DOSEN PENGAMPU :
Muhammad Akmal.N.,S.H.,M.H.
DI SUSUN OLEH :
1. Devi Dwi Yanti (2257201001)
2. Dina Mariati (2257201125)
3. Clarisa Nazwa (2257201108)
4. Andre Rizlian S (2257201002)
5. Rezi Kurniawan (2257201035)
6. Muhammad Riski Reyhan (2257201043)
SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayat-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “TINDAK KEKERASAN SEKSUAL DI LINGKUNGAN KAMPUS”.
Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Saya berharap dapat merubah wawasan dan
pengetahuan khususnya dalam bidang Pendidikan Pancasila.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................3
1.1. Latar Belakang...............................................................................3
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................4
1.3.Tujuan Masalah....................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................5
2.1. Pemahaman Mahasiswa Terhadap Bentuk, Proses, Dan
Penanganan Kekerasan Seksual.......................................................5
2.2. Merancang Visual Kampanye Melalui Vidio.......................................7
BAB III PENUTUP.......................................................................................9
3.1. KESIMPULAN.................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................10
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
perbudakan seksual, pemaksaan perkawinan, pemaksaan kehamilan, pemaksaan
aborsi, pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi, dan penyiksaan seksual.
Seperti yang dikatakan dosen fakultas hukum Universitas Indonesia, Lidwina
Inge Nurtjahyo kepada Kumparan (Nurtjahyo, 2019) bahwa selama ini korban
kekerasan seksual cenderung tidak nyaman untuk melapor kepada dosen, bukan
karena mereka enggan, melainkan belum semua paham cara mencari
penyelesaian kasus tersebut. Jika pola “ketidak nyamanan” ini terus berlangsung
maka akan terbentuk kultur silent majority terhadap kasus kasus kekerasan
seksual di dalam institusi pendidikan yang akan berdampak pada semakin
tingginya angka kasus kekerasan seksual karena tidak adanya penanganan yang
benar. Mahasiswa harus mulai lebih menyadari dan memahami tentang kekerasan
seksual, bagaimana cara mencegahnya, dan apa yang seharusnya dilakukan jika
terjadi kekerasan seksual. Penulis akan menggunakan video kampanye sebagai
media penyampaian utama kepada target audiens dikarenakan media video yang
digunakan dalam proses belajar mengajar memiliki banyak manfaat dan 3
keuntungan, video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat dan dapat
dilihat secara berulang-ulang, video juga mendorong dan meningkatkan motivasi
siswa untuk tetap melihatnya. (Arsyad, Media Pembelajaran, 2011) Dengan
diproduksinya video kampanye ini diharapkan mahasiswa dapat mempelajari
tentang pelecehan seksual dengan cara yang tidak membosankan, karena itu
penulis harus mampu membuat suatu video kampanye yang menarik dimulai dari
sisi sinematik pengambilan gambar, color grading, motion graphic, dan konten
yang terkandung di dalam video kampanye itu sendiri namun harus tetap
mengikuti kunci utama dalam pembuatannya yaitu penyajian fakta, video
kampanye ini diproduksi karena jika kita membiarkan pelecehan seksual terjadi
secara terus menerus tanpa melakukan pergerakan apapun maka sama saja
dengan kita membiarkan lebih banyak masyarakat yang menjadi korban baik
secara fisik maupun mental yang akan berakhir juga dengan penyakit fisik, karena
tidak sedikit para korban pelecehan seksual yang mengalami depresi atau trauma
yang menyebabkan mereka mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
b. Penanganan Kasus Kekerasan Seksual
6
kesadaran, baik itu mahasiswa, dosen maupun perangkat lainnya di
lingkungan kampus. Bagi sebagian masyarakat, isu kekerasan seksual
dianggap masih tabu untuk didiskusikan. Sudah selayaknya mahasiswa
sebagai bagian dari penerus bangsa untuk lebih membuka mata perihal isu
tersebut. Kekerasan seksual bukanlah tentang perempuan saja, bukan
permasalahan satu orang, melainkan seuah isu sosial yang menjadi
permasalahan bersama dalam masyarakat dan perlu kesadaran bersama
untuk menganinya.
Namun sangat disayangkan, betapa minim kesadaran muda-mudi tak
terkecuali mahasiswa yang merupakan kaum “intelektual”, dibuktikan
dengan masih banyaknya kekerasan seksual yang dilakukan mahasiswa
dilingkungan kampus hingga diruang publik. Cat calling misalnya, dianggap
biasa saja yang kerap dilakukan dan tidak banyak yang menyadari bahwa
tindakan tersebut merupakan pelecehan verbal atau kekerasan psikis. Hal
tersebut dapat menjadi pemicu tindakan kekerasan seksual yang lebih
berat.
Dengan adanya Kampus Merdeka Belajar melalui program sosialisasi
kampus merdeka dari kekerasan seksual bisa menjadi sarana untuk
menanamkan kesadaran dan pengetahuan tentang kekerasan seksual.
Sosialisasi juga diselenggarakan di luar agenda kampus, tetapi tidak semua
mahasiswa ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Hanya sebagian
mahasiswa yang tertarik dengan topik kekerasan seksual yang berarti
bahwa upaya edukasi belum tersampaikan kepada sasaran yang
diharapkan. Perlu upaya lebih tegas mengenai sosialisasi anti kekerasan
seksual oleh pihak kampus. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran mahasiswa melalui edukasi tentang kekerasan
seksual sebagai upaya pencegahan, penanganan yang berpihak pada
korban, dan menumbuhkan moral demi terwujudnya lingkungan kampus
yang aman dari kekerasan seksual. Mahasiswa juga diharapka terus
memgang prinsip tersebut dalam kehidupan bermasyarakat. Mahasiswa
sangat diharapkan mengambil peran sebagai agent of change untuk
mencegah kekerasan seksual. Satu lagkah kecil yang dilakukan bersama
akan membawa perubahan yang sangat berarti.
7
pencegahannya, survei National Centre For Strategic and International Studies
(CSIS) menyatakan bahwa remaja khususnya milenial indonesia lebih memilih
menonoton televisi atau media lain yang berupa vidio untuk mencari informasi.
Sebanyak 79,3% remaja menonton siaran televisi setiap harinya. Google juga
telah melakukan riset terhadap orang Indonesia dimana ditemukan bahwa
ternyata 75% dari masyarakat Indonesia lebih suka menerima berita online
melalui platform seperti YouTube dan platform video online. Hal ini menunjukkan
bahwa lebih banyak pesan yang diterima melalui media dengan gambar bergerak
dengan dukungan latar suara seperti audio visual yang dapat berupa film, motion
graphic, animasi dan sebagainya. Jadi, disini kita dapat merancang visual
kampanye melalui film pendek atau dokumenter seperti contohnya film yang
berjudul “Lantangkan” yang ada di sebuah youtube.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
http://ejournal.uin-suska.ac.id/article
https://jurnalkampus.ulm.ac.id/2022/03/18/upaya-meningkatkan-kesadaran-
akan-isu-kekerasan-seksual-di-lingkungan-kampus-bagaimana-peran-civitas-
academica/
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/JDKV/
10
11