a l a n e g a r a a s i n g .
3. M e m p e r i n g a t i h a r i - h a r i b e s a r n a s i o n a l ( 1 J u n i , 1 7
Agustus, 5 Oktober dan 10 November) dan hari-
h a r i b e s a r T N I A L ( 1 5 J a n u a r i , 1 0 S e p t e m b e r, 5
Desember).
4. M e r a y a k a n h a r i b e s a r n a s i o n a l n e g a r a a s i n g
5. P a d a w a k t u m e n g i k u t i L o m b a L a y a r i n t e r n a s i o n a l .
6. M a s u k / k e l u a r pelabuhan negara asing saat
kunjungan ke luar negeri (Diplomasi).
III
TANDA KAPAL PERANG
Ta n d a k a p a l p e r a n g t e r d i r i d a r i :
1. B e n d e r a k e b a n g s a a n
2. L a m b a n g g a r u d a p a n c a s i l a
3. U l a r - u l a r p e r a n g
4. L e n c a n a p e r a n g
5. B e n d e r a k o m a n d o / j a b a t a n / k e p a n g k a t a n
6. P e r s e n j a t a a n
7. N o m o r L a m b u n g
8. Wa r n a k a p a l
BENDERA KEBANGSAAN
1. Bendera Kebangsaan Sang Merah Putih dikibarkan oleh Kapal Perang
Republik Indonesia sebagai berikut:
a. Pada waktu berlayar, berlabuh/lego jangkar mulai matahari terbit hingga
matahari terbenam pada gusi (Gafel).
b. Pada waktu merapat di dermaga:
• mulai matahari terbit hingga waktu upacara penaikan bendera pada gusi
(Gafe; dan
• mulai saat penaikan bendera hingga matahari terbenam pada tiang
bendera diburitan.
2. Untuk kapal-kapal yang tidak mempunyai tiang Gafel bendera dinaikkan di
tiang bendera dan sebaliknya kapal-kapal yang tidak mempunyai tiang Gafel dan
tiang bendera, bendera dinaikan di tiang kapal.
3. Pada waktu berada di negara/pelabuhan asing, pengibaran dan penurunan
bendera kebangsaaan mengikuti ketentuan di negara tersebut
III
LAMBANG GARUDA PANCASILA
Lambang Garuda Pancasila sebagai salah satu
tanda kapal Perang Republik Indonesia yang
disingkat KRI terpasang permanen di depan
anjungan setiap KRI agar terlihat jelas oleh
pandangan/pengamatan kapal lain dari arah
haluan dan merupakan identitas dari KRI
Indonesia.
III
ULAR-ULAR PERANG
Ular-ular Perang merupakan Bendera maritim TNI AL dikibarkan pada Kapal Perang RI
1. P e m a s a n g a n U l a r - u l a r P e r a n g
Upacara pemasangan untuk kapal baru
• Upacara Peresmian menjadi KRI & Pengukuhan Komandan
• Dihadiri pejabat negara/TNI & pihak terkait
• Kegiatan upacara:Pembacaan keputusan, Pernyataan peresmian, Pengibaran Merah Putih & Ular-ular
Perang, Pengukuhan Komandan KRI
• Jika nama kapal pahlawan, upacara di daerah asal pahlawan
• Jika nama tempat/senjata, upacara di asal nama atau daerah terkait
III
LENCANA PERANG
Bendera Lencana Perang merupakan salah satu
tanda kapal Perang Republik Indonesia (KRI)
yang juga merupakan identitas kapal perang
yang dikibarkan di haluan kapal pada saat-
saat tertentu, dengan garis warna lima merah
empat putih horisontal yang melambangkan
wilayah nusantara dalam Sumpah Amukti
Palapa
III
WAKTU PENGIBARAN LENCANA PERANG
a. Lencana Perang dikibarkan di haluan kapal saat berlabuh atau sandar di dermaga pada event
1) pada saat kapal dinyatakan sebagai kapal perang dan pada hari dikeluarkan dari dinas sebagai kapal
perang,
2) Hari Besar Nasional/Hari TNI/Hari Armada/Hari Bersejarah TNI Angkatan Laut dan hari
Sabtu/Minggu;
3 ) p a d a w a k t u k a p a l m e l a k s a n a k a n P a c o i s e r e n ( To p L a n g g e n / D r e s s S h i p ) d a n / a t a u H i a s P e n u h ( F u l l
Dress Shiph
4) selama ada kapal perang asing yang berlabuh disekitarnya yang mengibarkan lencana perangnya,
5) selama berlabuh di negara asing
6) pada waktu ada pemeriksaan oleh Menhan/Panglima TNI/dari Kasall
7) pada waktu mengadakan penghormatan penembakarn,
8) pada waktu ada pengambilan sumpah wisuda perwira dan penganugerahan tanda-tanda
jasa/penghargaan tertinggi
9) jika ada anak buahnya yang meninggal dan dalam keadaan berkabung, dan
1 0 ) P a d a w a k t u s e r a h Te r i m a k o m a n d a n N K R I
b . Wa k t u p e n g i b a r a n l e n c a n a p e r a n g
1) mulai saat pengibaran sang merah putih hingga matahari terbenam
2) berlaku untuk sementara waktu/selama berlangsungnya kegiatan.
III
BENDERA KOMANDO/JABATAN/
KEPANGKATAN
1. Pengibaran Bendera
- Dikibarkan pada tiang kapal di mana pejabat berada
- Kapal 1 tiang: Bendera Kepala Negara di tiang, Bendera Komando di andang-andang isyarat
Bendera Komando/Ular-ular Komando
- Dikibarkan di andang-andang isyarat
2. Bendera Panglima TNI & Kasal
- Dikibarkan di tiang besar
3. Bendera Kepangkatan
- Laksamana (4 bintang): Tiang Agung
- Pati TNI AL di bawahnya: Tiang Haluan
4. Bendera Komando Lain
- Panglima Armada, Komandan Eskader, Komandan Satgas
- Dikibarkan di Tiang Agung
5. Ular-ular Komando
- Perwira tertua pemegang komando: Andang-andang
- Komandan kesatuan sejenis: Andang-andang
6. Pengaturan Bendera
- 2 pembesar 1 kapal, termuda di kapal berdekatan
- 2 bendera 1 tiang: Komando/Jabatan kiri, Kepala Negara kanan
- Beberapa pejabat, dikibarkan bendera tertinggi
III
PERSENJATAAN
Persenjataan yang terpasang di KRI merupakan
identitas atau tanda dari KRI sekaligus sebagai unjuk
kemampuan tempur dari sebuah kapal perang. Tiap
jenis/tipe kapal memiliki persenjataan dengan
kemampuan yang berbeda mulai dari kemampuan
pertahanan udara, peperangan atas air dan peperangan
bawah air serta kemampuan lainnya sesuai dengan
sistem senjata yang terpasang di suatu kapal, berupa
rudal, roket Louncher, torpedo, bom laut dan meriam
berbagai kaliber.
III
NOMOR LAMBUNG
1. Pengertian Nomor Lambung
- Ta n d a k a p a l t e r s e b u t K a p a l P e r a n g R I s e j a k d i r e s m i k a n
- 3 digit, masing-masing digit memiliki fungsi:
a. Digit pertama: satuan kapal
b. Digit kedua: jenis/tipe kapal
c. Digit ketiga: urutan jenis/tipe
2. Pengelompokan Nomor Lambung
- Dikelompokkan sesuai satuan kapal di TNI AL
- Nomor lambung dihapus jika kapal tidak aktif lagi
3. Kode Nomor Lambung
- 300 - Satuan Kapal Eskorta (nama pahlawan)
- 400 - Satuan Kapal Selam (nama senjata khusus)
- 500 - Satuan Kapal Amfibi (nama kota/teluk)
- 600 - Satuan Kapal Cepat (senjata tradisional, binatang)
- 700 - Satuan Kapal Ranjau (nama pulau kecil)
- 800 - Satuan Kapal Patroli (nama ikan
- 900 - Satuan Kapal Bantu (nama sesuai fungsi)
- Kapal Latih tidak ada nomor lambung (tidak bersenjata)
Contoh: Dewaruci, Bimasuci, Arung Samudera
III
WARNA KAPAL
III
DOKTRIN ANGKATAN
LAUT
Doktrin TNI Angkatan Laut Jalesveva Jayamahe merupakan panduan tertinggi dalam strategi TNI AL yang mencakup:
Jatidiri dan Karakteristik TNI AL : Menyoroti nilai-nilai historis tentang kejayaan maritim Indonesia dan evolusi dari masa
lalu hingga saat ini, serta peran, tugas, fungsi, dan organisasi TNI AL.
Lingkungan Laut Indonesia : Membahas kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dan implikasinya terhadap
geopolitik serta pandangan TNI AL tentang kepentingan nasional di laut.
Pengerahan Kekuatan TNI AL : Menggambarkan hakikat penggunaan kekuatan TNI AL untuk melaksanakan tugas operasi
militer perang (OMP) dan operasi militer selain perang (OMSP) serta konsep penggunaannya.
Postur Kekuatan dan Kesiapan Operasional : Menjelaskan bagaimana TNI AL mempersiapkan sumber daya manusia, alutsista,
struktur kekuatan, dukungan logistik, dan pemberdayaan sumber daya nasional untuk memastikan kesiapan dan keberhasilan
operasional.
Tantangan ke Depan: Mengidentifikasi tantangan masa depan yang dihadapi TNI AL, termasuk dampak globalisasi,
perkembangan teknologi militer, pembinaan sumber daya manusia, dan kepemimpinan.
Penjabaran Doktrin ke dalam Doktrin Turunan dan Petunjuk : Menekankan perlunya mengoperasionalkan doktrin Jalesveva
Jayamahe melalui doktrin turunan dan petunjuk agar dapat menjawab tantangan dalam pelaksanaan tugas.
II
DOKTRIN TNI ANGKATAN
LAUT
Doktrin TNI Angkatan Laut Eka Sasana Jaya, merupakan Dokrin Etik/Moral bagi Prajurit
TNI Angkatan Laut yang digali dari nama Doktrin Perjuangan Angkatan Laut Republik
Indonesia (ALRI) yang disahkan oleh Presiden RI yang pertama pada tahun 1965. Eka
berarti Satu, Sasana adalah Ajaran, dan Jaya Unggul atau menang, sehingga berarti Satu
ajaran yang akan menuntun ke arah keunggulan Angkatan Laut di medan perang. Doktrin
TNI Angkatan Laut Eka Sasana Jaya berisi tentang etika dan moral prajurit sebagai
penegak hukum di laut.
II
HUBUNGAN PERATURAN DINAS
KHAS TNI AL DAN DOKTRIN
Perlakuan
• Peraturan Dinas Dalam Khas TNI Angkatan Laut: Petunjuk khusus tentang dinas
dalam di kapal perang dan pendirian yang mengatur tata tertib dan disiplin personel
Angkatan Laut.
• Doktrin Jalesveva Jayamahe: Doktrin pembinaan kekuatan TNI Angkatan Laut.
• Doktrin Eka Sasana Jaya: Doktrin etik/moral bagi Prajurit TNI Angkatan Laut.
• Batasan, rumusan, ketentuan, dan pernyataan dalam kedua doktrin ini menjadi pokok
pemikiran TNI Angkatan Laut sebagai bagian integral dari TNI dalam pertahanan
negara di dan lewat laut. Mereka dapat digunakan sebagai pedoman dalam upaya
strategis TNI Angkatan Laut terkait pembangunan dan penggunaan kekuatannya.
Penerapan
• Peraturan Dinas Dalam Khas TNI Angkatan Laut berfungsi sebagai prosedur tetap
yang memuat petunjuk khusus untuk dinas dalam di kapal perang dan pendirat,
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk pembinaan kemampuan, tata tertib, dan
disiplin.
• Dengan menerapkan kedua doktrin TNI Angkatan Laut tersebut, diharapkan akan
meningkatkan keyakinan dan tekad prajurit TNI AL dalam pengabdiannya kepada
bangsa dan negara.
• Pemahaman dan penghayatan terhadap kedua doktrin tersebut membantu memperjelas
pemikiran keangkatan laut, memberikan bimbingan dalam konsistensi sikap dan
perilaku, soliditas, dan kepercayaan untuk menciptakan tindakan kolektif yang benar.
• Penerapan kedua doktrin ini akan terus dievaluasi dan disesuaikan dengan perubahan
politik, strategi, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
III