Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TEORI SIKLUS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Perubahan Sosial.

Dosen Pengampu : Edi Cahyono, M.A.

Disusun Oleh :

Tadya Sitia Putri (43010180048)

Ernanda Tri Parnawan (43010180113)

M. Syahrul Bahtiar (43010180123)

Siti A’isyah Belinda (43010180124)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah SWT.Shalawat dan


salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.Berkat limpahan dan
rahmat-Nya ,penyusun mampu menyelesaikan tugas ini guna memenuhi
tugas mata kuliah Teori Perubahan Sosial.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan


tentang teori siklus perubahan sosial. Kemudian kami sajikan berdasakan
pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT.
Akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas


dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para
Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Kami sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,
kepada dosen pengampu kami meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.

Salatiga, 17 September 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 3

A. Latar Belakang...................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
C. Tujuan Masalah.................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 4
BAB III PENUTUP......................................................................................... 9

A. Kesimpulan .......................................................................................... 9
B. Penutup................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 10

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan sosial selalu terjadi di setiap masyarakat. Perubahan terjadi
sesuai dengan hakikat dan sifat-sifat dasar manusia itu sendiri. Manusia selalu
berubah dan menginginkan perubahan dalam hidupnya. Karena melekatnya
gejala sosial di dalam masyarakat itu, sampai sampai ada yang mengatakan
bahwa semua yang ada di masyarakat mengalami perbahan, kecuali satu hal
yakni perubahan itu sendiri. Artinya perubahan itu sendiri yang tidak
mengalami perubahan, tidak surut atau berhenti seiring dengan berputarnya
waktu. Manusia adalah makhluk yang selalu berubah, aktif, kreatif, inovatif,
agresif selalu berkembang dan responsif terhadap perubahan yang terjadi di
sekitar lingkungan mereka.
Perubahan interaksi sosial merupakan gejala perubahan dari suatu
keadaan sosial tertentu ke keadaan sosial yang lain. Teori siklus menjelaskan
bahwa perubahan sosial bersifat siklus. Masyarakat mempunyai sifat yang
dinamis ia slalu ingin berkembang dan berubah. Irama perubahan tersebut ada
yang lambat, ada yang sedang, ada yang cepat karena dipcu oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pertumbuhan ekonomi.
Akibatnya pola-pola interaksi yang terjadi antara kelompok-kelompok
masyarakat pun semakin kompleks.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori siklus?
2. Siapa saja tokoh-tokoh teori siklus?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori siklus.
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh teori siklus.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Siklus


Teori perubahan sosial ini menjelaskan tentang perubahan sosial yang
bagaikan roda yang sedang berputar, artinya perputaran zaman merupakan
sesuatu yag tidak dapat di elak oleh manusia siapapun dan tidak dapat
dikendalikan oleh siapapun. Bangkit dan mundurnya suatu peradaban
merupakan bagian dari sifat alam yang tidak dapat dikembalikan. Teori ini
diperkuar Ibnu Khaldun dalam bukunya “Muqadimah” (pembukaan paling
tebal (Editor)) dan dijadikan sumber oleh Arnold Tonybee dalam mempelajari
teori perubahan sosial.
Teori ini berhubungan dengan tantangan dan tanggapan. Apabila suatu
masyarakat mampu memberikan tanggapan terhadap tantangan yang ada
peradapanya maka masyarakat tersebut akan mengalami kemajuan. Akan
tetapi, bila tidak mampu, maka kan terjadi kemunduran bahkan kehancuran.
Teori siklus menjelaskan bahwa, Perubahan sosial terjadi secara bertahap
(sama seperti teori evolusi), namun perubahan tidak akan berhenti pada
tahapan “terakhir” yang sempurna, namun akan berputar kembali ke awal
untuk peralihan ke tahapan selanjutnya. Sehingga digambarkan seperti
Sebuah siklus.1
Dalam teori siklus menjelaskan bahwa perubahan sosial bersifat siklus
artinya berputar melingkar. Menurut teori siklus, perubahan sosial merupakan
sesuatu yang tidak bisa direncanakan atau diarahkan ke suatu titik tertentu,
tetapi berputar-putar menurut pola melingkar. Pandangan teori siklus ini,
yaitu perubahan sosial sebagai suatu hal yang berulang-ulang. Apa yang
terjadi sekarang akan memiliki kesamaan atau kemiripan dengan apa yang
ada di zaman dahulu. Didalam pola perubahan ini tidak ada proses perubahan
masyarakat secara bertahap sehingga batas-batas antara pola hidup primitif,
tradisional, dan modern tidak jelas. Perubahan siklus merupakan pola
perubahan yang menyerupai spiral.

1
Sri Suntari, MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN Mata
Pelajaran Sosiologi Sekolah Menengah Atas (SMA), 2016, hlm. 90-91

4
B. Teori Siklus Menurut Pandangan Tokoh
1. Ibnu Khaldun
Meskipun Ibn Khaldun tidak menyebut pemikirannya adalah
pemikiran yang sosiologis, namun sebenarnya pemikirannya sangat
sosiologis. Ia tidak memakai terminologi sosiologi, namun ia banyak
menggunakan konsep-konsep dalam sosiologi, seperti konsep masyarakat
dan solidaritas sosial. Studi perubahan sosial dalam sosiologi dapat
dikategorikan ke dalam kajian makrososiologi dan mikrososiologi.2
Sedangkan kelompok teori siklus dalam studi mengenai perubahan
sosial termasuk kajian makrososiologi selain tiga yang lain yakni, teori
evolusi, teori fungsional dan teori konflik. Teori siklus menurut Horton
dan Hunt melihat bahwa ada sejumlah tahap yang harus dilalui setiap
masyarakat, namun mereka berpandangan bahwa proses peralihan
tersebut bukanlah akhir dari proses perubahan yang sempurna. Akan
tetapi proses peralihan tersebut akan kembali ke tahap semula untuk
kembali mengalami peralihan.3
Dalam muqaddimahnya, Ibn khaldun memandang manusia sebagai
makhluk yang pada dasarnya diciptakan sebagai makhluk sosial, yaitu
makhluk yang selalu membutuhkan orang lain dalam mempertahankan
kehidupannya, baik dalam hal memperoleh makanan, pekerjaan, sampai
dengan kebutuhan untuk melindungi dirinya dari bahaya, sehingga
kehidupannya dengan masyarakat dan organisasi sosial merupakan
sebuah keharusan. Dalam konsepnya, Ibn Khaldun mengklasifikasi dua
jenis kelompok sosial yang keduanya memiliki karakter yang cukup
berbeda. Pertama adalah “badawah” yakni masyarakat yang tinggal di
pedalaman, masyarakat primitif, atau tinggal di daerah
gurun; kedua “hadharah” yakni masyarakat yang identik dengan
kehidupan kota. Ia menyebut sebagai masyarakat beradab atau memiliki
peradaban atau sering juga disebut masyarakat kota.

2
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial, Perspektif Klasik, Modern, Postmodern dan
Poskolonial, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2012, cet. Ke-2, hlm,28
3
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial, Perspektif Klasik, Modern, Postmodern dan
Poskolonial, Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2012, cet. Ke-2, hlm.29

5
Kondisi fisik tempat tinggal mereka turut mempengaruhi kehidupan
beragama mereka. Masyarakat Badui hidup lebih sederhana dibanding
masyarakat kota dan hidup dengan meninggalkan makanan mewah,
memiliki tingkat ketaqwaan yang lebih dibandingkan dengan masyarakat
kota. Orang Badui lebih berani, mereka memiliki ikatan solidaritas
(ashabiyah) yang kuat, dan menurut Khaldun inilah yang menjadi syarat
kekuasaan. Ditempat lain, masyarakat kota lebih hidup dengan berbagai
kemewahan, serba enak, menyebabkan mereka menjadi lebih individualis
yang berdampak pada lemahnya ikatan solidaritas mereka. Dengan
lemahnya solidaritas ini, maka masyarakat kota lebih mudah dikalahkan
oleh masyarakat badui, dan masyarakat kota mengalami kehancuran dan
masyarakat badui berhasil menduduki kota.
Menurut Ibnu Khaldun, kemunculan sebuah bangunan kekuasaan
akan menimbulkan anarki, dan anarki pada gilirannya akan
menghancurkan peradaban. Proses kehancuran ini berjalan melalui masa
transisi dari kehidupan primitif (nomadisme), Pruralisme menuju
kehidupan hadharah (urbanisme). Perubahan ini terjadi akibat
masyarakat nomas tergoda oleh kemewahan kota yang serba
menggairahkan. Pemimpin mereka berusaha menarik
berbagai ashabiyah di sekitarnya sebelum melakukan serangan terhadap
negara tetangga. Bila serangan itu berhasil, maka di atas reruntuhannya
itu dibangun sebuah negara baru. Proses itu berlangsung terus sebagai
sebuah siklus, selama ada kontak antara masyarakat nomas dengan
penduduk kota. Berdasarkan teorinya ‘ashabiyyah, Ibnu Khaldun
membuat teori tentang tahapan timbul tenggelamnya suatu Negara atau
sebuah peradaban menjadi lima tahap, yaitu:
1) Tahap sukses atau tahap konsolidasi, dimana otoritas negara
didukung oleh masyarakat (`ashabiyyah) yang berhasil
menggulingkan kedaulatan dari dinasti sebelumnya.
2) Tahap tirani, tahap dimana penguasa berbuat sekehendaknya pada
rakyatnya. Pada tahap ini, orang yang memimpin negara senang
mengumpulkan dan memperbanyak pengikut. Penguasa menutup

6
pintu bagi mereka yang ingin turut serta dalam pemerintahannya.
Maka segala perhatiannya ditujukan untuk kepentingan
mempertahankan dan memenangkan keluarganya.
3) Tahap sejahtera, ketika kedaulatan telah dinikmati. Segala perhatian
penguasa tercurah pada usaha membangun negara.
4) Tahap kepuasan hati, tentram dan damai. Pada tahap ini, penguasa
merasa puas dengan segala sesuatu yang telah dibangun para
pendahulunya.
5) Tahap hidup boros dan berlebihan. Pada tahap ini, penguasa menjadi
perusak warisan pendahulunya, pemuas hawa nafsu dan kesenangan.
Pada tahap ini, negara tinggal menunggu kehancurannya.
2. Oswald Spengler
Merupakan seorang filsuf sosial Jerman, yang berpandangan
bahwa setiap peradaban besar menjalani proses penahapan kelahiran,
pertumbuhan, dan keruntuhan. Selanjutnya, perubahan sosial akan kembali
pada tahap kelahirannya kembali. Dalam karyanya, Spengler meyakini
adanya kesamaan dasar dalam sejarah kebudayaan besar dunia, sehingga
memungkinkan ia dapat memprediksi secara umum tentang jalannya
sejarah masa depan (the course of future history). Predeksi Spengler
terutama menyatakan bahwa kebudayaan Barat telah menemui ajalnya
(doom), setelah ia melihat awal dan berakhirnya kebudayaan Barat (the
beginning of the end). Spengler meramalkan keruntuhan Eropa. Ramalan
itu didasarkan atas keyakinan bahwa gerak sejarah ditentukan oleh hukum
alam. Ia percaya bahwa setiap kebudayaan berlangsung melalui sebuah
siklus mirip dengan siklus kehidupan organisme. Kebudayaan dilahirkan,
tumbuh kuat (grow strong), melemah (weaken), dan akhirnya mati (die).
Oswald Spengler berpandangan bahwa setiap peradaban besar
mengalami proses kelahiran, pertumbuhan dan keruntuhan. Proses
perputaran itu memakan waktu sekitar seribu tahun. Dalil Spengler ialah
bahwa kehidupan sebuah kebudayaan dalam segalanya sama dengan
kehidupan tumbuhan, hewan, manusia dan alam semesta. Persamaan itu
berdasarkan kehidupan yang dikuasai oleh hukum siklus sebagai wujud

7
dari fatum. Fatum adalah hukum alam yang menjadi dasar segala hukum
cosmos, setiap kejadian, setiap peristiwa akan terjadi lagi, terulang lagi.
Hukum itu tampak pada siklus:
1. Musim semi Masa pemuda Masa pertumbuhan Pagi Pertumbuhan
2. Musim panas Masa dewasa Masa berkembang Siang Perkambangan
3. Musim rontok Masa puncak Masa berbuah Sore Kejayaan
4. Musim dingin Masa tua Masa rontok Malam Keruntuhan
Tiap-tiap masa pasti datang menurut waktunya, itulah keharusan
alam yang mesti terjadi. Seperti halnya historical materialism, paham
Spengler tentang kebudayaan pasti runtuh apabila sudah melewati puncak
kebesarannya. Oleh sebab itu keruntuhan suatu kebudayaan dapat
diramalkan terlebih dahulu menurut perhitungan. Suatu kebudayaan
mendekati keruntuhan apabila kultur sudah menjadi Civilization
(kebudayaan yang sudah tidak dapat tumbuh lagi). Apabila kultur sudah
kehilangan jiwanya, maka daya cipta dan gerak sejarah akan membeku
3. Arnold Toynbee
Adalah seorang sejarawan sosial Inggris, berpendapat bahwa
sejarah peradaban adalah rangkaian siklus kemunduran dan pertumbuhan.
Akan tetapi, masing-masing peradaban memiliki kemampuan meminjam
kebudayaan lain dan belajar dari kesalahannya untuk mencapai tingkat
peradaban yang tinggi. Salah satu contoh adalah kemajuan teknologi di
suatu masyarakat umumnya terjadi karena proses belajar dari kebudayaan
lain.Kita dapat melihat kebenaran teori siklus ini dari kenyataan sosial
sekarang. Misalnya, dari perilaku mode pakaian, dan gaya kepemimpinan
politik. Sebagai contoh, dalam perubahan mode pakaian, seringkali kita
melihat mode pakaian terbaru kadang-kadang merupakan tiruan atau
mengulang model pakaian zaman dulu.Dalam bidang politik, kita juga
melihat adanya perubahan bersifat siklus. Sering kita melihat upacara-
upacara sosial yang dilakukan pemimpin suku di zaman kuno dilakukan
kembali oleh pemimpin politik masyarakat modern sekarang, misalnya
melakukan upacara-upacara yang sifatnya memuja dan memelihara tradisi
turun-temurun. Arnold Toynbee melihat bahwa peradaban muncul dari

8
masyarakat primitif melalui suatu proses perlawanan dan respons
masyarakat terhadap kondisi yang merugikan mereka. Peradaban meliputi
kelahiran, pertumbuhan, kemandegan dan disintegrasi karena pertempuran
antara kelompok-kelompok dalam memperebutkan kekuasaan.4

4
Sri Suntari, MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN Mata
Pelajaran Sosiologi Sekolah Menengah Atas (SMA), 2016, hlm. 90-91

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori siklus adalah teori perubahan sosial yang menjelaskan tentang
perubahan sosial yang bagaikan roda yang sedang berputar, artinya
perputaran zaman merupakan sesuatu yag tidak dapat di elak oleh manusia
siapapun dan tidak dapat dikendalikan oleh siapapun. Bangkit dan mundurnya
suatu peradaban merupakan bagian dari sifat alam yang tidak dapat
dikembalikan. teori siklus dalam studi mengenai perubahan sosial termasuk
kajian makrososiologi selain tiga yang lain yakni, teori evolusi, teori
fungsional dan teori konflik. Berikut ini adalah pendapat dari beberapa tokoh
mengenai Teori siklus di anataranya adalah Horton dan Hunt yang
berpandangan bahwa proses peralihan bukanlah akhir dari proses perubahan
yang sempurna. Akan tetapi proses peralihan tersebut akan kembali ke tahap
semula untuk kembali mengalami peralihan. Kemudian Oswald Spengler
berpandangan bahwa setiap peradaban besar menjalani proses penahapan
kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Selanjutnya, perubahan sosial akan
kembali pada tahap kelahirannya kembali. Kemudian yang terakhir adalah
Arnold Toynbee seorang sejarawan sosial Inggris, berpendapat bahwa sejarah
peradaban adalah rangkaian siklus kemunduran dan pertumbuhan

B. Saran
Kami menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan makalah
ini, oleh karena itu kritik dan saran pembaca dan dari segala pihak yang
bersifat membangun sangat kami perlukan guna menambah daya pengetahuan
kami dan menjadi pemebelajaran bagi kami untuk kedepanya. Semoga
makalah ini dapat berguna dan menjadi kontribusi yang baik bagi semua
orang.

C.

10
DAFTAR PUSTAKA

Nanang Martono. 2012, Sosiologi Perubahan Sosial, Perspektif Klasik, Modern,


Postmodern dan Poskolonial, Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada, cet. Ke-2

11

Anda mungkin juga menyukai