Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN SOLUSI KASUS

Profesi Kependidikan
Kelompok 4

Irma Hutagalung (2221132006)


Yoni L Silalahi (2223132023)
Diana Hutabarat (2223132026)
Shifa Naswavalini (2222132004)

DOSEN PENGAMPU: RIZKY RAMADHANI, S.Pd,


M.Pd
PENDIDIKAN BAHASA JERMAN 2022
FAKULTAS BAHASA DAN SENI TA 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebab telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya serta kesehatan kepada kami sehingga mampu menyelesaikan
tugas“VALIDASI SOLUSI ATAS MASALAH”. Tugas ini di buat untuk
memenuhi salah satu mata kuliah kami yaitu “PROFESI KEPENDIDIKAN”.
Tugas ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
kita semua khususnya dalam hal keprofesionalan seorang guru. Kami menyadari
bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan,Apabila dalam tugas ini terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan, kami mohon maaf karena sesungguhnya
pengetahuan dan pemahaman kami masih terbatas,karena keterbatasan ilmu dan
pemahaman kami yang belum seberapa. Karena itu saya sangat menantikan saran
dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas
ini.Saya berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi saya
khususnya. Atas perhatiannya kamimengucapkan Terimakasih banyak..

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... 2
DAFTAR ISI .............................................................................................................. 3
BAB 1 KASUS………………………………………………………….3
BAB 2 VALIDASI SOLUSI……………………………………………

3
BAB 1 KASUS
Guru Agama SMP di Kalteng 5 Kali Cabuli Siswinya
Di Sekolah

Ditangkap
Riani Rahayu - detikSulsel
Kamis, 23 Feb 2023 14:41 WIB
Guru agama di Kotawaringin Barat ditangkap karena mencabuli siswinya sebanyak
5 kali. Foto: Dokumen Istimewa.
Kotawaringin Barat - Oknum guru agama berinisial WR (43) di Kotawaringin
Barat (Kobar), Kalimantan Tengah (Kalteng) tega mencabuli siswinya yang
berusia 15 tahun sebanyak 5 kali. Pelaku ditangkap polisi saat berada di sekolah.
"Benar, pelaku mencabuli seorang siswinya sebanyak 5 kali, pelaku kami jemput
di sekolah," ujar Kapolres Kobar AKBP Bayu Wicaksono kepada detikcom, Kamis
(23/2/2023).

Peristiwa pencabulan itu terjadi di lingkungan sekolah, tepatnya di salah satu


ruangan. Di mana pelaku melancarkan aksi bejatnya sejak September 2022 sampai
Januari 2023 dengan modus yang sama.

"Jadi pelaku mencabuli korban di sebuah ruangan, yang mana modusnya menyuruh
korban datang ke ruangan itu dengan modus menyuruh korban membersihkannya,"
jelasnya.

4
Kasus ini terungkap setelah teman-teman korban menyadari perubahan perilaku
korban yang sering murung. Setelah didesak akhirnya korban menceritakan semua
yang dialaminya.

"Korban cerita ke temannya, dari temannya yang menyampaikan ke orang tua


korban, barulah orang tua korban melapor kepada kami" ucapnya.

Saat ditangkap, pelaku mengakui semua perbuatannya. Diketahui jika pelaku kerap
mengancam korban hingga memberikan uang jajan agar korban tutup mulut.

"Dia akui semuanya. Korban selalu menolak, ancaman juga ada, supaya korban
tidak memberitahukan siapa-siapa, korban juga diberi uang jajan Rp 25 ribu
sampai Rp 100 ribu," bebernya.

5
BAB 2
VALIDASI SOLUSI

Diangkat dari pendapat peranan seorang guru di Sekolah khususnya guru BK, ini
adalah cegahan untuk kasus-kasus pencabulan di sekolah.
Akhir-akhir ini tidak jarang kita disuguhkan mengenai informasi dan berita yang
kurang mengenakan khususnya di dunia pendidikan, baik pendidikan dasar
menengah hingga di lingkungan Perguruan Tinggi. Dari sisi pemerintah
sebenarnya sudah dilakukan tindakan pencegahan dalam bentuk pengesahan
Permendikbud Nomor 30 Tahun 2021 mengenai Pencegahan dan Penanganan
Kekerasan Seksual (PPKS) di Lingkungan Perguruan Tinggi. Kekerasan dan
pelecehan yang dimaksud dalam Permen tersebut bisa berbagai bentuk dari mulai
fisik maupun non fisik seperti verbal ataupun melalui media lain seperti media
elektronik dan media teknologi informasi lainnya. Tidak tanggung-tanggung,
pemerintah memberikan 21 contoh tindakan yang masuk kategori pelecehan dan
kekerasan seksual dalam peraturan tersebut.

Di lingkungan sekolah sendiri, kekerasa dan pelecehan seksual tidak jarang terjadi
sampai membuat korbannya mengalami trauma tersendiri. Diperlukan komitmen
dan kerjasama yang kuat dari semua pihak baik orang tua, guru maupun siswa itu
sendiri. Lantas bagimana cara membantu orang yang mengalami kekerasan
seksual, terutama yang sudah berada pada level trauma? Berikut beberapa tipsnya :

Korban hanya butuh seseorang yang selalu ada untuk mereka. Maka dari itu kita
bisa meluangkan waktu kita untuk menemani mereka saat mereka membutuhkan
kita

6
Lakukan pendekatan kepada korban tanpa harus memaksanya untuk bercerita
karena tugas kita hanya mendampingi
Jika korban sudah bisa nyaman dan mau bercerita pada kita, maka jadilah
pendengar yang baik dimana kita tidak terlalu banyak memberikan saran sebelum
korban memintanya. Yang paling penting saat menjadi pendengar adalah jangan
terkesan menggurui saat korban meminta nasihat kepada kita.
Berikan rasa sayang yang tulus untuk korban dan jangan sampai terkesan terpaksa
saat menemani mereka
Lakukan pendekatan yang bersifat agamis dengan cara mengajak mereka untuk
lebih rajin beribadah dan mengajak mereka untuk bisa menjadi individu yang bisa
memaafkan masa lalunya
Untuk penanganan yang lebih professional seperti guru BK atau konselor, berikut
beberapa peran yang bisa dimaksimalkan untuk mencegah dan menangani
terjadinya kekerasan seksual di lingkungan sekolah :

Membangun emosi yang positif dengan peserta didik untuk merubah image “polisi
sekolah” menjadi teman bercerita
Selalu ada ketika siswa ingin bercerita
Memberikan pendidikan seks sejak dini kepada peserta didik (disesuaikan dengan
norma budaya di lingkungan tersebut)
Membangun komunikasi yang baik terhadap stakeholder yang ada
Melakukan konseling dan pendampingan apabila ditemukan ada siswa yang pernah
mengalami kekerasan seksual
Pelecehan seksual sebenanrnya tidak hanya berupa kekerasan secara fisik saja,
tetapi juga bisa secara verbal yang berbau seks. Praktik kekerasan seksual juga
banyak dilakukan di tempat umum, salah satunya di sekolah maupun universitas.
Memang sekilas pikiran kita menolak ketika pelecehan seksual terjadi di

7
lingkungan pendidikan, yang seharusnya menjadi tempat mengenyam pendidikan
dan juga mengedepankan nilai-nilai kesopanan.

Tetapi pada kenyataannya, di lingkungan civitas akademik juga banyak terjadi


kasus kekerasan seksual. Mayoritas yang menjadi korban pelecehan seksual adalah
kaum perempuan.

Setiap tahun jumlah kasus kekerasan seksual terhadap perempuan terus meningkat.
Data Komnas Perempuan menyebut, jumlah kekerasan seksual terhadap
perempuan yang dilaporkan dan ditangani selama 2017 berjumlah 335.062 kasus.
Jumlah kekerasan naik drastis dari tahun sebelumnya yang berjumlah 259.150
kasus. Mengutip pernyataan dari Riri, Komisioner Komisi Nasional Antikekerasan
terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) dalam media online nasional tempo.co.
Setelah melihat dari data di atas, kasus pelecehan seksual dari tahun ke tahun
semakin meningkat dan motifnya pun semakin beragam. Lantas yang menjadi
pertanyaan, bagaimana memutus mata rantai kasus pelecehan seksual ?

Lingkungan civitas akademik, guru dan dosen mempunyai kedudukan yang sangat
luhur dan cenderung menjadi panutan bagi murid maupun mahasiswanya. Segala
tingkah laku pengajar, akan diikuti oleh murid-muridnya.

Maka ketika ada seorang guru maupun dosen melakukan pelecehan seksual di
lingkungan akademik, secara tidak langsung sedang mengajarkan praktik
pelecehan seksual terhadap murid maupun mahasiswanya. Tak heran ketika ada
seorang guru maupun dosen melakukan pelecehan seksual kepada muridnya
maupun mahasiswanya, murid pun bisa jadi melakukan hal yang sama kepada
sesama murid maupun sesama mahasiswa.

Baca Juga :  Kader dan Alumni HMI Harus Mampu Menjawab Tantangan
Zaman

Masih lemahnya pendidikan karakter di lingkungan akademik tidak hanya dialami


oleh murid maupun mahasiswanya tetapi juga dialami  guru maupun dosen. Maka
perlu “diluruskan kembali” orientasi lingkungan akademik yang luhur, dengan
menguatkan pendidikan karakter kepada seluruh elemen di lingkungan akademik.

8
Pendidikan karakter jauh lebih berharga, karena sebagai barometer untuk setiap
tindak tanduk manusia dalam beraktifitas, dibandingkan hanya prestasi-prestasi
akademik yang diraih dengan mengesampingkan pendidikan karakter itu sendiri.

Upaya yang bisa dilakukan untuk memutus mata rantai  pelecehan seksual, dalam
kacamata penulis diantaranya; pertama, penguatan pendidikan karakter di
lingkungan civitas akademik. Kedua, guru maupun dosen menjadi rule model, bagi
murid maupun mahasiswanya. Jadi sebisa mungkin memberikan contoh perilaku
yang baik dilingkungan civitas akademik.
Lalu yang ketiga, korban pelecehan seksual harus show up agar kasus ini segera
diketahui, ditanggapi oleh pihak-pihak yang berwenang dan ditindaklanjuti ke
ranah hukum agar memberikan efek jera terhadap pelaku pelecehan seksual.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai