Anda di halaman 1dari 17

MODERASI ISLAM SEBAGAI AGEN ISLAM

RAHMATAN LIL ALAMIN

Makalah Ini Disampaikan Pada Diskusi Kelas Dalam Mata Kuliah


“Islam Moderat”
OLEH:
Kelompok 8
- AMANDA FADILSYAH GIOFANI
NIM: 0404192028
- MUHAMMAD ADZAN
NIM : 0404191013

Program Studi :
PEMIKIRAN POLITIK ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Shalawat, rahmat, dan
salam selalu tercurahkan kepada Baginda alam nabi besar Muhammad SAW. atas
limpahan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Moderasi Islam Indonesia sebagai agen Islam Rahmatan lil ‘Alamin ”
tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini merupakan tugas yang diberikan
dalam mata kuliah Islam Moderat.
Kami merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mohon kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
penyempurnaan penulisan makalah ini. Saya menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian makalah ini, khususnya kepada dosen pengajar yang telah
memberikan tugas danpetunjuk kepada kami , sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini.
Akhir kata, kami berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat
bagi kami maupun rekan-rekan, sehingga dapat menambah pengetahuan kita
bersama.

Medan, 21 November 2021


BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Islam yaitu sebagai agama rahmatan lil’alamin dan artinya suatu
agama yang menjadi rahmat bagi alam semesta. Allah Swt telah mengatur
semua aspek kehidupan dalam Islam secara global, sebagaimana yang
tertuang dalam Al-Qur’an. Sumber hukum Islam lain yang bisa kita
jumpai untuk pengaturan lebih lanjut, yaitu hadis nabi, ijma’ ulama, dan
qiyas. Karena perkembangan manusia sangat cepat sehingga terkadang
hukum tertinggal dibelakangnya. Maka dari itu, hukum-hukum yang ada
di dalam Al-Qur’an, hadis, ijma’, qiyas yang sudah ada agar dapat
diterapkan dalam situasi konkret saat ini dan harus dibutuhkan
kemampuan serta keberanian setiap muslim untuk menggali secara lebih
terperinci.
b. Rumusan Masalah
- Asal Islam Moderat ?
- Makna dari islam wasath ?
- Bagaimana penerapan islam Rahmatan Lil Alamin ?
c. Tujuan Penulisan
- untuk mengetahui makna islam moderat.
- untuk mengetahui manka islam wasath.
- untuk mengetahui penerapan islam rahmatan lil alamin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................1
BAB I ......................................................................................................................2
PENDAHULUAN ...................................................................................................2
A. Latar Belakang ...........................................................................................2
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................2

BAB II .....................................................................................................................4
PEMBAHASAN .....................................................................................................4
A. Islam Moderat ............................................................................................4
B. Islam Wasath ..............................................................................................6
C. Islam Rahmatan lil Alamin .......................................................................7

BAB III ..................................................................................................................10


PENUTUP .............................................................................................................10
a. Kesimpulan ...............................................................................................10
b. Saran ........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................12


BAB II
PEMBAHASAN

A. Islam Moderat

Seiring dengan ‘meledaknya’ kembali isu terorisme belakangan ini,


wacana ‘Islam Radikal’ versus ‘Islam Moderat’ kembali mengemuka.Dengan
adanya asumsi yang dipaksakan bahwa terorisme terkait erat dengan radikalisme
dalam beragama, dimunculkanlah kembali wacana tentang pentingnya moderasi
Islam. Lalu muncullah istilah ‘Islam Radikal’ versus ‘Islam Moderat’.

Terkait itu, beberapa tahun lalu Rektor Universitas Paramadina yang saat
itu dijabat oleh Anies Baswedan bertemu dengan Presiden SBY. Agenda yang
dibicarakan oleh keduanya adalah bagaimana memperkuat ‘Islam Jalan Tengah’
di Indonesia .1‘Islam Jalan Tengah’ adalah istilah lain dari ‘Islam Moderat’.
‘Islam Moderat’ tentu merupakan istilah baru. Istilah ini tidak pernah dikenal
dalam khazanah keilmuan Islam klasik (baik dalam terminologi pemikiran
maupun fikih Islam) ataupun dalam konteks siyasah Islam.

Para pemikir Islam maupun para ulama fikih selama berabad-abad tidak
pernah memunculkan kedua istilah ini. Demikian pula para ulama siyasah Islam.
Kedua istilah ini tidak lain dimunculkan oleh para pemikir dan politisi Barat
ketika mereka menilai kecenderungan kaum Muslim dengan melakukan
kategorisasi: ‘Islam Moderat’ versus ‘Islam Radikal’. ‘Islam Radikal’ juga sering
disebut dengan istilah ‘Islam Garis Keras’ atau ‘Islam Ekstrem’ yang dikesankan
‘angker’. Istilah ini juga sering diidentikkan dengan kaum fundamentalis bahkan
teroris.

Pertanyaannya: Benarkah Islam itu dibagi dua: moderat dan radikal?


Ataukah Islam itu satu; tidak mengenal moderat ataupun radikal? Jika tidak ada
‘Islam Moderat’ maupun ‘Islam Radikal’, lalu apa motif sebagian kalangan,

1
Republika, 29/2/2008
khususnya kalangan Barat, memunculkan kedua istilah tersebut di tengah-tengah
kaum Muslim?

Dua belas tahun lalu, tepatnya Rabu (29/3/2006), PM Inggris saat itu,
Tony Blair, pernah berkunjung ke Indonesia. Sekretaris Negara saat itu, Yusril
Ihza Mahendra, mengatakan bahwa PM Blair menunjukkan minatnya dalam
diskusi tentang kemajuan Islam di Indonesia. Selain bertemu dengan Presiden
SBY, Blair juga bertemu dan berdialog dengan para pemuka agama Islam di
Indonesia. Yusril mengatakan, dialog difokuskan pada kemajuan apa yang disebut
sebagai ‘Islam Moderat’ dan cara-cara untuk menghadapi pemahaman yang salah
tentang agama Islam. 2

Blair sebelumnya telah mempertajam ‘perang melawan terorisme’ (war on


terrorism) ala Amerika menjadi ‘perang melawan ideologi setan’ (war on evil
ideology) Sepekan setelah peledakan di London (16/7/2005), Blair mengajak
dunia untuk memerangi ekstremisme Islam yang dihasilkan oleh sebuah ideologi
yang dia sebut—juga pernah disebut oleh Presiden AS George Bush—sebagai
‘ideologi setan’.

Walhasil, baik Blair maupun Bush telah memvonis Islam dengan ‘ideologi
setan’. Bukan suatu kebetulan jika pernyataan-pernyataan Bush maupun Blair saat
itu diamini dan didukung oleh Gerhard Schroeder (Kanselir Jerman), Berlusconi
(PM Italia) serta para pemimpin, politisi, akademisi dan banyak masyarakat Barat.

Dalam pidatonya pada Konferensi Kebijakan Nasional Partai Buruh


Inggris, Blair menjelaskan apa yang dia maksudkan dengan ‘ideologi setan’ itu.
Ciri ‘ideologi setan’ tersebut adalah: (1) menolak legitimasi Israel; (2) memiliki
pemikiran bahwa syariah adalah dasar hukum Islam; (3) kaum Muslim harus
menjadi satu kesatuan dalam naungan Khalifah; (4) tidak mengadopsi nilai-nilai
liberal dari Barat.

2
Eramuslim.com, 30/3/2006
Siapapun yang memiliki pemikiran tersebut dia golongkan sebagai
ekstremis yang harus diperangi. Padahal keempat ciri yang disebut Blair
mencerminkan ajaran Islam itu sendiri. Pasalnya, Islam jelas menolak penjajahan
Israel atas Palestina sebagai tanah milik kaum Muslim. Islam telah menjadikan
syariah sebagai dasar hukum. Islam juga telah mewajibkan kaum Muslim bersatu
dalam naungan Khilafah. Islam pun mengharamkan pengadopsian nilai-nilai
liberal (hadharah) Barat.

Anehnya, pada sisi lain, Blair mempromosikan wajah Islam yang dia sebut
‘moderat’. Mereka yang menyetujui Israel, menolak syariah, menolak kesatuan
kaum Muslim dalam Kekhilafahan dan mengadopsi nilai-nilai liberal dari Barat
disebut oleh Blair memiliki prasyarat menjadi moderat. Padahal ciri-ciri terakhir
yang disebut oleh Blair ini tidak satu pun bersumber dari ajaran Islam, tetapi
murni bersumber sentimen ideologi Barat sendiri, yakni Kapitalisme sekular yang
notabene bertolak belakang dengan ajaran Islam.

Pertanyaannya, ketika Barat telah menyebut Islam sebagai ‘ideologi


setan’, lalu apa perlunya mereka memunculkan istilah ‘Islam Moderat’? Ini
berarti, apa yang disebut dengan ‘Islam Moderat’ adalah Islam yang sesuai
dengan nilai-nilai Barat. Frasa ‘Islam yang sesuai dengan nilai-nilai Barat’ ini
juga sebetulnya rancu. Yang lebih tepat barangkali, ‘Islam Moderat’ adalah Islam
yang sesuai dengan selera Barat. Memperkuat ‘Islam Moderat’ atau mendorong
kaum Muslim agar bersikap moderat tanpa mempersoalkan sikap radikal dan
ekstremisme negara-negara Barat tentu aneh. Mengapa umat Islam dituntut
menjadi moderat, sementara negara-negara Barat mempraktikkan yang
sebaliknya?

Barat sebagai pengusung utama gagasan moderasi sering menuduh kaum


radikal/ekstremis dan kelompok fundamentalis memiliki karakter menganggap
dirinya paling benar. Padahal Baratlah yang paling sering menganggap diri
mereka paling benar dengan nilai-nilai . Kaum radikal/ekstremis juga mereka
cirikan selalu menggunakan kekerasan untuk meraih kepentingan mereka. Lalu
bagaimana dengan tindakan AS yang membumihanguskan Irak sekaligus
membunuhi ratusan ribu penduduknya dengan alasan menyebarkan demokrasi,
bahkan dengan berbohong tentang senjata pemusnah massal?

Bagaimana pula sikap Barat dan AS yang selalu mendukung kekejaman


Israel atas kaum Muslim Palestina3 serta menopang para rezim diktator di Dunia
Islam khususnya, seperti Musharraf, Husni Mubarak, Asisi, Islam Karimov dll?
Melihat kontradiksi ini, kita dengan mudah menyimpulkan bahwa setiap gagasan
dan wacana untuk memperkuat ‘Islam Jalan Tengah’ atau ‘Islam Moderat’
ditengarai memiliki muatan-muatan politis, yakni untuk mendukung kepentingan
Barat dalam rangka terus melemahkan Islam dan kaum Muslim agar tidak menjadi
tantangan bagi Barat yang memiliki kepentingan atas Dunia Islam, yakni
penjajahan.

Beberapa rekomendasi yang dikeluarkan oleh peneliti Barat


mengisyarakatkan hal ini.Jauh-jauh hari Paul Reynolad 4, dalam artikelnya yang
berjudul, Preventing a ‘Clash of Civilisations5’, pernah menulis bahwa AS
menggunakan Islam tradisional untuk membendung Islam ekstrem. Strategi yang
digunakan Barat untuk menolak ‘Islam Ekstrem’ adalah dengan mendukung
‘Islam Moderat’. Memperkuat ‘Islam Moderat’ ini pula yang direkomendasikan
kepada Pemerintah AS oleh the Rand Corporation dan Nixon Center.

Sebagai agama dan ajaran, Islam tidak pernah berubah. Islam sudah
lengkap dan sempurna. Hanya saja, pemahaman pemeluknya terhadap Islam itulah
yang berbeda-beda. Ada yang lengkap dan tidak. Ada yang memahami Islam dari
satu aspek, sementara aspek yang lain ditinggalkan. Misalnya, Islam hanya
dipahami dengan tasamuh (toleransi)-nya saja, sementara ajaran Islam yang lain,
yang justru melarang tasamuh tidak dipakai. Dari sini, seolah-olah Islam hanya
mengajarkan tasamuh sehingga Islam terkesan permissif. Padahal kenyataannya
ada yang boleh di-tasamuh dan ada yang tidak. Dengan demikian, tetap harus
dipilah antara Islam dan orangnya.

3
Riza Sihbudi , Menyandera Timur Tengah. (Jakarta: Mizan,2004).. Hal ; 234
4
BBC 29/03/04
5
Artikel Paul Reynolad berjudul “ Preventing a ‘Clash of Civilisations”
Adapun kategorisasi Islam—Moderat, Liberal, Ekstrem, Radikal,
Fundamentalis, dan sebagainya—adalah mapping (pemetaan) yang berfungsi
untuk memudahkan peneliti dalam memahami Islam. Kategorisasi seperti ini
merupakan bagian dari pemetaan yang dilakukan untuk memilah-milah Islam
berdasarkan kecenderungan orangnya.

Dari aspek ini saja sudah keliru. Sebabnya, Islam dinilai dengan menilai
orangnya. Tentu ini bukan dari orang Islam. Karena orang Islam tidak mempunyai
kepentingan untuk melakukan itu. Pemilahan atau pemetaan itu sengaja dilakukan
oleh orang yang berada di luar Islam dalam rangka mendekati orang Islam untuk
kepentingan mereka.

Lalu apa kepentingan mereka? Jelas, yaitu: devide et impera; belah bambu;
satu diinjak, yang lain dirangkul. Tujuan akhirnya, agar orang Islam bisa
dijinakkan dan dikuasai oleh penjajah. Inilah strategi yang juga akui sendiri oleh
George Tenet, mantan Direktur CIA; bahkan merupakan rekomendasi terakhir
Donald Rumsfeld sebelum lengser. Dia menegaskan, bahwa umat Islam tidak bisa
dikalahkan oleh orang luar, kecuali oleh orang Islam sendiri.

B. Islam Wasath

Secara etimologi, makna al wasath adalah sesuatu yang memiliki dua


belah ujung yang ukurannya sebanding, pertengahan 6. Bisa bermakna sesuatu
yang terjaga, berharga dan terpilih. Karena tengah adalah tempat yang tidak
mudah dijangkau : tengah kota 7.

Umat wasath yang dimaksud adalah umat terbaik dan terpilih karena
mendapatkan petunjuk dari Allah. Jalan lurus dalam surat al Fatihah adalah jalan
tengah diantara jalan orang yang dibenci [yahudi] dan jalan orang sesat [nasrani]
8
. Karakter umat washtiyah ada empat : Umat yang adil, Umat pilihan [QS Ali

6
Mufradat al Fazh Al Qur’an, Raghib Al Isfahani jil II entri w-s-th
7
At Tahrir wa At Tanwir jil II hal 17
8
Tafsir Al Manar jil. II hal 4
Imran : 110], Terbaik dan Pertengahan antara ifrath [berlebihan] dan tafrith
[mengurangi] 9. Makna washatiyah dalam perspektif tafsir ini tidak .10

C. Islam Rahmatan Lil Alamin

Islam adalah manhaj kehidupan holistik bagi kebaikan manusia seluruhnya


sebab ia berasal dari sang Pencipta manusia. Islam adalah manhaj kehidupan yang
realistik, dengan berbagai susunan, sistematika, kondisi, nilai, akhlak, moralitas,
ritual dan begitu juga atribut syiarnya. Ini semuanya menuntut risalah ini ditopang
oleh kekuatan institusi yang dapat merealisasikannya secara kaffah. Islam juga
harus disokong oleh manusia-manusia amanah dengan ketundukan jiwa secara
totalitas.

Dalam tulisannya di Majalah Al-Wa‘ie, KH Hafidz Abdurrahman, MA,


pernah menulis sebagai berikut:11

Islam adalah agama (ad-din) yang diturunkan oleh Allah SWT kepada
Nabi Muhammad saw. untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, diri
dan sesamanya. Dengan demikian Islam bukan hanya mengatur masalah akidah,
ibadah dan akhlak; tetapi juga mengatur masalah ekonomi, pemerintahan, sosial,
pendidikan, peradilan dan sanksi hukum serta politik luar negeri. Inilah yang
dimaksud dengan Islam kaffah, sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah dalam
al-Quran (QS al-Baqarah [2]: 208).

Karena itu Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna sehingga
Islam tidak lagi membutuhkan agama atau ajaran lain (QS al-Maidah [5]: 3).
Bahkan jika ada yang merasa perlu untuk mengambil dari agama atau ajaran lain,
dengan tegas Allah tolak, dan apa yang dia ambil itu tidak akan pernah diterima
(QS Ali Imran [3]: 85).

9
Tafsir Al Rari, jil. II hal 389-390
10
https://www.obsessionnews.com/islam-moderat-atau-islam-radikal/
11
Al-Wa‘ie, KH Hafidz Abdurrahman, MA
Karena itu pula, Islam—sebagai agama dan ajaran—harus dibedakan
dengan pemeluknya.Sebagai agama dan ajaran, Islam tidak pernah berubah. Islam
sudah lengkap dan sempurna. Hanya saja, pemahaman pemeluknya terhadap
Islam itulah yang berbeda-beda. Ada yang lengkap dan tidak. Ada yang
memahami Islam dari satu aspek, sementara aspek yang lain ditinggalkan.
Misalnya, Islam hanya dipahami dengan tasamuh (toleransi)-nya saja, sementara
ajaran Islam yang lain, yang justru melarang tasamuh tidak dipakai.

Dari sini, seolah-olah Islam hanya mengajarkan tasamuh sehingga Islam


terkesan permissif. Padahal kenyataannya ada yang boleh di-tasamuh dan ada
yang tidak. Dengan demikian, tetap harus dipilah antara Islam dan orangnya.
Adapun kategorisasi Islam—Moderat, Liberal, Ekstrem, Radikal, Fundamentalis,
dan sebagainya—adalah mapping (pemetaan) yang berfungsi untuk memudahkan
peneliti dalam memahami Islam. Kategorisasi seperti ini merupakan bagian dari
pemetaan yang dilakukan untuk memilah-milah Islam berdasarkan kecenderungan
orangnya.

Dari aspek ini saja sudah keliru. Sebabnya, Islam dinilai dengan menilai
orangnya. Tentu ini bukan dari orang Islam. Karena orang Islam tidak mempunyai
kepentingan untuk melakukan itu.Pemilahan atau pemetaan itu sengaja dilakukan
oleh orang yang berada di luar Islam dalam rangka mendekati orang Islam untuk
kepentingan mereka.

Lalu apa kepentingan mereka? Jelas, yaitu: devide et impera; belah bambu;
satu diinjak, yang lain dirangkul. Tujuan akhirnya, agar orang Islam bisa
dijinakkan dan dikuasai oleh penjajah.

Inilah strategi yang juga akui sendiri oleh George Tenet, mantan Direktur
CIA; bahkan merupakan rekomendasi terakhir Donald Rumsfeld sebelum lengser.
Dia menegaskan, bahwa umat Islam tidak bisa dikalahkan oleh orang luar, kecuali
oleh orang Islam sendiri. Mengingat pada peristiwa 9/11 Ketiga, pejabat CIA dan
FBI, seperti direktur CIA George Tenet. George Tenet menginginkan otoritas dan
pendanaan untuk rencana pengembangan operasi rahasia ke seluruh dunia
(Worldwide Attack Matrix). Dan 4 hari setelah 9/11, Tenet langsung diberi
otoritas untuk melakukan proyek tersebut.12

Bernard Shaw memberikan penilaian atas kesempurnaan Islam dengan


mengatakan bahwa ia berharap kepada Islam untuk menolong seluruh dunia, ia
yakin tidak sampai 200 tahun lagi, seluruh dunia akan memeluk agama Islam.

Toyenbee lebih mendalam lagi dalam menganalisa dalam perspektif


peradaban dengan mengatakan bahwa Islam sejak lahir hingga sekarang tetap
dalam status yang baik. Islam tidak suka dengan pertumpahan darah. Apa yang
diperintahkan dan dikerjakan tidak pernah ada cacatnya. Peradaban dunia saat ini
berasal dari jerih payah orang Islam. Peradaban dunia dibagi tiga : Barat [Eropa],
Timur [Tiongkok] dan Islam.13

Islam telah menguasai hati ratusan bangsa di negeri yang terbentang dari
Cina, Indonesia, India, Persia, Syam, Jazirah Arab, Mesir hingga Maroko dan
Andalusia. Islam juga mendominasi cita-cita dan akhlak mereka serta berhasil
membentuk gaya hidup mereka. Islam telah membangkitkan harapan mereka serta
meringankan permasalahan dan kecemasan mereka. Islam telah berhasil
membangun kemuliaan dan kehormatan mereka…Mereka telah disatukan oleh
Islam; Islam telah berhasil melunakkan hati mereka, meski mereka berbeda-beda
pandangan dan latar belakang politik. .14

Kesempurnaan Islam juga ditunjukkan melalui berbagai istilah yang


disematkan dalam kata Islam yang berasal dari Al Qur’an. Berbagai kata yang
disematkan Allah setelah kata Islam misalnya kaffah, rahmatan lil’alamin dan
washatiyah. Ketiganya memiliki pengertian khas yang sahih karena berasala dari
Allah langsung. Sementara istilah-isilah yang disematkan setelah kata Islam

12
Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, Satu Dasawarsa The Clash of Civilizations : Membongkar
Politik Amerika di Pentas Dunia, (Yogyakarta : Ar-Ruzz, 2003), hlm. 178-179
13
https://www.obsessionnews.com/islam-moderat-sebuah-kekeliruan-interpretasi-
epistemologi/
14
Will Durant, 1926. The History of Civilization, vol. xiii, hlm. 151
banyak yang telah menyimpang dari al Qur’an karena berasal dari epistemologi
Barat yang sekuler.

Bahkan Barat yang tidak suka dengan Islam menginginkan keterpecahan


kaum muslimin dengan strategi adu domba. Barat menginginkan polarisasi
muslim dengan memberikan lebel dan kampling-kapling Islam sehingga
menimbulkan berbagai friksi inteletual hingga fisik sesama muslim.

Beberapa postulat berikut merupakan ‘Islam’ buatan Barat yang dibangun


oleh epistemologi Barat dan tentu tidak ditemukan dalam ajaran Islam. Diantara
‘Islam’ buatan Barat itu adalah : Islam moderat, Islam radikal, Islam
Fundamentalis, Islam Nusantara, Islam progresif, Islam Liberal, Islam sekuler,
Islam demokratis, Islam sosialis, Islam teroris, Islam tradisional dan Islam
modern. Ragam Islam inilah hasil dari gerakan imperialisme epistemologi
[ghozwul fikr] Barat ke dunia Islam.

Islam adalah suatu pengertian, suatu paham, suatu begrip sendiri, jang
mempujai sipat-sipat sendiri pula. Islam tak usah ‘demokratis’ 100%, bukan pada
otokrasi 100%, Islam itu……jah, Islam”.15. Ungkapan penggagas partai Masyumi
ini adalah salah satu pemikiran dan keyakinannya saat menanggapi pujian
Soekarno kepada Kemal Attaturk yang mengubah ideologi Islam di Turki menjadi
negara demokrasi Barat.

Mengomentari pemikiran Natsir, HAMKA pernah menulis, “ M Natsir


berpendapat, Islam bukanlah semata-mata suatu agama, adalah suatu pandangan-
hidup jang meliputi soal-soal politik, ekonomi, sosial dan kebudajaan. Baginja
Islam itu adalah sumber dari segala perdjuangan atau revolusi itu sendiri, sumber
dari penentangan setiap matjam pendjadjahan : eksploitasi manusia atas manusia ;
pemberantasan kebodohan, kedjahilan, pendewaan dan djuga sumber
pembantrasan kemelaratan dan kemiskinan. Nasionalisme hanyalah langkah
menuju persatuan manusia dibawah lindungan dan keridhaan ilahi. Islam tidak

15
M. Natsir, Kapita Selecta : 453
memisahkan antara keagamaan dan kenegaraan. Sebab itu, Islam itu adalah
primair”.

Karena itu tidaklah sama antara makna Islam washatiyah dengan Islam
moderat, bagi langit dan bumi. Istilah washatiyah berasal dari epistemologi
Qur’an, sementara istilah moderat berasal dari epistemologi Barat. Meskipun
banyak cendekiawan muslim memaksakan diri untuk menyamakannya.
Menyamakan keduanya akan melahirkan epistemologi oplosan yang menyesatkan
umat.

Tanpa diberikan embel-embel moderat, Islam adalah agama yang penuh


perdamaian, toleransi, adil dan menebarkan kebaikan kepada seluruh alam
semesta. Dengan menerapkan Islam secara kaffah dalam istitusi negara, maka
kebaikan Islam baru akan dapat dirasakan oleh seluruh manusia di dunia. Islam
tidak memerlukan label-label Barat yang menyesatkan, Islam ya Islam.

Toleransi seagama [tasamuh] sejak awal dibangun oleh Rasulullah,


Sahabat, tabiin, atba tabiin, imam mujtahid dan kekhilafahan. Toleransi
antaragama dalam Islam terbangun indah saat, di Spanyol, lebih dari 800 tahun
pemeluk Islam, Yahudi dan Kristen hidup berdampingan dengan tenang dan
damai. Di India sepanjang kekuasaan Bani Ummayah, Abbasiyah dan
Ustmaniyah, muslim dan hindu hidup rukun selama ratusan tahun. Di Mesir umat
Islam dan Kristen hidup rukun ratusan tahun sejak khulafaur Rasyidin.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan

- Para pemikir Islam maupun para ulama fikih selama berabad-abad tidak
pernah memunculkan kedua istilah ini. Demikian pula para ulama siyasah
Islam. Kedua istilah ini tidak lain dimunculkan oleh para pemikir dan
politisi Barat ketika mereka menilai kecenderungan kaum Muslim dengan
melakukan kategorisasi: ‘Islam Moderat’ versus ‘Islam Radikal’. ‘Islam
Radikal’ juga sering disebut dengan istilah ‘Islam Garis Keras’ atau ‘Islam
Ekstrem’ yang dikesankan ‘angker’. Istilah ini juga sering diidentikkan
dengan kaum fundamentalis bahkan teroris.

- Blair sebelumnya telah mempertajam ‘perang melawan terorisme’ (war


on terrorism) ala Amerika menjadi ‘perang melawan ideologi setan’ (war
on evil ideology) Sepekan setelah peledakan di London (16/7/2005), Blair
mengajak dunia untuk memerangi ekstremisme Islam yang dihasilkan oleh
sebuah ideologi yang dia sebut—juga pernah disebut oleh Presiden AS
George Bush—sebagai ‘ideologi setan’.

- Walhasil, baik Blair maupun Bush telah memvonis Islam dengan


‘ideologi setan’. Bukan suatu kebetulan jika pernyataan-pernyataan Bush
maupun Blair saat itu diamini dan didukung oleh Gerhard Schroeder
(Kanselir Jerman), Berlusconi (PM Italia) serta para pemimpin, politisi,
akademisi dan banyak masyarakat Barat.

- Dalam pidatonya pada Konferensi Kebijakan Nasional Partai Buruh


Inggris, Blair menjelaskan apa yang dia maksudkan dengan ‘ideologi
setan’ itu. Ciri ‘ideologi setan’ tersebut adalah: (1) menolak legitimasi
Israel; (2) memiliki pemikiran bahwa syariah adalah dasar hukum Islam;
(3) kaum Muslim harus menjadi satu kesatuan dalam naungan Khalifah;
(4) tidak mengadopsi nilai-nilai liberal dari Barat.
- Umat wasath yang dimaksud adalah umat terbaik dan terpilih karena
mendapatkan petunjuk dari Allah. Jalan lurus dalam surat al Fatihah
adalah jalan tengah diantara jalan orang yang dibenci [yahudi] dan jalan
orang sesat [nasrani]. Karakter umat washtiyah ada empat : Umat yang
adil, Umat pilihan [QS Ali Imran : 110], Terbaik dan Pertengahan antara
ifrath [berlebihan] dan tafrith [mengurangi]

- Islam adalah manhaj kehidupan holistik bagi kebaikan manusia


seluruhnya sebab ia berasal dari sang Pencipta manusia. Islam adalah
manhaj kehidupan yang realistik, dengan berbagai susunan, sistematika,
kondisi, nilai, akhlak, moralitas, ritual dan begitu juga atribut syiarnya. Ini
semuanya menuntut risalah ini ditopang oleh kekuatan institusi yang dapat
merealisasikannya secara kaffah. Islam juga harus disokong oleh manusia-
manusia amanah dengan ketundukan jiwa secara totalitas.

b. Saran

Memahami islam harus berdasar Al-quran dan sunnah, tidak berdasar


kepentingan semata. Moderasi beragama yang sesuai kemauan Barat tentulah
tidak sesuai dengan syariat. Maka, makna wasath yang umat islam pahami
adalah berada di jalan tengah antara berlebihannya umat Nasrani atas
penyembahan terhadap Nabi-Nya dan lalainya Yahudi atas Nabi-Nya.
DAFTAR PUSTAKA

Riza Sihbudi , Menyandera Timur Tengah. (Jakarta: Mizan,2004).. Hal ;


234

Mufradat al Fazh Al Qur’an, Raghib Al Isfahani jil II entri w-s-th

At Tahrir wa At Tanwir jil II hal 17

Tafsir Al Manar jil. II hal 4

Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, Satu Dasawarsa The Clash of


Civilizations : Membongkar Politik Amerika di Pentas Dunia, (Yogyakarta : Ar-
Ruzz, 2003), hlm. 178-179

https://www.obsessionnews.com/islam-moderat-sebuah-kekeliruan-
interpretasi-epistemologi/

Will Durant, 1926. The History of Civilization, vol. xiii, hlm. 151

Anda mungkin juga menyukai