Anda di halaman 1dari 17

MISI AGAMA ISLAM

Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Agama

Disusun oleh:
1. Fredy Muhammad Sirojuddin (2231210035)
2. Muhammad Nurul Kawakib (2231210126)

Moderator:
Muhammad Mualif, M.Ag.

DIII-TEKNIK MESIN
TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang
berjudul “MISI AGAMA ISLAM” ini diharapkan dapat memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan agama
islam. Di samping itu, diharapkan juga dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritikdan saran dari pembaca. Mudah-mudahan kritik dan saran tersebut bisa menambah
kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya hanya kepada allah SWT penulis memohon hidayah dan ma’unah-nya, karena dialah
yang maha mengetahui lagi maha penyayang.

Malang,19 September 2022

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................ii
Daftar Isi ..........................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1 Misi Ajaran Agama Islam..............................................................................................................2
2.2 Misi Agama Islam dalam Berbagai Aspek...................................................................................6

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................................11
3.2 Saran ..........................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................12

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam adalah agama yang sempurna dan universal, ia berlaku sepanjang waktu, kapanpun dan
dimanapun (al-Islâm shâlih li kul zamân wa al-makân), Islam berlaku untuk semua orang dan untuk
seluruh dunia. Dalam agama islam terdapat ajaran-ajaran yang dapat mengantarkan manusia menuju
kehidupan yang lebih baik. Karena islam diturunkan bukan hanya sebagai pelengkap hidup manusia saja
tetapi juga mengemban beberapa misi untuk mengantarkan manusia menuju kebahagiaan di dunia dan
ahirat.
Islam adalah agama samawi (langit) yang diturunkan Allah SWT melalui utusan-Nya, Muhammad
SAW. Islam merupakan Agama yang menjadi Rahmat bagi seluruh alam.Namun di jaman sekarang ini
banyak orang-orang yang tidak mengerti akan pengertian, Karakteristik, dan Misi Islam itu
sendiri.sehingga banyak orang-orang yang mengatasnamkan Islam untuk kepentingan pribadi, kelompok
dan partai .bahkan yang paling ekstrim adalah yang mengatas namakan Islam sebagai kedok untuk
melakukan aksi terorisme, sehingga Islam dianggap sebagai Agama teroris

1.2 Rumusan Masalah


2. Apa pengertian agama islam.
3. Bagaimana studi terhadap misi ajaran islam secara komprehensif.
4. Apa saja misi ajaran agama islam.

1.1 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan untuk pembahasan dari makalah ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian agama islam.
2. Menjelaskan studi terhadap misi ajaran islam secara komprehensif.
3. Menjelaskan apa saja misi ajaran agama islam
BAB ll
PEMBAHASAN

2.1 Misi Ajaran Islam


a. Pengertian Agama Islam
Sebelum kita membahas masalah pengertian agama islam alangkah baiknya kita membahas
pengertian agama dahulu. Harun nasution mendefinisikan agama sebagai ajaran-ajaran yang
diwahyukan tuhan kepada manusia melalui para rasulnya.Mohammad daud ali mendefinisikan agama
sebagai kepercayaan kepada tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan dia melaui
upacara, penyembahan, permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasar
ajaran agama itu. JG. Frazer agama adalah sesuatu ketundukan atau penyerahan diri kepada kekuatan
yang lebih tinggi dari pada manusia.
Islam adalah kata turunan (jadian) yang berarti ketundukan, ketaatan, kepatuhan (kepada kehendak
Allah), berasal dari kata salama yang artinya patuh atau menerima, berakar dari huruf sin, lam, mim,
(S-L-M). Kata dasarnya adalah salima yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercatat. Jadi secara
singkat Islam adalah kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan (diri), ketaatan dan
kepatuhan.
Sedangkan agama islam menurut istilah adalah agama yang diturunkan allah kepada para rasul-
rasulnya dan disempurnakan pada Nabi Muhammad, yang berisi undang-undang dan metode
kehidupan yang mengatur dan mengarahkan begaimana manusia berhubungan dengan allah, menusia
dengan manusia, dengan manusia, dan menusia dan alam semesta, agar kehidupan manusia terbina dan
dapat meraih kesuksesan atau kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

b. Studi Misi Ajaran Islam Secara Komprehensif


Studi terhadap misi ajaran Islam secara komprehensif dan mendalam adalah sangat diperlukan
karena beberapa sebab sebagai berikut:
Pertama, untuk menimbulkan kecintaan manusia terhadap ajaran Islam yang didasarkan kepada alas an
yang sifatnya bukan hanya normatif, yakni karena diperintah oleh Allah, dan bukan pula karena
emosional semata-mata. Melainkan karena didukung oleh argumentasi yang bersifat rasional, kultural
dan aktual. Yaitu argumentasi yang masuk akal, dapat dihayati dan dirasakan oleh umat manusia.
Dewasa ini banyak orang yang memeluk agama Islam hanya sekedar ikut-ikutan, tanpa didasarkan
pada argumentasi yang kuat. Keislaman yang demikian tidak menjadi masalah selama ia hidup dalam
komunitas Islam, karena tidak ada yang mengganggu keyakinannya. Namun ketika ia hidup di Negara
yang komunitas masyarakatnya bukan Islam, yakni masyarakat sekular yang serba rasional, empiris
dan objektif, maka orang yang memiliki paham keislaman yang ikut-ikutan itu akan dengan mudah
dirusak atau dimurtadkan agamanya. Keadaan ini jelas tidak boleh terjadi.
Kedua, untuk membuktikan kepada umat manusia bahwa Islam baik secara normatif maupun secara
kultural dan rasional adalah ajaran yang dapat membawa manusia kepada kehidupan yang lebih baik,
tanpa harus mengganggu keyakinan agama Islam.

2
Ketiga, untuk menghilangkan citra negative dari sebagian masyarakat terhadap ajaran Islam.
Berdasarkan sumber-sumber yang didapati dari para orientalis Barat kita menjumpai penilaian dan
pernyataan negatif terhadap Islam. Menurut sebagian mereka bahwa Islam disebarkan dengan pedang,
Islam ajaran yang menurutkan hawa nafsu, ajaran bagi orang-orang yang miskin, terbelakang, kumuh
dan sebagainya. Lebih dari itu citra Islam yang negatif dewasa ini muncul kembali. Dewasa ini Islam

sering dituduh sebagai sarang teroris. Berbagai tindakan kejahatan seperti pemboman, sabotase,
pembajakan pesawat, peperangan dan sebagainya sering dituduhkan kepada umat Islam. Citra negatif
yang demikian itu harus dihilangkan, karena menyebabkan timbulnya kebencian masyarakat dunia
terhadap Islam, juga menyebabkan orang lain tidak berani menunjukkan identitas keislamannya di
tengah public. Citra negatif Islam yang demikian itu harus dihilangkan dengan menunjukkan citra
Islam sebagai rahmatan lil alamin kepada dunia.

c. Misi Pokok Ajaran Agama Islam


1. Meningkatkan Keimanan
Kemudian dia bertanya lagi, “Kini beritahu aku tentang iman.” Rasulullah Saw menjawab, “Beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman
kepada Qodar baik dan buruknya.” Orang itu lantas berkata, “Benar. Kini beritahu aku tentang ihsan.”
Rasulullah berkata, “Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak
melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda. Dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang
Assa’ah (azab kiamat).” Rasulullah menjawab, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.”
Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang tanda-tandanya.” Rasulullah menjawab, “Seorang
budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan
penggembala unta masing-masing berlomba membangun gedung-gedung bertingkat.” Kemudian
orang itu pergi menghilang dari pandangan mata. Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, “Hai
Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?” Lalu aku (Umar) menjawab, “Allah dan rasul-
Nya lebih mengetahui.” Rasulullah Saw lantas berkata, “Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama
kepada kalian.” (HR. Muslim).
Rukun Iman 6 Perkara
Tanpa iman semua amal perbuatan baik kita akan sia-sia. Tidak ada pahalanya di akhirat nanti:
” Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang
disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya
sesuatu apapun…” [An Nuur:39]
” Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup
angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat
sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang
jauh.” [Ibrahim:18]
Iman ini harus dilandasi ilmu yang mantap sehingga kita bisa menjelaskannya kepada orang lain.
Bukan sekedar taqlid atau ikut-ikutan.
Sebagaimana hadits di atas, rukun Iman ada 6 yaitu:
(1) Pertama Iman kepada Allah. Artinya kita meyakini adanya Allah dan tidak ada Tuhan selain Allah.
Di bab-bab berikutnya akan dijelaskan secara rinci tentang hal ini.

3
(2) Rukun Iman yang kedua adalah iman kepada Malaikat-malaikat Allah. Kita yakin bahwa Malaikat
adalah hamba Allah yang selalu patuh pada perintah Allah.
(3) Rukun Iman yang ketiga adalah beriman kepada Kitab-kitabNya. Kita yakin bahwa Allah telah
menurunkan Taurat kepada Musa, Zabur kepada Daud, Injil kepada Isa, dan Al Qur’an kepada
Nabi Muhammad. Namun kita harus yakin juga bahwa semua kitab-kitab suci di atas telah dirubah
oleh manusia sehingga Allah kembali menurunkan Al Qur’an yang dijaga kesuciannya sebagai
pedoman hingga hari kiamat nanti.
(4) Rukun Iman yang keempat adalah beriman kepada Rasul-rasul (Utusan) Allah. Rasul/Nabi
merupakan manusia yang terbaik yang pantas dijadikan suri teladan yang diutus Allah untuk
menyeru manusia ke jalan Allah. Ada 25 Nabi yang disebut dalam Al Qur’an yang wajib kita
imani di antaranya Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad.
Karena ajaran Nabi-Nabi sebelumnya telah dirubah ummatnya, kita harus meyakini bahwa Nabi
Muhammad adalah Nabi terakhir yang harus kita ikuti ajarannya.” Muhammad bukanlah bapak dari
seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi…” [Al Ahzab:40]
(5) Rukun Iman yang kelima adalah beriman kepada Hari Akhir (Kiamat/Akhirat). Kita harus yakin
bahwa dunia ini fana. Suatu saat akan tiba hari Kiamat. Pada saat itu manusia akan dihisab. Orang
yang beriman dan beramal saleh masuk ke surga. Orang yang kafir masuk neraka.
Selain kiamat besar kita juga harus yakin akan kiamat kecil yaitu mati. Setiap orang pasti mati. Untuk
itu kita harus selalu hati-hati dalam bertindak.
(6) Rukun iman yang keenam adalah beriman kepada Qada dan Qadar . Qada adalah ketentuan Allah
SWT atas segala sesuatu yang di dalamnya terdapat kehendak-Nya.
Sedangkan Qadar adalah perwujudan atas kehendak, ukuran, dan ketentuan Allah SWT atas segala
sesuatu.

d. Menegakkan Keislaman
Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Lalu
muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak
tanda-tanda bekas perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk
menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak
tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata, “Ya Muhammad, beritahu aku
tentang Islam.” Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan
kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan,
dan mengerjakan haji apabila mampu.”
Rukun Islam 5 Perkara:
Ada pun rukun Islam terdiri dari 5 perkara. Barang siapa yang tidak mengerjakannya maka Islamnya
tidak benar karena rukunnya tidak sempurna.
Rukun Islam pertama yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah. Asyhaadu alla ilaaha illallaahu wa asyhaadu anna muhammadar rasuulullaah. Artinya
kita meyakini hanya Allah Tuhan yang wajib kita patuhi perintah dan larangannya. Jika ada perintah

dan larangan dari selain Allah, misalnya manusia, yang bertentangan dengan perintah dan larangan
Allah, maka Allah yang harus kita patuhi. Ada pun Muhammad adalah utusan Allah yang menjelaskan

4
ajaran Islam. Untuk mengetahui ajaran Islam yang benar, kita berkewajiban mempelajari dan
mengikuti ajaran Nabi Muhammad.
Rukun Islam kedua adalah shalat 5 waktu, yaitu: Subuh 2 rakaat, Dzuhur dan Ashar 4 raka’at,
Maghrib 3 rakaat, dan Isya 4 raka’at. Shalat adalah tiang agama barang siapa meninggalkannya berarti
merusak agamanya.
Rukun Islam ketiga adalah puasa di Bulan Ramadhan. Yaitu menahan diri dari makan, minum,
hubungan seks, bertengkar, marah, dan segala perbuatan negatif lainnya dari subuh hingga maghrib.
Rukun Islam keempat adalah membayar zakat bagi para muzakki (orang yang wajib
pajak/mampu). Ada pun orang yang mustahiq (berhak menerima zakat seperti fakir, miskin, amil,
mualaf, orang budak, berhutang, Sabilillah, dan ibnu Sabil) berhak menerima zakat. Zakat merupakan
hak orang miskin agar harta tidak hanya beredar di antara orang kaya saja.
Rukun Islamyang kelima adalah berhaji ke Mekkah jika mampu. Mampu di sini dalam arti mampu
secara fisik dan juga secara keuangan. Sebelum berhaji, hutang yang jatuh tempo harus dibayar dan
keluarga yang ditinggalkan harus diberi bekal yang cukup. Nabi berkata barang siapa yang mati tapi
tidak berhaji padahal dia mampu, maka dia mati dalam keadaan munafik.

2.2 Misi Agama Islam Dalam Berbagai Aspek


a. Dalam Bidang Sosial
Dalam bidang sosial, islam memperkenalkan ajaran yang bersifat egaliter atau kesetaraan dan
kesedarajat antara manusia denagan manusia lain. Orang yang memiliki kelebihan dalam bidang
tertentu bisanya memiliki kekurangan dalam bidang tertentu lainnya.Ajaran islam tentang aspek ini
menekankan adanya kesetaraan anaku perbedaan laki-laki dan perempuan. Sebagaimana hal nya
kaum pria, kaum wanita dalam sebagainya halnya kaum pria, kaum wanita dalam islam memiliki
kesamaan kesempatan dan peluang untuk mengaktualisasikan potensi yang ada dalam
dirinya.sedangkan segi perbedaan hak yang diterima kaum wanita dengan waktu sungguhpun ada,
bukan dimaksudkan Ajaran islam dalam bidang sosial seperti inilah yang dibawa oleh nabi
Mahammad Saw. Yaitu ajaran yang bersifat egilater, toleransi, persaudaraan, tolong menolong,
nasihat menasihati, saling mejaga mengamankandan seterusnya. Aspek sosial ajaran islam ini
demikian penting demikian penting sehingga harus dialakukan secara lintas agama, budaya, bangsa,
negara dan sebagainya. Untuk itulah, Al-gur’an membolehkan orang-orang mukmin menjalin
hubungan kerja sama dengan golongan lain yang berbeda aqidah, dengan syarat tidak memusuhi
mereka yang mukmin.

b. Misi Islam Sebagai Pembawa Rahmat


Bagi seluruh alam dapat lihat dari ajaran dalam bidang ekonomi yang bersedikankeseimbangan
dan pemertaan. Dalam ajaran islam seseorang diperbolehkan memiliki kekayaan tanpa batas, namun
dalam jumlah tertentu dalam hartanya itu terdapat milik orang lain yang harus dikeluarkan dalam
bentuk zakat, infak, dan sedekah. Derngan cara demikian, makin banyak harta kekayaan yang dimiliki
seseorang. Selain itu misi dalam bidang ekonomi ini dapat dilihat pula dari perintah perdagangan
dengan cara yang jujur, yaitu yang jauh dari kecurangan, penipu penipu atau tindakan lainya yang
merugikan konsumen, seperti mengurangi timbangan, takaran dan sebagainya.

5
c. Misi Ajaran Islam Rahmatan Lil Alamin Dalam Bidang Politik
Istilah rahmatan lil alamin pada dasarnya jarang disandingkan dengan istilah politik dalam bentuk
sebuah frasa. Umumnya, istilah itu melekat dengan makna Islam sebagai sebuah Din atau jalan hidup.
Jika dimaknai secara bebas, pemahaman rahmatan lil alamin itu dapat merujuk pada dua hal.
(1) Pertama, yaitu alam semesta mendapat manfaat dengan diutusnya seorang Nabi yang bernama
Muhammad Saw. Diyakini bahwa bagi orang mukmin yang mengikuti beliau, akan mendapat
kemuliaan di dunia maupun di akhirat.
(2) Kedua, yaitu Islam adalah sebuah rahmat bagi setiap manusia, namun khusus untuk orang yang
beriman, mereka akan menerima rahmat serta mendapatkan manfaat di dunia juga di akhirat. Pada
konteks yang lain khususnya politik, nilai-nilai yang terkandung dalam istilah rahmatan lil alamin
diharapkan pula dapat melekat di dalamnya. khususnya Islam sebagai sebuah agama yang
mengatur banyak hal termasuk hal yang berkaitan dengan politik. Dengan kata lain, politik dapat
artikan sebagai upaya menyerupai istilah rahmat dan keselamatan bagi alam semesta tanpa
terkecuali. Politik rahmatan lil alamin juga dimaksudkan sebagai politik yang mengedepankan
keberpihakan pada kepentingan umum dan kehidupan alam semestaTerlihat dari perintah al-qur’an
agar seorang pemerintah bersifat adil, bijaksana terhadap rakyat rakyar yang dipimpinnya,
memerhatikan aspirasi kepentingan rakyat yang dipimpinnya, mendahulukan kepentingan rakyat
dari pada kepentingan dirinya melindungi dan menganyomi rakyat memberikan keamanan dan
ketentraman kepada masyarakat. Hal yang demikian dinyatakan dalam (QS an nisa,4:8) yang
berbunyi;
“Sesunggunya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak yang
menerimanya, dan (menyuruhmu) apabila menerapkan hukum diantara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik baiknya kepadamu
sesunggunya Allah maha mendengar lagi maha melihat.

d. Fungsi Agama Islam Dalam Bidang Hukum


Agama Islam, hakikatnya, adalah sistem keyakinan dan prinsip-prinsip hukum serta petunjuk
perilaku manusia, yang didasarkan pada Alquran, Hadis dan Ijtihad ulama. Berdasarkan hal ini, Islam,
paling tidak, mempunyai empat fungsi. Pertama, Islam berfungsi sebagai tuntunan bagi manusia agar
memiliki al-akhlaq alkarimah (perangai yang mulia dan terpuji). Rasulullah Saw bersabda:
Sesungguhnya saya diutus hanya untuk menyempurnakan akhlaq mulia. Al-akhlaq al-karimah harus
kita lakukan, baik yang berhubungan dengan Allah maupun yang berhubungan dengan sesama
manusia dan alam di sekeliling kita.
Kedua, agama Islam itu berfungsi sebagai jalan untuk menggapai kemaslahatan, ketenangan dan
kedamaian serta keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat. Tak satupun ajaran dari Islam, baik
perintah maupun larangan, yang bertujuan untuk menciptakan kerusakan di muka bumi ini atau
kesengsaraan di akhirat
Ketiga, Islam mengandung ajaran-ajaran yang moderat, seimbang dan lurus, atau al-din al-qayyim.

Islam menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat. Allah berfirman: Dan carilah pada apa-
apa yang dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagiaanmu dalam (kenikmatan) dunia ... (QS. al-Qashash: 77). Diriwayatkan dalam

6
sebuah hadis bahwa suatu ketika sekumpulan orang dari kalangan Sahabat Nabi berkunjung ke rumah-
rumah istri Nabi Muhammad Saw untuk bertanya tentang ibadah Nabi.
Keempat, agama mestinya berfungsi sebagai pemersatu umat yang berbeda-beda, baik dari segi
keagamaan, suku dan adat istiadat. karena agama mengajarkan bagaimana berperilaku dan bersikap
secara baik terhadap orang-orang yang berbeda-beda itu. Pemersatuan umat yang beragam ini telah
dipraktikkan Nabi setelah memasuki Kota Madinah tahun 622 H dengan memat Piagam Madinah yang
mempersatukan umat Islam secara internal dan antara umat Islam dan umat-umat lain yang ada di
sana, khususnya Yahudi dan Nasrani. Atas dasar hal tersebut, apabila ada pandangan, sikap dan
prilaku seseorang yang cenderung memecahbelah umat, bahkan menimbulkan konflik horisontal, kita
harus bersikap waspada, tidak perlu kita ikuti. Karena agama tidak mengajarkan hal itu

e. Ajaran Islam Rahmatan Lil Alamin Dapat Dilihat Pula Dalam Pendidikan
Islam sebagaimana satu-satunya agama yang diakui keabsahannya oleh allah SWT. walaupun ada
banyak agama lain dimuka bumi, namun hanya agama islam yang sangat sempurna konsep dan
fleksibilitasnya. Islam adalah agama yang “rahmatan lil’alamin”. (QS anbiya: 1-7) Sangat menjunjung
tinggi keseimbangan kehidupan antara makhluk satu dengan lainnya. Makanya dalam islam dikenal
ada 2 jenis hubungan ketergantungan. yaitu “hablun minallah” dan ”hablun minannas”. (QS ali imran:
112) Sedangkan dalam hubungan yang disebutkan nomor 2 tadi, tidak serta merta hanya dapat
memperuntukkannya pada manusia semata, tapi cakupannya luas meliputi binatang, tumbuhan dan
alam sekitar. Di sini akan sedikit menjelaskan pemahaman dari hubungan kedua tersebut. kaitannya
dengan pengembangan individual manusia dalam hal pengetahuan sebagai tonggak peradaban muslim.
Disadari atau tidak, pendidikan adalah salah satu kebutuhan primer yang tidak bisa dilepaskan dari
keberlangsungan siklus kehidupan suatu kelompok masyarakat. Tanpa adanya sebuah pendidikan yang
cukup, sebuah komunitas akan sangat lambat peningkatan taraf hidupnya. karena kebodohan dalam
melakukan suatu hal umumnya justru akan menimbulkan masalah-masalah baru yang bisa
menghambat laju perkembangannya. karena itulah pendidikan menjadi sebuah kebutuhan pokok yang
keberadaannya tidak bisa ditawar lagi.
Pendidikan adalah sebuah media bagi terjadinya transformasi nilai dan ilmu yang berfungsi
sebagai pencetus corak kebudayaan dan peradaban manusia. Pendidikan bersinggungan dengan upaya
pengembangan dan pembinaan seluruh potensi manusia (ruhaniah dan jasadiyah) tanpa terkecuali dan
tanpa prioritas dari sejumlah potensi yang ada. Dengan pengembangan dan pembinaan seluruh potensi
tersebut, pendidikan diharapkan dapat mengantarkan manusia pada suatu pencapaian tingkat
kebudayaan yang menjunjung hakikat kemanusiaan manusia.
Pendidikan berwawasan kemanusiaan memberikan pengertian bahwa pendidikan harus
memandang manusia sebagai subyek pendidikan, bukan sebagai obyek yang memilah- milah potensi
(fitrah) manusia. artinya, pendidikan adalah suatu upaya memperkenalkan manusia akan eksistensi
dirinya, baik sebagai diri pribadi yang hidup bersama hamba Tuhan yang terikat oleh hukum normatif
(syariat) dan sekaligus sebagai khalifah di bumi.

Islam dalam Perspektif Pendidikankonsep pendidikan yang mengenyampingkan dasar- dasar


tersebut, adalah pendidikan yang akan mencetak manusia- manusia tanpa kesadaran etik, yang pada
akhirnya melahirkan cara pandang dan cara hidup yang tidak lagi konstruktif bagi tegaknya nilai-nilai
kemanusiaan. untuk itu perlu adanya konseptualisasi ilmu dalam pendekatan filsafati yang merupakan
7
kerangka dasar dalam upaya memperjelas dan meluruskan cara pandang manusia, baik mengenai
dirinya, alam lingkungan, maupun terhadap campur tangan allah SWT. Pada dasarnya, islam sebagai
agama yang sempurna telah memberikan pijakan yang jelas tentang tujuan dan hakikat pendidikan,
yakni memberdayakan potensi fitrah manusia yang condong kepada nilai-nilai kebenaran dan
kebajikan agar ia dapat memfungsikan dirinya sebagai hamba (QS.as-Syams :8 ; QS. adz Dzariyat:56).
oleh karena itu, pendidikan berarti suatu proses membina seluruh potensi manusia sebagai makhluk
yang beriman dan bertakwa, berfikir dan berkarya, untuk kemaslahatan diri dan lingkungannya.
Islam adalah panduan hidup manusia di dunia dan akhirat yang bukan sekedar agama seperti
dipahami selama ini, tetapi meliputi seluruh aspek dan kebutuhan hidup manusia. ilmu dalam islam
meliputi semua aspek ini yang bisa disusun secara hirarkis dari benda mati, tumbuhan, hewan,
manusia hingga makhluk gaib dan puncak kegaiban. Susunan ilmu tentang banyak aspek ini bisa
dikaji dari pemikiran islam. Mengingat seluruh tradisi keagamaan dalam sejarah umat manusia mulai
dari nabi adam diklaim sebagai islam dan seluruh alam natural dan humanitas sebagai ayat-ayat
Tuhan, maka seluruh ilmu tentang hal ada, merupaka ilmu tentang ayat-ayat Tuhan dan islam itu
sendiri. Sepanjang sejarah otentik islam, ilmu pengetahuan dan teknologi bersumber dari dua bentuk
wahyu, yakni ayat-ayat alqur’an dan ayat-ayat kauniyah (sunnatullah).Wahyu pada ranah pertama
dipahami dengan menafsirkan teks secara eksplanatif, dan wahyu ranah kedua dipahami dengan
melakukan deskripsi, eksplorasi dan eksperimental secara sistematis, lalu keduanya disatukan di dalam
filsafat dengan segala tingkatannya. Al-Qur’an sendiri memberikan informasi tentang wahyu Tuhan
yang telah diturunkan sejak masa nabi adam. Diperkirakan masa yunani yang memproduksi tradisi
filsafat awal berlangsung sezaman dengan turunnya Zabur kepada nabi Daud dan Taurot kepada nabi
Musa.
Dalam kesajarahan, islam pernah membuktikan diri sebagai umat yang memiliki peradaban
gemilang dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengungguli kejayaan eropa pada
masa lalu. islam telah mewariskan tokoh ilmuwan besar seperti al jabir, al khawarizmi, ibnu Sina, ibnu
Rusydi, al kindi dan lainnya. oleh karenanya, keharusan kembali melihat khazanah dan etos keimuan
di masa lalu itu menjadi salah satu penekanan, mengingat khazanah pengetahuan islam masa lalu yang
kaya dengan semangat inklusivismenya dan juga kekayaan nuansa spiritual. Sayangnya, hal itu kurang
mendapat apresiasi berimbang dalam dunia ilmiah akademik dewasa ini. Tekanan imperialisme
epistemologi dari pengetauan barat Modern yang kini telah mewabah, dirasakan cukup kuat menjebak
dan menggiring kehidupan intelektual dan akademik, secara perlahan tapi pasti dapat melalaikan apa
yang yang telah menjadi kekayaan intlektual umat islam masa lalu.ada banyak sebab mengapa islam
belum mampu membangun kerangka paradigma yang lain untuk mengenyahkan imperialisme
paradigma pengetauan barat Modern, diantaranya, apresiasi terhadap khazanah intelektual islam lama,
masih berkutat dan berputar-putar pada produk jadi. ketimbang pada etos keilmuan terutama
metodologi yang dikembangkan oleh para pemikir muslim masa lalu. Selain itu, membangun
paradigma pengetahuan islam yang terpadu akan mengalami kesulitan manakala masih terdapat sikap

dikotomis di kalangan umat yang memisahkan ilmu-ilmu agama (wilayah naqliyah) dengan ilmu-
ilmu umum (wilayah ‘aqliyah). Untuk itu diperlukan konseptualisasi ilmu dalam pendidikan, yang
menawarkan adanya ilmu naqliyah yang melandasi semua ilmu aqliyah, sehingga diharapkan dapat
mengintegrasikan antara akal dan wahyu, ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama dalam proses
pendidikan. Sehingga, melalui upaya tersebut dapat merealisasikan proses memanusiakan manusia
8
sebagai tujuan pendidikan, yaitu mengajarkan, mengasuh, melatih, mengarahkan, membina dan
mengembangkan seluruh potensi peserta didik dalam rangka menyiapkan mereka merealisasikan
fungsi dan risalah kemanusiaannya di hadapan allah SwT, yaitu mengabdi sepenuhnya kepada allah
SWT. dan menjalankan misi kekhalifahan di muka bumi, sebagai makhluk yang berupaya meng-
implementasikan nilai-nilai ilahiyah dengan memakmurkan kehidupan dalam tatanan hidup bersama
dengan aman, damai dan sejahtera. Dalam uraian kajian ini penyusun membahas seputar Pengertian
Pendidikan, Pandangan islam Terhadap Pendidikan, nilai-nilai Pendidikan, dan Model-model
Pendidikan islam di indonesia.

f. Toleransi dalam Prespektif Islam


Bentuk lain dari toleransi dalam islam yang terkait dengan kebebasan beragama adalah tidak
cepat-cepat menghukum kafir kepada orang yang masih menyisakan sedikit celah untuk disebut
sebagai muslim. Imam malik mengatakan, orang yang perbuatan dan pernyataannya mengarah kepada
kekufuran dari sembilan puluh sembilan arah, tetapi masih menyisakan keimanan walau dari satu arah,
maka dihukumi sebagai orang beriman.Dari kajian di atas, toleransi mengarah kepada sikap terbuka
dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, warna kulit, bahasa,
adat istiadat, budaya, bahasa serta agama. Ini merupakan fitrah dan sunatullah yang sudah menjadi
ketetapan Allah Swt. Landasan dasar pemikiran ini adalah firman Alah swt dalam Qs Al-Hujurat ayat
13 yang artinya : “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan mejadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah Swt ialah orang yang paling
bertaqwa diantara kalian. Sesungguhya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mendengar.” Seluruh
manusia tidak akan bisa menolak sunatullah ini. Dengan demikian, bagi manusia, sudah selayaknya
untuk mengikuti petunjuk Allah Swt. Dalam menghadapi perbedaan-perbedaan tersebut. Toleransi
antarumat beragama yang berbeda termasuk ke dalam salah satu risalah penting yang ada dalam sistem
teologi islam. Karena Allah Swt sudah mengajarkan pada kita cara untuk menghadapi keragaman yang
memang tidak bisa dipungkiri, yaitu dengan menerima perbedaan sebagai nikmat atau rahmat. Artinya
perbedaan itu sebagai suatu berkah, karena dengan perbedaan itu kita bisa dialog, kenal mengenal,
menguji argumentasi tanpa melihat dari sisi agama, suku, warna kulit, adat istiadat.
Harus kita bedakan antara sikap toleransi dan sikap sinkretisme. Sinkretisme adalah membenarkan
semua keyakinan/agama. Hal ini sangat dilarang dalam islam karena termasuk sifat syirik. Allah Swt
berfirman : “sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah swt hanyalah islam”. QS Ali-Imron:19).
Dalam islam, toleransi bukanlah fatamorgana atau bersifat semu. Tapi memiliki karakter dasar
yang kuat dan tempat utama. Ada beberapa di dalam Al-Quran yang bermuatan toleransi.
Pertama, toleransi dalam keyakinan dan menjalankan peribadatan. Dari pengertian ini, konsep

terpenting dalam toleransi islam adalah menolak sinkretisme, yakni kebenaran itu hanya ada pada
islam dan selain islam adalah bathil. Allah swt berfirman : “Barangsiapa yang mencari agama selain
islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) dari padanya, dan di akhirat termasuk orang-
orang yang rugi” (QS Ali Imron : 85). Kemudian kebenaran yang diturunkan oleh Allah swt di dunia
adalah pasti dan tidak ada keraguan sedikitpun keadanya. Dan kebenaran itu hanya ada di agama Allah
Swt. “kebenaran itu datang dari Tuhanmu. Maka janganlah engkau termasuk kalangan orang yang
9
bimbang (QS Albaqoroh :147). Kaum mukmin derajat kemuliaannya dan kehormatannya lebih tinggi
daripada orang-orang non-muslim dan lebih tinggi pula daripada orang-orang munafik (ahlul bid’ah).
Allah Swt menegaskan yang dalam firmanNya, yang artinya “Maka janganlah kalian bersikap lemah
dan pula bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-
orang yang beriman (Ali-Imran: 139).Kaum muslimin dilarang ridho atau bahkan ikut serta merta
dalam segala bentuk peribadatan dan keyakinan orang-orang kafir dan musyrikin. Hal ini sebagaimana
yang dinyatakan oleh Allah swt dalam firmanNya: “Katakanlah : Wahai orang-orang kafir, aku tidak
menyembah apa yang kamu sembah, dan kalian tidak menyembah apa yang aku sembah dan aku tidak
menyembah apa yang kalian sembah dan kalian tidak menyembah apa yang aku sembah bagi kalian
agama kalian dan bagiku agamaku” (Al-Kafirun : 1-6). Dalam penjelasan surat tersebut, makna dari
ayat-ayatnya menunjukan keluasan ajaran islam tidak memaksakan islam kepada orang lain, masing-
masing melaksanakan tuntutan agamanya dan tidak mencampuradukan ajaran agama satu dengan yang
lainnya.
Kedua, toleransi dalam beragama/hidup berdampingan dengan agama lain. Umat islam dilarang
memaksa pemeluk agama lain untuk memeluk islam. Karena tidak ada paksaan dalam agama. Allah
Swt berfirman : “Tidak ada paksaan dalam agama (islam), (karena) sungguh telah jelas jalan yang
benar dari jalan yang salah. Maka barangsiapa yang ingkar kepada Thoghut (Syetan atau apa saja yang
disembah selain Allah) dan berimana kepada Allah, sungguh dia telah berpegang kepada buhulan tali
yang kokoh yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-
Baqoroh : 256). Dalam penjelasan ayat di atas, islam adalah agama hidayah Allah Swt, oleh karena itu
tidak dibenarkan adanya paksaan menganutnya. Apabila sudah menganutnya hendaklah melaksakan
ajarannya. Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat tersebut mejelaskan : jangalah memaksa seorangpun
untuk masuk islam. Islam adalah agama yang sangat jelas dan gamblang tentang semua ajaran dan
bukti kebenarannya, sehingga tidak perlu memaksakan seseorang masuk ke dalamnya. Orang yang
mendapatkan hidayah, terbuka lapang dadanya dan terang mata hatinya, tertutup penglihatan dan
pendengarannya maka tidak layak baginya masuk islam dengan paksa. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan,
telah berkata kepada bapakku dari Amr bin Auf, dari Syuraih, dari Abi Hilal, dari Asbaq ia berkata,
“Aku dahulu adalah ‘abid’ (hamba sahaya) Umar bin Khotob dan beragama nashrani. Umar
menawarkan islam kepadaku dan aku menolak. Lalu Umar r.a berkata : Laa Ikraaha Fiddin, wahai
Asbaq jika anda masuk islam kami dapat minta bantuanmu dalam urusan muslimin,”. Itulah salah satu
sikap yang ditunjukkan oleh shahabat mulia Umar Bin Khatab r.a dalam menunjukkan komitmennya
tentang toleransi kepada orang lain.
Ketiga, toleransi dalam hubungan antarmasyarakat dan bernegara. Dalam hal ini terdapat beberapa
hal konsep sikap toleransi yang harus ditunjukan umat islam yakni diantaranya:
Kaum muslimin harus tetap berbuat adil walaupun terdapat nonmuslim dan dilarang mendholimi hak

mereka. Sebagaimana firman Allah swt : “Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada suatu
kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil Haram, menyebabkan kamu berbuat

melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan
taqwa, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertaqwalah kamu
kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya (Al-Maidah : 2). Orang-rang kafir yang tidak
menyatakan permusuhan terang-terangan kepada kaum muslimin, diperbolehkan kaum muslimin
10
hidup rukun dan damai bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan mereka. “Allah tidak
melarang kamu terhadap orang yang tidak memerangi kamu pada agama dan tidak (pula) mengusir
kamu dari negeri kamu, bahwa kamu berbuat baik dan berlaku adil kepada mereka. Sesungguhnya
Allah menyukai orag-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya hanya melarang kamu terhadap orang-
orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang
lain) untuk mengurisr kamu, bahwa kamu menjadikan mereka teman. Dan barangsiapa yang
menjadikan mereka sebagai teman, maka mereka itulah orang-orang yang dholim. (Qs Al-
Mumtahanah : 8-9). Dari tafsiran ayat tersebut, artinya umat islam diperbolehkan berbuat baik dan
tidak memusuhi umat islam dan selama tidak melanggar prinsip-prinsip terpenting dalam islam. Dan
hal ini seperti yang dicontohkan Rasulullah Saw dalam jual beli.

BAB III
PENUTUP

11
3.1 Kesimpulan
Misi ajaran islam secara keseluruhan sangat diperlukan karena beberapa sebab sebagai berikut.
untuk menimbulkan kecintaan manusia terhadap ajaran islam yang didasarkan kepada islam yang
sifatnya bukan hanya normatif, yakni karena diperintahkan oleh Allah dan bukan pula karena
emosional semata mata melainkan karena didukung oleh argumentasi yang bersifat rasional. untuk
membuktikan kepada umat manusia bahwa islam baik secara normatif maupun secara kultural dan
rasional adalah ajaran yang dapat membawa manusia kepada kehidupan yang lebih baik, tanpa harus
menggangu keyakinan agama islam. untuk menghilangkan citra negatif dari sebagai masyarakat
terhadap ajaran agama islam, penyebab timbulnya kebencian masyarakat terhadap islam.
Misi ajaran islam dari berbagai aspek tediri dari dalam bidang sosial, pemerintah, pendidikan,
bidang ekonomi dan dibidang kebudayaan

3.2 Saran
Kajian tentang misi ajaran islam ini memberi kita pengetahuan dan menambah wawasan , hal ini
sangat penting agar para pendidik dapat memehami tentang misi ajaran islam, untuk mewujutkan
bahwa islam sebagai pembawa rahmat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011
H.M. Arifin, Menguak Misteri Ajaran Agama-Aga
12
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI press, 1979
Asrahah, Hanun, 1999. Sejarah Pendidikan Islam, Logos, Jakarta.
Daradjat, Zakiah. 1992. Ilmu Pendidikan Islam, Cet.III; Bumi Aksara, Jakarta
Djamaluddin AB. 1984. Sejarah Pendidikan Islam Nasional, Bagian Proyek Peningkatan Mutu
Pendidikan, Jakarta.
Ramayulis, 1994. Ilmu Pendidikan Islam, Cet.I; Kalam Mulia, Jakarta.
Zaini, Syahminan. 1986. Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, Cet.I; Kalam Mulia, Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai