Anda di halaman 1dari 24

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

(Pendidikan dan Perubahan Sosial )

Dosen Pembimbing :

Dr. Ansari, M.Ag

Disusun Oleh:

Clarisa : (0305183148)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah. Shalawat dan rangkaikan kepada nabi Muhammad SAW yang
telah membimbing kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang.

Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak dosen pengampu yang


memberikan tugas makalah ini dengan bertujuan untuk tugas individu pada
mata kuliah sosiologi Pendidikan . Saya sadar bahwa laporan makalah yang
kami tulis ini jauh dari kata kesempurnaan dan masi banyak kekurangan.
Atas semua itu dengan rendah hati saya harapkan kritik dan saran yang
membangun guna menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca

                              

Medan, 23 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................3

A. Latar Belakang............................................................................3
B. Rumusan Masalah.......................................................................3
C. Tujuan Penulisan.........................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................5

A. Pengertian Perubahan Sosial ......................................................5


B. Teori Perubahan Sosial................................................................6
C. Bentuk- Bentuk Perubahan Sosial...............................................10
D. Perubahan Sosial Masyarakat Perdesaan....................................11
E. Perubahan Sosial Masyarakat Perkotaan ........................12
F. Hubungan Pendidikan Dengan Perubahan Sosial.............14
G. Dampak Covid- 19 Terhadap Pendidikan...........................19

BAB III
PENUTUP......................................................................................23

A. Kesimpulan..........................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan adalah sesuatu yang terjadi dikalangan masyarakat baik itu
perubahan dari bentuk besar maupun perubahan dalam bentuk kecil dan perubahan
tersebut dari taraf kecil sampai dengan perubahan taraf besar memberi pengaruh yang
besar pulak bagi aktifitas masyarakat dan perubahan mencangkup aspek sempit
maupun aspek yang sangat luas dan untuk melihat adanya perubahan dan harus
melihat perubahan sosial apa saja yang terjadi pada masyarakat pedesaan dan
perkotaan.
Perubahan selalu berhubungan dengan jangka waktu keadaan namun
terkadang sistem juga perubahan sosial juga mempengaruhi dalam pendidikan seperti
yang diketahui dalam keaadaan seperti saat ini hubungan pendidikan dengan
perubahan sosial sangat berpengaruh besar sehingga menimbulkan dampak yang
merugikan bagi siswa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Perubahan Sosial ?
2. Bagaimana teori Perubahan Sosial ?
3. Bagaimana Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial ?
4. Bagaimana Perubahan Masyarakat Pedesaan ?
5. Bagaimana Perubahan Masyarakat Perkotaan?
6. Bagaimana hubungan Pendidikan dengan Perubahan Sosial?
7. Apa saja dampak Covid- 19 terhadap pendidikan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perubahan sosial
2. Untuk mengetahui penjelasan mengenai teori perubahan sosial
3. Mengetahui bentuk-bentuk perubahan sosial
4. Untuk mengetahui perubahan sosial masyarakat pedesaan
5. Untuk mengetahui perubahan sosial masyarakat perkotaan
6. Untuk mengetahui bagaimana hubungan pendidikan dengan perubahan sosial
7. Untuk mengetahui dampak Covid-19 terhadap pendidikan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perubahan Sosial


Perubahan sosial (social Change) merupakan perubahan dalam segi struktur sosial
dan hubungan sosial dalam masyarakat.1
Defenisi perubahan sosial menerut para ahli :
1. Farley (1990 :626)
Perubahan sosial merupakan perubahan kepada pola perilaku, hubungan
sosial, lembaga dan struktur sosial pada waktu tertentu. Ini menunjukkan
bahwa dalam masyarakat terjadi perubahan interaksi antara satu dengan yang
lain ketika mereka melakukan tindakan dan perbuatan atas apa yang
dilakukan.
2. Gillin
Perubahan sosial merupakana perubahan yang terjadi pada kehidupan manusia
yang diterima, berorientasi pada perubahan kondisi geografis, kebudayaan
materil, komposisi penduduk, ideologi maupun difusi dalam penemuan-
penemuanhal baru.2
3. Mac Iver (1937)
Perubahan sosial adalah perubahan- perubahan dalam hubungan sosial (sosial
relationship) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium)
hubungan sosial.
4. Kingsley Davis (1960)
Perubahan sosial adalah sebagai perubahan- perubahan yang terjadi dalam
struktur dan fungsi masyarakat, misalnya adalah pengorganisasian buruh
dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam
organisasi dan politik.
5. Harton (1991)
Perubahan sosial merupakan perubahan struktur sosial dan hubungan sosial.
Perubahan ini meliputi perubahan distribusi kelompok usia, tingkat

1
Saraswati, Mila& Ida Widaningsih. 2008. “Smart Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah, Sosiologi,
Ekonomi),( Jakarta : Grafindo Media Pratama), h. 37
2
Indradin, Irwan.2016. “Strategi dan Perubahan Sosial”.(Yogyakarta : CV Budi Utama), h. 13

4
pendidikan, rata- rata, tingkat kelahiran penduduk, kadar rasa kekeluargaan,
perubahan peran dan sebagainya.3
Berdasarkan beberapa pengertian menurut para ahli yang telah di uraikan di
atas dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi
pada struktur, unsur sosial, kultur, fungsi dan lembaga dalam suatu masyarakat
dan perubahan itu terjadi karena adanya arus urbanisasi dan modernisasi.
B. Teori-Teori Perubahan Sosial
Ada beberapa teori perubahan sosial yaitu teori siklik, teori evolusioner,
teorinonevolusioner,teorifungsionaldan teori konflik, serta teori-teori yang banyak
digunakan oleh ahli sosiologi dalam melihat perubahan sosial di negara-negara di
dunia III.4
1. Teori Siklus

Ada ungkapan bahwa hidup manusia bagaikan sebuah roda yang


berputar, kadang manusia ada di atas dalam arti hidupnya makmur tetapi juga
kadang di bawah dalam arti hidupnya tidak beruntung. Seperti itulah
sebenarnya pola pikir dari teori siklus tersebut. Penekanan dari teori siklus ini
adalah bahwa sejarah peradaban manusia tidak berawal dan tidak berakhir
melainkan suatu periode yang di dalamnya mengandung kemunduran dan
kemajuan, keteraturan dan kekacauan. Artinya proses peralihan masyarakat
bukanlah berakhir pada tahap terakhir yang sempurna melainkan berputar
kembali pada tahap awal untuk menuju tahap peralihan berikutnya.

Arnold Toynbee melihat bahwa peradaban muncul dari masyarakat


primitif melalui suatu proses perlawanan dan respons masyarakat terhadap
kondisi yang merugikan mereka. Peradaban meliputi kelahiran, pertumbuhan,
kemandegan dan disintegrasi karena pertempuran antara kelompok-kelompok
dalam memperebutkan kekuasaan. Secara jelas Pitirim Sorokin ahli sosiologi
dari Rusia yang menjelaskan bahwa perubahan yang menyebabkan masyarakat
bergerak naik turun terjadi dalam tiga siklus kebudayaan yang berputar tanpa
akhir, yaitu :

3
Alamsyah , Ali Kusumandinata. 2015. “Pengantar Komunikasi Perubahan Sosial” . (Yogyakarta : CV Budi
Utama),h.12.
4
https://www.kompasiana.com/m-khaliq-shalha/54f3c12e7455137a2b6c7f59/teori-perubahan-sosial

5
 Kebudayaan ideasional (ideasional culture) yang menekankan pada
perasaan atau emosi dan kepercayaan terhadap unsur supernatural.
 Kebudayaan idealistis (idealistic culture) yang merupakan tahap
pertengahan yang menekankan pada rasionalitas dan logika dalam
menciptakan masyarakat ideal.
 Kebudayaan sensasi (sensate culture) dimana sensasi merupakan tolok
ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.
2. Teori Evalusioner

Para ahli teori ini cenderung melihat bahwa perubahan sosial yang
terjadi merupakan suatu proses yang linear, artinya semua masyarakat
berkembang melalui urutan perkembangan yang sama dan bermula dari tahap
perkembangan awal sampai tahap akhir. Tatkala tahap akhir telah tercapai
maka pada saat itu perubahan secara evolusioner telah berakhir. Tokoh dari
teori ini antara lain adalah Auguste Comte, seorang sarjana Perancis, yang
melihat bahwa masyarakat bergerak dalam tiga tahap perkembangan yaitu:
 Tahap teologis (theological stage) dimana masyarakat diarahkan oleh
nilai-nilai supernatural.
 Tahap metafisik (methaphysical stage) merupakan tahap peralihan dari
kepercayaan terhadap unsur supernatural menuju prinsip-prinsip
abstrak yang berperan sebagai dasar perkembangan budaya.
 Tahap positif atau ilmiah (positive stage) dimana masyarakat diarahkan
oleh kenyataan yang didukung oleh prinsip-prinsp ilmu pengetahuan.
Tokoh lain yang perlu juga dipelajari adalah Emile Durkheim, yang
lebih melihat bahwa perubahan sosial terjadi karena masyarakat beralih dari
masyarakat dengan solidaritas mekanik menjadi masyarakat dengan solidaritas
organik. Solidaritas mekanik ditandai oleh masyarakat yang anggotanya
sedikit sehingga hubungan sosial yang terjadi cenderung bersifat informal di
mana setiap orang akan saling mengenal serta mempunyai karakteristik sosial
yang bersifat homogen seperti pekerjaan. Sedangkan masyarakat dengan
solidaritas organik ditandai oleh masyarakat yang berskala besar dalam jumlah
penduduknya, hubungan satu sama lain cenderung bersifat formal yang
cenderung didasarkan pada fungsi sosial masing-masing individu.
3. Teori Nenovolusioner

6
Teori nonevolusioner yang sebenarnya teori ini masih juga menganut
ide pokok dari teori evolusi tetapi beberapa ahli membuat perbaikan atas ide-
ide teori evolusioner yang cenderung dalam menganalisis perubahan sosial
menekankan pada pendekatan unilinear dan teori evolusioner tidak terbukti
karena tidak sesuai dengan kenyataan. Teori ini lebih melihat bahwa
masyarakat bergerak dari tahap evolusi tetapi proses tersebut dilihat secara
multilinear artinya bahwa perubahan dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Meskipun ada kesamaan dengan teori yang sebelumnya tetapi tidak
semua masyarakat berubah dalam arah dan kecepatan yang sama. Tokoh teori
ini antara lain adalah Gerhard Lenski, yang menyatakan bahwa masyarakat
bergerak dalam serangkaian bentuk masyarakat seperti berburu, bercocok
tanam, bertani dan masyarakat industri berdasarkan bagaimana cara mereka
memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dalam mempelajari konsep dari Lensky
maka perlu juga mempelajari konsep kunci dalam pernyataan Lenski yaitu
adanya continuity, inovation dan extinction.
Ketiga elemen tersebut mengarah pada adanya keberagaman dan
kemajuan di mana masyarakat menjadi semakin beragam selagi proses
differensiasi terjadi dan kemajuan terjadi tidak hanya karena kondisi hidup
yang semakin membaik tetapi juga pada perkembangan teknologi. Ketiga
elemen tersebut di atas dapat dirinci sebagai berikut:
 Keberlanjutan atau continuity mengacu pada kenyataan bahwa
meskipun masyarakat itu mengalami perubahan tetapi tetap ada unsur-
unsur di dalamnya yang tidak berubah, misalnya peraturan lalu lintas,
sistem kalender serta sistem abjad. Unsur-unsur itu tidak berubah
karena sangat berguna dan menjawab kebutuhan semua lapisan
masyarakat.
 Sedangkan inovasi dihasilkan dari penemuan-penemuan maupun
proses difusi dari budaya lain. Masing-masing masyarakat akan
mempunyai tingkat inovasi yang berbeda-beda tergantung pada:
seberapa banyak orang yang dapat menghasilkan inovasi, seberapa
banyak orang yang menyebarkan inovasi tersebut, seberapa penting
inovasi itu bagi masyarakat yang bersangkutan serta apakah
masyarakat tersebut mau menerima ide-ide baru itu.

7
 Sedangkan kepunahan atau extinction berarti menghilangnya
kebudayaan atau masyarakat itu sendiri.
4. Teori Fungsional
Salah satu tokoh dari teori fungsional ini adalah Talcott Parson. Ia
melihat bahwa masyarakat seperti layaknya organ tubuh manusia, di mana
seperti tubuh yang terdiri dari berbagai organ yang saling berhubungan satu
sama lain maka masyarakat pun mempunyai lembaga-lembaga atau bagian-
bagian yang saling berhubungan dan tergantung satu sama lain. Parson
menggunakan istilah sistem untuk menggambarkan adanya koordinasi yang
harmonis antar bagian. Selain itu karena organ tubuh mempunyai fungsinya
masing-masing maka seperti itu pula lembaga di masyarakat yang
melaksanakan tugasnya masing-masing untuk tetap menjaga stabilitas dalam
masyarakat.
5. Teori Konflik
Teori konflik sebenarnya tidak mempunyai penjelasan yang khusus
membahas tentang perubahan sosial. Menurut teori ini konflik akan muncul
ketika masyarakat terbelah menjadi dua kelompok besar yaitu yang berkuasa
(bourjuis) dan yang dikuasai (proletar).
Hasil dari pertentangan antar kelas tersebut akan membentuk suatu
revolusi dan memunculkan masyarakat tanpa kelas, maka pada kondisi
tersebut terjadilah apa yang disebut dengan perubahan sosial. Karena konflik
di masyarakat itu selalu muncul terus menerus maka perubahan akan terus
pula terjadi. Setiap perubahan akan menunjukkan keberhasilan kelas sosial
tertentu dalam memaksakan kehendaknya terhadap kelas sosial lainnya.
Ralf Dahrendorf, sebagai salah satu tokoh dalam teori konflik, percaya
bahwa dalam setiap masyarakat beberapa anggotanya akan menjadi korban
pemaksaan oleh anggota yang lainnya. Artinya bahwa konflik kelas
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari sehingga perubahan sosial
sebagai dampak dari konflik itu juga tidak terelakkan pula. Dahrendorf
menyatakan pula bahwa ia percaya jika perkembangan masyarakat, kreativitas
dan inovasi muncul terutama dari konflik antar kelompok maupun individu.
C. Bentuk- Bentuk Perubahan Sosial
Bentuk perubahan sosial, diantaranya sebagai berikut :5
5
Suryono, Agus. 2019. “Teori dan Strategi Perubahan Sosial”.(Jakarta : PT Bumi Aksara), h.30--33

8
1. Bentuk Prubahan Sosial Berdasarkan Prosesnya
a. Perubahan yang Direncanakan (Planned- Change)
Perubahan yang direncanakan merupakan perubahan yang
terorganisasi secara baik. Perubahan ini dilakukan oleh pihak yang
menginginkan perubahan disebut agent of change (agen perubahan). Agen of
chage melakukan perencanaan terlebih dahulu, untuk mewujudkan perubahan
sosial dalam masyarakat. Suatu perubahan yang direncanakan selalu berada
dalam kendali agent of change.
b. Perubahan yang tidak di rencanakan (Unplanned Change)
Perubahan yang tidak direncanakan terjadi diluar rencana atau
perkiraan masyarakat. Perubahan ini dapat menimbulkan dampak- dampak
yang merugikan masyarakat. Terkadang perubahan yang tidak direncanakan
mengiri perubahan yang direncanakan.
2. Perubahan Sosial Berdasarkan Waktunya
Berdasarkan sudut pandang waktu, perubahan sosial dibedakan sebagai berikut :
a. Perubahan secara Cepat (Revolusi)
Perubahan secara cepat disebut revolusi yaitu perubahan sosial yang
terjadi dalam waktu singkat, cepat dan mendasar. Disebut sebagai perubahan
secara tepat dan mendasar, karena perubahan ini menyangkut hal-hal yang
berkaitan dengan pranata sosial yang sulit diubah. Secara sosiologis, sebuah
perubahan dikatakan revolusi apabila ada keinginan umum dalam
masyarakat, ada pemimpin ada tujuan yang di capai, serta momentum waktu
(waktu yang tepat).
b. Perubahan secara Lambat (Evolusi)
Perubahan secara lambat disebut evolusi.evolusi adalah perubahan
sosial budaya yang memerlukan waktu lama, cenderung tidak direncanakan
dan berlangsung alamiah, tetapi biasanya menuju ketahap perkembangan
masyarakat yang lebih sempurna atau lebih baik dari perkembangan
sebelumnya.6
3. Perubahan Sosial Berdasarkan Dampaknya
Berdasarkan dampaknya sosial dapat dibedakan menjadi perubahan kecil dan
perubahan besar.

6
Yusrita, Adelina. 2017. “Keterkaitan Pendidikan, Perubahan Sosial Budaya, Modernisasi dan
Pembangunan”.Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial : FITK UINSU. Vo.1, No.1, h.6.

9
a. Perubahan Kecil ( Incremental Change)
Perubahan kecil merupakan perubahan dalam lingkup sempit yang
terjadi dalam masyarakat. Perubahan ini berdampak pada sebagian kecil
masyarakat, atau tidak memberi pengaruh terhadap struktur sosial masyarakat
secara luas dan keseluruhan.
b. Perubahan Besar (Comprehensive Change)
Perubahan besar memiliki pengaruh besar terhadap struktur sosial yang
ada dalam masyarakat. Perubahan ini berakibat langsung dalam masyarakat.
4. Perubahan Sosial Berdasarkan Cara atau Metode
a. Perubahan dengan Kekerasan (Violence, Unvoluntary, Coerive)
Perubahan dengan kekerasan adalah perubahan sosial yang dilakukan
dengan cara- cara kekerasan, baik kekerasan fisik maupun psikis yang
bertujuan demi tercapainya perubahan yang diinginkan.
b. Perubahan Tanpa Kekerasan (Nonviolence, Voluntary, Persuasif)
Perubahan tanpa kekerasan adalah perubahan yang dilakukan dengan
jalan damai, mengajak simpati untuk mecapai perubahan yang diinginkan.
D. Perubahan Sosial Masyarakat Perdesaan
Sebagian besar para penduduk asli bermata pencaharian sebagai petani dan
peternakan. Jumlah rumah pun tidak banyak, sehingga jarak antar rumah cukup
jauh. Pola hubungan sosial antara masyarakat terjalin dengan baik. Demikian
pula, ikatan sosial masyarakat pedesaan tergolong sangat erat dan baik dengan
pola interaksi yang cenderung bersifat sosial dan tradisional. Banyaknya aktifitas
yang dilakukan oleh masyarakat, seperti kerja bakti, gotong royong, pengajian
dan pesta panen dimungkinkan karena kesamaan dalam mata pencaharian, yaitu
sebagai petani, yang dijadikan landasan penguat tali silaturahmi dan rasa
solidaritas yang tinggi.7
Kemudian mulai terjadi perubahan, yaitu bergantinya areal persawahan
menjadi areal perumahan. Perumahan mulai masuk di wilayah pedesaan, terutama
untuk kawan pemukiman, jasa, serta pedagangan. Tahap demi setahap pihak
pengembang perumahan membeli lahan yang ada di wilayah pedesaan untuk
dijadikan perumahan. Para pengusaha membeli area persawahan yang dimiliki
oleh warga setempat, sehingga banyak warga yang kaya mendadak sebab tanah

7
https://rerezanky.blogspot.com/2016/11/makalah-perubahan-sosial-masyarakat.html. Diakses pada tanggal
23 Novebember 2020 Pukul.17.16

10
mereka di beli dengan harga tinggi. Banyak pemilik tanah saat itu pindah hingga
luar wilayah daerahnya. Kemudian area persawahan di bangun menjadi
perumahan dengan berbagai tipe sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Setelah dibangun perumahan, struktur topografi wilayah pedesaan pun
berubah. Lahan wilayah yang semula area persawahan berubah menjadi sebuah
perumahan yang berdasarkan rapi menurut blok-bolknya. Kondisi jalan yang
berupa tanah mereka telah diperbaiki dalam bentuk semen. Dengan demikian,
perubahan sosial dari sisi struktur wilayah telah terjadi. Perubahan sosial yang
terjadi dari sisi struktur wilayah, menyebabkan terjadinya perubahan sosial
ekonomi. Bahkan, kehidupan mereka berkembang dengan pesat. Hal ini terlihat
dengan bergesernya hubungan ketetanggaan dengan warga yang tinggal di
perumahan. Perubahan juga dilihat dari sisi ekonomi seperti beragamnya jenis
pekerjaan yang semula hanya bertani berubah menjadi wiraswasta atau pegawai
pada perusahaan kelas rumahan. Alat transportasi yang juga menunjang segala
aktivitas warga membuat semakin ramainya wilayah tersebut.
Akhirnya, perubahan jumlah penduduk pun mulai terjadi. Bahkan, terus-
menerus meningkat seiring berubahnya infrastruktur wilayah. Beberapa faktor
penyebabnya adalah sebagai berikut.
i. adanya pertumbuhan secara alamiah dari warganya sendiri yang
mempengaruhi angka kelahiran yang tinggi.  
ii. peningkatan jumlah penduduk yang lebih disebabkan oleh migrasi
penduduk setiap tahunnya.
Setelah perubahan secara fisik, baik wilayah maupun penduduk, perubahan
terjadi pula pada perilaku, norma, dan adat yang berkembang di masyarakat. Hal
ini di terlihat dari kecenderungan sikap warganya yang individualiasme dan
menjadikan rumah hanya sebagi tempat peristirahatan. Hal tersebut menciptakan
kerenggangan antara warganya. Pola interaksi pun hanya sebatas ketika saling
membutuhkan atau disebut juga pola interaksi ekonomi atau solidaritas organic.
E. Perubahan Sosial Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan sering disebut urban community. Pengertian
masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri
kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada beberap ciri yang
menonjol pada masyarakat kota yaitu; kehidupan keagamaan berkurang bila
dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa orang kota pada umumnya

11
dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang
penting disini adalah manusia perorangan atau individu. Di kota – kota kehidupan
keluarga sering sukar untuk disatukan, sebab perbedaan kepentingan paham
politik, perbedaan agama dan sebagainya. Jalan pikiran rasional yang pada
umumnya dianut masyarakat perkotaan, menyebabkan bahwa interaksi – interaksi
yang terjadi lebih didasarkan pada factor kepentingan daripada factor pribadi.
pembagian kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai
batas-batas yang nyata kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan
juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa, interaksi yang
terjadi lebih banyak berdasarkan pada factor kepentingan daripaa factor pribadi
pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar
kebutuhan individu perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-
kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar. . Dampak
perubahan sosial ada yang menguntungkan dan berpengaruh positif yang berarti
membawa kemajuan dan perkembangan (progress), tetapi ada juga perubahan
sosial merugikan dan membawa pengaruh negatif, yang berarti membawa
kemunduran (regress), seperti perubahan sosial yang menjadikan masyarakat
tenggelam dalam persoalan-persoalan yang dihadapinya dan tidak dapat
mengambil sikap yang tepat terhadap keadaan yang baru itu.8
Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta cirri-
ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada beberapa ciri
yang menonjol pada masyarakat kota yaitu :
1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan
keagamaan di desa orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya
sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini
adalah manusia perorangan atau individu. Di kota – kota kehidupan
keluarga sering sukar untuk disatukan , sebab perbedaan kepentingan
paham politik , perbedaan agama dan sebagainya .
2. Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat
perkotaan , menyebabkan bahwa interaksi – interaksi yang terjadi lebih
didasarkan pada factor kepentingan daripada factor pribadi. 

8
Hasan, Muhammad Tholhah, Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman, (Jakarta: Lantabora Press,
2005), h. 19.

12
3.  Pembagian kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan
mempunyai batas-batas yang nyata kemungkinan-kemungkinan untuk
mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari
pada warga desa interaksi yang terjai lebih banyak terjadi berdasarkan
pada factor kepentingan daripaa factor pribadi pembagian waktu yang
lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu
perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab
kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
F. Hubungan pendidikan dengan Perubahan Sosial
Menurut Adolphe E Meyer, antara pendidikan dan masyarakat itu saling
merefleksi. Hubungan keduanya tidak bersifat linier, melainkan hubungan timbal
balik (mutual simbiosis). Sementara Figerlind menyebut hubungan antara keduanya
bersifat dialektis. Bila itu yang terjadi perubahan sosial akan membawa perubahan
pendidikan, sebaliknya, perubahan pendidikan akan membawa perubahan sosial. 9
Laju perubahan sosial tidak selalu dapat diimbangi oleh laju pendidikan.
Menurut M. Rusli Karim, dalam konteks makro hampir semua sistem pendidikan
yang ada di dunia ini, selalu kalah berpacu dengan perubahan sosial. Konservatisme
pendidikan makin dirasakan sebagai hambatan, karena “komoditi” yang dihasilkan
dunia pendidikan selalu kalah berpacu dengan tuntutan perkembangan sosial yang
begitu dahsyat. Para pakar pendidikan makin kewalahan dalam mengantisipasi arah
perkembangan masyarakat. Perkembangan teknologi, misalnya, sangat mendorong
pertumbuhan industri komunikasi dan informasi yang sangat besar pengaruhnya
terhadap hubungan sosial.10
Walaupun secara makro pendidikan hampir selalu kalah dengan laju
perubahan sosial, bagaimanapun pendidikan memiliki posisi yang strategis dalam arus
perubahan sosial itu. Paling tidak kita dapat melihat posisi pendidikan di tengah
perubahan sosial dalam beberapa posisi penting yaitu:
1. Pendidikan memiliki fungsi konservatif
Menurut Mudjia Rahardjo, Pendidikan merupakan salah satu bentuk
instrumen masyarakat untuk memenuhi harapan-harapannya. Sebagai instrumen
masyarakat, pendidikan memiliki tugas konservasi (conservative function)
9
Abdul Rohman, 2001. “Pendidikan Islam dalam Perubahan Sosial (Telaah tentang Peran Akal dalam
Pendidikan Islam)”. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), h. 309
10
M. Rusli Karim, “Pendidikan Islam di Indonesia dalam Transformasi Sosial Budaya”.(Yogyakarta: PT Tiara
Wacana Yogya, 1991), h. 127-128

13
terhadap warisan sosial/budaya masyarakat. Pada posisi ini pendidikan berfungsi
sebagai alat transfer nilai-nilai yang dianut dalam masyarakat.11
Menurut Sanafiah Faisal, dalam arus perubahan sosial, pendidikan
menjadi institusi pengkonservasian yang berupaya menjembatani dan memelihara
warisan-warisan budaya suatu masyarakat.12 Peran pendidikan pada aspek ini
sebagai pelayan pasif masyarakat, yang berarti bahwa pendidikan befungsi
sebagai pemelihara dan pengaman warisan budaya masyarakat, termasuk cita-
cita, aspirasi maupun ideologi nasionalnya. Dalam posisi ini sistem pendidikan
menjadi penyiap sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
baik kulitas maupun kuantitasnya. 13
Berdasarkan pandangan di atas, pengembangan pendidikan harus tetap
berpijak pada realitas masyarakat pada konteks waktu dan lokalnya, yaitu pada
konteks di mana pendidikan itu berlangsung. Cita-cita pendidikan juga harus
berangkat dari kondisi konprehensif masyarakat termasuk juga lingkungan sosial.
Sebab, bagaimana pun pendidikan juga ditentukan oleh tuntutan masyarakat.
Dengan demikian pendidikan tidak membawa output-nya menjadi “orang asing”
di sekitar masyarakatnya sendiri; tidak membawa output-nya menjadi teralienasi
dan tercerabut dari akar budaya dan tata nilai yang selama ini dianut oleh
masyarakatnya. Walaupun pendidikan membawa misi perubahan, tetapi
pendidikan juga harus memberikan pemahaman, minat dan wawasan terhadap
lingkungan sosial dan budaya yang mengitarinya serta menempatkan peserta
didik dalam konteks lingkungannya itu. Pada posisi ini juga pendidikan berfungsi
untuk mempertahankan tradisi dan kemudian mewariskannya pada generasi
berikutnya sehingga pendidikan dapat meminimalisir kesenjangan tradisi dan tata
nilai antar generasi di tengah arus perubahan sosial itu.
Posisi konservatisme pendidikan dalam mempertahankan nilai-nilai
budaya, norma, ideologi dan sebagainya memang sangat penting dan strategis,
namun dalam konteks yang lain, posisi ini juga menjadi problem. Sebab, menurut
M. Rusli Karim, pendidikan yang dikungkung oleh berbagai aturan dan kebijakan
sering melahirkan pendidikan yang tidak fleksibel dan tidak mampu menghadapi

11
Mudjia Rahardjo.2006. “Agama dan Moralitas: Reaktualisasi Pendidikan Agama di Masa Transisi”, dalam
Mudjia Rahardjo (ed), Quo Vadis Pendidikan Islam: Pembacaan Realitas Pendidikan Islam, Sosial dan
Keagamaan, (Malang: UIN Malang Press), h. 51.
12
Sanafiah Faisal dan Nur Yazik. “Sosiologi Pendidikan”.(Surabaya: Usaha Nasional, tt.), h.92-93
13
Ibid, h.96

14
perubahan di sekelilingnya. Karena itu, menurut M. Rusli Karim, bentuk
pendidikan formal dalam bentuk sistem persekolahan yang terdapat di mana-
mana sangat tidak adaptif, bahkan konservatif dan berada pada pihak status quo.14
2. Pendidikan memiliki fungsi transformatif (agent of change)
Selain berfungsi konservasi, pendidikan juga berfungsi transformatif,
yakni menjadi agen perubahan sosial. Pada posisi ini pendidikan berfungsi
sebagai institusi sosial yang aktif melakukan perubahan sosial lewat perencanaan
dan serangkaian program yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan-tujuan
perubahan yang diinginkan. Dengan kata lain, dalam posisi ini pendidikan
menjadi instrumen kreatif perkembangan masyarakat, di mana pendidikan
berusaha meciptakan perubahan yang positif yang dapat mengangkat martabat
masyarkat ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih maju dari sebelumnya.Patokan
Durkheim dalam hal ini adalah bahwa pendidikan di samping selaku pelayan
pasif masyarakat, juga perlu tampil sebagai pelayan kreatif bagi perkembangan
atau kemajuan masyarakat; pendidikan di samping perlu berperan sebagai
pembentuk homogenitas, juga harus berperan sebagai pembentuk diversifikasi.
Pendidikan, menurut Durkheim, walaupun di satu pihak ditentukan oleh haluan
nasional dan tuntutan sosial, tetapi dilain pihak, pendidikan juga ikut mewarnai
dan memodifikasi struktur sosial. 15
Sebagai agen of change pendidikan terutama lewat institusi
pendidikannya dituntut untuk memiliki kreativitas, inovasi, ide-ide baru atau
program pendidikan yang dapat mempengaruhi masyarakat dengan konsepsi dan
sistem yang teratur dan terarah. Selain membimbing masyarakat untuk
beradaptasi dengan laju perubahan, pendidikan sebagai agen perubahan juga
berusaha melakukan pembaruan dan perubahan sosial lewat serangkaian program
pendidikan yang telah direncanakan dan memiliki arah yang jelas dari perubahan
yang diinginkan.
Kemampuan pendidikan untuk melakukan perubahan sangat besar.
Hasil penelitian Inkeles dan Smith, sebagaimana dikutip oleh Wahyu,
menunjukkan bahwa pendidikan sangat efektif mengubah manusia. Dampak

14
Op.Cit , M.Rusli Karim, h.128
15
Op.Cit, Sanafiah, h.95

15
pendidikan tiga kali lebih kuat dibanding usaha-usaha lainnya, seperti
pengalaman kerja dan pengenalan terhadap media massa. 16
Untuk berperan sebagai agen perubahan pendidikan harus memiliki
power dan wibawa untuk melakukan perubahan. Karena itu, pendidikan harus
didukung oleh komitmen politik yang kuat, dukungan sosial yang merata, SDM
yang berkualitas, kurikulum yang solusif dan prospektif, fasilitas yang mencukupi
dan dukungan dana yang besar. Pendidikan yang berada dalam posisi lemah tentu
tidak siap dan tidak berdaya melakukan perubahan secara maksimal. Bahkan
pendidikan yang lemah justru akan tertinggal dan selalu kalah berpacu dengan
laju perubahan sosial.
Karena itulah, Menurut S. Nasution, fungsi transformatif pendidikan
melalui sekolah untuk melakukan perubahan asasi tidak akan terwujud tanpa
dukungan politik dan sosial. Menurutnya, tidak dapat diharapkan bahwa hanya
para guru yang akan mengambil inisiatif untuk mengadakan reformasi, karena
para guru diangkat oleh penguasa dan telah menerima norma-norma yang
dipersyaratkan kepadanya. Sekolah tidak dapat lepas dari kontrol masyarakat dan
pihak yang berkuasa. Sekolah hanya dapat mengikuti perkembangan dan
perubahan sosial dan tak mungkin memeloporinya dan mendahuluinya.17
3. Pendidikan menjadi penyeimbang ketimpangan budaya dan meredakan
ketegangan kultural akibat dari perubahan sosial
Selain itu, pendidikan juga harus mampu meredakan ketegangan
kultural atau ketimpangan kultural (cultural lag) akibat dari perubahan yang
terjadi. Hal ini berarti harus ada upaya dunia pendidikan untuk menyesuaikan
budaya lama dengan kondisi-kondisi baru dalam masyarakat. Hal ini menjadi
semakin penting dalam kondisi kotemporer belakangan ini di mana arus
perubahan sosial berlangsung demikian cepat. Ogburn dan Nimkeff, sebagaimana
yang dikutip oleh Sanafiah Faisal, menyatakan bahwa dalam proses perubahan
sosial, modifikasi yang terjadi seringkali tidak teratur dan tidak menyeluruh,
walaupun sendi-sendi yang berubah itu saling berkaitan secara erat, sehingga
melahirkan ketimpangan kebudayaan. Sementara kecepatan perubahan teknologi,
jelas membawa dampak yang luas padahal institusi-institusi sosial kerapkali
belum siap menghadapinya. Dan banyak di antara masalah-masalah besar seperti

16
Wahyu.2005. “Perubahan Sosial dan Pembangunan”. (Jakarta: PT Hecca Mitra Utama), h.134
17
S. Nasution. 1999. “Sosiologi Pendidikan”. (Jakarta: Bumi Aksara), h. 23

16
kemiskinan, pengangguran, dan lainnya, tidak terlepas dari akibat perubahan
sosial yang tidak teratur dengan ekses bawaannya berupa ketimpangan
kebudayaan. Oleh karena itu harus ada upaya untuk meminimalkan ketimpangan
itu.18 Di sinilah posisi penting pendidikan, yakni pendidikan harus mengupayakan
proses integrasi sehingga aspek-aspek budaya yang tertinggal dapat disatukan
secara harmonis dengan perkembangan baru.
4. Pendidikan harus dapat mengawal arah perubahan sosial ke arah yang positif dan
terarah (tidak liar dan tanpa tujuan)
Posisi penting pendidikan lainnya di tengah arus perubahan sosial adalah
mengawal dan menuntun arah perubahan. Sir Ronald Gould menyatakan bahwa
pendidikan sebagai instrumen teleologis, tidak hanya perlu mengikuti
perkembangan masyarakat, tetapi juga perlu mengevaluasi dan menuntun arah
perkembangan masyarakat. Laporan Newsom dan Plowden menyebutkan adanya
dampak perubahan berupa rasa keterasingan diri di tengah hiruk pikuk perubahan
sosial yang semakin cepat dan kompleks. Atas dasar itu, direkomendasikan
supaya institusi pendidikan berupaya membetulkannya melalui proses
pendidikan.19 Termasuk juga dalam hal ini adalah pendidikan harus mampu
berfungsi sebagai institusi yang dapat menyeimbangkan ketimpangan budaya
yang lazim terjadi pada perubahan sosial dan menjadi obat penenang dari cultural
shock (keterkejutan budaya) akibat gempuran dan benturan budaya yang datang
demikian cepat melanda masyarakat.
5. Pendidikan harus memiliki kemampuan memprediksi perubahan sosial di masa
depan sehingga memiliki fungsi antisipatif terhadap perubahan.
Pendidikan bukan sekedar perlu memainkan peranan, tetapi yang terlebih
penting adakah memerankan peran penting yang terarah sejalan dengan
karakteristiknya sebagai institusi teleologis. Terlebih lagi masyarakat sering tidak
menyadari proses transformasi yang berlangsung. Untuk itu pendidikan harus
direncanakan dan dikembangkan secara cerdas dengan mempertimbangkan
kondisi riil masyarakat serta perspektif perubahan yang akan terjadi di masa
depan. Konsekuensinya, pendidikan harus menampilkan perangkat nilai,
pengetahuan dan teknologi yang diprediksi menjadi kebutuhan masyarakat baik
kini maupun yang akan datang.

18
Op.Cit, Sanafiah Faisal, h.93
19
Ibid, h.96

17
Dengan demikian, menurut Sanafiah Faisal, pendidikan sesungguhnya di
tantang untuk tidak menjadi “mesin sosial” yang ketinggalan zaman dalam
mengikuti dinamika perubahan sosial; pendidikan juga ditantang untuk tidak
menjadi “panggung tersendiri” yang terasing dengan konteks masyarakat di mana
ia hidup; dan selaku institusi teleologis kemajuan masyarakat, sistem pendidikan
ditantang untuk menunjukkan kebolehannya selaku agen pemabaruan dan juru
selamat perubahan sosial.20 Selain itu, pendidikan juga ditantang untuk dapat
memprediksi masa depan sehingga memiliki kemampuan antisipatif terhadap
perubahan yang akan terjadi.
G. Dampak Covid Terhadap Pendidikan
Proses pembelajaran di sekolah merupakan alat kebijakan publik terbaik
sebagai upaya peningkatan pengetahuan dan skill.2 Selain itu banyak siswa
menganggap bahwa sekolah adalah kegiatan yang sangat menyenangkan, mereka bisa
berinteraksi satu sama lain. Sekolah dapat meningkatkan keterampilan sosial dan
kesadaran kelas sosial siswa. Sekolah secara keseluruhan adalah media interaksi
antar siswa dan guru untuk meningkatkan kemampuan integensi, skill dan rasa kasih
sayang diantara mereka.Tetapi sekarang kegiatan yang bernama sekolah berhenti
dengan tiba-tiba karena gangguan Covid-19. Sejauh mana dampaknya bagi proses
Belajar di sekolah? Khususuntuk Indonesia banyak bukti ketika sekolah sangat
mempengaruhi produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.21
Dalam keadaan normal saja banyak ketimpangan yang terjadi antardaerah.
Kementerian Pendidikan di bawah kepemimpinan Menteri Nadiem Sekolah perlu
memaksakan diri menggunakan media daring. Namun penggunaan teknologi bukan
tidak ada masalah, banyak varians masalah yang menghambat terlaksananya
efektivitas pembelajaran dengan metode daring
diantaranya adalah:
1. Keterbatasan Penguasaan Teknologi Informasi oleh Guru dan Siswa
Kondisi guru di Indonesia tidak seluruhnya paham penggunaan teknologi, ini
bisa dilihat dari guru-guru yang lahir tahun sebelum 1980-an. Kendala teknologi
informasi membatasi mereka dalam menggunakan media daring. Begitu

20
Ibid, h.97
21
Lavy, V. 2015.” Do Differences in Schools, Instrution Time Explain International Achievement
Gaps?” Evidence from Developed and Developing Countries, Economics Journal 125.

18
jugadengan siswa yang kondisinya hampir sama dengan guru-guru yang
dimaksud dengan pemahaman penggunaan teknologi.
2. Sarana dan Prasarana yang Kurang Memadai
Perangkat pendukung teknologi jelas mahal. Banyak di daerah Indonesia yang
gurupun masih dalam kondisi ekonominya yang menghawatirkan. Kesejahteraan
gurumaupun murid yang membatasi mereka dari serba terbatas dalam menikmati
sarana dan prasarana teknologi informasi yang sangat diperlukan dengan musibah
Covid-19 ini.
3. Akses Internet yang terbatas\Jaringan internet
yang benar-benar masih belum merata di pelosok negeri. Tidak semua
lembaga pendidikan baik Sekolah dasar maupun sekolah menengah dapat
terbatas mati internet. Jika ada pun jaringan internet kondisinya masih belum
mampu mengkover media daring.
4. Kurang siapnya penyediaan Anggaran
Biaya juga sesuatu yang menghambat karena, aspek kesejahteraan guru dan
murid masih jauh dari harapan. Ketika mereka menggunakan kuota internet untuk
memenuhi kebutuhan media daring, maka jelas mereka tidak sanggup
membayarnya. Ada dilema dalam pemanfaatan media daring, ketika menteri
pendidikan memberikan semangat produktivitas harus melaju, namun disisi lain
kecakapan dan kemampuan finansial guru dan siswa belum melaju ke arah yang
sama. Negara pun belum hadir secara menyeluruh dalam memfasilitasi
kebutuhanbiaya yang dimaksud.
a. Kerugian Siswa pada Proses Penilaian
Ada kerugian mendasar bagi murid ketika terjadi penutupan
sekolah ataupun kampus. Banyak ujian yang mestinya dilakukan oleh
murid pada kondisi normal, sekarang dengan mendadak karena dampak
covid-19, maka ujian dibatalkan ataupun di tunda. Penilaian internal bagi
sekolah barangkali dianggap kurang urgent tetapi bagi keluarga murid
informasi penilaian sangat penting. Ada yang menganggap hilangnya
informasi penilaian murid sangatlah berarti bagi keberlangsungan masa
depan murid.
Misalkan saja target-target skill maupun keahlian tertentu murid
yang mestinya tahun ini mendapatkan penilaian sehingga berdampak
treatment untuk tahun yang akan datang, maka pupus sudah bagi murid

19
yang telah mampu menguasai banyak keterampilan di tahun ini tetapi
tidak memperoleh penilaian yang semestinya. Kasus lain untuk mahasiswa
di perguruan tinggi. Banyak perguruan tinggi diluar negeri mengganti
ujian tradisional dengan alat bantu online. Ini adalah kondisi baru untuk
dosen dan mahasiswa. Penilaian bagi mahasiswa bisa saja memiliki
kesalahan pengukuran, tidak seperti pengukuran seperti biasa dilakukan.
Penelitian di negaranegara Eropa bahwa pengusaha menggunakan
penilaian yang berbeda yaitu dengan cara kredensial pendidikan seperti
halnya klasifikasi gelar dan rata-rata nilai untuk Dampak Covid-19 pada
Pendidikan di Indonesia: Sekolah, Keterampilan, dan Proses Pembelajaran
menyeleksi pelamar dari kalangan alumni perguruan tinggi.8 Sehingga
mempengaruhi bagaimana pelamar baru dari alumni perguruan tinggi
dapat kecocokan di pasar kerjadan diterima sesuai dengan upah yang
diharapkan. Begitu juga di Indonesia belum ada satu perusahaan yang
mengumumkan bagaimana lulusan baru universitas dapat mengikuti
seleksi di pasar kerja. Namun demikian pemerintah Indonesia
menawarkan kartu pra kerja untuk melatih kembali kemahiran lulusan
perguruan tinggi dalam mempersiapkan lulusan universitas untuk bekerja
di masa datang pasca Covid-19.
b. Dampak pada Lulusan Sekolah
Lulusan universitas ataupun pendidikan menengah yang mencari
pekerjaan tahun ini mengalami gangguan yang hebat karena pandemi
Covid-19.Para mahasiswamaupun siswa yang tahun ini lulus mengalami
gangguan pengajaran di bagian akhir studi mereka. Dampak langsung
yang dialami oleh mereka adalah gangguan utama dalam penilaian akhir
yang mestinya mereka dapatkan. Namun dengan kondisi apapun mereka
tetap lulus dalam kondisi resesi global yang memilukan ini. Kondisi pasar
kerja yang cenderung sulit merupakan kendala baru bagi lulusan.
Persaingan dipasar kerja sangat “gaduh” dan berhimpit dengan para
pekerja yang juga sudah mengalami Putus Hubungan Kerja (PHK) dari
perusahaan dimana mereka bekerja. Adapun jika mereka sebagai lulusan
baru Universitas maka mereka mau tidak mau akan menerima upahlebih
rendah dan mereka akan mempunyai efek dalam persaingan karier
(Bobonis &Morrow, 2014). Lulusan universitas yang awalnya

20
memprediksi dirinya akan mendapatkan pekerjaan dan upah yang
memadai akan tetapi kenyataan di Indonesia disebabkan karena covid-19
mengakibatkan mereka harus berpikir ulang tentang pendidikan yang
ditempuh dan mendapatkan upah yang diharapkan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada struktur, unsur sosial,
kultur, fungsi dan lembaga dalam suatu masyarakat dan perubahan itu terjadi
karena adanya arus urbanisasi dan modernisasi. Ada beberapa teori perubahan
sosial yaitu : 1). Teori siklus, 2). Teori Evalusioner, 3)Teori Nenoevalusioner, 4).
Teori Fungsional, 5). Teori Konflik,
bentuk- bentuk perubahan sosial :
1. Bentuk perubahan sosial berdasarkan prosesnya yaitu Perubahan yang di
rencanakan , Perubahan yang tidak direncanakan
2. Perubahan Sosial Berdasarkan waktunya ; Perubahan secara cepat ,
Perubahan secara lambat
3. Perubahan sosial berdasarkan dampaknya yaitu perubahan kecil dan
perubahan besar
4. Perubahan Sosial berdasarkan Cara atau Metode yaitu perubahan
dengan kekerasan dan perubahan dengan tidak kekerasan
Perubahan masyarakat pedesaan , Pertama adanya pertumbuhan secara
alamiah dari warganya sendiri yang mempengaruhi angka kelahiran yang
tinggi.  Kedua, peningkatan jumlah penduduk yang lebih disebabkan oleh
migrasi penduduk setiap tahunnya. Perubahan masyarakat perkotaan yaitu
perubahan fisik kota sebagai akibat dari perkembangan masyarakat. Hubungan
pendidikan terhadap perubahan sosial yaitu pendidikan di samping selaku pelayan
pasif masyarakat, juga perlu tampil sebagai pelayan kreatif bagi perkembangan
atau kemajuan masyarakat; pendidikan di samping perlu berperan sebagai
pembentuk homogenitas, juga harus berperan sebagai pembentuk diversifikasi.

21
Dampak Covid-19 terhadap pendidikan yaitu gangguan utama dalam penilaian
akhir yang mestinya mereka dapatkan gangguan utama dalam penilaian akhir
yang mestinya mereka dapatkan

DAFTAR PUSTAKA

- Indradin, Irwan.2016. Strategi dan Perubahan Sosial. Yogyakarta : CV Budi Utama


- Alamsyah , Ali Kusumandinata. 2015. Pengantar Komunikasi Perubahan Sosial .
Yogyakarta : CV Budi Utama
- Hasan, Muhammad Tholhah, 2005. Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan
Zaman, (Jakarta: Lantabora Press, 2005)

- Wahyu.2005. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta: PT Hecca Mitra Utama


- Nasution.S 1999. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
- Mudjia Rahardjo.2006. Agama dan Moralitas: Reaktualisasi Pendidikan Agama di
Masa Transisi, Malang: UIN Malang Press
- Sanafiah Faisal dan Nur Yazik. Sosiologi Pendidikan .Surabaya: Usaha Nasional

- Abdul Rohman, 2001. Pendidikan Islam dalam Perubahan Sosial (Telaah tentang
Peran Akal dalam Pendidikan Islam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
- M. Rusli Karim,1991.Pendidikan Islam di Indonesia dalam Transformasi Sosial
Budaya. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya
- Yusrita, Adelina. 2017. Keterkaitan Pendidikan, Perubahan Sosial Budaya,
Modernisasi dan Pembangunan.Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial : FITK UINSU. Vo.1,
No.1
- Suryono, Agus. 2019. Teori dan Strategi Perubahan Sosial”.Jakarta : PT Bumi
Aksara
- Saraswati, Mila& Ida Widaningsih. 2008. Smart Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi,
Sejarah, Sosiologi, Ekonomi), Jakarta : Grafindo Media Pratama
- Lavy, V. 2015. Do Differences in Schools, Instrution Time Explain International
Achievement Gaps?” Evidence from Developed and Developing Countries,
Economics Journal 125.

22
- https://www.kompasiana.com/m-khaliq-shalha/54f3c12e7455137a2b6c7f59/teori-
perubahan-sosial
- https://rerezanky.blogspot.com/2016/11/makalah-perubahan-sosial-masyarakat.html .

23

Anda mungkin juga menyukai