Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

“TEORI KONFLIK DALAM PERUBAHAN SOSIAL”


Dibuat untuk memenuhi Tugas Kelompok Sosiologi
Guru Bidang Studi : Ambar Madiantuti, S.Sos

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

1. CITRA RESTU BAAQY (06)


2. KHORIDATUL LUTFIYAH (15)
3. PUTRI DESY LESTARI (23)
4. RAAFI ADITYA SUHADA (25)
5. SINTA NUR PUSPA ANGGRAINI (27)
6. TRI LARAS PRAMUDITA (28)
7. ZELDA BURAIRAH SAFUTRI (32)

KELAS : XII IPA 5

SMA NEGERI 1 KALIANDA


LAMPUNG SELATAN
TP. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Teori
Konflik Dalam Perubahan Sosial” ini tepat pada waktunya.
Sholawat dan salam senantiasa kita hantarkan kepada Baginda Rasulullah SAW yang
telah membawa kita selaku umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh dengan
nuansa Islam dan zaman yang penuh penerangan ini.
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat kami harapkan agar makalah ini mengalami perbaikan ke arah yang lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................4
C. TUJUAN.....................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................5
1.1 Tipe Perubahan Sosial Bentuk Rumah.......................................................................5
1.2 Pengaruh Perubahan Sosial Terhadap Bentuk Bangunan Rumah..............................5
1.3 Faktor Penghambat Dan Pendorong Perubahan Sosial..............................................6
1.4 Dampak perubahan sosial terhadap bentuk bangunan rumah bagi masyarakat.........8

BAB III PENUTUP.........................................................................................................9


A. KESIMPULAN..........................................................................................................9
B. PESAN.......................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................10
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau
berubahnya struktur/tatanan di dalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif,
sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dewasa ini merupakan gejala yang
normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain berkata adanya
komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang terjadi disuatu
tempat, dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat lain yang berada jauh daritempat
tersebut.Perubahan sosial senantiasa memunculkan dinamika yang tanpa
disadariberhubungan dengan realitas konflik dalam masyarakat. Hal ini disebabkan
perubahan sosial dan konflik sosial selalu melekat pada struktur masyarakat. Mengutip apa
yang dikemukakan Soerjono Soekanto bahwa perubahan sosial dalam masyarakat dapat
mengubah nilai sosial sehingga menimbulkan perbedaan pendirian atau mengakibatkan
munculnya konflik.
Dalam pandangan teori konflik dinyatakan bahwa sesuatu yang konstan atau tetap adalah
konflik sosial, bukan perubahan sosial. Karena perubahan hanyalah merupakan akibat dari
adanya konflik tersebut. Karena konflik berlangsung terus-menerus, maka perubahan juga
akan mengikutinya. Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam
hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan-
perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita melakukan
suatu perbandingan dengan menelaah suatumasyarakat pada masa tertentu yang kemudian
kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahan-perubahan
yang terjadi di dalam masyarakat, pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus,
ini berarti bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-
perubahan.Di samping itu ada juga perubahan-perubahan yang prosesnya lambat, dan
perubahan yang berlangsung dengan cepat. Perubahan-perubahan dalam masyarakat juga
dapat terjadi pada nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola prilaku organisasi,susunan
lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat,kekuasaan dan wewenang,
interaksi sosial dan lain sebagainya. Menurut Rakhmat (dalam Harun, 2011 : 283) perubahan
sosial yang bersifat menyeluruh hanya akan terjadi melalui konflik. Tanpa terjadi konflik,
tidak akan ada transformasi sosial yang bersifat menyeluruh.
Di zaman modern ini, orang dengan berbagai aktivitas dan kepentingan silih berganti, kadang
dapat membuat seorang individu atau suatu kelompok mengalami disjungsi atau
persinggungan dengan individu atau kelompok yang lain yang akan mengakibatkan konflik.
Konflik yang berkepanjangan kadang dapat memperburuk tatanan sosial masyarakat.
Namun,konflik juga berperan positif dalam memperkuat persatuan dan menghilangkan
konflik interndalam suatu kelompok. Konflik dimanapun bentuknya merupakan sesuatu yang
wajar terjadi. Konflik senantiasa ada dalam setiap sistem sosial. Dapat dikatakan konflik
merupakanmerupakan suatu ciri dari sistem sosial. Tanpa konflik suatu hubungan tidak akan
hidup.Sedangkan ketiadaan konflik dapat menadakan terjadinya penekanan masalah yang
suatu saat nanti akan timbul suatu ledakan yang benar- benar kacau. Untuk itu dibutuhkan
suatu teori yang dapat menekan bahkan memusnahkan konflik yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1) Bagaimana teori konflik Karl Marx?


2) Bagaimana teori konflik Ralf Dahrendorf?
3) Bagaimana perubahan sosial dalam teori konflik?

1.3 TUJUAN
1) Untuk mengetahui teori konflik Karl Marx.
2) Untuk mengetahui teori konflik Ralf Dahrendorf.
3) Untuk mengetahui perubahan sosial dalam teori konflik.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Teori Konflik Karl Marx


Konflik merupakan pertentangan antara kelas borjuis melawan kelas proletar yang
memperebutkan sumber-sumber ekonomi (alat-alat produksi). Karl marx menjelaskan
bahwa masyarakat pada abad ke- 19 di Eropa terbagi menjadi 2 kelas sosial yakni :

Borjuis dan Proletariat


Kelas borjuis merupakan nama khusus untuk para kapitalis dalam ekonomi modern.
Mereka memiliki alat-alat produksi dan memperkerjakan pekerja upahan. Sedangkan,
Proletariat merupakan pekerja yang menjual kerja mereka dan tidak memiliki alat-alat
sendiri. Konflik antar kelas Borjuis dan Kelas Proletariat adalah contoh lain dari
kontradiksi material yang sebenarnya. Kontradiksi ini berkembang sampai menjadi
kontradiksi antara kerja dan kapitalisme.

Dengan demikian kelas borjuis adalah kelas yang kuat, sedangkan kelas proletar adalah
kelas yang lemah.Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur social hirarkis, kaum
borjuis melakukan eksploitas terhadap kaum proletar dalam proses produksi. Dan
memiliki alat-alat produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat.
Marx juga menjelaskan bahwa seluruh keteraturan dalam masyarakat proletar disebabkan
adanya pemaksaan oleh para penguasa.

a. Teori Kelas
Teori kelas Karl Marx diawali dengan seperangkat kepentingan yang didefinisikan secara
obyektif yang muncul dari hubungan-hubungan penindasan dan dominasi dalam produksi.
Secara obyektif, orang memiliki suatu kepentingan agar dirinya tidak ditindas atau
didominasi oleh siapapun juga. Bagi kebanyakan dari mereka, kepentingan ini hanya
dapat diwujudkan melalui tindakan kolektif.
Dari teori diatas menjelaskan kalau padukan dengan situasi peneliti menemukan
kecocokan antara teori diatas dengan kondisi masyarakat nelayan mandangin, terbentuk
antara kelas dimana ada kelas atas, menengah, bawah seperti halnya terjadi pada
masyarakat kelas nelayan antara juragan dan buruh nelayan.

b. Konsep kelas
Kelas merupakan salah satu istilah sentral dalam leksikon politik Barat, dan merupakan
suatu istilah yang secara historis makna yang dilekatkan berhubungan erat dengan tujuan-
tujuan politik suatu analisa. Marx mengungkapkan bahwa kelas secara tetap berkaitan
dengan posisi kelompok yang berbeda-beda dalam hubungan produksi, yaitu cara
kelompok-kelompok khusus terlibat dalam proses masyarakat memproduksi dirinya.
Posisi dalam hubungan produksi ini bisa sebagai pemilik atau sebagai pengawas alat-alat
produksi, sebagai produsen langsung, dan sebagai buruh upahan. Analisa Weberian
menempatkan kelas posisi ekonomi berhadapan dengan status (distribusi kehormatan dan
prestise) dan kekuasaan politik.

c. Kesadaran Kelas
1) Kelas Atas dan Kelas Bawah
Menurut Karl Marx, pelaku-pelaku utama dalam perubahan sosial bukanlah individu-
individu tertentu, melainkan kelas-kelas sosial. Ia memberitahukan kepada kita secara
mendetail bahwa kelas-kelas itu tidak dibedakan berdasarkan pendapatan yang mereka
hasilkan. Sekalipun anggota-anggota dari kelas yang berbeda secara khas akan
mendapatkan penghasilan yang tidak sama, mereka tidak harus dimasukkan ke dalam
kelas-kelas yang berbeda, dan sekalipun mereka bisa dimasukkan ke dalam kelas-kelas
tersendiri, penggolongan itu tidak mesti dipahami bahwa mereka termasuk dalam kelas-
kelas yang berbeda. Marx juga menolak gagasan bahwa kelas-kelas dapat dibedakan
berdasarkan pekerjaan dari anggota-anggotanya yaitu dengan melihat hakikat spesifik
kerja yang mereka lakukan.
Dalam uraiannya, Marx menyebut dua kelas saja yang paling berpengaruh, yaitu kaum
kapitalis atau pemilik modal dan kaum buruh atau mereka yang hidup dengan menjual
tenaga kerja sendiri. Yang pertama memiliki sarana-sarana kerja, sedangkan yang kedua
hanya memiliki tenaga kerja mereka sendiri.

Anda mungkin juga menyukai