Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SOSIOLOGI INDUSTRI

KAITAN INDUSTRI DENGAN STRATIFIKASI SOSIAL


Disusun sebagai tugas terstruktur mata kuliah Sosiologi Industri

Dosen Pengampu:
Solikatun, S.Pd., M.Si.

Nama Kelompok 5

Lalu Hendrawan L1C020044


Lestin Eliana Hirni L1C020049
Mardaniel Roikhan Widodo L1C020054
Muhammad Agus Ripai L1C020060
Muhammad Haekal L1C020065
Ninda Purwanti L1C020071
Pasir Kencana L1C020077

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MATARAM
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT atas selesainya tugas ini.
Karena berkat limpah rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Sholawat dan salam tak lupa dihaturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.

Terima kasih kami sampaikan atas bimbingan Bu Solikatun S.Pd., M.Si. sebagai dosen
pengampu Mata Kuliah Sosiologi Industri sehingga dapat menyusun makalah yang bertemakan
KAITAN INDUSTRI DENGAN STRATIFIKASI SOSIAL.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dalam penyusunan
maupun dalam materinya. Maka dari itu kami mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca agar dapat membuat maklah inil lebih baik lagi. Akhir kata, penulis haturkan terima kasih.
Kurang dan lebihnya mohon maaf, semoga makalah ini memberikan manfaat untuk kita semua.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………..…………………………………………ii

DAFTAR ISI………………………………………………..………………………..………iii

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………….………………1

A. Latar Belakang……………………………………...………………………………..1
B. Rumusan Masalah…………………………………………...……………………….1
C. Tujuan……………………………………………………………..…………………1
D. Manfaat………………………………………………………………………………2

BAB 2 PEMBAHASAN………………………..……………………………………………..3

A. Industri Dan Stratifikasi Sosial……………...……………………………………….3


B. Pengaruh Industri Terhadap Sistem Stratifikasi Sosial………………………...…….4
C. Teori Stratifikasi Dan Industri ………………………………………………………7

BAB 3 PENUTUP……………………………………………………….……………………9

A. Kesimpulan…………..………………………………………………..……………9
B. Saran………………………………………………………………………..………9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….11

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industrialisasi di Indonesia bukan untuk mengganti tenaga manusia dengan


tenaga mesin, melainkan sebagai lapangan kerja yang banyak menampung tenaga kerja.
Karena itu, keterlibatan manusia dalam industri akan memunculkan lapisan-lapisan
sosial berdasarkan fungsinya. suatu industri satu sama lain tidak memiliki kedudukan
sejajar, tergantung pada besarnya industri, modal, kualitas dan kuantitas produk yang
dihasilkan, gaji yang diterima karyawan, serta daerah pemasaran.
Stratifikasi sosial akan muncul dalam suatu industri. Begitu pula masyarakat
akan menilai stratifikasi sosial berdasarkan tempat kerja atau pasar kerja. Adanya
perbedaan-perbedaan di setiap industri, baik berdasarkan lapisan sosial maupun
perbedaan kedudukan industri akan membedakan manusia yang terlibat di dalamnya.
Perubahan status antar lapisan pada masyarakat industri lebih terbuka dan
memungkinkan terjadi bagi semua orang. Perubahan yang terjadi adalah naik ke status
yang lebih tinggi atau turun ke status yang lebih rendah. Dengan demikian, pemilik
status akan menempati posisi tertentu sesuai dengan peran yang ia jalankan. Akibatnya
orang tersebut akan menempati lapisan sosial baru dan membutuhkan pengakuan dari
orang yang lebih dahulu menempati lapisan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Industri Dan Stratifikasi Sosial ?
2. Bagaimana Pengaruh Industri Terhadap Sistem Stratifikasi Sosial ?
3. Bagaimana Teori-teori Stratifikasi Sosial dan Insdustri ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari industri dan stratifikasi sosial
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh industri terhadap sistem stratifikasi sosial
3. Untuk mengetahui teori-teori stratifikasi sosial dan industri

1
D. Manfaat
1. Teoritis
Menambah wawasan serta pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang Industri
dan Stratifikasi Sosial.
2. Praktis
Makalah ini dapat memberikan gambaran dan informasi bagi pembaca, bagaimana
kaitan Industri dan Stratifikasi Sosial.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Industri Dan Stratifikasi Sosial

Industri adalah kegiatan perekonomian yang dilakukan dengan cara mengolah


bahan baku, bahan mentah, bahan setengah jadi, maupun bahan jadi agar memiliki nilai
kegunaan yang lebih tinggi. Hasil produksi dari sebuah industri tidak harus berupa
barang melainkan bisa juga berbentuk jasa. Namun selama ini masyarakat cenderung
mengartikan industri dengan pabrik dan kegiatan produksi yang identik dengan hasil
berupa barang saja. Contoh dari industri misalnya pabrik makanan, pabrik tekstil,
pabrik otomotif, dan sebagainya.
Stratifikasi sosial mengacu pada pembagian para anggota masyarakat ke dalam
tingkatan atau strata yang berkaitan dengan sikap dan karakteristik masing-masing
anggota atau kelompok. Stratifikasi bukanlah suatu sub-sistem dalam masyarakat, lain
halnya dengan ekonomi, pendidikan atau keluarga yang merupakan sub-sistem
masyarakat. Stratifikasi adalah suatu aspek umum dari struktur dalam sistem sosial
yang kompleks. Secara umum stratifikasi sosial dapat diartikan pembedaan anggota
masyarakat yang dilihat secara hirarkhi (bertingkat-tingkat). Perbedaan masyarakat
yang dilihat dari lapisan-lapisan sosial baik lapisan atas, menengah maupun lapisan
bawah. Stratifikasi sosial sangat berhubungan erat dengan industri, karena yang mana
si pemilik modal ( orang yang berada dilapisan atas ) mendirikan sebua industri dan
masyarakat akan mendapatkan pekerjaan dari industri tersebut, sehingga dalam industri
tersebut juga ada susunan stratanya.
Perlu kita ketahui, bahwa dalam sosiologi industri kita dapat melihat
masyarakat yang berada dalam industri dan bagaimana masyarakat tersebut, berikut ada
dua poin mengenai masyarakat industri: Pertama adalah masyarakat tempat industri
berada. Mereka bisa mendorong terbentuknya industri dan mereka yang terpengaruh
dalam pengertian baik dan buruk oleh industri. Kedua adalah kelompok orang yang
berada dalam industri dan menjalankan industri tersebut. Kelompok orang ini
mengadakan interaksi satu sama lain sehingga dapat kita katakan sebagai masyarakat.
Menurut Davis dan Moore mengetengahkan teori mereka tentang stratifikasi. Mereka
mengatakan bahwa "ada suatu kebutuhan universal untuk membentuk suatu stratifikasi

3
dalam masyarakat". Stratifikasi muncul disebabkan oleh perbedaan posisi yang
kemudian menimbulkan perbedaan tingkat fungsional dalam masyarakat. Di lain pihak,
orang-orang yang berbakat dan berpendidikan relatif sedikit, sehingga masyarakat
terpaksa menawarkan posisi yang lebih tinggi kepada orang-orang yang memiliki bakat
dan kemampuan yang dibutuhkan agar masyarakat tersebut mampu mempertahankan
eksistensinya. Dalam tahun 1948, Davis melakukan modifikasi terhadap teori-teori itu
dengan menambahkan bahwa mobilitas orang-orang yang lebih berbakat dan
berkemampuan lebih tinggi sering dihambat oleh latar belakang status keluarganya.
Jadi kesimpulannya stratifikasi adalah suatu hal yang tidak terhindarkan di dalam
masyarakat, stratifikasi pasti akan terjadi di dalam masyarakat dan stratifikasi ini
mendorong masyarakat untuk melakukan persaingan yang pada akhirnya mendapatkan
prestasi.

B. Pengaruh industri terhadap sistem stratifikasi sosial

2.1 Pengaruh Industri Terhadap Sistem Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial dalam masyarakat industri modern, memiliki dua bentuk


utama, yaitu kelas dan status. “Kelas” umumnya digunakan untuk menunjukkan
pembagian di dalam masyarakat yang didasarkan atas posisi ekonomi dalam
masyarakat, tanpa memperhatikan apakah mereka menyadari posisinya itu atau
tidak. Secara historis, konsep kelas merupakan bagian terpenting dalam teori Karl
Marx tentang masyarakat, yang menekankan perlunya perjuangan kelas, yaitu
perjuangan si miskin melawan si kaya dalam usaha untuk menguasahi sumber-
sumber produksi.
Penganut Marxisme, percaya bahwa masyarakat industri modern terbagi
kedalam dua kelompok kelas utama, yaitu kelompok orang kaya; kelas kapitalis;
dan kelompok orang miskin; kelas pekerja. Ada juga pendapat lain yang
mengemukakan bahwa dalam masyarakat terdapat stratifikasi sosial yang lain, yaitu
suatu pembagian kelas yang didasarkan atas kelompok penguasa; power group;
dan kelompok yang dikuasai ; non-power group. istilah power disini tidak selalu
kita artikan sebagai suatu kekuatan ekonomi atau suatu kekayaan (Dahrendorf,
1959).

4
Kaitan antara industri dan stratifikasi berdasarkan status semakin lama
semakin kabur, terutama disebabkan semakin luasanya ruang lingkup, hal-hal yang
berkaitan dengan istilah status. Seandainya status diukur dengan suatu nilai yang
spesifik, baik yang berdampak positif atau negatif, yaitua suatu nilai kehormatan
diri, ia bisa dinyatakan sebagai suatu bentuk economic power dan non-economic
power yang bentuknya bisa berupa kemampuan membeli berbagai barang
konsumtif, tingkat pendidikan, latar belakang atau keturunan dan sebagainya.
Suatu data statistik mengenai para pegawai yang dipublikasikan oleh
Registral general menjelaskan apa yang disebut sebagai kelas sosial dan socio-
economic group yang berkaitan dengan suatu pekerjaan. Badan riset non ekonomis
tipe-tipe; life style, penelitian yang telah dilakukan oleh kawan-kawannya ;1966;
telah mengungkapkan bahwa diantara Inggris yang ditanyakan ciri apa yang
menentukan orang termasuk ke dalam kelas menengah dan kelas buruh, 61 persen
menjawab ciri pekejaan bagi kelas menengah dan 74 persen bagi kelas buruh.
Penelitian subjektif tersebut merefleksikan suatu kecendrungan diri sebagai
individu dalam masyarakat untuk mendapatkan posisi sosial yang lebih tinggi dari
pada posisi sosial yang mereka miliki saat sekarang.
Suatu penelitian yang telah dilakukan oleh Lockwood pada tahun 1958,
dimana yang menjadi objek penelitiannya ialah para pekerja berjas hitam atau para
pegawai administrsi, menyimpulkan bahwa walaupun para pegawai rendah tersebut
sesungguhnya termasuk kelas proletar.Tetapi mereka biasanya mengidentifikasikan
dirinya kedalam kelompok kelasa menengah. Penelitian lain yang dilakukan oleh
goldthorpe dan Lockwoods pada tahun 1963 telah menekankan gejala-gejala
melimpahnya orang-orang yang termasuk kedalam kelompok kelas pekerja.
Dengan mengabaikan ekonomi dan rangkaian perubahan normative dan relational
di dalam kehidupan masyarakat pekerja, mereka menyimpulka bahwa walaupun
ada kemajuan ekonomi golongan buruh dengan masyarakat kelas menengah, tetapi
jurang pemisah antara mereka masih tetap sangat lebar.
Perbedaan di dalam penentuan suatu status boleh saja disebabkan adanya
analisa terhadap sumber-sumber status yang berbeda. Misalnya, suatu pekerjaan
dapat memberikan suatu status dikarenakan imbalan yang diberikannya (baik secara
ekonomis ataupun psikologis) atau karena prestise, kekuasaan dan pentingnya
fungsi pekerjaan tersebut dalam masyarakat. Keempat sumber status tersebut
mungkin memiliki tingkat yang sama, mungkin juga tidak, hal ini tergantung pada
5
pandangan masyarakat terhadap pekerjaannya itu sendiri. Jika seseorang memiliki
status yang tinggi dalam suatu pekerjaan, misalnya dikarenakan imbalannya yang
tinggi, bisa saja merasa rendah diri bila pekerjaan tersebut memiliki nilai prestise
yang rendah. Hal semacam itu menyebabkan "suatu tekanan terhadap persamaan
dari atribut-atribut status".

2.2 Pengaruh Sistem Stratifikasi Terhadap Industri


Perusahaan-perusahaan industry, baik secara kolektif maupun individual,
memiliki suatu sistem stratifikasi yang memiliki aspek-aspek internal dan eksternal.
Secara internal, pekerjaan bisa dibagi berdasarkan fungsinya di dalam perusahaan.
Secara eksternal, kita harus meninjau stratifikasi status di dalam masyarakat,
dimana seseorang sering memiliki hak-hak istimewa berdasarkan jabatannya di
tempat kerja.
Sebagai contoh, dari hasil survei nasional yang dilakukan oleh Inggris,
diketahui bahwa pekerjaan biasa mendapat tekanan yang keras untuk terus hadir
dalam pekerjaannya. Jika mereka mangkir maka gaji mereka akan dipotong. Tetapi
jika pihak manajer mangkir maka potongan gaji yang dilakukan sangat sedikit,
padahal untuk mengoperasikan pekerjaan secara normal minimal diberlakukan
kehadiran 98 persen pekerja biasa dan hanya memerlukan minimal kehadiran 6
persen, manajer dalam pemberian uang pensiunpun terdapat perbedaan. Sebagai
contoh para manajer mendapatkan uang pensiun sebanyak tiga kali lipat uang
pensiun para pekerja biasa.
Banyak manajer menghendaki agar jam kerja dan hak istemewa mereka
dibedakan dengaan jam kerja dan hak para pekerja biasa. Cemensts; 1958;
menyatakan bahwa posisi manajer senior cenderung diisi oleh orang-orang yang
memiliki latar belakang tingkat sosial yang tinggi dan memiliki tingkat pendidikan
yang memadai serta telah berpengalaman. Sesungguhnya para pekerja biasanya pun
menghendaki suatu peningkatan status. Mereka yang pindah ke pekerjaan lain
dengan tingkat upah yang sama, tetapi tingkat status yang rendah, sering merasa
kecil hati.
Standar konsumsi merupakan suatu ciri status yang mudah dipahami dari
kelas pekerja tak dapat disangkal lagi, mirip dengan standar komsumsi kelas
menengah; walaupun strata sosial dan hubungan-hubungan otoritas di dalam industri
tidak mengalami perubahan apapun. Goldthrope dan rekan-rekannya menyatakan;
6
Walaupun jumlah pekerja biasa sangat besar, sehingga posisi mereka di dalam
pekerjaan dan pengendalian manajemen cukup berpengaruh, tetapi secara individual
mereka selalu merasa dirinya termasuk ke dalam kelas pekerja biasa, padahal pihak
perusahaan sendiri tidak memandang mereka secara individual, tetapi secara
kolektif, sehingga sesungguhnya bisa berbuat dalam mengubah statusnya.
Tannenbaum dan koleganya ;1979; menyimpulkan bahwa partisipasi dari semua
pihak adalah basis utama untuk memperkecil pengaruh hirarki dan menghilangkan
ataupun paling tidak mengurangi perbedaan status. Semakin banyak partisipasi
perusahaan akan semakin bersifat sosial dan semakin memungkinkan terbentuknya
persamaan. Tetapi dalam perusahaan kapitalis ternyata tingkat hirarki tidak lebih
banyak dari pada perusahaan sosialis.

C. Teori Stratifikasi Dan Industri

Teori statifikasi dan teori kelas sosial telah mengalami cukup banyak
kemajuan ;Mac Kenzic, berbicara mengenai masalah perbedaan antar kelas
termasuk masalah stratifikasi. Perbedaan tentang stratifikasi ini kebanyakan
berkisar tentang masalah apakah stratifikasi itu merupakan suatu yang tak
terhindarkan dalam masyarakat ataukah sengaja dibuat oleh individu-individu atau
kelompok tertentu dalam masyarakat.
Pada tahun 1945, Davis dan Moore mengetengahkan teori mereka tetang
stratifikasi. Mereka mengatakan bahwa ada suatu kebutuhan universal untuk
membentuk suatu stratifikasi dalam masyarakat. Stratifikasi muncul disebabkan
oleh perbedaan posisi yang kemudian menimbulkan perbedaan tingkat fungsional
dalam masyarakat. Statifikasi adalah suatu hal yang tidak bisa terhindarkan.
Dalam tahun 1953, tumin bertanya tentang logika dari anggapan bahwa
perbedaan fungsional adalah suatu hal yang tak dapat diukur dan bersifat intuisif.
Diapun bertanya pula tentang keabstrakan kriteria untuk menentukan stratifikasi
yang berdasarkan kekurangan tenag-tenaga yang berbakat dalam masyarakat. Ia
mengemukakan argumentasinya bahwa dalam kenyataanya, kebanyakan sistem
stratifikasi justru menghambat perkembangan bakat dan kemampuan individu
dalam masyarakat.

7
Huaco mencoba mengabaikan teori Davis Moore dengan mengatakan
bahwa teori tersebut tidak mampu menjawab berbagai kritikan yang dilancarkan
terhadapnya. Maka selanjutnya Huaco menerangkan teori stratifikasi berdasarkan 3
postulat, yaitu;
1. Imbalan yang tidak sama yang dikaitkan dengan perbedaan posisi
adalah penyebab mobilitas individu untuk mendapatkan posisi tertentu
2. Eksistensi dan operasi keluarga adalah penyebab timbulnya status
3. Terbatasnya tenaga-tenaga bermutu menyebabkan timbulnya
stratifikasi.

Sampai saat ini para ahli teori social action belum mengembangkan suatu
teori tentang stratifikasi, walaupun sesungguhya tidak sulit bagi mereka untuk
berbuat demikian. Eksistensi stratifikasi dalam masyarakat terletak pada mayoritas
anggotanya yang melegalisir perbedaan di dalam wewenang atas kekuasaan pada
setiap strata. Posisi puncak pada strata tinggi; manajer, pemimpin dan sebagainya;
tidak mungkin ada tanpa dukungan mayoritas strata paling bawah; tenaga
pelaksana, bawahan, dan sebagainya.

8
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Industri pada dasarnya adalah sebuah mata pencaharian bagi manusia untuk
bisa menghasilkan jasa maupun produk tertentu yang nantinya akan bisa dijual untuk
menghasilkan uang yang akan digunakan untuk mendukung kualitas dari produk atau
jasa yang ditawarkan kepada konsumen.
Stratifikasi sosial atau disebut juga dengan pelapisan sosial telah dikenal saat
manusia menjalankan kehidupan. Terbentuknya stratifikasi sosial yaitu dari hasil
kebiasaan manusia seperti berkomunikasi, berhubungan atau bersosialisasi satu sama
lain secara teratur maupun tersusun, baik itu secara individual maupun berkelompok.
Stratifikasi merupakan pengelopokan berdasarkan kekayaan, pendidikan, profesi dan
lain sebagainya.
pengaruh industri terhadap sistem stratifikasi mungkin bisa bersifat langsung
melalui kekuatan ekonomi serta posisi dan wewenang di dalam perusahaan, ataupun
bisa juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui status dalam perusahaan yang
ditransmisikan menjadi status dalam masyarakat, termasuk melalui rantai antara situasi
pasar dan gaya hidup.
Pengaruh Stratifikasi sosial dalam masyarakat industry sifatnya terbuka,
artinya setiap orang bisa mendapatkan status sosial yang berada pada lapisan atas,
karena pada dasarnya sistem stratifikasi social ini merupakan sistem yang terbuka, bisa
saja yang dilapisan atas jatuh kebawah maupun sebaliknya, bicara pada masyarakat
industri jelaslah bahwa sistem stratifikasi sosial inilah yang dapat membuat masyarakat
untuk berada dilapisan atas yaitu dengan usaha di perindustrian (industry).

B. Saran
Pada saat menduduki status sosial yang berada di kalangan atas maka jangan
lupa berpikir kepada kalangan bawahnya, karena tentu saja hari ini anda yang di atas
namun belum tentu anda besok akan tetap di atas. Ketika jadi para pemodal dan dapat
membangun sebuah industry, perlu dijaga sikapnya di dalam perindustrian tersebut,

9
sehingga sama-sama merasakan kepuasan terhadap tenaga kerja dari pendiri industri
tersebut.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/86850597/Industri-Dan-Stratifikasi-Sosial (diakses tanggal 20


Februari 2022)

Dr. H. Ridwan Aang, M.Ag. Sosiologi Industri : Transformasi Menuju Masyarakat Post-
Industri. Oktober 2019 (CV Pustaka Setia, Bandung)

S.R. Parker, R.K. Brown, J. Child, & M.A. Smith. Sosiologi Industri. Cetakan Pertama,1985
( PT Bina Aksara, Jakarta)

11

Anda mungkin juga menyukai