Disusun Oleh :
DODI BENAMMI BARUS (6233111041)
2023
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur pada Yang Maha Kuasa atas limpahan dan rahmatNya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Menganalisis Masalah Siswa.
Tugas ini merupakan salah satu metode perkuliahan yang sangat bermanfaat untuk
mengetahui materi dalam perkuliahan. Dalam pembuatan tugas ini banyak pihak yang telah
memberikan dukungan, bimbingan, arahan serta motivasi sehingga tugas ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu saya mengucapkan terimakasih kepada pihak yang mendukung.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu saya berharap kritik dan saran yang membangun untuk dapat menyempurnakan
tugas ini. Atas perhatiannya saya mengucapkan banyak terimakasih.
2
A. BERITA PERMASALAHAN ANAK
1. Viral Anak TK di Sulut Jadi Korban Bully, Korban 3 Pekan Tak Mau ke
Sekolah
Viral di media sosial seorang anak perempuan inisial DT (5) di Minahasa, Sulawesi
Utara (Sulut) sudah 3 pekan menolak sekolah karena menjadi korban bully. Ironisnya, korban
diduga.dibuly oleh orang dewasa. Dalam unggahan viral, bocah malang tersebut diketahui
sebagai warga Desa Koya, Kecamatan Tondano Selatan. Ibu korban, PW mengatakan DT
enggan masuk sekolah lantaran merasa takut di-bully oleh murid TK yang juga berstatus anak
guru, hingga sejumlah orang tua siswa. "Kasus perundungan kembali terjadi, DT 5 tahun
berdomisili di Koya, Tondano Selatan, di-bully habis-habisan oleh oknum orang tua di
sekolah tempat di mana dia menimba ilmu," Ibu korban, PW menjelaskan bahwa salah satu
pelaku merupakan anak salah seorang oknum guru di sekolah tersebut.
"Mirisnya oknum yang turut mem-bully adalah anak dari guru DT berinisial PEM panggilan
sehari-hari menggunakan inisial C," tambah akun tersebut. Saat dihubungi terpisah, PW
mengatakan bahwa putrinya DT di-bully saat berada di sekolah, pada Jumat (19/11) lalu.
"Di-bully habis-habisan oleh oknum orang tua di sekolah tempat di mana dia menimba ilmu,
mirisnya oknum yang turut mem-bully-nya adalah anak dari gurunya berinisial PM," kata PW
kepada detikcom, Senin (5/12/2022). Menurut PW, kasus bullying terhadap putrinya itu
berawal saat dirinya meminjam uang kepada wanita inisial MP. Namun karena pada 16
November lalu pinjaman tersebut belum dikembalikan sehingga MP membuat unggahan di
media sosial. Meski begitu kata dia, persoalan utang piutang sudah diselesaikan. Hanya saja
dia kecewa karena persoalan tersebut masih terus berlanjut hingga berdampak terhadap
anaknya. Kemudian pada 19 November lalu, anaknya pergi ke sekolah dan tanpa sengaja
korban mendengar percakapan beberapa oknum orang tua siswa. Mereka menuturkan bahwa
ibu korban adalah penipu."Anak saya sedang berjalan pulang dari sekolah menuju rumah, di
dalam sekolah dia mendengar pembicaraan oknum orang tua murid. Mereka mengeluarkan
perkataan ibu dari anak itu menipu (pinjam uang tidak kembalikan) dan lari ke Bolaang
Mongondow.
3
Anak tukang tipu sekolah di sini," ujarnya. PW mengatakan setibanya di rumah,
anaknya langsung menceritakan semua kejadian yang menimpanya."Setibanya di rumah
anak saya langsung menceritakan kejadian yang dialaminya," kata dia. Akibat dari
peristiwa tersebut, anaknya sudah tidak mau pergi ke TK Imanuel Koya, Minahasa,
karena trauma dan takut di-bully."Sampai saat ini anak saya sudah tidak masuk sekolah
selama 3 minggu," katanya.
Dia berharap masalah tersebut perlu disikapi secara serius oleh pihak sekolah. Dia
menginginkan persoalan tidak berlanjut ke ranah hukum. Tak hanya itu, supaya anaknya
bisa kembali bersekolah dengan perasaan aman, bukan karena takut di-bully.
PW melanjutkan, hal itu sangat berdampak dan mempengaruhi kejiwaan motorik dan
mental anaknya sebagai korban bully. "Akibat dari kejadian tersebut, hingga saat ini
anak saya sudah tidak mau sekolah lagi, dan hingga saat ini pihak sekolah tidak
melakukan kunjungan konseling terhadap korban," jelas dia. PW menegaskan bahwa
pihaknya masih memberikan waktu selama 3x24 jam untuk meminta maaf secara
terbuka. Namun apabila dalam waktu yang sudah ditentukan tidak ada itikad baik, maka
pihaknya akan membawa kasus ini ke ranah hukum. "Kami ingin meminta keadilan dan
ingin meminta bantuan konsul dan juga pendampingan pakar hukum yang lebih
memahami bentuk pelecehan dan perundungan secara verbal kepada anak di bawah
umur," pungkasnya.
Berdasarkan pada data KPAI di tahun 2021 setidaknya terjadi sekitar 53 kasus
bullying di sekolah dan 168 kasus bullying di dunia maya. Sedangkan, di Tahun 2022
KPAI menyatakan bahwa bullying dengan kekerasan fisik dan mental di sekolah menjadi
sekitar 226 kasus dan 18 diantaranya adalah bullying di dunia maya. Melihat fakta di
atas, maka untuk mengatasi salah satu contoh masalah sosial di lingkungan sekolah ini
harus ada koordinasi antara orang tua dan pihak sekolah.Orang tua berperan untuk
memberikan pemahaman kepada anak sejak dini bahwa membully seseorang merupakan
hal yang tidak baik. Sedangkan, pihak sekolah juga harus memberikan bimbingan
konseling yang tepat agar para pelaku. Bimbingan konseling tersebut bisa dilakukan
dengan beberapa tahapan seperti mengidentifikasi masalahnya, memberikan pelayanan
4
BK, tetapkan hukuman kedisiplinan, dan melakukan pengawasan terhadap pelaku
bullying.
2. Tawuran Antar Pelajar SMA Pecah di Tana Toraja, Polisi Turun Tangan
Tawuran menjadi salah satu masalah sosial paling serius yang bahkan harus
melibatkan pihak seperti kepolisian dalam proses penanganannya. Secara umum,
kasus tawuran antar pelajar yang terjadi selama ini disebabkan oleh masalah kecil
seperti saling mengejek antar teman yang beda sekolah. Selain itu, penyebab salah
satu contoh masalah sosial di lingkungan sekolah ini juga emosi remaja yang masih
5
cukup labil, masalah kondisi keluarga yang kurang harmonis sehingga melampiaskan
kemarahan pada orang lain hingga lingkungan sekolah.
Meskipun penyebabnya terdengar sepele, namun tak jarang tawuran ini juga
menghilangkan banyak nyawa. Untuk mengatasi kasus tawuran antar pelajar ini, harus
melibatkan semua pihak, termasuk orang tua, guru hingga kepolisian. Orang tua bisa
menanamkan nilai-nilai yang baik dan membentuk karakter anak dari rumah. Guru
bisa memberikan bimbingan konseling kepada siswa yang melakukan tawuran. Pihak
sekolah juga bisa memberikan hukuman yang wajar untuk memberikan efek jera.
Pihak kepolisian pun ikut berkontribusi dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan
mengenai bahayanya melakukan salah satu contoh masalah sosial di lingkungan
sekolah yang dalam hal ini adalah tawuran. Ketika berhasil mengamankan pelaku
tawuran pun, polisi juga bisa memberikan pemahaman lebih kepada pelajar agar tidak
melakukannya kembali. Dengan adanya koordinasi dan kerjasama yang tepat dari
setiap pihak, maka tindakan tawuran bisa diminimalisir.
6
Kasat Binmas Polres Manggarai Barat AKP Muhammad Yakub berjanji akan
berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk mengatasi siswa bolos sekolah tersebut.
Nantinya, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Manggarai Barat juga turut
dilibatkan untuk mengatensi keluhan warga itu.
Budi mengatakan, atas tindakan kekerasan yang dilakukan RAS kepada lima
rekannya, RAS dipastikan akan dikeluarkan dari sekolah. Begitu juga dengan Kartu
Jakarta Pintar (KJP) yang dia miliki juga akan dicabut. Tidak ada tuntutan yang
diajukan lima keluarga korban kekerasan terhadap RAS. Keluarga korban dan RAS
7
sepakat untuk berdamai. Selain meminta maaf secara tertulis, pihak sekolah juga
membawa RAS dan orangtuanya mendatangi satu per satu rumah korban. "RAS
sudah meminta maaf secara tertulis dan lisan kepada korban bersama orangtua, dan
pihak sekolah akan mengembalikan pelaku ke orangtua," ujar Budi.
8
Video berdurasi 3 menit 52 detik di mana sejumlah siswa asyik merokok di
dalam kelas saat pelajaran berlangsung viral di media sosial. Dari penelusuran
Kompas.com, tindakan tak terpuji ini terjadi di SMK Taman Madya yang berada di
Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Namun, belum
diketahui orang yang pertama kali mengunggah video tersebut. Adegan merokok
sejumlah siswa dalam kelas itu dilakukan saat guru sedang menerangkan pelajaran.
Dalam video tersebut nampak beberapa murid terlihat duduk di bangku belakang
sambil merokok. Mereka merokok tanpa canggung dan sepertinya tidak menggubris
sang guru sedang mengajar.
9
diperpanjang lagi kontraknya di sekolah kita karena ditemukan ada unsur
pembiaraan," ungkap dia.
1. Mengganggu
Bentuk perilaku negatif ini sering sekali ditemukan pada waktu pembelajaran
berlangsung maupun pada waktu istirahat. Perilaku yang dilakukan siswa ini
sangat mengganggu kegiatan proses belajar. Pada saat peneliti melakukan
wawancara dengan guru kelas, mengatakan bahwa terdapat beberapa siswa yang
suka mengganggu teman. Peneliti melihat kejadian tersebut pada saat observasi,
siswa A yang duduk paling belakang sedang asyik bermain penggaris. Siswa A
tersebut menggunakan penggaris untuk mengambil tempat pensil temannya
sehingga teman yang lain merasa terganggu oleh perlakuan siswa A. Tidak hanya
itu, siswa A mengganggu temannya dengan cara menyembunyikan penghapus,
mencoret-coret buku, bahkan siswa A tersebut berjalan-jalan untuk mengambil
barang temannya.
2. Membully
Perilaku membully yang sering sekali dilakukan siswa yaitu memangil nama
teman dengan sebutan yang tidak pantas, men menghina nama orang tua bahkan
saling mengejek. Terkadang siswa juga melakukan pengancaman terhadap
temannya dikarenakan tidak mau meminjami pensil maupun penghapus. Pada
saat peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas, terdapat beberapa siswa
10
yang melakukan pembullyan terhadap temannya. Hasil observasi menunjukkan
pada saat di dalam kelas siswa B memanggil nama teman dengan sebutan nama
hewan, tidak hanya itu siswa B menghina nama orang tua temannya dan
mengejek. Siswa B tersebut terkadang juga melakukan pengancaman terhadap
temannya dankejadian tersebut dilakukan oleh siswa B pada saat jam istirahat.
3. Emosional
Siswa yang mempunyai perilaku emosional sering kali bermain tangan
terhadap temannya, entah memukul atau mencubit. Apabila siswa tersebut
merasa terganggu dan tidak bisa menahan dirinya maka ia berbuat hal negatif
terhadap temannya. Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas,
menjelaskan bahwa sikap emosional yang terjadi dilakukan oleh siswa menjadi
hal yang biasa. Hasil observasi menunjukkan bahwa pada saat jam pembelajaran
berlangsung siswa C memukul teman sebangkunya menggunakan buku tulis.
Teman sebangkunya tidak sengaja menyenggol tangan siswa C sehingga siswa
tersebut marah dan meluapkan emosinya kepada temannya.
4. Provokator
Siswa yang melakukan perbuatan tersebut sering mengajak atau menghasut
teman yang lain agar melakukan tindakan yang mengarah ke hal negatif.
Contohnya, apabila siswa tersebut tidak menyukai hal seperti tidak mau
mengerjakan tugas dari guru maka siswa tersebut menyuruh teman yang lain
agar tidak mengerjakannya juga. Pada saat peneliti melakukan wawancara
dengan guru kelas, bahwa terdapat salah satu siswa yang mempunyai perilaku
negatif tersebut.
5. Berkelahi
Perilaku negatif seperti ini harus diperhatikan oleh guru, kejadian yang
dialami siswa awalnya mereka saling bercanda. Tetapi pada saat bercanda ada
siswa yang tersinggung maupun di tertawakan siswa lain sehingga
mengakibatkan cekcok dan terjadilah perkelahian. Sering sekali kejadian ini
dialami oleh siswa laki-laki yang emosinya tidak stabil.Pada saat peneliti
melakukan wawancara dengan guru kelas, bahwa perkelahian yang dalami oleh
siswa karena saling bercanda tetapi lama kelamaan hal tersebut menjadi serius.
Hasil observasi menunjukkan pada saat jam istrahat siswa D bermain petak
11
umpet di depan kelas dengan teman-temannya, karena salah satu seorang teman
tidak mau bergantian berjaga siswa D langsung menyekik leher teman tersebut
dari belakang sehingga terjadilah pekelahian.
6. Membolos
Membolos merupakan suatu kesengajaan yang dilakukan siswa untuk tidak
masuk sekolah atau tidak mengikuti pelajaran. Membolos juga merupakan suatu
tindakan yang melanggar tata tertib di sekolah. Terdapat beberapa siswa di SDN
Keboansikep 01 Gedangan Sidoarjo yang membolos sekolah tanpa surat
keterangan, dan ada juga siswa yang membolos dikarenakan orang tua yang
bekerja dari pagi sehingga siswa tersebut kurang pengawasan dari orang tua.
Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas, tedapat siswa E
yang sering membolos. Siswa E tersebut dalam seminggu masuk sekolah 2 atau
3 hari saja, menurut guru kelas siswa E sering membolos dikarenakan faktor
ekonomi keluarganya.
12
kepada temannya. Dampak percerain dari orang tua bisa mengakibatkan siswa
menjadi stress dan hasil bealajar menjadi turun.
3) Ekonomi, faktor dari ekonomi yang kurang bisa mepengaruhi siswa mempunyai
perilaku negatif. Orang tua yang sibuk bekerja dan sering terjadi cekcok keluarga
karena kebutuhan ekonominya kurang sehingga kebutuhan siswa tidak bisa terpenuhi.
13
5) Sebagai calon Guru melakukan kerja sama atau pendekatan terhadap orang tua
siswa.
6) Sebagai calon Guru hendak tidak langsung memarahi siswa,namun mendekati
siswa dengan memahami karakteristik siswa dari hal yang disukai,dan lain-lain.
7) Sebagai calon Guru hendaknya membimbing ke arah lebih baik
Contohnya:
Melalui Hobii,
Melalui Metode Pembelajaran yang menyenangkan,
Melalui Bercerita.
8) upaya korektif seperti mengecek kondisi siswa dan komunikasi terhadap orang
tua,
9) menjalin kerja sama yang baik antar guru.
D. KESIMPULAN
Bagi Sekolah kesulitan belajar yang dialami oleh siswa harus diatasi dengan
merujuk kepada indikator siswa menunjukan perilaku menyimpang selama
proses pembelajaran. Dalam hal ini, sekolah diharapkan dapat memberikan
pelatihan kepada guru sehingga kualitas guru dapat menjadi lebih baik dan
guru dapat membuat standar pembelajaran yang lebih baik lagi.
Bagi guru kesulitan belajar yang dialami oleh siswa harus diatasi dengan
merujuk kepada indikator siswa menunjukan perilaku menyimpang selama
proses pembelajaran. Dalam hal ini, guru diharapkan dapat lebih memberikan
perhatian kepada siswa sehingga siswa merasa nyaman dan senang selama
pembelajaran berlangsung.
Bagi Siswa Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa harus diatasi dengan
merujuk kepada indikator kesulitan belajar yaitu siswa menunjukan perilaku
menyimpang selama proses pembelajaran. Dalam hal ini, siswa diharapkan
meningkatkan motivasi belajar agar tidak menyimpang selama proses
pembelajaran.
14
DAFTAR PUSTAKA
Suharmono, K., Syamsul, G., & Hawa N. H. (2020). Perilaku Negatif Siswa dan Solusi
Untuk Mengatasinya di sekolah. Jurnal Elementary School, 7(2), 215-224.
https://www.academia.edu/71130501/
Perilaku_Negatif_Siswa_Bentuk_Faktor_Penyebab_Dan_Solusi_Guru_Dalam_Mengatasinya
15