BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan
sehari-hari di zaman yang semakin modern. Seiring berjalannya waktu kemajuan
teknologi berdampingan dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang dapat
memberikan manfaat bagi kehidupan. Tidak hanya itu, teknologi juga
memberikan kemudahan serta dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan
aktivitas manusia. Setiap orang juga menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh
inovasi-inovasi teknologi dalam dekade terakhir ini. Manfaat ini sudah mulai
merambat ke berbagai bidang dan disiplin ilmu baik di seluruh dunia maupun di
Indonesia khususnya.
Indonesia merupakan negara berpenduduk terbanyak urutan keempat di
dunia dengan jumlah penduduk 261.890.921 jiwa. Dengan jumlah penduduk yang
sangat signifikan ini, Indonesia harus mampu mengelola sumberdaya manusianya.
Pada era globalisasi, penguasaan teknologi menjadi prestise dan indikator
kemajuan suatu negara. Negara dapat dikatakan maju jika memiliki tingkat
penguasaan teknologi tinggi (high technology), sedangkan negara-negara yang
tidak bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi sering disebut sebagai negara
gagal (failed country). Apalagi Indonesia akan berhadapan dengan bonus
demografi sejak 2010 hingga 2035. Jangan sampai bonus demografi ini menjadi
bencana demografi.
Bonus demografi dimaknai sebagai keuntungan ekonomis yang disebabkan
oleh semakin besarnya jumlah tabungan dari penduduk produktif. Hal ini dapat
memacu investasi dan pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut juga lazim dikenal
sebagai jendela kesempatan (windows of opportunity) bagi suatu negara untuk
melakukan akselerasi ekonomi dengan menggenjot industri manufaktur,
infrastruktur, maupun UMKM karena berlimpahnya angkatan kerja. Banyak
negara menjadi kaya karena berhasil memanfaatkan jendela peluang bonus
demografinya untuk memacu pendapatan per kapita sehingga kesejahteraan
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peluang dan tantangan HMI menghadapi bonus demografi di
era digitalisasi ?
2. Bagaimana peran Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI) di tubuh
HMI dapat menjadi inkubator pertumbuhan startup di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Melihat peluang dan tantangan HMI menghadapi bonus demografi di era
digitalisasi.
2. Sebagai langkah mengoptimalkan peran LEMI menjadi inkubator
pertumbuhan startup di Indonesia
3
BAB II
PEMBAHASAN
perguruan tinggi tersebut saat berminat menjadi bagian dari HMI. Mungkin, saat
itu HMI mempunyai daya tarik sendiri dan mampu memberikan kebutuhan
student need dan student interst.
Usia HMI kini hampir mencapai 72 tahun dan menjadi organisasi yang
mantap dalam usia pergerakan. Tentu dalam kematangan itu, organisasi ini
menghadapi berbagai macam kendala yang bisa menghambat perkembangannya.
Maka, dalam konteks inilah sangat dapat dipahami pandangan yang dapat
menekankan bahwa HMI harus melakukan revitalisasi, reaktualisasi dan
rejuvenasi.
Merebaknya trend memulai bisnis startup di kalangan anak muda kerap kali
menimbulkan pertanyaan. Apa yang membuat kaum muda menggemarinya,
pertanyaan ini tentu saja tidak terlontarkan hanya dengan melihat satu dan dua
startup yang berkembang di Indonesia. Bayangkan saja, dalam sebuah siaran pers
yang dilakukan pada tahun 2016, CEO Telkom Testra, Erik Meijer, menyatakan
bahwa dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, Indonesia
menempati posisi negara dengan jumlah startup tertinggi yang mencapai lebih dari
2000 startup.
Sementara itu, jumlah ini tidak hanya berhenti sampai di situ. Ramalan ke
depannya, Indonesia akan lebih banyak dijamuri oleh startup-startup baru.
Memang tidak mengherankan, perkembangan teknologi kini memungkinkan Anda
untuk melakukan apa saja. Begitu juga dengan anak muda. Upaya ini kini dinilai
semakin tepat sebagai penyalur jiwa dan kreativitas mereka dan diwujudkan
dalam memulai bisnis startup.
muda. Inkubator memiliki akses ke key player yang berpotensi untuk membuka
kesempatan besar. Inkubator yang didukung oleh perusahaan besar di
belakangnya juga dapat menjadi partner yang potensial. Bantuan yang diberikan
inkubator biasanya mengadakan sebuah acara untuk mendatangkan para pemain
penting di komunitas startup.
Para pemain penting ini kerap disebut sebagai mentor. Mentor yang
memiliki pengalaman sebagai entrepreneur dapat berbagi pengalaman mereka
dalam membangun startup. Mereka dapat memberikan arahan yang tepat serta
menstimulasi ide untuk memecahkan persoalan yang ada. Di dalam sebuah
inkubator biasanya ada beberapa mentor yang memang berdedikasi untuk
membantu startup di dalamnya. Tak jarang inkubator juga mengadakan workshop
dengan topik yang paling dibutuhkan oleh para startup.
Membangun startup menuntut seorang entrepreneur untuk dapat
mengerjakan semua hal sekaligus, khususnya pada tahap awal ketika startup
masih belum memiliki dana untuk mempekerjakan orang yang berpengalaman. Di
luar dari produk yang hendak dibangun, pengetahuan akan aspek utama bisnis
seperti marketing, sales, business development, operation, dan finance harus
mumpuni. Para mentor memberi tugas setiap individu dalam inkubator untuk
memulai tahapan-tahapan tersebut dalam pembangunan bisnis.
Bagi sebuah startup, membangun solusi yang diinginkan orang adalah harga
mutlak. Entrepreneur biasanya memiliki ide yang inovatif, namun belum tentu
dapat bekerja. Oleh karena itu mereka membutuhkan pendapat orang lain atas
produk yang dibangun. Inkubator merupakan tempat yang tepat untuk
memberikan masukan atas produk yang dibuat, apakah memenuhi kebutuhan
pasar, memecahkan persoalan yang ada, serta memiliki model bisnis yang masuk
akal untuk jangka panjang.
Selain itu, untuk mengetahui apa yang dibutuhkan orang, entrepreneur juga
harus mau keluar dari zona nyaman dengan berbicara kepada sebanyak mungkin
calon pengguna. Karena apa yang kita pikir orang butuhkan kadang tidak selalu
benar, satu-satunya cara untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan berbicara
15
secara langsung kepada mereka. Inkubator merupakan tempat yang tepat untuk
bertemu dengan banyak calon pengguna dan mendapatkan masukan.
Inkubator menyediakan co-working space yang dapat digunakan secara
gratis atau dengan biaya sangat murah. Startup mendapatkan akses ke ruang
kantor yang lengkap dengan internet cepat, meja kerja, ruang rapat, pantry, serta
kebutuhan kantor lainnya dengan desain kantor menarik untuk menunjang
kreativitas.
Dengan tersedianya semua kebutuhan kantor, startup dapat fokus
membangun produk mereka tanpa terganggu dengan kegiatan administratif. Co-
working space juga merupakan tempat berkumpulnya para entrepreneur dan ide
kreatif. Karena memulai bisnis secara bersama-sama, orang di dalam inkubator
cenderung mendukung satu sama lain dan membantu ketika dibutuhkan. Inkubator
sering memunculkan hubungan bisnis dan persahabatan yang bertahan lama
bahkan hingga startup yang dibangun telah sukses.
Inkubator juga merupakan tempat investor mencari startup menarik untuk
diberikan pendanaan. Startup dengan ide yang telah divalidasi dan menunjukkan
perkembangan signifikan umumnya menarik perhatian investor. Inkubator juga
memiliki program demo day untuk memperkenalkan startup binaan mereka.
Investor pada umumnya memiliki kepercayaan terhadap startup di bawah
naungan inkubator yang telah terbukti menghasilkan startup yang bagus. Tak
jarang ada perusahaan besar yang berada di belakang program inkubator.
Perusahaan besar ini biasanya memiliki inisiatif untuk mendukung perkembangan
startup di Indonesia dan memberikan pendanaan bagi startup yang relevan dengan
bisnis mereka ataupun memiliki potensi bisnis yang besar.
digaris bawahi hadirnya LPP di tubuh HMI bukan berarti melemahkan, justru
malah menguatkan HMI dan membuat HMI semakin maju.
Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) adalah lembaga perkaderan untuk
pengembangan profesi di lingkungan HMI. LPP bertugas melaksanakan
perkaderan dan program kerja sesuai dengan bidang profesi masing-masing LPP,
memberikan laporan secara berkala kepada struktur HMI setingkat. LPP memiliki
hak dan wewenang untuk memiliki pedoman dasar dan pedoman rumah tangga,
masing-masing LPP di tingkat Pengurus Besar berwenang untuk melakukan
akreditasi LPP di tingkat cabang dan dapat melakukan kerjasama dengan pihak
luar. Dapat kita lihat, yang menjadi semangat LPP ini adalah asas profesionalitas,
sesuai basis keilmuan masing-masing.
Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) harus diperkuat karena LPP
diharapkan mampu menjadi solusi terhadap upaya perampingan struktur
organisasi HMI sehingga dapat bergerak lebih gesit dan responsif. Selain itu, LPP
ini juga mampu mewadahi dan mengarahkan berbagai minat mahasiswa menjadi
tenaga-tenaga terampil yang siap berkompetisi dalam setiap medan dan tantangan
termasuk dalam mengembangkan startup.
Harus diakui bahwa HMI memiliki alumni yang telah berpengalaman dalam
dunia wirausaha yang telah jatuh bangun membangun dan merasakan pahit
manisnya survive dalam zona penuh pertarungan ini. Para alumni ini dapat
diberdayakan sebagai mentor bisnis dan inspirator kader-kader HMI yang
meneruskan perjuangannya menjadi pengusaha. Kader-kader HMI bisa
berkonsultasi dalam membangun bisnis dan memulai tahapan-tahapan bisnis.
Berbeda dengan UMKM, membangun sebuah bisnis startup harus memiliki
modal yang besar karena berbasis teknologi. Sangat sulit mengembangkan startup
jika bermodalkan kantong sendiri. Investor adalah nyawa dari semua bisnis
startup. Alumni HMI merupakan investor dengan potensi terbesar bagi kader-
kader HMI yang ingin membangun startup. Bisnis startup merupakan bisnis
dengan keuntungan kembali tercepat dan dapat diprediksi pertumbuhannya yang
terus meningkat. LEMI harus bisa menjembatani kader-kader HMI dan alumni
HMI dalam investasi di sektor startup. Anak-anak muda yang ingin membangun
startup tentunya sangat ingin manjadi bagian dari HMI jika LEMI sukses menjadi
inkubator startup di setiap cabangnya.
Bayangkan saja jika dari sebuah pengurus cabang mendirikan LEMI dan
melahirkan sekurang-kurang 10 startup, maka HMI secara nasional dengan 100
pengurus cabang dapat menciptakan 1000 startup baru di Indonesia. Angka ini
merupakan angka yang sangat signifikan. Sebagai gerakan kepemudaan dan
organisasi perjuangan, LEMI harus mampu menghadapi tantangan-tantangan dan
ikut serta berperan pada aktivitas perekonomian di Indonesia. LEMI diharapkan
mampu memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi digital dalam upaya
menjadi leading sector pertumbuhan startup secara nasional.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemajuan teknologi berbasis digital tidak dapat dipungkiri terus
berkembang dan terus meningkat seiring berjalan nya waktu. Perubahan sosial
dan gaya hidup masyarakat berubah dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi. HMI yang merupakan organisasi mahasiswa tertua di Indonesia
dan telah survive dengan eksistensinya selama 72 tahun dengan berbagai
perubahan sosial dan politik. Bonus demografi seharusnya dimaknai oleh HMI
sebagai peluang dan tantangan untuk bersaing.
HMI harus mampu bersaing di era digitalisasi dan mengambil peran dalam
pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. HMI juga harus mampu berwirausaha
dalam bisnis berbasis digital dengan mengoptimalkan fungsi dari lembaga
pengembangan profesi HMI yaitu salah satunya Lembaga Ekonomi Masyarakat
Islam (LEMI) sebagai wadah inkubasi dalam pertumbuhan startup dikalangan
kader HMI. LEMI menjadi co-working space yang menjadi tempat berdiskusi dan
bertukar pengalaman dalam mengembangkan startup sesuai dengan potensi dan
minat kader-kader HMI. Para alumni HMI dapat dilibatkan menjadi partner bisnis
dan investor bagi para kader-kader HMI yang ingin memulai startup.
19
B. Saran
Semoga dengan banyaknya gagasan dan ide yang dimiliki para kader HMI
dapat diwujudkan dalam bentuk startup. Dengan berkembangnya teknologi
digital, HMI mampu menjadikan hal ini sebagai peluang bagi para kader untuk
berwirausaha dengan bisnis berbasis digital dan menciptakan startup.
DAFTAR PUSTAKA
Huntington, S.P. 1996. Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia.
Yogyakarta: Qalam
Satria, H.W. 2010. Lafran Pane Jejak Hayat dan Pemikirannya. Jakarta: Penerbit
Lingkar.