Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

UPAYA PENYADARAN DAN PENCEGAHAN TERJADINYA


PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP SISWI/SANTRIWATI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Micro Teaching

Dosen Pengampu : Tafjani, S.H., M.H

Disusun Oleh :

Nisa Ayu (2020.01.088)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-FALAH CICALENGKA-BANDUNG

2022
Kata Pengantar

Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillah puji syukur atas nikmat Allah SWT, yang selalu dilimpahkan kepada kita.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada sang pahlawan revolusi alam, yakni
Nabi Muhammad SAW. Semoga kita termasuk orang yang mendapatkan syafa’at beliau kelak di
hari kiamat.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah Micro Teaching yang
berjudul “UPAYA PENYADARAN DAN PENCEGAHAN TERJADINYA PELECEHAN
SEKSUAL TERHADAP SISWI/SANTRIWATI ”. Tak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada Bapak Dosen mata kuliah Micro Teaching Bapak Tafjani,S.H.,M.H. Alhamdulillah makalah
ini bisa di selesaikan yang insya Allah sesuai dengan yang diharapkan.

Saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna meningkatkan kualitas
makalah penulis selanjutnya dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita serta
dapat membawa kemanfaatan baik bagi penyusun maupun rekan-rekan semua.

Aamiin Yaa Robbal ‘Alamin.

Bandung, 3 November 2022

Nisa Ayu

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ...............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................................2
A. Pengertian Pelecehan Seksual ..........................................................................................................2
B. Penyebab Terjadinya Pelecehan Seksual ........................................................................................4
C. Upaya Mencegah Terjadinya Pelecehan Seksual ...........................................................................5
D. Upaya Terapi Untuk Korban Pelecehan Seksual ..........................................................................6
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................9
A. Kesimpulan ........................................................................................................................................9
B. Saran ....................................................................................................................................................9
Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Maraknya kekerasan seksual yang dialami oleh korban yang kebanyakan anak dan
perempuan membuka ruang kembali bagi pembicaraan tentang pendidikan seksualitas.
Absennya pendidikan seksualitas dalam kurikulum bagi pendidikan formal di Indonesia
menjadi salah satu renungan dengan tingginya tingkat kekerasan seksual. Anak korban
kekerasan seringkali tidak tahu dan mewaspadai tindakan kekerasan seksual ini. Orang tua
absen sebagai pelaku sosialisasi pendidikan ini.

Di luar hubungannya dengan persoalan kekerasan seksual, pendidikan seksualitas


memberikan kesadaran atas identitas diri, hubungan dengan pihak lain, kesehatan reproduksi
dan perilaku seksual yang bertanggungjawab. Tentangan terhadap pendidikan seksualitas dalam
banyak kasus dilatarbelakangi atas kesalahpahaman dan kekhawatiran sebagian pihak yang
mengidentikkan pendidikan seksualitas dengan pendidikan seks. Islam sebagai agama yang
mengatur tingkah laku manusia menjadi sumber bagi upaya memperjelas rancang bangun
pendidikan seksualitas. Pesantren sebagai lembaga pendidikan untuk pendalaman pemahaman
keagamaan berada di garda depan dalam menyajikan potret praktik pendidikan seksualitas.
Posisi pesantren menjadi penting karena para santri selanjutnya menjadi agen sosialisasi dan
internalisasi nilai-nilai Islam dalam masyarakat. Artikel berikut berupaya untuk menampilkan
potret pendidikan seksualitas di pesantren beserta hal-hal yang berkaitan dengannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pelecehan Seksual?
2. Apa Penyebab Terjadinya Pelecehan Seksual?
3. Apa Saja Upaya Mencegah Terjadinya Pelecehan Seksual?
4. Apa Saja Upaya Terapi Untuk Korban Pelecehan Seksual?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Pelecehan Seksual.
2. Untuk Mengetahui Penyebab Terjadinya Pelecehan Seksual.
3. Untuk Mengetahui Upaya Mencegah Terjadinya Pelecehan Seksual.
4. Untuk Mengetahui Upaya Terapi Untuk Korban Pelecehan Seksual.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pelecehan Seksual

Menurut Winarsunu (2008), pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang
berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak dikehendaki oleh korbannya.
Bentuknya dapat berupa ucapan, tulisan, simbol, isyarat dan tindakan yang berkonotasi seksual.
Aktifitas yang berkonotasi seksual bisa dianggap pelecehan seksual jika mengandung unsur-
unsur sebagai berikut, yaitu adanya pemaksaan kehendak secara sepihak oleh pelaku, kejadian
ditentukan oleh motivasi pelaku,kejadian tidak diinginkan korban, dan mengakibatkan
penderitaan pada korban.

Menurut Collier (1998), pengertian pelecehan seksual disini merupakan segala bentuk
perilaku bersifat seksual yang tidak diinginkan oleh yang mendapat perlakuan tersebut, dan
pelecehan seksual yang dapat terjadi atau dialami oleh semua perempuan. Sedangkan menurut
Rubenstein (dalam Collier,1998) pelecehan seksual sebagai sifat perilaku seksual yang tidak
diinginkan atau tindakan yang didasarkan pada seks yang menyinggung penerima. Pelecehan
seksual adalah perilaku atau perhatian yang bersifat seksual yang tidak diinginkan atau tidak
dikehendaki dan berakibat mengganggu diri penerima pelecehan. Pelecehan seksual mencakup,
tetapi tidak terbatas pada bayaran seksual bila ia menghendaki sesuatu, pemaksaan melakukan
kegiatan seksual, pernyataan merendahkan tentang orientasi seksual atau seksualitas,
permintaan melakukan tindakan seksual yang disukai pelaku, ucapan atau perilaku yang
berkonotasi seksual, semua dapat digolongkan menjadi pelecehan seksual.

Dalam Pasal 1 angka 1 UU Nomor 12 Tahun 2022, Tindak Pidana Kekerasan Seksual
didefenisikan sebagai segala perbuatan yang memenuhi unsur tindak pidana sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini dan perbuatan kekerasan seksual lainnya sebagaimana diatur dalam
undang-undang sepanjang ditentukan dalam undang-undang ini.

Dari beberapa definisi pelecehan seksual diatas dapat disimpulkan bahwa pelecehan seksual
adalah perilaku atau tindakan yang mengganggu, menjengkelkan, dan tidak diundang yang
dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain dalam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual
yang dilakukan secara sepihak dan tidak dikehendaki oleh korbannya.

Ada beberapa bentuk pelecehan seksual yang berdasarkan tingkatan antara lain :

1. Tingkatan pertama : Gender Harassment adalah pernyataan atau tingkah laku yang
bersifat merendahkan seseorang berdasarkan jenis kelamin (sexist). Bentuk-bentuknya

2
antara lain : cerita porno atau gurauan yang mengganggu; kata-kata seksual yang kasar
dan ditujukan kepada seseorang; kata-kata rayuan tentang penampilan seseorang,
tubuh, atau kehidupan seseorang; memandang secara terus menerus, mengerlingkan
mata atau melirik dengan cara yang pantas; memperlihatkan, memakai, atau
menyebarkan benda-benda yang tidak senonoh seperti gambar, buku, video porno,
memperlakukan seseorang dengan cara berbeda karena berjenis kelamin tertentu,
seperti mengistimewakan, tidak mengacuhkan atau mengabaikan berdasarkan jender;
serta kalimat-kalimat yang merendahkan tentang pilihan karir perempuan
2. Tingkatan kedua: Seduction Behavior adalah rayuan atau permintaan yang tidak senonoh
bersifat seksual atau bersifat merendahkan tanpa adanya suatu ancaman. Bentuk-
bentuknya antara lain: pembicaraan mengenai hal-hal yang bersifat pribadi atau bersifat
seksualitas; tindakan untuk merayu seseorang; perhatian seksualitas seseorang, usaha
menjalin hubungan romantis dengan seseorang; ajakan untuk berbuat tidak senonoh
atau asusila; mengganggu privasi seseorang secara sengaja menjadikan seseorang
sebagai sasaran sindiran dari suatu pembicaraan seksual, mengucapkan kalimat seksual
yang kasar dan menganggu seseorang serta menyebarkan gosip seksual seseorang.
3. Tingkatan ketiga: Sexsual Bribery yaitu ajakan melakukan hal-hal yang berkenaan dengan
perhatian seksual disertai dengan janji untuk mendapatkan imbalan-imbalan tertentu.
Misalnya: hadiah kenaikan gaji atau jabatan. Bentuk-bentuknya antara lain: secara halus
menyuap seseorang dengan janji imbalan tertentu untuk melakukan tindakan-tindakan
seksual, misalnya: dipeluk, diraba, dicium, dibelai. Secara langsung atau terang-terangan
menjanjikan hadiah untuk melayani keinginan seksual seseorang, pemaksaan tindakan
seksual karena memberikan janji atau hadiah, serta secara nyata memberikan
hadiah kepada seseorang karena bersedia melayani secara seksual.
4. Tingkatan keempat: Sexual Coercion atau Threat yaitu adanya tekanan untuk melakukan
hal-hal bersifat seksual dengan disertai ancaman baik secara halus maupun langsung.
Bentuk-bentuknya adalah ancaman secara halus dengan pemberian semacam hukuman
karena menolak keinginan seksual seseorang, ancaman secara langsung atau terang-
terangan dengan harapan seseorang mau melakukan tindakan seksual meskipun
tindakan tersebut belum terjadi, melakukan tindakan seksual dengan seseorang yang
merasa takut karena ancaman atau hukuman yang diberikannya, serta akibat buruk yang
diterima seseorang secara nyata karena menolak tindakan seksual dari seseorang.
5. Tingkatan kelima: Sexual Imposition yang serangan atau paksaan bersifat seksual dan
dilakukan secara kasar atau terang-terangan. Bentuk-bentuknya adalah dengan sengaja

3
memaksa menyentuh, berusaha mendorong atau memegang tubuh seseorang.
Misalnya, menyentuh anggota tubuh yang vital dan sebagainya serta dengan sengaja
memaksa untuk melakukan hubungan seksual.

Jadi, Pelecehan seksual ini tidak hanya sebatas yang berhubungan dengan fisik saja
namun beberapa hal yang membuat seseorang dirugikan atas perilaku atau tindakan
seseorang itu bisa dianggap sebagai pelecehan seksual.

B. Penyebab Pelecehan Seksual Terhadap Siswa Perempuan

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kekerasan seksual menurut Madani (2014),


meliputi:

1. Faktor genetic
a. Sifat orang tua, biasanya orang tua membawa sifat-sifat yang berkaitan dengan
akhlak, temperamen, dan kecerdasan yang terkadang turun temurun dari generasi
ke generasi;
b. Penyusuan, menyusui anak memberi andil terhadap munculnya penyimpangan dan
beragam keadaan lain yang akan dialami anak di masa mendatang; dan
c. Hubungan seksual, satu tetes sperma berpengaruh terhadap pertumbuhan karakter
dan penerimaan unsur genetik seseorang.
2. Faktor lingkungan
a. Ketidaktahuan ayah akan pendidikan seks, kelemahan ayah dalam menguasai
kaidah-kaidah tentang perilaku seksual dalam perkembangannya akan
menyebabkan berbagai penyimpangan seksual anak.
b. Rangsang seksual dalam keluarga, akibat dari kebodohan orang dewasa terhadap
hukum-hukum islam mengenai aturan-aturan tentang seksual hal itu karna meraka
selalu memberikan stimulusstimulus secara tidak sengaja yang merusak pandangan
anak tentang perilaku seks khususnya di dalam rumah.
c. Anak tidak terlatih untuk meminta izin, tidak adanya pelatihan anak untuk selalu
meminta izin ketika masuk keruangan orangtuanya menjadi sumber terbukanya
rahasianya hubungan seksual suami istri dan jika terlihat oleh anak ingatan tentang
perilaku sekual akan membekas pada diri anak tersebut.
d. Tempat tidur yang berdekatan, ada sejumlah orangtua yang membiarkan anaknya
tidur dalam satu ranjang yang terkadang mereka melakukan permainan seksual
walaupun tanpa dibarengi dengan emosi.
e. Peniru perilaku seksual

4
f. Melarang anak bertanya tentang seks
g. Perhiasan perempuan
h. Berciuman dan menyentuh organ seksual
i. Keluarga mengabaikan pengawasan terhadap media informasi,
j. Teman berakhlak buruk
k. Perilaku kekerasan seksual, munculnya perilaku kekerasan seksual karena
pendidikan dan pemahaman seks (sex education) yang salah pada anak.

Beberapa penelitian tentang kekerasan seksual anak yang pernah dilakukan diantaranya:

1. Hidayaningsih, Tjandrarini, Mubasyitoh, dan Supanni (2011) dalam penelitiannya


menyatakan bahwa remaja laki-laki cenderung berperilaku beresiko dibanding remaja
perempuan,
2. Nuari (2016) dalam penelitiannya terkait perilaku pencegahan child sexual abuse oleh
orang tua pada anak usia sekolah, dan
3. Fatmawati dan Maulana (2016) dalam penelitiannya memperoleh pengaruh signifikan
pendidikan kekerasan seksual terhadap tindakan tentang pencegahan perilaku
kekerasan seksual pada anak.
C. Upaya Mencegah Terjadinya Pelecehan Seksual
Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kekerasan
seksual, diantaranya adalah:

1. Meningkatkan kualitas keamanan sekolah dan memperketat kualifikasi staf pengajar


Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual di sekolah adalah
dengan meningkatkan kualitas keamanan agar sekolah menjadi tempat yang aman bagi
siswa. Selain itu pemerintah sebaiknya memperketat kualifikasi staf pengajar sehingga
dapat meningkatkan kualitas staf pengajar secara akademik maupun non akademik.
2. Perhatikan budaya sekolah Pada saat memilih sekolah, perhatikan budaya seperti apa
yang diterapkan oleh sekolah, pola pikir yang diajarkan dan bagaimana kehidupan sosial
di lingkungan sekolah tersebut.
3. Memberikan psikoedukasi seksual sejak dini Bentuk kekerasan seksual ternyata tidak
hanya kontak fisik saja, namun juga non fisik. Pentingnya psikoedukasi seksual sejak
dini bertujuan untuk menambah pengetahuan anak tentang kondisi tubuhnya dan etika
pergaulan dengan lawan jenis.
4. Memilih dengan ketat aktifitas belajar mengajar Upaya lain yang dapat membantu
mencegah tindak kekerasan seksual pada anak adalah dengan memilih aktivitas anak

5
dengan ketat. Pemberian suplemen belajar online dapat menjadi salah satu solusi.
Bimbel online membuat anak mendapatkan ilmu tambahan dengan cara belajar yang
menyenangkan, kapan saja dan dimana saja. Kesulitan memahami materi pelajaran dan
mengerjakan PR saat belajar dirumah pun dapat diatasi dengan bermodal gadget serta
kuota internet.
D. Upaya Terapi Untuk Korban Pelecehan Seksual

Dukungan dari keluarga serta terapi psikologis yang tepat dapat membantu korban
kekerasan seksual untuk pulih dan hidup normal kembali.

Penanganan kasus kekerasan seksual yang tepat dan serius sangatlah penting bagi korban
yang mengalaminya. Kekerasan seksual merupakan suatu tindak kejahatan yang keji, sangat
merugikan, dan mengganggu kenyamanan hidup serta masa depan korban maupun lingkungan
terdekat korban.

Ketika seseorang mengalami kekerasan seksual, maka kejadian tersebut dapat


menimbulkan trauma yang sangat mendalam terutama pada anak-anak dan remaja. Tingkatan
gangguan stres pascatrauma berbeda-beda, tergantung seberapa parah kejadian tersebut
memengaruhi kondisi psikologis korban.

Apabila setelah terjadinya peristiwa tersebut, tidak ada dukungan yang diberikan kepada
korban atau tidak mendapatkan terapi psikologis yang tepat, maka korban dapat mengalami
trauma berkepanjangan yang dikenal dengan Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD).

PTSD merupakan gangguan secara emosi berupa mimpi buruk, sulit tidur, kehilangan
nafsu makan, ketakutan, serta depresi akibat peristiwa traumatis yang dialami dan telah terjadi
selama lebih dari tiga puluh hari.

1. Pentingnya Dukungan Keluarga

Dalam membantu korban kekerasan seksual, yang berperan penting adalah keluarga,
sahabat dan orang-orang yang berada di sekitar lingkungan korban. Terutama keluarga
terdekat, karena memiliki peluang yang banyak untuk dapat mendampingi korban melewati
masa trauma.

Bentuk perhatian keluarga dan sahabat kepada korban kekerasan seksual dapat berupa:

1. Ketersediaan waktu mereka untuk mendengarkan cerita korban dan berkomunikasi


dengan korban.
2. Penerimaan terhadap kejadian yang telah menimpa korban.

6
3. Tidak menyalahkan korban atas peristiwa perkosaan yang dialaminya, dan memberikan
rasa aman kepada korban.
2. Terapi Psikologis untuk Korban Kekerasan Seksual

Supaya tidak merasa tertekan dan dapat hidup normal kembali, ada dua macam terapi
pengobatan yang dapat dilakukan oleh penderita PTSD, yakni pendekatan farmakoterapi dan
psikoterapi.

Kami akan membahas lebih lanjut mengenai terapi pengobatan menggunakan psikoterapi.
Terdapat tiga jenis psikoterapi yang digunakan untuk penanganan PTSD akibat kekerasan
seksual maupun sebab lainnya. Terapi psikologis tersebut meliputi Manajemen Ansietas

Pada manajemen ansietas, terapis akan membantu korban dalam mengatasi gejala PTSD
dengan cara:

a. Relaksasi. Korban belajar mengontrol ketakutan dan kecemasan serta membantu


merelaksasikan otot-otot di tubuh.
b. Terapi mengatur pernapasan. Terapis membantu korban untuk melatih bernapas
dengan perut secara perlahan-lahan.
c. Belajar berpikir positif. Terapis membantu korban belajar untuk menghilangkan
pikiran negatif dan mengganti dengan pikiran positif ketika menghadapi hal-hal yang
membuat stres.
d. Terapis membantu korban belajar bagaimana mengalihkan pikiran ketika sedang
memikirkan hal-hal yang membuat stres.
e. Terapis membantu korban belajar bagaimana mengekspresikan harapan, pendapat,
dan emosi tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain.
3. Terapi Kognitif

Pada terapi kognitif, terapis membantu mengubah pola pikir yang mengganggu emosi serta
kegiatan-kegiatan korban.

Dengan terapi ini, korban dapat memegang kendali atas pikirannya mengenai kejadian.
Bahkan mereka berkesempatan untuk membentuk pikiran yang baik akan dirinya sendiri.

7
4. Terapi Exposure

Pada terapi psikologis ini, terapis membantu korban dalam menghadapi situasi yang
mengingatkan pada trauma dan menimbulkan ketakutan yang tidak realistis dalam
kehidupannya.

Terapi ini bertujuan untuk melatih dan mengembalikan cara berpikir korban, cara
berperilaku dan bertindak. Biasanya terapi ini melatih korban untuk mengidentifikasi masalah,
fokus pada pemecahan masalah, serta berpikir praktis dan positif.

Jika ada orang terdekat Anda yang mengalami kejadian kekerasan seksual, segera berikan
dukungan kepada mereka untuk bisa bangkit dan semangat kembali dalam menjalani
kehidupannya.

Apabila memang dukungan orang terdekat belum cukup membantu, Anda dapat
menemani untuk konsultasi lebih lanjut dengan psikolog agar dapat dibantu bersama-sama
untuk menangani trauma psikis tersebut.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelecehan seksual adalah perilaku atau tindakan yang mengganggu, menjengkelkan, dan
tidak diundang yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain dalam bentuk perilaku
yang berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak dikehendaki oleh
korbannya.

Penyebab dari pelecehan seksual antara lain genetic, faktor lingkungan. Adapun upaya
pencegahan terjadinya pelecehan seksual di lingkunagn keluarga adalah dengan
meningkaykan pengawasan terhadap perilaku dan kebiasaan anak, sedangkan upaya
pencegahan di sekolah, pihak sekolah dapat melaksanakan berbagai cara seperti ada sex
education atau edukasi mengenai hal yang berkaitan dengan pelecehan seksual.

Jika pelecehan seksual sudah terlanjur terjadi maka ada beberapa terapi yang bisa
dilakukan untuk mengurangi rasa traumatic yang dialami oleh korban salah satunya adalah
dukungan penuh keluarga. Jangan sampai pihak luar mempengaruhi kondisi psikis korban
dengan berbagai pendapat yang justru akan membuat korban semakin terpojokkan dan
traumatic.

B. Saran

Demikianlah makalah yang dapat saya susun. Tentunya makalah ini jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, Saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Karena ini
menjadikan motivasi bagi saya untuk menciptakan karya lebih baik lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Friska Luciana Sitanggang, Upaya Guru Mencegah Perilaku Kejahatan Seksual Melalui Penerapan
Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini Di Paud Rajawali Ende Kecamatan Tanjung Priok
Kelurahan Tanjung Priok, Bina Manfaat Ilmu; Jurnal Pendidikan, Vol. 02, No. 03,
Oktober 2018.
Alya, Andika. 2010.Bicara Seks Bersama Anak. Yogyakarta: Pustaka Anggrek.
Bagong, Suyanto. 2013. Masalah Sosial Anak.Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sri Esti Wuryani Djiwandono. 2001. Menjawab Pertanyaan-pertanyaan Anak Anda tentang Seks.
Jakarta: Grasindo
https://edukasi.sindonews.com/read/644025/212/penyebab-kekerasan-seksual-di-
sekolah-pahami-cara-mengatasi-dan-mencegahnya-1640920335?showpage=all
Diakses pada 3 November 2022
https://klikdokter.com/gaya-hidup/seks/terapi-psikologis-untuk-korban-kekerasan-
seksual Diakses pada 3 November 2022
https://media.neliti.com/media/publications/273237-upaya-pencegahan-sexual-
violence-pada-re-e10263be.pdf Diakses Pada 3 November 2022
https://jurnal.stikesbhaktihusada.ac.id/index.php/MR/article/view/21 Diakses pada 3
November 2022

10

Anda mungkin juga menyukai