Dosen Pembimbing:
Dr. SAKRONI, SST, M. Pd
Disusun oleh:
KELOMPOK 6
NUR FUJI NRP. 16.04.031
ZHALDY FARADHIATMA PANTOIYO NRP. 16.04.092
GEA BRIANIAGITA BR. SEMBIRING DEPARI NRP. 16.04.108
HAMDAN SULISTIONO NRP. 16.04.398
A. Identitas Sekolah
B. Data Pelengkap
C. Kontak Sekolah
D. Data Periodik
E. Data Lainnya
Disusun oleh:
NRP. 16.04.092
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun target informan dan juga responden di SMP Buga Bangsa terkait permasalahan
yang diangkat antara lain:
1. Tenaga Pendidik:
a. Guru Pengajar;
b. Wali Kelas; dan
c. Guru Bimbingan Konseling.
2. Siswa:
a. Sampel informan: kelas VII dan kelas VIII (masing-masing dua orang laki-
laki);
b. Sampel Responden: Kelas IX (total ada tiga puluh responden dari seluruh
kelas IX, yang terdiri dari dua kelas);
c. Ketua Osis SMP Bunga Bangsa
d. Klien MP (siswa kelas IX-B)
BAB II
PERMASALAHAN BULLYING
DI SMP BUNGA BANGSA KOTA BANDUNG
Pangetahuan mereka terhadap kasus sering Pangetahuan mereka terhadap kasus sering
ngejailin teman sekelas: Jarang ngejailin teman sekelas: Jarang
Contoh Bully yang dilakukan: Nyoretin tubuh
teman lain, dan teman tersebut marah, suka
ngejek, dan berkata kasae ketika dijailin
MR RA
Kelas VIII A
Usia; 14 Tahun Usian: 13 Tahun
Tanggapan terkait permasalahan di kelas dan (sama)
di luar kelas Jailnya seperti menaruh tipe-X
Anak kelas kebanyakan pada nakal, seperti sembarangan dengan sengaja, yang
berisik, jail ke teman sekelas, gulat akibatnya teman yang menjadi korban
Perkelahian di kelas bisa dihitung lebih dari terkena cairan tipe-X itu dan ditertawahi
lima kali oleh teman2 kelas yg lain
Banyak/ sering menggunakan kata-kata Ada salah satu orang teman sekelas yang
kasar, seperti makian dengan nama sering dipanggil dengan julukan fisik
binatang pribadi orang tersebut, yakni dengan
Ada beberapa teman kelas yang sering julukan si “Hitam”
memanggil dengan julukan yang buruk,
yang menyakiti orang lain
Permasalahan yang sering terjadi di SMP yakni kasus pembolosan, yang banyak terjadi di hari
sabtu, dan lebih banyak lagi permasalahan yang suka ngejailin orang lain. Dalam mengatasi
masalah tersebut pihak Osis hanya dapat melakukan langkah dengan pelaporan ke Guru atau BK.
2. Informan sampel dari kelas IX
Klien MP adalah salah satu siswa yang direkomendasi oleh pihak sekolah agar
permasalahannya dapat diasesmen oleh saya dan juga dapat menangani permasalahannya,
meskipun hanya sebatas rencana intervensi.
Klien MP merupakan salah satu siswa di antara siswa-siswa yang berada di SMP Bunga
Bangsa yang menjadi korban pembulian. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan klien
MP, dia mendapatkan tindak pembulian dari salah seorang teman kelasnya yang berinisial M.
Klien MP mendapatkan tindak pembulian tersebut sejak dari kelas delapan dan berlanjut hingga
sekarang. Tindakan pembulian ini lebih banyak didapatkan saat duduk di kelas IX dibandingkan
saat duduk di kelas VIII SMP. Adapun pembulian yang dilakukan oleh M ke klien MP seperti
sering dipukul dengan menggunakan penggaris dan diwaktu bersamaan terlihat oleh teman-teman
kelas lainnya. M selalu mengikuti MP dimana dia duduk, terkadang kalau diberikan makanan
kemudian berperilaku baik ke MP, namun hal ini tidak bertahan lama dan akan kembali melakukan
pembulian ke MP suatu waktu.
Namun dalam menerima perilaku pembulian dari M, klien MP tidak ada keinginan untuk
mencoba membalas atas apa yang dialaminya, dengan alasan klien bahwa pasti apa yang dilakukan
terhadapnya akan mendapat balasan. Masalah bully yang dialami klien MP tidak pernah
disampaikan kepada orang tuanya, karena MP merasa hal tersebut masihlah wajar dan juga tidak
terlalu berpengaruh. Masalah ini pernah dilaporkan ke wali kelas saat MP merasa pusing atas
perlakuan bully yang dialaminya, namun dampak yang dihasilkan tidaklah bertahan lama yang
kemudian kembali lagi melakukan hal tersebut.
3. Kuesioner terhadap Bullying
Nama:
Item-item pernyataan yang terdapat dalam kuesioner tersebut adalah item pernyataan yang
dinyatakan valid, karena kuesioner tersebut berasal dari salah satu penelitian kuantitatif yang
dilakukan oleh seorang mahasiswa STKS angkatan 2014. Item pernyataan instrumen terdiri dari
pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable. Berikut ini merupakan persebaran item
pernyataan berdasarkan aspek dan pernyataan yang termasuk dalam pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negatif (unfavorable).
No. Aspek Favorable Unfavorable
1. Kognitif 1, 2, 5 3, 4, 6, 7, 8
2. Afektif 9, 11, 12, 14, 15 10, 13, 16
3. Konatif 17, 19, 20, 22, 24, 26 18, 21, 23, 25, 27
Jumlah 14 13 27
Adapun sasaran dari kuesioner ini atau respondennya adalah sampel yang diambil dari
siswa kelas IX sebanyak tiga puluh sampel, yakni di masing-masing kelas terdiri dari lima belas
sampel yang dipilih secara acak dengan perbandingan 8:7 antara siswa dan siswi. Adapun dengan
beberapa alasannya, yakni: karena dianggap sudah mampu untuk memahami dari pernyataan-
pernyataan yang berada di dalam kuesioner dan juga pengalaman atau pengetahuannya lebih
dibandingkan siswa-siswa kelas VII dan VIII; serta dengan alasan, siswa-siswa kelas IX termasuk
pada rentang kehidupan pada psikologi perkembangan termasuk dalam masa puber akhir dan akan
menuju pada masa remaja awal, yakni pada rentang usia 14-15 atau 15-16 tahun, yang di mana
pada masa ini terjadi perubahan pada perilaku dan sikap dari seseorang. Seperti, kalau pada masa
puber itu merasa bosan, ingin menyendiri, emosi yang meninggi, hilangnya kepercayaan diri dan
sebagainya. Dan pada masa awal remaja seperti masa mencari identitas, suka berkelompok dan
sebagainya.
Adapun teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ini menggunkan teknik
Nonprobability Sampling: Sampling Kuota. Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan
sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
(Sugiyono: 85, 2014)
Kesimpulan umum sementara dapat dilihat dan juga dianalisis terhadap responden para
siswa kelas IX SMP Bunga Bangsa terhadap kuesioner yang diberikan tentang “Sikap Siswa
terhadap Bullying”, yakni para siswa kelas IX secara keseluruhan sudah mengetahui permasalahan
bullying, dan sikap mereka terhadap bullying dapat disimpulkan sudah baik, maksudnya mereka
menolak bullying yang terjadi pada mereka.
BAB III
ASESMEN SERTA RENCANA INTERVENSI TERHADAP KLIEN “MP”
DI SMP BUNGA BANGSA KOTA BANDUNG
Teman Guru
MP
Kelas
Ayah DH &
MH
Teman lingkungan
Tempat Tinggal
Keterangan:
Rengang/Kurang Baik
Hubungan baik
Hubungan Erat
Gambar 1
ECOMAP
Dari gambaran ecomap diatas dapat dilihat bahwa klien MP memiliki hubungan
yang baik dengan beberapa orang di tandai dengan garis lurus; kemudian memiliki
hubungan yang erat dan juga hubungan erat namun agak renggang; serta juga memiliki
hubungan yang kurang baik, namun ada juga yang kurang baik tapi satu arah.
Dengan wali kelas dan juga guru BK, klien memiliki hubungan yang baik. Klien
mengklaim kalau dia orang yang paling dekat di antara teman-temannya dengan wali
kelasnya. Namun wali kelasnya dalam seminggu datang ke SMP Bunga Bangsa sebanyak
dua kali, yang menyebabkan belum dapat terciptanya hubungan yang erat tantara klien MP
dengan wali kelasnya. MP memiliki hubungan yang kurang baik dengan teman-teman
sekelasnya, karena klien cenderung menarik diri terlibat aktiv dalam bergaul dengan
teman-temannya. Namun tidak semua teman-teman kelasnya yang memiliki hubungan
kurang baik dengan MP, ada dua orang -seperti yang disampaikan klien MP saat
wawancara- yang memiliki hungan yang cukup baik dengan MP yakni teman yang
berinisial MH dan DH. Kedua temannya ini, teman yang cukup dekat dengan MP yang
merupakan teman obrolan bagi MP, sering mengantar pakai motor yang dimiliki DH di
saat pulang sekolah dan juga membela MP dikala di bully. Di antara teman-teman
sekelasnya ada satu orang teman yang sering membully MP yakni teman yang berinisial
MS. Berdasarkan wawancara dengan klien MP, MS mulai membully sejak di SMP kelas
delapan, dan sering di-bully saat duduk di kelas sembilan.
Di lingkungan tempat tinggalnya, dengan keluarganya MP memiliki hubungan
yang baik. MP memiliki hubungan yang erat dengan kedua orang tuanya, namun agak
sedikit renggang hubungannya dengan ayah MP, dikarenakan ayahnya bekerja di luar kota
dengan waktu yang cukup lama, yakni selama satu semester. MP mengatakan kalau
ayahnya sering menggadaikan motor ibunya sebanyak dua puluh kali, tanpa terlebih dahulu
mengkonfirmasi ke ibunya. MP memiliki hubungan yang baik dengan adik kecilnya.
4. Keberfungsian intelektual
Klien MP sedang menempuh pendidikan di kelas tiga SMP di SMP Bunga Bangsa
Bandung. Berdasarkan wawancara dengan wali kelasnya dan guru BK, mereka
mengatakan bahwa MP memiliki motivasi belajar yang terbilang masih kurang, ini ditandai
dengan riwayat prestasinya dari kelas tujuh hingga kelas sembilan terbilang cukup rendah.
Daya tangkap yang dimiliki MP masih kurang di semua mata pelajaran, padahal dari segi
kehadiran dan juga sikap cukup bagus. Sedangkan menurut MP, mengatakan kalau dia
agak kesusahan untuk fokus dan memahami mata pelajaran bahasa inggris dan matematika.
MP sering internet dengan mencari wifi di jalan kordon pakar.
5. Keberfungsian spiritual
Klien MP adalah seorang Muslim, yakni orang yang beragama Islam yang ia
dapatkan dari ayah serta ibunya. Namun MP di dalam menjalankan ibadah seperti sholat
lima waktu masih bolong-bolong, hal tersebut sesuai dengan penututrannya. Di SMP
Bunga Bangsa sendiri ada mata pelajaran BTQ yakni Baca Tulis Qur’an, kelas yang di
tempati MP yakni kelas IX-B mendapatkan jadwal di hari sabtu pada pukul 10.40 - 12.00
WIB setiap pekannya. Salah satu ciri khas dari SMP ini, yaitu sebelum pelajaran pertama
dimulai yakni pada pukul 07.00 WIB, sebelumnya selama sepuluh menit ada sesi
tadarusnya (baca qur’an) yang dilakukan setiap hari.
D. Rencana intervensi
Rencana intervensi dilakukan untuk memberikan gambaran tentang program
intervensi, tujuan apa yang ingin dicapai, metode dan teknik apa yang digunakan dan
sasaran intervensi. Sehubungan dengan hal tersebut disusunlah rencana intervensi dengan
melibatkan klien dan beberapa pihak yang terkait dalam proses tersebut.
Berdasarkan hasil asesmen, dibuatlah rancangan/rencana intervensi untuk upaya
memecahkan permasalahan yang dialami oleh klien MP. Masalah yang akan diintervensi
terfokus pada kurangnya interaksi sosial klien terhadap ligkungannya di SMP Bunga
Bangsa. Klien merasa bahwa ketika dia ingin mencoba berbicara ke teman kelasnya,
mereka tidak akan ada yang meresponnya, jadi klien lebih memilih diam. Klien juga
merasa teman-teman kelasnya sering membicarakan dia dari belakang.
Beberapa hal penting yang disiapkan dalam rencana intervensi sebagai berikut:
1. Tujuan intervensi
a. Tujuan umum
Tujuan intervensi secara umum dari klien MP ditarik dari fokus masalah
klien MP yakni kurangnya interaksi sosial klien terhadap ligkungannya, terutama
lingkungan di SMP Bunga Bangsa. Tujuan umumnya adalah memupuk dan
membiasakan klien MP untuk bergaul atau berempati kepada sesama. Bukan
dengan selalu berpikiran negatif bahwa dialah orang yang paling tidak diinginkan,
orang yang tidak di dengar dan tidak dipercaya jika berbicara atau menyampaikan
sesauatu. Tujuan umum lainya adalah untuk meningkatkan keberfungsian sosial
klien dalam kehidupan sehari-hari klien.
b. Tujuan khusus
1) Membantu klien untuk keluar dari zona nyamannya. Zona atau dunia yang
membuat dia memilih menghabiskan waktu sendiri.
2) Memupuk rasa tanggung jawab dalam menjalankan kewajiban seperti
kewajiban untuk beribadah, kewajiban-kewajiabn sekolah dan lainnya
3) Memunculkan keinginan klien untuk hidup dalam berkawan dan bersosial
dengan siapapun tanpa pandang bulu
4) Menyadarkan klien bahwa masalah bukan untuk dipendam, tetapi harus
diceritakan dengan orang-orang terdekat yang mempedulikan klien
5) Menumbuhkan sikap keterbukaan pada diri MP terhadap lingkungannya di
SMP Bunga Bangsa sebagai upaya awal dari klien MP dapat bercerita hal
apapun secara jujur dan terbuka
6) Mengurangi bahkan menghilangkan kebiasaan klien berpikiran negatif
terutama kepada para teman sekelasnya.
7) Meningkatkan dan selalu memberikan motivasi kepada klien gar lebih aktif dan
bersemangat di sekolah serta rajin mengerjakan tugas-tugas sekolah
8) Menggali hobi dan keterampilan klien
9) Bekerjasama dengan pihak sekolah untuk merubah kebiasaan klien menyendiri
dan meningkatkan motivasi belajar klien disekolah
10) Membuat klien memahami dan menilai fakta dari suatu masalah untuk melihat
kemungkinan alternatif pemecahannya
11) Mengajak dan membiasakan klien untuk selalu mendiskusikan masalah
2. Sasaran intervensi
Praktek pertolongan pekerjaan sosial sangat memperhatikan faktor lingkungan
dalam setiap upaya penyelesaian permasalahan klien, oleh karena itu dalam
pelaksanaan intervensi tidak hanya terfokus pada klien melainkan juga terhadap orang-
orang yang ada di sekelilingnya (significant others). Adapun yang menjadi sasaran
dalam proses intervensi ini adalah sebagai berikut:
a. Klien MP agar bisa memupuk dan melatih rasa serta sikap empatinya kepada
lingkungan sosialnya. Hal ini diperlukan agar klien bisa membuka diri dan tidak
berfikiran negatif terhadap lingkungan
b. Teman-teman klien terutama di lingkungan SMP Bunga Bangsa agar bisa saling
memahami dan saling mendukung satu sama lain.
c. Wali kelas, Guru BK dan Guru pengajar lainnya untuk memantau perkembangn
interaksi klien saat di dalam kelas dan juga lingkungan sekolah.
3. Program intervensi
Program intervensi yang akan dilakukan dalam upaya menumbuhkan dan
memupuk interaksi sosial klien MP terhadap lingkungannya di SMP Bunga Bangsa.
Program pendampingan tersebut akan terdiri dari beberapa kegiatan. Adapun kegiatan
intervensi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tahap membangun relasi
Tahap ini dimulai setelah mendapati klien MP sebagai klien yang telah di tentukan
oleh pihak sekolah untuk di asesmen. Tahap ini dimulai dengan menggunakan
teknik small talk, yang tujuannya adalah terciptanya suatu suasana yang dapat
memberikan kemudahan bagi keduanya untuk melakukan pembicaraan sehingga
hubungan selanjutnya dalam proses intervensi akan berjalan sesuai yang
diharapkan. Tujuan lainnya adalah untuk dapat menarik kemauan agar klien dapat
berbicara. Harapannya setelah relasi awal dilakukan, rapport mulai sedikit
terbangun, antara klien dan pekerja sosial. Hingga akhirnya rapport pun terbangun
dan klien menyetujui serta menandatangani form kontrak tahapan – tahapan
selanjutnya.
b. Tahap pemberian motivasi
Pada semua tahapan relasi pertolongan pekerja sosial akan memberikan motivasi
kepada klien MP. Baik motivasi untuk kondisi kehidupan klien sehari-harinya
disekolah maupun kehidupan di rumahnya. Pemberian motivasi dilakukan secara
fleksibel nantinya. Tidaklah harus melalui wawancara formal antara pekerja sosial
dan klien MP, melainkan di setiap kesempataan pekerja sosial jika bertemu dengan
klien, atau dengan selalu mengajak klien untuk ikut dalam kegiatan-kegiatan
sekolah secara bersama-sama, bukan malah menyendiri dari kelompok.
c. Tahap pemberian kemampuan
Pada tahap pemberian kemampuan ini pekerja sosial akan melakukan beberapa
tehnik yang di terapkan saat memberikan relasi pertolongan. Diantaranya tehnik
reward and punishment, modelling, Advice giving and instruction, konseling,
Support, serta tehnik ventilation. Pemberian kemampuan ini yang nantinya tidak
terlepas dari kontrol pekerja sosial yang tentunya dibantu oleh pihak sekolah
maupun dari keluarganya.
d. Tahap pemberian kesempatan
Pada tahap ini klien akan diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapat,
cerita, serta isi hatinya guna memberikan kenyamanan bagi klien di dalam
berkomunikasi dengan pekerja sosial. Kesempatan ini diberikan sejak awal tahap
asesmen hingga terminasi. Dengan diberikannya kesempatan kepada klien, klien
diharapkan dengan perlahan mengakui dirinya.
4. Metode dan teknik intervensi yang digunakan
1. Penggunaan metode Social case work
Metode yang akan pekerja sosial gunakan dalam menerapkan intervensi
pada klien MP adalah metode social case work atau metode pekerjaan sosial dengan
individu. Metode ini digunakan karena penanganan masalah yang akan diselesaikan
adalah terkait masalah sosial individu atau perseorangan. Pekerja sosial akan
memberikan pelayanan intervensi masalah dengan berpusat pada individu klien
MP. Penggunaan metode dilakukan dengan dasar relasi yang bersifat individual
dengan klien MP. Model yang akan digunakan adalah model psikososial dan
pengubahan perilaku. Selain itu, pekerja sosial akan menggunakan beberapa tehnik
dalam penerapan pengubahan perilaku dan beberapa terapi yang dapat mendukung
penerapan pengubahan perilaku sehingga dapat tercapai tujuan yang ingin diraih
terhadap klien MP atas masalah dalam keberfungsian sosialnya.
Teknik-teknik yang dipilih dan digunakan dalam penggunaan metode social
case work terhadap permasalahan klien MP adalah tehnik yang di rasa tepat dan
mampu merubah perilaku klien MP. Sehingga mampu mengembalikan
keberfungsian sosial klien MP.
Berikut adalah tehnik dan metode yang digunakan oleh pekerja sosial:
a. Ventilation
Tehnik ini digunakan pada tahap asesmen awal dan terus akan diterapkan
selama intervensi klien MP. Tehnik ini digunakan untuk membawa ke
permukaan perasaan-perasaan dan sikap- sikap yang diperlukan sehingga
perasaan dan sikap – sikap tersebut dapat mengurangi permasalahan yang
dihadapi klien MP. Teknik ini digunakan untuk menjernihkan emosi yang
tertekan karena bisa saja menjadi penghalang bagi penggerak positif klien.
Dengan menyatakan perasaan-perasaanya, maka praktikan menjadi lebih siap
mencari pemecahan masalahnya.
b. Support
Teknik ini mengandung arti memberikan semangat, menyokong dan
mendorong aspek-aspek dari fungsi klien MP, seperti kekuatan-kekuatan
internalnya, cara berperilaku dan hubungannya dengan orang lain. Melalui
tehnik ini, praktikan memberikan dukungan terhadap klien baik melalui
dukungan verbal higga mengajak langsung ikut terlibat dalam kegiatan atau
perkumpulan yang sedang berlangsung.
c. Advice giving and instruction
Tehnik ini diberikan dengan membagi dan saling bertukar pendapat dan
pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman pribadi pekerja sosial dan juga
pendapat-pendapat profesional. Selain pemberian nasehat, dalam pelakasanaan
tehnik ini klien akan diberikan alternatif-alternatif pemecahan yang akan
dipilih dan dijalankan oleh klien MP demi keberhasilan maksud dan tujuan
intervensi untuk mengembalikan keberfungsian sosial klien MP sendiri.
d. Konseling
Seabagai inti dari praktek sosial casework, tehnik konseling ini tentunya paling
banyak akan pekerja sosial lakukan dari tahapan membangun relasi dengan
klien MP, kemudian mengeksplorasi masalah klien MP secara mendalam,
hingga tahapan pencarian alternatif-alternatif solusi bagi klien MP. Hambatan,
perasaan, dan segala hal terkait proses perubahan klien MP akan dieksplorasi
bersama-sama dengan pekerja sosial.
e. Reward and punishment
Reward akan diberikan ketika klien MP berperilaku sesuai dengan harapan dan
kesepatakan intervensi klien dengan praktikan sebelumnya. Dan punishment
diberikan ketika klien memunculkan perilaku atau tetap mempertahankan
kebiasaan klien yang tidak baik.
f. Modelling
Tehnik ini adalah tehnik yang menggunakan individu – individu yang
berpengaruh dalam kehidupan klien MP yang nantinya akan di jadikan sebagi
role model untuk kembali berfungsi sosial dengan baik. Yang menjadi role
model bagi klien dalam tehnik ini adalah pekerja sosial sendiri. Seperti
membaur dan sering bertegur siapa dengan siapapun yang di sekolah, begaul
dengan siapa saja yang ada di sekolah dan memperbanyak berinteraksi dengan
sesama.
2. Penggunaan Metode Social Group work
a. Social conversation Group (Kelompok Percakapan Sosial)
Percakapan sosial ini digunakan pekerja sosial untuk tujuan menguji dan
menentukan seberapa dalam hubungan dan relasi klien dengan pekerja sosial
dan teman – teman sekelasnya lainnya. Membagi kelompok dimana
didalamnya klien MP menjadi anggota kelompok yang juga bertugas dan
berperan aktif dalam mebahas isu – isu sosial terkini baik tentag sekolah
maupun teknologi bersama anggota kelompok lainnya.
b. Recreation Skill Group (kelompok-kelompok rekreasi)
Tujuan kelompok ini adalah memberikan kegiatan-kegiatan menyenangkan --
seperti jalan-jalan mengunjungi sebuah tempat wisata-- dan latihan-latihan
fisik. Dan kegiatan-kegiatannya sering bersifat spontan dan tidak terlalu
memerlukan pemimpin. Dengan kelompok ini klien tidak bosan dengan dunia
sekolah dan kebiasaan dia. Hal semacam ini dapat membantu membangun
karakter klien MP dan juga motivasi klien MP untuk mengetahui dunia luar
yang memiliki banyak warna dan harapan.
c. Problem Solving Decission Making (kelompok pemecah masalah dan
pengambilan keputusan)
Dalam kelompok ini pekerja sosial dan klien akan membahas dan mencari
pemecahan – pemecahan masalah terkait bagaimana dia harusnya bersikap
dengan teman – temannya maupun lingkungannya di sekolah.
LAPORAN
Disusun oleh:
NUR FUJI
NRP. 16.04.031
A. Hasil Assesmen Klien M
1. Identitas Klien
Nama Klien : MT
TTL : Bandung, 25 Maret 2005
Usia : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : 2 dari 4 bersaudara
Sekolah : SMP Bunga Bangsa
Suku : Sunda
Hobi : Jalan – jalan
Alamat : Jl. Dago Barat
3. Kondisi Psikologis
Berdasarkan pengamatan pada saaat wawancara, klien M adalah anak yang terbuka,
pada awal saya bertemu dengan klien dia sudah memberikan kesan yang baik, dilihat
dari cara klien tersenyum dia sepertinya sangat menghargai dan mau untuk
menceritakan masalah yang telah dialaminya dan klien M terlihat percaya diri, terbukti
ketika saya wawancara dia selalu tersenyum dan menceritakan kisahnya tanpa rasa
canggung, namun klien M berusaha tidak ingin mengungkit terlalu jauh terhadap apa
yang telah dilakukan oleh ayahnya dan klien berusaha melupakan masalah ayahnya
tersebut.
a. Emosi
1) Normal
2) Sangat percaya diri
3) Motivasi kurang
b. Kognitif
1) Kesulitan dalam menerima pembelajaran.
2) Tidak sulit dalam mengambil keputusan.
3) Bercita-cita membuka sebuah usaha bisnis.
c. Sikap dan afeksi
1) Nyaman jika berada di rumah teman
2) Suka merespon temannya yang mengajaknya mengobrol pada saat
pembelajaran berlangsung sehingga tidak memperhatikan.
3) Tidak mudah tersinggung.
4) Optimis.
4. Kondisi Sosial
a. Hubungan dengan keluarga
M merupakan anak ke dua dari empat bersaudara, sekarang dia tinggal bersama ibu
dan kedua adiknya karena ayahnya telah meninggalkannya. Hubungan dengan ibu
dan adiknya baik namun M jarang berkomunikasi dengan kakaknya karena
kakaknya sudah menikah dan tinggal di rumah suaminya bersama anaknya, namun
kakak M sering menanyakan kabar M kepada ibunya karena akhir – akhir ini M
sering menghabiskan waktu di rumah temannya dibandingkan dirumahnya sendiri,
hubungan M dengan adiknya bisa dikatakan baik karena M sering membantu
ibunya untuk menjaga adiknya namun M sering bertengkar dengan adiknya jika
adiknya mengganggunya.
b. Hubungan dengan teman
Hubungan atau relasi M dengan teman-temannya bisa dikatakan baik karena M
merupakan anak yang sangat murah senyum dan ramah, jadi dia mudah untuk
berbaur dengan orang – orang yang ada di sekitarnya bahkan dengan adik kelas
nya. M juga merupakan anak yang lumayan aktif di sekolah karena dia pernah ikut
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), jadi dia memiliki banyak teman dan
lumayan di kenal oleh anak-anak di sekolahnya dan juga guru-guru di sekolah.
c. Hubungan dengan guru
Berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan M mengatakan bahwa dia dekat
dengan beberapa guru yang ada di sekolahnya karena M sering berbagi cerita
dengan gurunya tentang temannya yang bermasalah, namun M seringkali dimarahi
oleh guru yang mengajar di kelasnya karena M sering mengobrol dengan teman
sebangku nya pada saat pembelajaran berlangsung, dan seringkali M tidak
mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya karena terpengaruhi oleh
temannya.
d. Hubungan dengan masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara, M mengatakan bahwa dia jarang berinteraksi dengan
orang yang ada di sekitar rumahnya karena M lebih suka berada di rumah temannya
dan dirumah dia sangat jarang berinteraksi dengan tetangga nya, namun M tidak
pernah membuat masyarakat resah atau marah kepadanya karena tidak tidak pernah
melakukam hal-hal yang tidak disukai atau melanggar aturan yang ada di
lingkungannya.
5. Kondisi Spiritual
Keluarga M merupakan keluarga yang kurang mampu karena ayahnya telah
meninggalkan dia dengan ibu, adik, dan kakaknya, namun mereka tetap rajin
mengerjakan sholat 5 waktu, dan juga di sekolah ada aturan yaitu semua siswa
wajib mengikuti sholat dzuhur berjamaah setiap hari sebelum pulang ke rumah
masing-masing.
6. Lokasi Observasi
Lokasi observasi bertempat di SMP Bunga Bangsa Jl. Dago Bengkok No. 3
Ciumbuleuit, Kec Cidadap, Kota Bandung.
7. Proses Observasi
Hari : Selasa
Tanggal : 30 Oktober 2018
Waktu : 09.00 WIB s/d selesai
Tempat : SMP Bunga Bangsa Bandung
8. Deskripsi Masalah
M merupakan anak kedua dari empat bersaudara, dia memiliki kakak perempuan
yang sudah menikah dan sudah memiliki satu anak, dan juga memiliki dua orang adik,
adiknya masih kelas 2 SD dan satu lagi masih bayi. M tinggal bersama ibu dan kedua
adiknya karena ayahnya meninggalkan M tanpa alasan dan tidak ada yang tahu
keberadaan ayahnya, sehingga ibunya harus menjadi kepala keluarga dan harus
menggantikan ayahnya sebagai pedagang atau berjualan dirumah. Kakak M tinggal
bersama dengan suami dan anaknya, namun M mengatakan bahwa kakaknya ingin
bercerai dengan suaminya. Kakak M bekerja di sebuah toko dan sering memberikan
sebagian gajinya kepada ibunya.
Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan klien M dan guru BK, dapat
disimpulkan bahwa M merupakan anak yang baik, namun motivasi untuk belajar nya
sangat kurang, sehingga sangat sulit untuk menerima pelajaran yang diberikan. M
jarang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan faktor yang menjadi penyebab
kurangnya motivasi belajar yaitu karena teman sebangku yang sering mengajaknya
mengobrol pada saat pembelajaran berlangsung dan juga karena faktor ayahnya yang
telah meninggalkannya sehingga M sering memngingat ayahnya pada saat di sekolah.
Namun M dekat dengan beberapa guru di sekolahnya karena M pernah mengikuti OSIS
jadi dia bisa dikenal oleh guru nya dan juga M memiliki teman yang sedang mengalami
masalah dan gurunya sering menanyakan masalah temannya tersebut kepada M
sehingga dia sering menceritakan masalah temannya kepada gurunya dengan maksud
untuk membantu temannya menyelesaikan masalahnya.
Akhir – akhir ini M mengatakan bahwa dia sangat senang menghabiskan waktu di
rumah sahabatnya dan juga jalan-jalan bersama temannya karena dia merasa jenuh
mendekati Ujian Nasional jadi dia ingin menghilangkan kejenuhannya dengan
menghabiskan waktu bersama sahabatnya, dan akhirnya kakak M sering marah karena
M sering pulang malam hingga kakaknya harus mencari M kemana mana, bahkan M
sering meminta izin kepada ibunya untuk bermalam di rumah sahabatnya karena dia
merasa nyaman jika berada dirumah sahabatnya.
Ibu M sering memberikan kebebasan kepada M sehingga sepulang sekolah dia
selalu ke rumah temannya, dan seringkali ia pergi bersama pacarnya, sehingga M
sangat jarang membantu ibunya dirumah padahal ibunya harus berjualan dan mengurus
kedua adiknya, ibu M pernah mengatakan bahwa tidak perlu sekolah, M bekerja saja
untuk membantu ibu mencari nafkah namun M mengatakan bahwa dia ingin sekolah
dulu, dan M berencana sekolah sambil bekerja pada saat SMA nanti.
B. Rencama Intervensia
1. Tujuan Intervensi
a. Tujuan Umum
Secara umum rencana intervensi ini bertujuan untuk mengurangi permasalahan
klien M baik disekolah maupun di lingkungan keluarga.
b. Tujuan Khusus
Secara khusus rencana intervensi ini bertujuan untuk :
1) Meningkatkan motivasi belajar klien M.
2) Meningkatkan fungsi klien di dalam keluarga.
3) Mengurangi pengaruh negatif dari teman klien.
2. Sasaran Intervensi
Intervensi terhadap klien tidak hanya melibatkan klien tetapi dibantu oleh orang-
orang terdekat atau berpengaruh terhadap kehidupan klien yang dapat membantu dalam
penanganan masalah (significant others).
Significant other yang dimaksud tersebut adalah ibu dan guru, dalam hal ini ibu
seharunya memberikan dukungan kepada klien dan tidak membiarkan klien bebas
bersama temannya dan juga guru yang lebih tahu sifat atau perilaku klien di sekolah.
3. Pendekatan
Dalam menangani permasalahan klien, pekerja sosial menggunakan pendekatan :
a. Pendekatan Sistem dan Ekologi
Pendekatan ini digunakan untuk melihat masalah yang dihadapi klien merupakan
hasil interaksi antara klien dengan lingkungan keluarga yang mempengarauhi
perilaku klien dan juga bisa dilihat dari bagaimana interaksi klien dengan
lingkungannya sehingga mempengaruhi perilaku klien menjadi menyimpang, dan
juga membuat motivasi klien menurun.
b) Family Therapy
Family terapi digunakan untuk mengatur disfungsi individu dan keluarga yang
memandang bahwa interaksi antara individu dan anggota keluarga yang kurang
baik, dengan cara positive reinforcement, parent education, dll.
LAPORAN
Disusun oleh:
2. Sasaran Intervensi
Intervensi terhadap kasus yang dialami “A” tidak hanya melakukan intervensi
terhadap “A” saja tetapi dalam penanganan pemecahan masalah ini di bantu oleh pihak
lain (significant others). Significant others disini adalah orang yang memiliki pengaruh
besar di kehidupan “A” dan dapat membantu dalam penanganan masalah yang dialami
oleh “A”.
a. Sistem Pelaksana Perubahan
Sistem pelaksana perubahan dalam hal ini adalah praktikan (pekerja sosial)
b. Sistem Klien
Seseorang yang sepakat atau meminta pelayanan kepada agen perubahan, dan
yang bekerja berdasarkan kesepakatan atau kontrak dengan agen perubahan.
Sistem klien dalam hal ini adalah “A” yang telah melakukan kontrak dengan
praktikan (pekerja sosial).
c. Sistem Sasaran
Pihak-pihak yang menjadi sasaran intervensi dalam usaha pencapaian tujuan
intervensi dan pemecahan masalah klien. Orang-orang yang memiliki
hubungan sangat dekat dan/atau berpengaruh besar dalam kehidupan dan
penanganan masalah klien, diantaranya:
1) Klien“A”
2) Keluarga “A”
3) Teman sekelas “A”
4) Sahabat “A”
5) Wali kelas
6) Guru bidang kesiswaan/BK
d. Sistem Kegiatan
Sistem kegiatan disini adalah praktikan (pekerja sosial) bersama-sama dengan
pihak terkait dalam melaksanakan intervensi dan mencapai tujuan.
e. Program Intervensi
Program intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar “A” adalah
dengan menggunakan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Tahap Pembentukan Relasi Pertolongan
Pada tahap pembentukan relasi pertolongan, pekerja sosial menentukan significant
others yang memiliki hubungan sangat dekat dan/atau berpengaruh besar dalam
kehidupan “A” dan yang terlibat dalam penanganan masalah atau pelaksanaan
intervensi kepada “A”. Pekerja sosial melakukan kerja sama dengan significant
others “A” yaitu ibu, ayah, pacar, teman-teman sekelas, sahabat “A”, wali kelas,
dan guru bagian kesiswaan/BK.
b. Tahap Pemberian Motivasi
Pada tahap ini pekerja sosial memberikan motivasi atau dukungan dalam bentuk
pujian, hadiah yang “A” sukai, memberikan nasihat dan saran. Motivasi ini
diberikan diharapkan agar “A” mendapatkan stimulus positif untuk lebih giat lagi
dalam belajar sehingga motivasi “A” dalam belajar meningkat selain itu
memberikan kesadaran pada “A” bahwa belajar adalah hal yang penting untuk
mencapai kesuksesan. Pekerja sosial menyadarkan “A” akan pentingnya belajar
dengan memberikan pengertian kepada “A” tentang pentingnya pendidikan dan
manfaat dari belajar.
c. Tahap Memobilisasi Sumber
Tahap memobilisasi sumber merupakan tahap dimana pekerja sosial melibatkan
sumber-sumber yang akan diakses oleh “A” seperti dengan orang tuanya apabila
“A” memiliki nilai yang bagus maka orang tuanya memberikan hal-hal yang
disukai oleh “A” memberikan semangat dalam belajar, selain itu teman sekelas,
sahabat “A”, dan guru yang memantau kondisi belajar “A” dan pemberian motivasi
kepada “A”. Sehingga sumber-sumber kebutuhan “A” dalam menyelesaikan
permasalahannya dapat terpenuhi dengan baik.
f. Pendekatan
Pendekatan yang tepat untuk menyelesaikan kasus ini, yaitu:
1) Pendekatan Ekologi
Pendekatan ekologi didasarkan atas konsep dan prinsip ekologi, dalam arti
menelaah masalah sosial sebagai hasil interrelasi antara individu dengan
lingkungannya pada suatu ekosistem Maka perlu adanya dukungan peran
lingkungan sosial dalam mengatasi permasalahan yang dialami oleh “A”.
2) Pendekatan Kognitif-behavioristik
Pendekatan kognitif-behavioristik adalah pendekatan yang bertujuan untuk
mengubah cara pandang atau persepsi individu yang akan mempengaruhi
individu dalam berperilaku. Pada kasus ini, pekerja sosial merubah persepsi
“A” mengenai:
a. Pentingnya belajar untuk mencapai kesuksesan di masa yang akan datang
b. Persepsi-persepsi negatif terhadap teman-teman sekelasnya ketika diubah
menjadi persepsi positif, maka akan melahirkan perilaku yang positif.
g. Metode dan Teknik yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam proses penanganan masalah “A” , yaitu:
1. Metode Social Case Work
Menurut Rex A. Skidmore (1982) social case work merupakan suatu proses
untuk membantu individu-individu dalam mencapai suatu penyesuaian satu sama
lain serta penyesuaian antara individu dengan lingkungan sosialnya. Social case
work merupakan suatu metode yang terorganisir dengan baik untuk membantu
orang agar dia mampu menolong dirinya sendiri serta ditujukan untuk
meningkatkan, memperbaiki, dan memperkuat keberfungsian sosialnya. Metode
social case work digunakan melalui pendekatan langsung kepada klien maupun
keluarga klien. Melalui penerapan metode ini diharapkan klien dapat memahami
persoalannya dan merencanakan alternatif pemecahan masalahhnya bersama
dengan pekerja sosial. Teknik-teknik yang digunakan antara lain:
a. Small Talk
Teknik ini digunakan oleh pekerja sosial pada saat kontak permulaan dengan
klien. Tujuan utama small talk adalah terciptanya suatu suasana yang dapat
memberikan kemudahan bagi keduanya untuk melakukan pembicaraan
sehingga hubungan selanjutnya dalam proses intervensi akan berjalan sesuai
dengan yang diharapkan. Biasanya small talk dimulai oleh pekerja sosial untuk
membuka agar klien dapat berbicara dan terbuka dengan permasalahan yang
sedang dialaminya.
b. Ventilation
Teknik ini digunakan oleh pekerja sosial untuk membawa ke permukaan
perasaan-perasaan dan sikap-sikap yang diperlukan, sehingga perasaan-
perasaan dan sikap-sikap tersebut dapat mengurangi masalah yang dihadapi
klien. Pekerja sosial dituntut untuk dapat menyediakan kemudahan bagi klien
dalam mengungkapkan emosinya secara terbuka. Tujuan ventilation adalah
untuk menjernihkan emosi yang tertekan karena dapat menjadi penghalang
bagi gerakan positif klien. Dengan membantu klien menyatakan perasaan-
perasaannya, maka pekerja sosial akan lebih siap melaksanakan tindakan
pemecahan masalah serta dapat memusatkan perhatiannya pada perubahan
pada diri klien.
c. Konseling
c. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan teknik yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
individu maupun kelompok terhadap suatu masalah dan bagaimana cara
mengatasinya. Sasaran penyuluhan adalah peningkatan kemampuan kognitif
dengan memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan. Bagian-bagian penting
dari setiap perubahan yang terjadi dalam keberfungsian sosial orang diakibatkan
oleh perubahan-perubahan kognitif. Perubahan kognitif sering diikuti dengan
perubahan-perubahan sikap dan perilaku. Oleh karena itu, untuk mengubah perilaku
dapat dilakukan dengan mengubah kognitifnya.
Dalam kasus “A” ia mengalami pembullyan verbal dari teman-teman sekelasnya.
Penyuluhan dengan topik pembullyan dapat diberikan kepada seluruh siswa hal ini
agar tidak terjadinya kasus pembullyan baik secara verbal dan nonverbal. Masih
banyak siswa yang belum memahami mengenai pembullyan, terkadang ada siswa
tidak menyadari atas perilaku yang ia lakukan sudah termasuk dalam kategori
pembullyan. Maka penyuluhan tentang pembullyan sangat diperlukan untuk
memberikan informasi kepada siswa agar tidak ada korban dari kasus pembullyan
kembali.
LAPORAN
Disusun oleh:
HAMDAN SULISTIONO
NRP. 16.04.398
A. Kasus
1. Identifikasi Masalah
a. Identitas Klien
Nama : “D”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 28 Desember 2005
Umur : 13 Tahun
Pendidikan : SMP Bunga Bangsa
Agama : Islam
Alamat : Buniwangi
Pekerjaan : Pelajar
b. Dinamika Kehidupan Klien
1) Keberfungsian Fisik
Berdasarkan hasil wawancara dengan klien, guru BK, Pa Atis Sutisna bagian
(Kesiswaan dan Sosiologi) dan teman klien, kondisi fisik klien normal dan
baik-baik saja, tidak ada kekurangan secara fisik. Ketika wawancara dengan
klien juga kondisi fisik klien terlihat sehat.
2) Keberfungsian Sosial
Berdasarkan hasil wawancara dengan klien, guru BK, dan teman klien,
keberfungsian sosial klien cukup baik. Klien memiliki banyak teman baik di
dalam kelas maupun di luar kelas. Hubungan klien dengan teman-temannya
di sekolah cukup baik.
3) Keberfungsian Psikologis
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dengan klien, guru BK, dan
teman-temannya, klien sedikit pendiam dan memiliki rasa kurang percaya
diri.
4) Keberfungsian Intelektual
Berdasarkan hasil wawancara dengan klien, guru BK, dan teman-temannya,
keberfungsian intelektual klien terbilang cukup baik, hanya saja dalam
masalah pembelajaran di kelas klien kurang mampu memahami beberapa
mata pelajaran seperti matematika dan bahasa inggris.
Terapi realitas adalah terapi yang bersifat jangka pendek yang berfokus pada
kondisi saat ini, menekankan pada kekuatan pribadi, dan mendorong individu
untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih realistik agar dapat mencapai
kesuksesan (Corey, 2009)
Kelompok belajar
Demikian laporan ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik
Pekerjaan Sosial di Bidang Pendidikan. Dengan harapan laporan ini mendapatkan nilai yang
sangat baik, dan juga dapat bermanfaat bagi penyusun dan juga bagi para pembaca.
Kemudian kami mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada pihak Sekolah
Menengah Pertama Bunga Bangsa yang menerima kami dengan sangat baik, hingga kami dapat
melakukan wawancara dan juga observasi degan baik dan lancar, serta kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik dan tepat waktu.