Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Karakteristik Civil Society, Pilar Tegaknya Civil Society”

Makalah ini diajukan untuk memenuhi syarat perkuliahan

Mata kuliah: Bahasa Al-Kutub Al-Siyasah

Dosen Pengampu :

(Nina Badriah Gajah)

Disusun Oleh:

Nadiyah Putri Nazla (0404192017)


Rika Agustina (0404191006)

PRODI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS

USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TA.2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta nikmatNya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada
permata alam, junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta sahabatnya hingga hari
kiamat nanti.

Makalah berjudul ” Karakteristik Civil Society, Pilar Tegaknya Civil Society” ini dibuat
berdasarkan referensi yang valid untuk melengkapi tugas mata kuliah Masyarakat Madani
(Civil Society). Apabila ada kesalahan dalam penulisan, penulis menyampaikan permintaan
maafnya.

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada kita
tentang Madani (Civil Society) dengan tema yang sudah kami paparkan diatas. Penulis akan
sangat berterima kasih atas saran dan kritik yang membangun. Jazakumullah khairan
katsiran.

Kelompok 2, November 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................5
C. Tujuan Makalah.......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Sejarah Perkembangan Masyarakat Madani...................................6


B. Karakteristik Masyarakat Madani............................................................................7
C. Pilar Penegak Masyarakat Madani..........................................................................10
D. Masyarakat Madani Indonesia..........................................................................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................13
B. Saran........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Wacana civil society ini merupakan produk sejarah dan lahir di masyarakat Barat
modern.Ia muncul bersamaan dengan proses modernisasi, terutama pada saat terjadi
transformasi dari masyarakat feodal menuju masyarakat Barat modern.Civil society atau
yang lebih dikenal dengan masyarakat madani pada mulanya merupakan sebuah konsep
filsafat yang berkenaan dengan sistem kenegaraan.Masyarakat madani atau civil society ini
memiliki karakteristik untuk menjelaskan bahwa dalam merealisasikan wacana civil society
diperlukan prasyarat-prasyarat yang menjadi nilai universal dalam penegakan civil society,
dan juga memiliki pilar-pilar untuk menegakan dan terwujudnya civil society atau
masyarakat madani.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dan  bagaimana sejarah perkembangan masyarakat madani ?
2. Bagaimana karakteristik masyarakat madani ?
3. Apa pilar penegak masyarakat madani ?
4. Bagaimana masyarakat madani di Indonesia ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian dan sejarah perkembangan masyarakat madani.
2. Mengetahui karakteristik masyarakat madani.
3. Mengetahui pilar-pilar penegak masyarakat madani.
4. Mengetahui masyarakat madani di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN MASYARAKAT MADANI
Wacana civil society ini merupakan produk sejarah dan lahir di masyarakat Barat
modern.Ia muncul bersamaan dengan proses modernisasi, terutama pada saat terjadi
transformasi dari masyarakat feodal menuju masyarakat Barat modern. Dalam tradisi Eropa
(sekitar pertengahan abad XVIII), pengertian civil society dianggap sama dengan pengertian
negara (state) yakni suatu kelompok/kekuatan yang mendominasi seluruh kelompok
masyarakat lain. Akan tetapi pada paruh abad XVIII, terminologi ini mengalami pergeseran
makna. State dan civil society dipahami sebagai dua buah entintas yang berbeda, sejalan
dengan proses pembentukan sosiala (social formation) dan perubahan-perubahan struktur
politik di Eropa sebagai pencerahan (enlightenment) dan modernisasi dalam mengahadpi
persoalan duniawi (Hikam, AS, 1999). Seabagai sebuah wacana kotemporer, maka sampai
saat ini belum ada satu kesepakatan rumusan teoritis dan konsep yang baku tentang konsep
civil society. Oleh karena itu, dalam mendefinisikan terma civil society ini sangat bergantung
pada kondisi sosio-kultural suatu bangsa.Karena bagaimanapun konsep civil society
merupakan bangunan terma yang lahir dari sejarah pergulatan bangsa Eropa Barat.
Civil society atau yang lebih dikenal dengan masyarakat madani pada mulanya
merupakan sebuah konsep filsafat yang berkenaan dengan sistem kenegaraan.Secara historis,
konsep ini bermula dari pemikiran Aristoteles yang kemudian dikembangkan oleh Marcus
Tullius Cicero, seorong filosof Romawi Kuno (106-43 SM).Beberapa filsuf dan pemikir
sosial politik sejak abad ke 17 sampai sekarang telah mengembangkan civil society menjadi
sebuah konsep penting dalam ilmu sosial dan politik. Konsep ini sejalan dengan
perkembangan pemikiran mengenai bentuk gerakan masyarakat yang otonom dan mandiri
dalam menentukan arah dan perkembangannya tanpa campur tangan total dari pemerintah.
Pemikiran tentang civil society dalam ilmu sosial mulai marak dibahas setelah perang dunia
II Terutama dalam dekade 50-80 an. Pada abad ke 20, muncul berbagai gerakan masyarakat
yang tidak percaya lagi kepada upaya pemerintah atau negara dalam menjamin dan
membangun masyarakat yang bebas, maju dan makmur. Pada abad ke 20 ini pula, istilah
civil society (masyarakat madani) secara konseptual dikembangkan dari pengalaman era
pencerahan Eropa Barat pada abad ke 1 yaitu pada masa munculnya kembali Eropa Timur
pada dasawarsa 1980-an sebagai jawaban terhadap negara dengan sistem paratai sosialis
(tunggal) yang otoriter yang kemudian dapat dijatuhkan. Civil society (masyarakat madani)
pada perkembangan berikutnya ternyata masuk kedalam wacana lembaga
multilateral..sebagai contoh : The inter American Development Bank (bank pembangunan
antar amerika) merintis sebuah proyek penguatan civil society di Amerika latin pada
dasawarsa 1990-an. Dari fakta ini, istilah civil society telah berkembang dari sekedar konsep
menjadi gerakan.
Terjemah civil society menjadi masyarakat madani pertama kali dikemukakan oleh Dato
Seri Anwar Ibrahim untuk menyifati masyarakat yang sudah memiliki peradaban maju.Istilah
madani sendiri mempunyai hubungan yang erat dengan istilah tamadun atau peradaban.
Dengan demikian, civil society atau masyarakat madani bisa diartikan sebagai kota
peradaban atau masyarakat kota, suatu masyarakat beradab yang menjunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan, penegakan nilai-nilai demokrasi, dan penghormatan terhadap hak-hak
asasi manusia.Lebih lanjut Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral
yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat.
Penerjemahan civil society menjadi masyarakat madani ini dilatarbelakangi oleh konsep kota
ilahi, kota peradaban atau masyarakat kota. Di sisi lain, pemaknaan masyarakat madani ini
juga dilandasi oleh konsep tentang Al-Mujtama’ Al-Madani yang diperkenalkan oleh Prof.
Naquib al-Attas, yang secara definitif masyarakat madani merupakan konsep masyarakat
ideal yang mengandung dua komponen bear yakni masyarakat kota dan masyarakat yang
beradab. Dan pada prinsipnya konsep masyarakat madani (civil society) adalah sebuah
tatanan komunitas masyarakat yang mengedepankan toleransi, demokrasi, dan berkeadaban.
Di sisi lain masyarakat madani mensyaratkan danya toleransi dan menghargai akan adanya
pluralisme (kemajemukan).
B. KARAKTERISTIK MASYARAKAT MADANI
Masyarakat madani (civil society) dicirikan dengan masyarakat terbuka, bebas dari
pengaruh kekuasaan dan tekanan negara kritis dan berpartisipasi aktif serta egaliter.Pada
dasarnya, masyarakat madani berkaitan dengan peradaban universal.Penyebutan karakteristik
civil society sendiri dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa dalam merealisasikan wacana
civil society diperlukan prasyarat-prasyarat yang menjadi nilai universal dalam penegakan
civil society. Prasyarat ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain atau hanya mengambil salah
satunya saja, melainkan merupakan satu kesatuan yang integral yang menjadi dasar dan nilai
bagi eksistensi civil society. Karakteristik tersebut antara lain :
1. Free Public Sphere
Yang dimaksud dengan Free Public Sphere adalah adanya ruang publik yang bebas
sebagai sarana dalam mengemukakan pendapat.Lebih lanjut dikatakan bahwa ruang
publik secara teoritis bisa diartikan sebagai wilayah dimana masyarakat sebagai warga
negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik.Waraga negara berhak
melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat,
berkumpul, serta mempublikasikan informasi kepada publik. Free Public Sphere menjadi
salah satu bagian yang harus diperhatikan untuk mengembangkan dan mewujudkan civil
society, maka akan memungkinkan terjadinya pembungkaman kebebasan warga negara
dalam menyalurkan aspirasinya yang berkenaan dengan kepentingan umum oleh
penguasa yang tiranik dan otoriter.
2. Demokratis
Demokratis adalah salah satu entitas yang menjadi penegak wacana civil society,
dimanadalam menjalani kehidupan, warga negara memiliki kebebasan penuh untuk
menjalankan aktivitaskesehariannya, termasuk dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.Demokratis  berarti masyarakat dapat berlaku santun dalam pola
hubungan interaksi dengan masyarakat sekiatarnya dengan tidak mempertimbangkan
suku, ras, dan agama. Demokrasi atau demokratis merupakan salah satu syarat mutlak
bagi penegakan civil society. Penekanan demokrasi atau demokratis dapat mencakup
sebagai  bentuk aspek kehidupan seperti politik, sosial, budaya pendidikan, ekonomi, dan
sebagainya.
3. Toleran
Toleran merupakan sikap yang dikembangkan dalam civil society untuk mewujudkan
sikap saling menghargai dan menghormati aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.
Toleransi ini memungkinkan akan adanya kesadaran masing-masing individu untuk
menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh kelompok
masyarakat lain yang berbeda. Azyumardi Azra menyebutkan bahwa masyarakat madani
atau civil society lebih dari sekedar gerakan-gerakan prodemokrasi.Masyarakat madani
juga mengacu ke kehidupan yang berkualitas dan tamaddun (civility), yakni kesediaan
individu-individu untuk menerima pandanagn-pandangan politik dan sikap sosial yang
berbeda.
4. Pluralisme
Sebagai sebuah prasyarat penegakan civil society, maka pluralisme harus dipahami
secara mengakar. Menurut Nurcholis Madjid, konsep pluralisme ini merupakan prasyarat
bagi tegaknya civil society. Pluralisme menutunya adalaha pertalian kebhinekaan dalam
ikatan-ikatan keadaban. Bahkan pluralisme adalah juga suatu keharusan bagi keselamatan
umat manusia antara lain melalui mekanismepengawasan dan pengimbangan (check and
balance). Lebih lanjut, Nurcholis mengatakan bahwa sikap penuh pengertian kepada
orang lain itu diperlukan dalam masyarakat yang majemuk, yakni masyarakat yang tidak
monolitik. Apalagi sesungguhnya kemajemukan masyarakat itu sudah merupakan dekrit
Allah dan design-Nya untuk umat manusia. Jadi tidak ada masyarakat yang tunggal,
monolitik, sama dan sebangun dalam segala segi.
5. Keadaan Sosial ( social justice)
Keadilan dimaksudkan untuk menyebutkan keseimbangan dan pembagian yang
proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh
aspek kehidupan.Hal ini memungkinkan tidak adanya monopoli dan pemusatan salah satu
aspek kehidupan pada satu kelompok masyarakat. Secara esensial, masyarakat memiliki
hak yang sama dalam memperoleh kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah
(penguasa).
C. PILAR PENEGAK MASYARAKAT MADANI
Yang dimaksud dengan pilar penegak civil society adalah institusi-institusi yang menjadi
bagian dari social control yang berfungsi mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang
diskriminatif serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas.Dalam
penegakan civil society pilar-pilar tersebut menjadi prasyarat mutlak bagi terwujudnya
kekuatan civil society. Pilar-pilar tersebut antara lain :
1. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah institusi sosial yang dibentuk oleh swadaya
masyarakat yang tugas esensinya adalah membantu dan memperjuangkan aspirasi dan
kepentingan masyarakat yang tertindas.Selain itu, LSM dalam konteks civil society juga
bertugas mengadakan empowering (pemberdayaan) kepada masyarakat mengenai hal-hal
yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti advokasi, pelatihan dan sosialisasi
program-program pembangunan masyarakat.
2. Pers
Pers merupakan institusi yang penting dalam penegakan civil society, karena
memeungkinkannya dapat mengkritisi dan menjadi bagian dari social control yang dapat
menganalisa serta mempubilkasikan berbagai kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan
warga negaranya.Hal tersebut pada akhirnya mengarah pada adanya independensi pers serta
mampu menyajikan berita secara objektif dan transparan.
3. Supremasi Hukum
Setiap waraga negara, baik yang duduk dalam formasi pemerintahan maupun sebagai
rakayat, harus tunduk kepada (aturan) hukum.Hal tersebut berarti bahwa perjuangan untuk
mewujudkan hak dan kebebasan antar waga negara dan antar warga negaradan pemerintah
haruslah dilakukan dengan cara-cara yang damai dan sesuai dengan hukum yang berlaku.
Selain itu, supremasi hukum juga memberikan jaminan dan perlindungan hak asasi manusia,
sehingga terpola bentuk kehidupan yang civilized.
4. Perguruan Tinggi
Sebagai bagian dari pilar penegak civil society, maka perguruan tinggi memiliki tugas
utama mencari dan menciptakan ide-ide slternatif dan konstruktif untuk dapat menjawab
problematika yang diahadapi oleh masyarakat. Di sisi lain perguruan tinggi memiliki “Tri
Dharma Perguruan Tinggi” yang harus dapat diimplementasikan berdasarkan kebutuhan
masyarakat (public).
5.  Partai Politik
Partai politik merupakan wahan bagi warga negara untuk dapat menyalurkan aspirasi
politiknya. Sekalipun memiliki tendensi politis dan rawan akan hegemoni negara, tetapi
bagaimanapun sebagai sebuah tempat ekspresi politik warga negara, maka partai politik ini
menjadi prasyarat bagi tegaknya civil society.
D. MASYARAKAT MADANI DI INDONESIA
Masyarakat madani (civil society) jika dipahami secara sepintas merupakan format
kehidupan alternatif yang mengedepankan semangat demokrasi dan menjunjung tinggi nilai-
nilai hak asasi manusia.Disinilah kemudian, konsep civil society menjadi alternatif
pemecahan, dengan pemberdayaan dan penguatan daya kontrol masyarakat terhadap
kebijakan-kebijakan pemerintah yang pada akhirnya nanti terwujud kekuatan masyarakat
sipil yang mampu merealisasikan dan menegakan konsep hidup yang demokratis dan
menghargai hak-hak asasi manusia.
Mengenai kemungkinan berkembangnya civil society di Indonesia diawali dengan kasus-
kasus pelanggaran HAM untuk mengemukakan pendapat di muka umum kemudian
dilanjutkan dengan munculnya berbagai lembaga-lembaga non pemerintah yang mempunyai
kekuatan dan bagian dari social control. Selain banyak terjadi pengambilalihan hak tanah
rakyat oleh penguasa dengan alasan pembangunan, juga merupakan bagian dari
penyelewengan dan penindasan hak asasi manusia, karena hak atas tanah yang secara sah
memang dimiliki oleh rakyat, dipaksa dan diambil alih oleh penguasa hanya karena alasan
pembangunanyang sebenarnya bersifat semu. Melihat itu semua, maka secara esensial
Indonesia memang membutuhkan pemberdayaan dan penguatan masyarakat secara
komprehensif agar memiliki wawasan dan kesadaran demokrasi yang baik serta mampu
menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia. Untuk itu, maka diperlukan pengembangan
civil society dengan menerapkan strategi pemberdayaan sekaligus agar proses pembinaan dan
pemberdayaan itu mencapai hasilnya secara optimal.
Secara historis, masyarakat madani (civil society) di Indonesia telah muncul ketika proses
transformasi akibat modernisasi terjadi yang menghasilkan pembentukan masyarakat baru
yang berbeda dengan masyarakat tradisional. Dengan demikian, akar civil society di
Indonesia bisa dirunut secara historis semenjak terjadinya perubahan sosial ekonomi pada
masa kolonial Belanda. Hal tersebut mendorong terjadoinya pembentukan masyarakat baru
lewat proses industrialisasi, urbanisasi, dan pendidikan modern. Dalam perjalanannya,
pertumbuhan civil society di Indonesia pernah mengalami suatu masa yang cukup
menjanjikan bagi pertumbuhannya.Hal ini terjadi sejak kemerdekaan smpai dengan 1950-an,
yaitu pada saat organisasi-organisasi sosial dan politik dibiarkan tumbuh bebas dan
memperoleh dukungan kuat dari warga masyarakat yang baru saja merdeka.Oleh karena itu,
terciptalah kekuatan masyarakat yang mampu menjadi penyeimbang dan pengawas terhadap
kekuatan negara.Namun sayang sekali iklim demikian itu tidak tidak berlangsung lama
karena ormas-ormas dan lembaga-lembaga sosial berubah menjadi alat bagi meretaknya
aliran politik dan pertarungan berbagai ideologi.
Dalam hal ini, menurut Dawam ada 3 strategi yang salah stunya dapat digunakan sebagai
strategi dalam memberdayakan civil society di Indonesia, yaitu :
1. Strategi yang lebih mementingkan integrasi nasional dan politik. Strategi ini
berpandangan bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlangsung dalam masyarakat
yang belum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara yang kuat. Bagi penganut
paham ini, pelaksanaan demokrasi liberal hanya akan menimbulkan konflik dan
karena itu menjadi sumber instabilitas politik.
2. Strategi yang lebih mengutamakan reformasi politik demokrasi. Strategi ini
berpandangan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah menunggu
rampungnya tahap pembangunan ekonomi. Sejak awal dan secara bersama-sama
diperlukan proses demokratisasi yang pada esensinya adalah memperkuat partisipasi
politik. Jika kerangka kelembagaan ini diciptakan, maka akan dengan sendirinya
timbul civil society yang mampu mengontrol terhadap negara.
3. Strategi yang memilih membangun civil society sebagai basis  yang kuat ke arah
demokratisasi. Strategi ini muncul akibat kekecewaan terhadap realisasi dari strategi
pertama dan kedua. Dengan begitu strategi ini lebih mengutamakan pendidikan dan
penyadaran politik, terutama pada golongan menengah yang makin luas.
Ketiga model strategi pemberdayaan civil society tersebut dipertegas oleh Hikam bahwa
di era transisi ini harus dipikirkan prioritas-prioritas pemberdayaan dengan cara memahami
target-target grup yang paling strategis serta penciptaan pendekatan-pendekatan yang tepat
didalam proses tersebut.
BAB III
PENUTUP
 
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari makalah yang telah kami selesaikan ini dapat disimpulkan bahwa
sampai saat ini belum ada satu kesepakatan rumusan teoritis dan konsep yang baku tentang
konsep civil society. Namun, menurut Dato Seri Anwar Ibrahim menyebutkan bahwa civil
society atau masyarakat madani bisa diartikan sebagai kota peradaban atau masyarakat kota,
suatu masyarakat beradab yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, penegakan nilai-
nilai demokrasi, dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia.Sedangkan karakteristik
civil society atau masyarakat madani ini antara lain adalah Free Public Sphere, Demokratis,
Toleransi, Pluralisme, dan Keadilan Sosial (social justice). Dalam penegakan civil society
pilar-pilar yang menjadi prasyarat mutlak bagi terwujudnya kekuatan civil society adalah
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Pers, Supremasi Hukum, Perguruan Tinggi, dan
Partai Politik. Di Indonesia sendiri, civil society atau masyarakat madani secara historis telah
muncul ketika proses transformasi akibat modernisasi terjadi yang menghasilkan
pembentukan masyarakat baru yang berbeda dengan masyarakat tradisional. Dengan
demikian, akar civil society di Indonesia bisa dirunut secara historis semenjak terjadinya
perubahan sosial ekonomi pada masa kolonial Belanda.
B. SARAN
Di akhir dalam makalah ini kiranya pembaca dapat menjelaskan konsep civil society,
mengaplikasikan nilai-nilainya, mengenalisa posisi civil society dalam negara serta pembaca
dapat mengkritisi segala bentuk fenomena yang menyimpang dari nilai-nilai civil society,
terutama fenomena yang terjadi dan berkembang di Indonesia.
Daftar Pustaka
http://www.rangkumanpustaka.com/2018/02/makalah-karakteristik-civil-society.html?m=1
Gianto. 2019. Pendidikan Filsafat Pancasila dan Kewarganegaraan. Ponorogo: Uwais Inspirasi
Indonesia
Ubaedillah, A. 2015. Pancasila Demokrasi dan Pencegahan Korupsi. Jakarta: Prenadamedia
Group
Ubaedillah, A dan Razak Abdal. 2003. Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani.
Jakarta Selatan: Prenadamedia Group

Anda mungkin juga menyukai