Disusun oleh
6213311033
METODE PENELITIAN
BAB I
PENDAHULUAN
menjadi hal yang memprihatinan bagi kita bersama. Krisis karakter ditandai dengan berbagai
permasalahan-permasalahan yang timbul karena rendahnya nilai karakter adalah siswa tidak lagi
segan atau tidak lagi menghormati gurunya. Siswa menjadi pribadi yang temperamen atau
mudah marah, siswa suka berkelahi dengan sesama teman, tidak segan untuk mengambil yang
bukan haknya atau mencuri, tidak mempunyai rasa kepedulian terhadap lingkungannya.
Mengenai persoalan tersebut, maka implementasi pendidikan karakter menjadi suatu hal
yang wajib diterapkan. Pendidikan karakter bukanlah suatu topik yang baru dalam pendidikan,
pada kenyataannya pendidikan karakter ternyata sudah seumur dengan pendidikan itu sendiri.
Pada dasarnya pendidikan karakter di sekolah harus diterapkan sejak tingkat sekolah dasar.
Menurut Marhayani (2018) dikutip dari Dewi (2021) Salah satu usaha baik yang
diselenggarakan sekolah adalah dengan adanya pendidikan karakter, hal tersebut bertujuan untuk
meningkatkan para calon generasi bangsa yang berbudi pekerti, peduli serta bertanggung jawab.
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia mulai dari
lahir hingga mati. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dalam pasal 1 disebutkan bahwa “Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
Pembentukan karakter seorang siswa juga merupakan bagian dari pendidikan ,pendidikan
tidak hanya proses pemberian ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru namun juga membentuk
kepribadian yang baik. Pendidikan karakter, moral dan budaya sebenarnya sudah dirintis oleh Ki
Hadjar Dewantara dengan tri pusat pendidikan yang dimulai dari lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial. Oleh sebab itu pendidikan tidak hanya tanggung
jawab lingkungan keluarga saja, tetapi lingkungan sekolah juga tidak kalah penting perannya
Sebelum melakukan penelitian dengan judul “Peran Guru Pendidikan Jasmani Dalam
Membentuk Karakter Peserta Didik Di SD/Sederajat Se-Kecamatan Aek Kuasan” Peneliti telah
melakukan observasi terlebih dahulu dengan tujuan mendapatkan informasi awal mengenai
masalah yang ingin peneliti angkat pada penelitian ini. Peneliti melakukan observasi dengan
metode pengambilan data melalui wawancara, peneliti melakukan wawancara tatap muka dengan
Korwil Disdik Kecamatan Aek Kuasan. Observasi dilakukan dengan metode wawancara yang
tujuan mencari permasalahan seputar karakter siswa di Kecamatan Aek Kuasan, oleh sebab itu
pertanyaan wawancara yang peneliti lakukan tidak lari dari persoalan masalah karakter.
Berdasarkan observasi yang sudah peneliti lakukan, peneliti mendapatkan hasil observasi
yang telah disimpulkan bahwasannya permasalahan karakter yang paling sering didapati adalah:
1. Masalah kedisiplinan, banyaknya siswa yang datang terlambat pada saat masuk sekolah dan
2. Masalah kejujuran, banyaknya siswa yang masih memiliki sifat tidak jujur seperti
banyaknya alasan siswa tidak mengerjakan PR, banyak siswa yang beralasan sakit karena
3. Masalah berpakaian, banyaknya siswa yang tidak menggunakan pakaian sesuai ketentuan
sekolah seperti tidak disiplin dalam berpakaian, masih banyak siswa yang memiliki rambut
terlalu panjang untuk anak laki – laki dan banyak siswa yang memakai sepatu tidak sesuai
4. Masalah tatakrama berbicara, masih banyak siswa yang kurang sopan dalam berbicara
dengan orang yang lebih tua terutama guru di lingkungan sekolah, masih ada beberapa siswa
1. Memberi hukuman kepada siswa yang datang terlambat seperti mengutip sampah yang ada
dalam 1 minggu. Kemudian memberi hukuman yang bermacam -macam sesuai dengan
3. Sekolah mendukung penuh kegiatan organisasi yang ada di sekolah dengan cara
memfasilitasi tempat dan peralatan latihan organisasi tersebut. Hal ini dilakukan sekolah
dengan harapan siswa mengikuti organisasi dengan baik dan senang agar proses perubahan
menjadi lebih baik pada siswa dapat berjalan sesuai harapan sekolah.
Peran guru tidak terlapas dari proses pembelajaran di sekolah, guru memiliki peran lebih
sebagai seorang pendidik atau pengajar. Maka dari itu guru harus memiliki akhlak dan karakter
yang baik karena siswa lebih sering mencontoh perilaku guru. Seperti kata pepatah “ Guru:
digugu dan ditiru” maka dari itu jika guru berprilaku positif siswa juga akan berprilaku positif
Dalam undang - undang nomor 14 tahun 2015 tentang guru dan dosen pasal 1 disebutkan
bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Oleh karena itu, peran guru sangatlah
besar karena guru merupakan salah satu pihak yang bertanggung jawab atas pondasi yang dibuat
Berdasarkan kenyataan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Peran Guru Pendidikan Jasmani Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik Di SD/Sederajat
Se-Kecamatan Aek Kuasan”.
Berdasarkan latar belakang penelitian yang sudah disampaikan di atas dengan didasari
oleh observasi mengenai penelitian terlebih dahulu maka fokus penelitian ini adalah “Peran Guru
Aek Kuasan” yang dirumuskan dalam subfokus penelitian adalah sebagai berikut :
1. Strategi guru penjas di SD/Sederajat Se-Kecamatan Aek Kuasan dalam membangun karakter
peserta didik.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka yang menjadi rumusan
Aek Kuasan?
Aek Kuasan?
3. Bagaimanakah cara mengatasi masalah karakter peserta didik di Kecamatan Aek Kuasan?
3. Mengetahui solusi yang diberikan guru terkait masalah karakter yang dimiliki peserta
1. Bagi guru, sebagai masukan strategi lebih baik dalam membangun karakter peserta didik,
mengetahui bersama tingkat urgensi guru penjas dalam membangun karakter peserta
2. Bagi sekolah, sebagai bahan acuan untuk guru – guru lain dalam memperbaiki strategi
3. Bagi siswa, sebagai pengalaman belajar yang mampu memotivasi menjadi pelajaran
dalam hidup
4. Bagi peneliti, sebagai masukan untuk mempersiapkan diri menjadi guru yang mampu
5. Bagi prodi pendidikan jasmani, kesehatan dan rekreasi sebagai bahan acuan, perbandingan
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Hakikat Peran
Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto dalam Lantaeda, S. B ,ddk (2017:2) dikutip dari
(Sampetondok, 2021) yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan, maka ia menjalankan suatu peranan.Dalam
sebuah organisasi setiap orang memiliki bermacam karakter dalam menjalankan tugas, kewajiban
atau tanggung jawab yang telah diberikan oleh setiap organisasi atau lembaga.
Sedangkan menurut Fauzi, F. Y., Arianto, I., & Solihatin, E. (2013:3) dikutip dari (Sampetondok,
2021)Berpendapat Bahwa pengertian peran adalah sebuah kegiatan yang dilakukan karena adanya
sebuah keharusan maupun tuntutan dalam sebuah profesi atau berkaitan dengan keadaan dan
kenyataan. Jadi peran merupakan perilaku seseorang yang di harapkan oleh orang lain dalam
kedudukan di suatu sistem, peran dapat dipengaruhi oleh kedudukan kan keadaan sosial seseorang
Peran menurut Merton dalam Ase Satria (2016) dikutip dari (Setyaningsih, 2017) didefinisikan
sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu.
Menurut Levinson dalam Ase Satria (2016) dikutip dari (Setyaningsih, 2017) peranan mencakup 3
hal yaitu :
a) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang
dalam masyarakat.
b) Peranan merupakan suatuu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat.
b. Hakikat Guru
Kosa kata ‘guru’ berasal dari kosa kata yang sama dalam Bahasa India yang artinya “orang
yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara”. Dalam tradisi agama Hindu, guru dikenal
sebagai ‘maha resi guru’ yakni para pengajar yang bertugas untuk menggembleng para calon biksu
Pengertian guru dalam bahasa Jawa adalah menunjuk pada seorang yang harus digugu
dan ditiru oleh semua muriddan bahkan masyarakatnya.Harus digugu artinya segala sesuatu yang
disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua
murid.Sedangkan ditiru , artinya seorang guru harus menjadi suri teladan (panutan) bagi semua
muridnya. Guru dapat diartikan sebagai orang yang bertugas terkait dengan upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual, emosional, intelektual, fisikal, finansial,
merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar, yang pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pada jenjang pendidikan tinggi disebut dosen.
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa guru adalah pendidik
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
Menurut Imam Syafi'ie dalam Muhson Ali (200:94) (Sampetondok, 2021)Pengertian guru
didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuanmerancang program
pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agarsebagai dapat mencapai tingkat
kedewasaan sebagai tujuan akhir dari prosespendidikan.Jika dilihat dari pengertian yang sudah di
sampaikan tersebut maka dapat diketahui bahwa guru merupakan tenaga pendidik yang memiliki
tanggung jawab sebagai pengajar dan contoh bagi peserta didik.Menurut Burton (dalam Tabrani,
1989, p. 30) dikutip dari (Buchari, 2018) bahwa mengajar adalah upaya dalam memberikan
perangsang (stimulus), bimbingan, pengajaran dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses
perilaku siswa untuk aktif belajar, dan juga sekaligus guru harus mampu memberi arah dan
membantu kearah tertentu dalam mencapai tujuan pengejaran.Berkaitan kutipan di atas, Menurut
Darmadihardjo (1983, p. 4) Dikutip dari (Buchari, 2018)menyatakan bahwa guru bukan sekadar
corong penyebar pengetahuan kepada siswa, melainkan sebagai penggerak siswa untuk dapat dan
Menurut Sanusi (1991) dikutip dari (Buchari, 2018)secara konseptual dan umum unjuk
kerja guru itu mencakup aspek-aspek kemampuan profesional, kemampuan sosial, kemampuan
personal dan penampilan diri sebagai panutan dan teladan.Dikutip dari (Buchari, 2018)hasil
penelitian Haryoko (Silalahi, 1994) menunjukkan sangat diperlukan kemampuan guru dalam
mengelola strategi belajar-mengajar yang ternyata berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Menurut Syah (2002, p. 250) Dikutip dari (Buchari, 2018)menjelaskan bahwa pada
dasarnya, fungsi atau peranan penting guru dalam PBM ialah sebagai director of learning (direktur
PBM.
Dilihat pada (Buchari, 2018)yang dikutip dari Watten B. (dalam Sahertian, 1994, p. 14)
mengemukakan empat belas tugas guru, yaitu (1) sebagai tokoh terhormat dalam masyarakat sebab
ia tampak sebagai seorang yang berwibawa, (2) sebagai penilai ia memberi pemikiran, (3) sebagai
seorang sumber, karena ia memberi ilmu pengetahuan, (4) sebagai pembantu, (5) sebagai wasit, (6)
sebagai detektif, (7) sebagai objek identifikasi, (8) sebagai penyangga rasa takut, (9) sebagai orang
yang menolong memahami diri, (10) sebagai pemimpin kelompok, (11) sebagai orang tua/wali,
(12) sebagai orang yang membina dan memberi layanan, (13) sebagai kawan sekerja, dan (14)
sepuluh peran yang dimiliki oleh seorang guru, yaitu: (1) guru sebagai penceramah, (2) guru
sebagai fasilitator, (3) guru sebagai konselor, (4) guru sebagai nara sumber, (5) guru sebagai
pemimpin kelompok, (6) guru sebagai tutor, (7) guru sebagai manajer, (8) guru sebagai kepala
laboratorium, (9) guru sebagai perancang program, dan (10) guru sebagai manipulator, yang dapat
(Saputra, 2015) Dalam paradigma pendidikan Islam, Peserta didik merupakan orang yang
belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan. (Saputra,
2015)Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.Peserta didik
sebagai komponen yang tidak dapat terlepas dari sistem pendidikan sehingga dapat dikatakan
memerlukan orang lain untuk mendidiknya sehingga menjadi individu yang dewasa, memiliki jiwa
Pemenuhan kebutuhan peserta didik tumbuh dan berkembang mencapai kematangan pisik dan
a) Kebutuhan jasmani; tuntunan siswa yang bersifat jasmaniah, seperti kesehatan jasmani yang
dalam hal ini olah raga menjadi materi utama, disamping itu kebutuhan-kebutuhan lain
seperti: makan, minum, tidur, pakaian dan sebagainya, perlu mendapat perhatian.
b) Kebutuhan sosial; pemenuh keinginan untuk saling bergaul sesama siswa dan guru serta
orang lain, merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan sosial anak didik.
Dalam hal ini sekolah harus dipandang sebagai lembaga tempat para siswa belajar, bergaul
dan beradaptasi dengan lingkungan seperti bergaul sesama teman yang berbeda jenis
kelamin, suku, bangsa, agama, status sosial dan kecakapan. Guru dalam hal ini harus dapat
menciptakan suasana kerja sama antar siswa dengan suatu harapan dapat melahirkan suatu
c) Kebutuhan intelektual; semua siswa tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari suatu
ilmu pengetahuan, mungkin ada yang lebih berminat belajar ekonomi, sejarah, biologi atau
yang lain-lain. Minat semacam ini tidak dapat dipaksakan kalau ingin mencapai hasil belajar
yang optimal.
Menurut Suhartono Suparlan (2017: 49) Dikutip dari (Sampetondok, 2021)Pendidikan adalah
segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi
kegiatan kehidupan, berlangsung di dalam segala jenis, bentuk dan tingkat lingkungan hidup, yang
kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada di dalam diri individu.
Menurut (Arita Marini, 2021) Character values integration in sports activities predicts the
mendorong siswa untuk optimis, meningkatkan disiplin siswa, dan meningkatkan sportivitas”.
Menurut J. Matakupan (1996: 77) Dikutip dari (Kusrini, 2012) menyatakan bahwa Pendidikan
Jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan otot-otot besar, sehinggga proses
pendidikan dapat berlangsung tanpa gangguan. Menurut Gabbard, LeBlanc, Lowy, yang dikutip
J. Matakupan (1996: 78) Dikutip dari (Kusrini, 2012)bahwa pertumbuhan dan perkembangan yang
1) Ranah kognitif : Kemampuan berpikir yang diwujudkan dalam aktif bertanya, kreatif,
penguatan akademik.
2) Ranah psikomotor : Keterampilan gerak dan peningkatan keterampilan gerak yang juga
3) Ranah afektif :Menurut Anarino dan kawan-kawan, adalah kekuatan otot, daya tahan otot,
4) Ranah jasmani : Menurut Anarino dan kawan-kawan, adalah kekuatan otot, daya tahan otot,
Pembekalan pengalaman belajar pendidikan jasmani diarahkan untuk membentuk gaya hidup sehat
berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas, emosional, tindakan moral, aspek pola
hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan
terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
Adriana (2014:33) Dikutip dari (Sampetondok, 2021) Jasmani dalam Bahasa inggris adalah
physical.Dalam ilmu faal, jasmani disebut sebagai struktur biologi pada manusia.Secara umum
dipahami bahwa jasmani atau jasadia berarti tubuh manusia.Jasmani dalam pembahasan ini adalah
pemanfaatan aktivitas fisik sebagai manifestasi pengembangan kualitas hidup manusia dalam
memenuhi kebugaran secara totalitas dan keterampilan motorik. Menurut (Herita Warni, 2017)
sports is loaded with value, which can be transformed to individuals to form themselves to have a
certain character. “olahraga sarat dengan nilai, yang dapat menjelma menjadi individu untuk
e. Hakikat Karakter
Istilah karakter, berasal dari bahasa Yunani ”charassein” yang berarti mengukir. Karakter
diibaratkan mengukir batu permata atau permukaan besi yang keras. Selanjutnya berkembang
pengertian karakter yang diartikan sebagai tanda khusus atau pola perilaku.Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), karakter adalah tabiat, sifat-sifat kejiwaan atau budi pekerti yang
dapat membedakan seseorang dengan yang lain (2008:639). Menurut (Datau, 2019) dikutip dari
merupakan karakteristik dari setiap individu untuk hidup dan bekerja, baik dalam keluarga,
Menurut (Yuliana et al., 2020) Dikutip dari (Tnunay, 2022)Karakter sebagai cara berpikir
dan berperilaku yang merupakan karakteristik setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik
dalam keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Menurut Dewirahmadanirwati (2018) Dikutip
dari (Tnunay, 2022)menggambarkan karakter sebagai karakteristik yang dimiliki oleh suatu objek
atau individu.Ciri khasnya adalah yang asli dan berakar pada kepribadian atau objek individu, serta
yang mendorong bagaimana orang bertindak, berperilaku, berucap dan menanggapi suatu kasus
(Dewirahmadanirwati, 2018).
Seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus dikatakan sebagai orang yang
berkarakter jelek, sementara orang yang berperilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang
yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian)
seseorang. Seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) apabila
Menurut (Amini, 2017) Character education is an effort to help the development of the soul
of children/learners both inward and inward to a better human. “Pendidikan karakter merupakan
upaya membantu perkembangan jiwa anak/peserta didik baik lahir maupun batin menjadi manusia
yang lebih baik.” Ada 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yang disampaikan oleh Pusat
Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokrasi, Rasa Ingin Tahu, Kebangsaan, Cinta Tanah
Nilai-nilai yang harus diinternalisasikan terhadap anak didik melalui pendidikan karakter menurut
Karakter tentulah ada sebab dari faktor – faktor yang di alami seorang anak, anak usia dini
merupakan fase pertama dimana karakter itu di tanamkan. Dikutip dari (Ditha Prasanti, 2018)
Menurut Megawangi (2003), anak - anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila
dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci
dapat berkembang segara optimal. Menurut pakar pendidikan, William Bennett, pola asuh pada
anak sangat tergantung pada jenis pola asuh yang diterapkan orang tua pada anaknya. Dikutip dari
(Erkut Tutkun, 2017) Menurut Narvaez and Nucci (2008) stated that people are shaped with just
or unjust, noble or rude norms that they get from culture, tradition,
society or their social environment. “menyatakan bahwa manusia dibentuk dengan adil atau tidak
adil, mulia atau normanorma kasar yang mereka peroleh dari budaya, tradisi, masyarakat atau
lingkungan sosialnya”.
Menurut (Ditha Prasanti, 2018) proses pembentukan karakter anak usia dini, diawali dari
keluarga, kemudian dilanjutkan dengan sekolah, dan komunitas yang diikuti anak usia dini
tersebut. Komunitas ini meliputi komunitas bermain, komunitas les atau lembaga kursus
pengembangan bakat yang diikuti anak usia dini tersebut. Tetapi faktor utama yang menentukan
adalah keluarga sebagai komunitas terkecil dan pertama bagi para anak.
Pendidikan karakter dimulai sejak usia dini, karena usia dini adalah masa yang kritis dalam
perkembangan individu. Pendidikan karakter anak tidak hanya dilaksanakan oleh guru, tetapi orang
tua juga memiliki tugas utama untuk melaksanakan pendidikan karakter anak di rumah. Dalam
pelaksanaan pendidikan karakter, orang tua dan guru adalah model yang akan ditiru dan diteladani.
Anak akan meniru tingkah laku maupun ucapan model tersebut. Oleh karena itu, orang tua dan
guru perlu berhati-hati dalam berucap maupun bertingkah laku (Khaironi, 2017).
Pendidikan karakter anak usia dini melibatkan penanaman sikap terpuji yang sesuai dengan
ajaran agama, sikap nasionalisme, masyarakat dan lingkungan sekitar anak, dan sikap terpuji untuk
kemaslahatan kehidupan anak itu sendiri. Penanaman sikap terpuji tidak bisa dilaksanakan dalam
nasihat, dan penguatan pada anak sejak dini setiap kali menunjukkan perilaku atau sikap-sikap
(Undang-undang sisdiknas nomor 20 tahun 2003). Lebih lanjut mengenai fungsi dan tujuan
pendidikan nasional yang terdapat dalam undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20
tahun 2003 menjelaskan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional di atas merupakan usaha membentuk individu yang
mandiri, utamanya membangun kemandirian siswa dalam belajar.Menurut Listyani (2008) Dikutip
dari (Toni Nasution, 2018)menjelaskan bahwa terdapat enam buah indikator sikap kemandirian
belajar, yaitu : (1) Ketidaktergantungan terhadap orang lain, (2) Memiliki kepercayaan diri, (3)
Berperilaku disiplin, (4) Memiliki rasa tanggung jawab, (5) Berperilaku berdasarkan inisiatif
Menurut (McLeod, 1989) Dikutip dari (Arfani, 2016)Dalam pengertian yang sempit,
pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan. Menurut
(Mudyahardjo, 2001:6)Dikutip dari (Arfani, 2016)Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, serta pendidikan dapat diartikan
formal.Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar
keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi
hidupnya baik jasmani maupun rohani.Artinya, pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang
dewasa untuk (dengan pengaruhnya) meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan
mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya (Poerbakawatja dan
Harahap, 1981).
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, yaitu; faktor internal
dan faktor eksternal. Setidaknya melahirkan 3 teori dalam pembelajaran, yaitu behaviorisme
(belajar sebagai penguasaan respon), kognitivisme (belajar sebagai penguasaan pengetahuan), dan
konstruktivisme (belajar sebagai konstruksi pengetahuan) (Hasan Baharun, 2018). “There are
several factors that influence the success of learning, namely; internal factors and external factors.
It at least gave birth to 3 theories in learning, namely behaviorism (learning as response mastery),
h. Pendidikan Karakter
conscious guidance by educators on the physical and spiritual development of students towards
the formation of the primary personality. “Pembinaan adalah memelihara dan mendidik, dapat
diartikan sebagai bimbingan sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
peserta didik menuju pembentukan kepribadian yang utama”. Pendidikan karakter merupakan pilar
Dikutip dari (Fauziah, 2020)menjelaskan bahwa pendidikan seharusnya menjadi bagian aktif dalam
mempersiapkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang berpendidikan dan mampu
menghadapi tantangan zaman, karena pendidikan karakter merupakan salah satu sistem
penyematan nilai karakter untuk semua warga masyarakat melalui pendidikan formal atau informal,
yang mana mencakup pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan
keseluruhan nilai.
pendidikan karakter adalah untuk mendorong lahirnya anak-anak yang baik. Tumbuh dengan
karakter yang baik, anak akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmen untuk melakukan yang
semua peserta didik berpotensi mendemonstrasikannya untuk mencapai tujuan yang sangat
penting.Tujuan pendidikan karakter lebih difokuskan pada menanamkan nilai dan mereformasi
kehidupan, sehingga bisa sepenuhnya menciptakan karakter, dan karakter mulia peserta didik,
terpadu dan seimbang, dan bisa dilakukan terus-menerus dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter adalah segala upaya yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi
karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini
mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi,
bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya (Dr. Zubaedi, 2011).
Ada empat prinsip yang digunakan untuk mengembangkan karakter pendidikan yang ditetapkan
panjang dimulai dari awal sampai akhir proses pendidikan di sekolah. Mulai dari tingkat TK
hingga SMA. Di tingkat pendidikan yang lebih tinggi, pendidikan karakter lebih berfokus
pada pemberdayaan.
2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya pendidikan. Artinya proses
pengembangan karakter dilakukan melalui setiap mata pelajaran di sekolah, setiap program
3. Nilai tidak tertangkap atau diajarkan, hal itu dipelajari (Hermann, 1972). Ini berarti nilai
karakternya bukan bahan ajar, tetapi ini adalah sesuatu yang bisa dipelajari oleh siswa. Para
siswa adalah subyek belajar. Oleh karena itu, guru tidak perlu mengubah materi ajar namun
memberi kesempatan dan kemungkinan kepada siswa untuk belajar dan menginternalisasi
pendidikan karakter.
4. Proses belajar yang aktif dan menarik. Artinya, proses pendidikan karakter menempatkan
siswa sebagai subjek pembelajaran. Suasana belajar seharusnya hidup, aktif, dan menarik.
Menurut Suparno, Paul, Moerti, Titisari, dan Kartono (2002: 42-44) Dikutip dari (Usiono, 2019)
ada empat model pengajaran dan pembelajaran dalam pendidikan karakter yaitu sebagai berikut:
1. Model Monolitik
Dalam model ini, pendidikan karakter dianggap sebagai subjek khusus.Jadi, subjek pendidikan
karakter adalah diperlakukan seperti subjek lainnya.Artinya, guru pendidikan karakter harus
konsep pendidikan karakter disampaikan kepada siswa dengan jelas.Namun, ini berarti nilai yang
dipelajari oleh siswa tergantung pada desain kurikulum yang berarti buatan. Dengan kata lain itu
tidak benar-benar memberi kesempatan bagi siswa untuk menginternalisasi nilai pendidikan
karakter.
2. Model Terpadu
Dalam model ini, mendidik nilai karakter kepada siswa merupakan tanggung jawab setiap guru
(Washington, Clark, dan Dixon 2008).Dalam model ini, para guru dapat memilih beberapa nilai
karakter untuk dimasukkan dalam subjek mereka. Dengan model ini, diharapkan siswa akan
Model Pendidikan karakter juga bisa dilakukan di luar jam sekolah. Ini biasanya lebih berfokus
pada beberapa kegiatan dari sekolah kemudian dilanjutkan dengan diskusi setelah kegiatan
berlangsung.Hal ini menyebabkan siswa memiliki pengalaman nyata mempraktikkan beberapa nilai
karakter tapi karena di luar waktu sekolah berarti ini bukan bagian dari kurikulum.Hal ini dianggap
kurang efektif untuk menumbuhkan nilai karakter kepada siswa dalam keterbatasan waktu.
4. Mengintegrasikan Model
Mengintegrasikan model waktu sekolah terpadu dan di luar.Hal ini bisa dilakukan melalui kerja
sama antara guru dan beberapa orang lain di luar sekolah. Model ini mengarah pada berbagi dan
Menurut (Marini, 2017) Character building integrated in the proces of teaching and learning can be
conducted in preliminary, core, and closing activities. “Pembentukan karakter yang terintegrasi
dalam proses belajar mengajar dapat dilakukan pada kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup”.
Teknologi juga berpengaruh terhadap pembinaan karakter, oleh sebab itu Menurut (Dianto, 2021)
Through education, their character is built firmly so that they are not easily exposed to the negative
effects of digital technology. “Melalui pendidikan, karakter mereka dibangun dengan kuat sehingga
Menurut (Hifza, 2010:42) Dikutip dari (Ramli, 2015) Pendidik memiliki kedudukan yang sangat
penting dalam pelaksanaan pendidikan, karena pendidik adalah pihak yang bersentuhan langsung
dengan unsur- unsur yang ada dalam sebuah aktivitas pendidikan, terutama anak didik. Sebagai
wujud dari kedudukan yang sangat penting tersebut, fungsi pendidik adalah berupaya untuk
mengembangkan segenap potensi anak didiknya, agar memiliki kesiapan dalam menghadapi
bertolak pada prinsip amar ma’ruf nahi mungkar karena pendidik sebagai panutan bagi peserta
didiknya. Guru dituntut kreatif dalam mengembangkan sumber belajar yang diperlukan dalam
proses pembelajaran, seperti LKS, alat dan bahan yang dibutuhkan dalam proses pemecahan,
masalah, dan instrumen penilaian keterampilan berpikir kritis dan rasa ingin tahu siswa yang valid
dan reliabel. (Suhirman, 2021). “The teachers are required to be creative in developing learning
critical thinking skills and student curiosity that are valid and reliable” (Suhirman, 2021).
Menurut (Sudrajat, 2008) dikutip dari (Zubaedi, 2011) Para pendidik atau guru dalam konteks
baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya) maupun secara
Menurut (Ramli, 2015) Fungsi utama pendidik pada umunya adalah mentransfer ilmu pengetahuan
dan mentransformasikan nilai dan norma kepada peserta didik sehingga terbentuk karakter yang
baik.Sesungguhnya peranan dan fungsi guru tidak hanya terbatas pada dinding kelas, ia
mempunyai tugas di kelas, di dalam dan di luar sekolah serta di masyarakat. Berdasarakan berbagai
proses pembelajaran mulai perencanaan hingga evaluasi pembelajaran guru memiliki berbagai
peran. Menurut (Ardy, 2012) peran guru dalam pelaksanaan pendidikan karakter disekolah meliputi
1. Keteladanan, guru harus memberikan teladan yang baik, baik itu masalah moral, etika atau
menggerakkan segala potensi yang dimiliki guna meraih prestasi spektakuler bagi dirinya
dan masyarakat.
3. Motivator, dalam hal ini guru dengan sengaja memberikan hadiah, melibatkan harga diri dan
memberitahu hasil prestasi/ karya siswanya, memberikan tugas sekolah kepada siswa,
mengadakan kompetisi belajar yang sehat antara siswa, sering mengadakan ulangan. Selain
itu guru dengan spontan mengajar dengan cara yang menyenangkan sesuai dengan
4. Dinamisator, seorang guru tidak hanya membangkitkan semangat tetapi juga menjadi
5. Evaluator, guru harus mengvaluasi motode pembelajaran yang selama ini dipakai dalam
pendidikan karakter, selian itu juga harus mampu mengevaluasi sikap perilaku yang
Menurut (Zubaedi, 2011) Para guru di lingkungan sekolah dituntut menjalankan enam peran:
1. harus terlibat dalam proses pembelajaran, yaitu melakukan interaksi dengan siswa dalam
2. harus menjadi contoh tauladan kepada siswanya dalam berprilaku dan bercakap,
3. harus mampu mendorong siswa aktif dalam pembelajaran melalui penggunaan metode
dan keinginan guru dapat menciptakan hubungan yang salingmeng hormati dan
5. harus mampu membantu dan mengembangkan emosi dan kepekaan sosial siswa agar
siswa menjadi lebih bertakwa, menghargai ciptaan lain, mengembangkan keindahan dan
belajar soft skills yang berguna bagi kehidupan siswa selanjutnya, dan
6. harus menunjukkan rasa kecintaan kepada siswa sehingga guru dalam membimbing
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa di lingkungan sekolah terutama
guru memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan karakter peserta didik. Hal ini
disebabkan karena guru merupakan orang yang paling dekat dengan peserta didik, sehingga peserta
didik akan melakukan sesuatu bukan karena disuruh atau mengikuti perintah dari guru. Akan tetapi,
peserta didik melakukan sesuatu berdasarkan apa yang dilihat, apa yang dilakukan oleh guru.
Menjadi seorang guru juga harus memiliki 6 peran utama sebagai inspirator, dinamisator,
Penelitian yang dilakukan oleh (Maulana, 2018)“Peran Guru Pendidikan Jasmani Dalam
menunjukkan bahwa : Masing masing informan dan subjek penelitian memiliki pandangan yang
hampir sama terkait penanaman pendidikan karakter. Penanaman pendidikan karakter merupakan
tanggung jawab semua pihak.Penanaman pendidikan karakter dapat dilaksanakan kapan saja di
dalam sekolah. Guru memiliki peranan dalam penanaman pendidikan karakter yaitu keteladanan,
motivator, evaluator, inspirator dan dinamisator. Keseluruhan peran ini harus dilaksanakan guru
Guru penjas dapat melaksanakan keseluruhan peranan didalam pembelajaran maupun diluar
pembelajaran. Guru penjas dapat memberikan keteladanan dalam bertingkah laku maupun bertutur
kata. Guru penjas dapat memotivasi siswa dengan apresiasi ataupun hukuman yang membuat efek
jera. Guru penjas dapat mengevaluasi pembelajaran melalui tes tes pembiasaan untuk mengetahui
kegagalan ataupun keberhasilan karakter peserta didik. Guru penjas dapat menginspirasi peserta
didik untuk memperbaiki diri agar memiliki karakter yang baik. Guru penjas dapat menggerakkan
Keberhasilan dan kegagalan penanaman karakter peserta didik dapat tercemin dalam keseharian
peserta didik. SD N Keraton berhasil menanamkan karakter peserta didik melalui berbagai
program. Program senyum sapa salam 55 yang dipelopori oleh guru penjas menjadi langkah awal
penanaman karakter sopan santun pada siswa. Program apel pagi sebagai program penanaman
karakter disiplin pada siswa.Program merapihkan alat olahraga sebagai program penanaman
karakter tanggung jawab pada diri siswa.Program tersebut merupakan program yang dilaksanakan
oleh guru penjas sebagai usaha penanaman pendidikan karakter siswa.Harapannya program ini
dapat menjadi pembiasaan yang dapat menanamkan karakter kepada peserta didik sehingga peserta
a. Dalam semua temuan menjelaskan bahwa pendidikan jasmani merupakan media yang tepat
keteladanan , motivator dinamisator dan evaluator. Kelima indikator ini merupakan 18 nilai
yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya dan Tujuan Pendidikan Nasional yaitu:
Religius, Jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
c. Pada beberapa temuan menjelaskan guru penjas belum mampu secara utuh memasukkan
nilai-nilai pendidikan karakter kedalam pembelajaran yang terkonsep di dalam RPP tetapi
guru penjas sudah menanamkan beberapa karakter postitif namun belum terkonsep di dalam
RPP.
Secara keseluruhan dari temuan, peneliti dapat disimpulkan bahwa peran guru pendidikan jasmani
masih berada pada kategori cukup dalam proses pembentukan karakter pada peserta didik.
Sehingga diharapkan guru pendidikan jasmani mampu untuk lebih meningkatkan perannya dalam
(Hasanah, 2020)“Peran Guru Dalam Membentuk Karakter Siswa Kelas III Di Mi Bustanul Ulum
Kota Batu”.Pembentukan karakter siswa kelas III di MI Butanul Ulum Kota Batu meliputi :
1. Karakter siswa kelas III di MI Bustanul Ulum Kota Batu dasarnya sudah baik, sudah banyak
karakternya keluar dari yang sudah di programkan sekolah seperti siswa yang suka
berkelahi, mau menang sendiri, malas atau tidak mau mengerjakan PR dan piket kelas,
berkata kotor atau jelek, kurangnya kedisiplinan dan kejujuran, dan mudah emosi.
2. Peran guru dalam membentuk karakter siswa kelas III di MI Bustanul Ulum Kota Batu yaitu
guru memberikan contoh teladan yang baik kepada siswa seperti senyum, mengucapkan
salam dan bersalaman setiap bertemu dengan guru, orang yang lebih tua. Peran guru dikenal
sebagai pendidik, dalam hal ini peranan guru yang terlihat yaitu kedisiplinan guru dalam
proses belajar mengajar, baik dalam memulai atau berlansungnya pembelajaran, maupun
melaksanakan tugas-tugas yang kaitanya dengan sekolah. Selain itu juga guru sebagai
pengajar yang mana dalam proses belajar mengajar rencana guru berjalan dengan baik dalam
pelaksaan pembelajaran melaluai dengan adanya bukti yaitu RPP yang telah dibuat oleh
guru serta guru harusnya menggunakan metode-metode yang telah dirancang agar siswa
tidak merasakan bosan atau jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Guru
sebagai pelatih, dalam hal ini guru harus mampu membimbing siswa dalam mencapai
perkembangan diri mereka yang lebik baik melaluai pelaksanaan tugas-tugas maupun latihan
secara maksimal. Dalam proses itu siswa dapat tumbuh dengan perkembangan diri yang
lebih baik dari sisi jasmani,rohani maupun akhlak. Dapat diliat dari tingkah laku siswa yang
berkarakter baik kepada semua orang di sekolah. Karena guru mengintegrasikan strategi
dalam pembelajaran melaluai pembentukan karakter siswa di kelas yaitu dengan strategi
ekstrakulikuler.
3. Dalam pembentukaan karakter siswa kelas III di MI Busatnul Ulum Kota Batu terdapat
faktor pendukung dan faktor penghambat. Adapun factor pendukung yaitu peran guru yang
selalu aktif dalam pengawasan saat proses pembentukan karakter siswa, kepribadian diri
atau kemauan siswa itu sendiri, fasilitas yang memadai, dan kegiatan pembiasaan dari pihak
teman, dan kepada orang yang lebih tua, membaca doa dan surat-surat pendek sesudah dan sebelum
memulai pembelajaran. Sedangkan faktor penghambat yang dapat diminimalisir yaitu lingkungan
masyarakat kurang mendukung, kurangnya perhatian dan dukungan dari orang tua, penggunaan
media elektronik.
Peran merupakan suatu kedudukan, di mana orang akan melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Dalam penelitian ini yang diambil adalah peranan
seorang guru penjas dalam pembentukan karakter peserta didik. Karakter sendiri merupakan
sifat, akhlak, nilai perilaku yang dimiliki oleh seseorang yang dijadikan dasar untuk
membedakan dirinya dengan yang lainnya ketika berhubungan dengan Tuhan maupun dengan
manusia lainnya. Karakter bisa bersumber dari olah fikir, olah hati, olahraga, olah rasa dan karsa.
Pendidikan karakter dilakukan dalam upaya memberikan arah mengenai konsep yang
baik dan buruk (moral) sesuai dengan tahap perkembangan dan usia anak. Nilai-nilai dalam
pendidikan Karakater yaitu : religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat,
Pendidikan karakter mulai terbentuk ketika anak berada di lingkungan keluarga. Orang tua di tuntut
untuk membentuk karakter anak dengan baik. Orang tua dapat mengenalkan kepada anak perilaku
mana yang baik untuk dicontoh dan mana yang tidak boleh dicontoh.
Lingkungan sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter peserta
didik. hampir sebagian besar peserta didik 37 menghabiskan waktu di sekolah. Ketika
anak berada dilingkungan sekolah maka semua warga sekolah berhak atas pembentukan karakter
peserta didik. Akan tetapi, dalam hal ini guru memiliki posisi yang sangat strategis dalam
mendidik peserta didik. Hal ini disebabkan karena, guru merupakan sosok yang sangat dekat
dengan peserta didik, selain itu guru juga merupakan sosok yang diidolakan oleh peserta didik.
Maka dari itu guru merupakan sosok yang sangat penting dalam pembentukan karakter peserta
didik. Segala perkataan, tingkah laku guru harus baik karena dijadikan cerminan bagi peserta
didik. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari integral dari sistem pendidikan secara
keseluruhan. Dalam pelaksanaan pendidikan jasmani ini harus diarahkan ke tujuan dari pendidikan
jasmani itu sendiri. Seperti yang diketahui bahwa pendidikan jasmani ini tidak hanya
meningkatkan jasmani peserta didik. Akan tetapi, dengan adanya pendidikan jasmani ini akan
stabilitas emosi, keterampilan sosial dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani. Sebagai guru
penjas harus dapat melibatkan intelektual anak, sosial dan emosional anak.
Pendidikan karakter akan efektif dan memiliki makna jika peserta didik tidak hanya paham
mengenai kebaikan, akan tetapi juga menjadikan kebaikan itu sebagai sikap dan sifat serta dapat di
terapkan dalam kehidupan seharihari. Hal ini berarti bahwa pendidikan karakter tidak hanya
berhenti pada peserta didik tahu dan paham tentang karakter-karakter mulia (kognitif) tetapi
hendaknya membuat peserta didik memiliki komitmen kuat pada nilai-nilai 38 karakter itu
(afektif) dan selanjutnya peserta didik dapat terdorong untuk mengaktualisasikan kedalam nilai-
nilai yang telah mereka miliki dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari (psikomotorik).
Sebagai cerminan bagi peserta didik maka seorang guru memiliki peranan dalam pembentukan
karakter peserta didik. Maka dari itu, guru harus memiliki 6 peran utama yaitu sebagai inspirator,
dinamisator (penggerak/ pendorong), keteladanan, motivator, pendorong kreativitas dan evaluator.
BAB III
METODE PENELITIAN
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan salah satu bagian penting dalam penelitian kuantitatif.
Pemilihan lokasi penelitian didasarkan bahwa lokasi tersebut merupakan tempat untuk
mengambil data dari subjek penelitian. Berdasarkan dari observasi awal, maka ditetapkan lokasi
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – April tahun 2023. Waktu pengumpulan
data dari subjek dan masing-masing informan menyesuaikan subjek dan informan penelitian.
Kemudian pengumpulan data keseluruhan dilakukan pada bulan April – Mei tahun 2023.
a. Populasi
atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Hal ini berarti populasi
merupakan keseluruhan objek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
b. Sampel
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampling. Sampling jenuh adalah Teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang
ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil (Sugiyono,2015). Sampel
pada penelitian ini berjumlah 6 orang dengan keterangan seluruh guru penjas