Pendahuluan
Karakter peserta didik atau moral dapat terbentuk dari lingkungan yang sering
kedua setelah keluarga yang sering peserta didik berkecimpung didalam nya. Hidayat
berperilaku baik sesuai dengan tata tertib dan norma yang berlaku di masyarakat,
namun banyak terjadi perilaku tidak bermoral yang dilakukan oleh siswa 1. Seperti
beberapa pekan lalu, ketika proses observasi dilapangan peneliti melihat bagaimana
cara peserta didik berinteraksi dengan teman nya, guru nya, bahkan oknum guru
berinteraksi dengan murid nya, ada beberapa kejadian yang sangat tidak patut untuk
dilakukan dalam ranah pendidikan. Berkata kasar, mengejek teman merupakan hal
yang sering kita lihat di ranah pendidikan sekarang ini, contohnya seperti oknum guru
yang berinisial (OG) selama proses mengajar bahkan diluar jam mengajar, sering
melontarkan kata kasar secara frontal dan terang-terangan didepan peserta didik. hal
ini, mengakibatkan peserta didik yang dididik oleh oknum guru tersebut, juga berani
moral peserta didik, dapat dilihat dari tiga perspektif. Pertama Pengaruh Lingkungan
masyarakat. Dalam hal ini, oknum guru dalam kategori masyarakat. Agung Prasetia
agresif verbal peserta didik, yaitu relasi antara guru dan murid, serta relasi antara
1
Hidayat Ardiyansyah, dkk, Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Moral Siswa, Jurnal Moral
Kemasyarakatan, Vol. 4, No. 1, 2019, 2.
sesama teman. Selanjutnya, Widan Pratama Siahan juga menyimpulkan bahwa
karakter pesert didik. selama ini, masalah pembentukan karakter kurang mendapat
perhatian yang serius dari pihak sekolah maupun pihak guru, sehingga pembentukan
Tujuan tulisan ini, untuk melengkapi kekurangan dari studi terdahulu yang
kurang mengaskan bahwa moral siswa juga terbentuk dari siapa gurunya. Kajian
terkait lingkungan sekolah berpengaruh terhadap moral peserta didik hanya berfokus
pada karakter siswa dan karakter guru yang sudah menyimpang di MIG Gmapong
Meutia. Sehingga tidak fokus pada strategi pendidikan moral, dan implementasi
pendidikan moral, akan tetapi hanya berfokus pada pengamatan karakter guru yang
berbeda terhadap perbedaan moral peserta didik. oleh karena itu, tulisan ini memiliki
tujuan untuk melihat bagaimana perbedaan karakter siswa yang dididik oleh guru
yang berbeda karakter. Selain itu, juga bisa dijadikan sebuah pukulan bagi pendidik
Tulisan ini memiliki suatu argument yang sangat menarik bagi penanaman
karakter yang baik sebagai pendidik terhadap yabg di didik. karena, sebagai pendidik
jangan hanya mengutamakan keunggulan nilai akademik saja, akan tetapi juga
penanaman karakter yang baik, sehingga peserta didik mencontoh yang baik pula.
HASIL PENELITIAN
Dilihat dari beberapa kejadian, pada hari senin 20 November 2023, peserta
didik berkata kotor didepan gurunya. Hal ini, setelah peneliti telusuri lebih dalam,
ternyata murid tersebut diajarkan oleh oknum guru yang karakternya sangat
2023 peneliti tidak hanya melakukan Observasi, akan tetapi juga melakukan
Dari hasil wawancara dengan ibu Lana beliau adalah guru kelas 2, beliau
mengatakah :
baik. karena semua yang kita lakukan akan dilihat dan dicontohkan oleh
peserta didik. memang terkadang kita harus tegas, supaya peserta didik tau
batasan. Akan tetapi, tegaslah dengan bersih tanpa harus menerapkan hal-hal
yang buruk sehingga bukannya murid segan, tetapi takut. Dan nantinya hal
pendidik yang buruk, akan berakibat fatal. Yang dimana, akan dicontohkan oleh
murid dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tanpa rasa takut. Dari
pernyataan ibu Lana peneliti menyimpulka bahwa, guru tidak boleh menerapkan
Wawancara bersama bapak (OG) selaku oknum guru yang suka berkata kasar
“jaman sekarang ini, kalau kita sebagai guru tidak tegas dan keras,
menyimpulkan bahwa menurut oknum guru tersebut berkata kasar ada;ah salah
satu cara agar tidak diinjak-injak oleh murid. Selanjutnya, wawancara bersama
ibuk Nelan, selaku guru yang selalu menerapkan hal baik untuk dicontohkan
“apa yang kau tanam itu yang kau tuai. Ketika kita selalu menanamkan
hal-hal yang positif terhadap murid, maka murid akan melakukan hal
yang demikian juga, tidak hanya kepada kita saja, tetapi juga kepada
orang lain”
Jadi, dari perkataan ini membuat kita mengerti bahwa, hancurnya moral
peserta didik bisa kita lihat juga dari siapa pendidiknya. Seperti kata Ki Hajar
Dari hasil penelitian ini, terdapat beberapa faktor kehancuran moral peserta
peserta didik, peserta didik yang di didik oleh ibu Nelan dan peserta didik
yang di didik oleh bapak (OG), peneliti menemukan banyak perbedaan moral.
Pada siswa ibu nelan, mereka memiliki karakter yang sopan tidak berani
berkata kasar didepan guru. Sedangkan pada siswa kelas pak (OG) ditemukan
banyak siswa yang terlalu frontal dan secara terang-terangan berkata kasar.
2. Faktor Keluarga.
Teman sebaya, dapat menjadi faktor kehancuran moral peserta didik. ada
dalam bergaul. Untuk menguatkan hal ini peneliti juga mewawancarai ibu
Risa sebagai guru bahasa inggris di MIS Gampong Meutia, beliau berkata:
“anak-anak kadang bergaul dengan teman yang salah. Ada siswa saya dia
dulu sangat baik dan kalem dan seiring berjalannya waktu saya lihat kok
semakin lama sifatnya sangat keras dan frontal sekali. Ketika saya tanya
kepada orangtua siswa tersebut, ternyata siswa tersebut bergaul dengan
teman rumahnya yang salah sehingga itu yang menjadi faktor perubahan
sikap siwa tersebut”.
Jadi, dari hasil wawancara tersebut, menguatkan bahwa faktor teman