Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN

IDENTIFIKASI SITUASI PERMASALAHAN DAN


ASESMEN SERTA RENCANA INTERVENSI TERHADAP BEBERAPA SISWA
DI SMP BUNGA BANGSA KOTA BANDUNG

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Praktik Pekerjaan Sosial di Bidang Pendidikan

Dosen Pembimbing:
Dr. SAKRONI, SST, M. Pd

Disusun oleh:
KELOMPOK 6
NUR FUJI NRP. 16.04.031
ZHALDY FARADHIATMA PANTOIYO NRP. 16.04.092
GEA BRIANIAGITA BR. SEMBIRING DEPARI NRP. 16.04.108
HAMDAN SULISTIONO NRP. 16.04.398

SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL


BANDUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Setiap individu yang dilahirkan ke dunia
memerlukan pendidikan untuk menjelaskan kehidupan dengan baik dan berguna bagi nusa dan
bangsa serta kehidupan yang layak dan bermutu dapat dicapai. Langkah awal untuk bisa
menghadapi kehidupan kedepan dan memenuhi tuntutan zaman adalah belajar dengan baik dan
benar. Pendidikan pertama kali didapatkan melalui keluarga, lingkungan masyarakat dan
sekolah.

Pentingnya pendidikan tercermin dalam UUD 1945 yang mengamanatkan bahwa


pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang bertujuan “Mencerdaskan Kehidupan
Bangsa” (Alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945. Tujuan pendidikan dapat tercapai apabila
mendapat dukungan dari semua pihak, diantaranya keluarga, sekolah dan masyarakat.
Pendidikan dalam lingkungan keluarga di perlukan partisipasi orang tua dalam menunjang
kemajuan dan pendidikan seorang anak. Apabila orang tua memperoleh pemahaman yang
benar mengenai pendidikan bagi anak, maka terbentuk keyakinan yang mengarah kepada
pembentukan sikap positif tentang arti pentingnya pendidikan bagi anak.
Pada sebuah keluarga setiap orang tua mempunyai banyak harapan kepada anaknya di
masa depan seiring dengan pertambahan usianya. Harapan tersebut bersifat angan-angan dan
mimpi, agar anak idealnya mendapatkan kehidupan yang baik di masa depan. Salah satu cara
mewujudkan masa depan yang baik yaitu dengan memberikan pendidikan yang baik bagi
anaknya baik secara informal, formal maupun nonformal.
Pendidikan salah satunya didapatkan dari sekolah. Sekolah merupakan salah satu
pendidikan formal. Di sekolah anak mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan untuk
meningkatkan kapasitas diri mereka untuk bekal di masa yang akan datang. Namun, tidak
menutup kemungkinan bahwa di dalam sekolah banyak sekali anak-anak yang mengalami
masalah baik secara biologis, psikologis, sosial dan spiritualnya. Masalah-masalah tersebut
tentunya dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa sehingga proses belajar siswa
menjadi terhambat dan siswa tidak mendapatkan ilmu pengetahuan secara maksimal.
Seiring berkembangnya zaman masalah-masalah yang ada di sekolah pun semakin
beragam. Masalah-masalah siswa diantaranya seperti masalah bolos, motivasi belajar yang
kurang, penyesuaian diri yang kurang baik, perekonomian keluarga, bullying, dan tentunya
masih banyak lagi. Melihat fenomena-fenomena yang ada di sekolah maka sangat diperlukan
peran pekerja sosial di dalam penanganan masalah tersebut. Hal ini agar pekerja sosial
membantu siswa dapat menyelesaikan masalahnya dan dapat mengikuti proses belajar dengan
baik sehingga tujuan dari pendidikan dapat tercapai.
BAB II
PROFIL SMP BUNGA BANGSA KOTA BANDUNG

A. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SMP BUNGA BANGSA


NPSN : 20219201
Jenjang Pendidikan : SMP
Status Sekolah : Swasta
Alamat Sekolah : Jl. Dago Bengkok No. 3
RT / RW : 2
Kode Pos : 40142
Kelurahan : Ciumbuleuit
Kecamatan : Kec. Cidadap
Kabupaten/Kota : Kota Bandung
Provinsi : Prop. Jawa Barat
Posisi Geografis : -6,8676 Lintang, 107,6198 Bujur

B. Data Pelengkap

SK Pendirian Sekolah : 76/18 Desember 1982


Tanggal SK Pendirian : 1985-12-12
Status Kepemilikan : Yayasan Pendidikan Cahaya Bangsa
SK Izin Operasional : 495/102 kEP. E/1986
Tgl SK Izin Operasional : 1986-10-04
Kebutuhan Khusus Dilayani : Tidak ada
Nomor Rekening : 974528100
Nama Bank : BJB
Cabang KCP/Unit : Tamansari
Rekening Atas Nama : SMP BUNGA BANGSA
MBS : Tidak
Luas Tanah Milik (m2) : 2,200 M2
Luas Tanah Bukan Milik (m2) : 0
Nama Wajib Pajak : SMP BUNGA BANGSA
NPWP : 2,30315E+12

C. Kontak Sekolah

Nomor Telepon : 022-2513252


Email : smpbungabangsa@yahoo.com

D. Data Periodik

Waktu Penyelenggaraan : Pagi


Bersedia Menerima Bos? : Bersedia Menerima
Sertifikasi ISO : Belum Bersertifikat
Sumber Listrik : PLN
Daya Listrik (watt) : 3500
Akses Internet : Telkom Speedy

E. Data Lainnya

Kepala Sekolah : Abdul Rochim, S. Ag


Akreditasi : B
Kurikulum : Kurikulum 2013
BAB III
LAPORAN-LAPORAN
LAPORAN

PERMASALAHAN BULLYING DAN


ASESMEN SERTA RENCANA INTERVENSI TERHADAP KLIEN “MP”
DI SMP BUNGA BANGSA KOTA BANDUNG

Disusun oleh:

ZHALDY FARADHIATMA PANTOIYO

NRP. 16.04.092
BAB I
PENDAHULUAN

A. Proses Observasi dan Wawancara di SMP Bunga Bangsa


 Tahap I : Selasa, 23 Oktober 2018
Kunjungan pertama kali untuk mendapatkan perizinan dari pihak SMP Bunga Bangsa
 Tahap II : Selasa, 30 Oktober 2018
Surat izin observasi diberikan ke pihak SMP Bunga Bangsa dan wawancara dengan
klien MP dilakukan
 Tahap III : Kamis, 1 November 2018
Observasi dan wawancara dengan guru BK -dalam hal ini wakil kepala sekolah bidang
kesiswaan- dan teman kelas dari klien MP; wawancara dengan kelas VIII terkait
permasalahan bullying
 Tahap IV : Sabtu, 3 November 2018
Pembagian kuesioner kepada semua siswa kelas sembilan, dengan sampel lima belas
orang di setiap kelasnya; wawancara dengan wali kelasnya klien MP: wawancara
dengan siswa kelas VII terkait permasalahan bullying

B. Target Informan dan/atau Responden

Adapun target informan dan juga responden di SMP Buga Bangsa terkait permasalahan
yang diangkat antara lain:
1. Tenaga Pendidik:
a. Guru Pengajar;
b. Wali Kelas; dan
c. Guru Bimbingan Konseling.
2. Siswa:
a. Sampel informan: kelas VII dan kelas VIII (masing-masing dua orang laki-
laki);
b. Sampel Responden: Kelas IX (total ada tiga puluh responden dari seluruh
kelas IX, yang terdiri dari dua kelas);
c. Ketua Osis SMP Bunga Bangsa
d. Klien MP (siswa kelas IX-B)
BAB II
PERMASALAHAN BULLYING
DI SMP BUNGA BANGSA KOTA BANDUNG

A. Gambaran Permasalahan Bullying


Permasalahan bullying di SMP Bunga Bangsa berdasarkan hasil observasi dan juga
wawancara yang dilakukan kepada pihak-pihak yang ditargetkan dapat dibilang cukup umum
permasalahannya. Karena permasalahan bullying ini banyak juga ditemukan hampir di semua
sekolah-sekolah yang berada di Indonesia atau bahkan di dunia. Salah satunya berdasarkan
wawancara yang dilakukan terhadap Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, beliau mengatakan
kalau masalah yang berkaitan dengan pembulian di SMP Bunga Bangsa masih dapat dikatakan
permasalahan umum, tidak terlalu menonjol, masalah yang menjadi perhatian lebih oleh pihak
sekolah adalah permasalahan terkait motivasi belajar siswa yang perlu ditingkatkan.
Berdasarkan analisis saya dalam observasi yang telah dilakukan terhadap permasalahan
bullying, sama seperti apa yang disampaikan oleh pihak sekolah, salah satu alasannya karena
semua ruang kelas yang berada di SMP Bunga Bangsa berada di tingkat yang sama dengan ruang
Dewan Guru, Ruang Kepala Sekolah dan ruang administrasi lainnya. Tidaklah mengherankan
kalau permasalahan bullying ini tidak sampai pada tahap yang cukup memprihatinkan.

B. Hasil Wawancara dan Kuesioner terhadap Bullying


Berikut ini adalah beberapa hasil wawancara yang telah dilakukan kepada target
wawancara dan juga kuesioner terhadap bullying, antara lain:
1. Informan sampel dari kelas VII, VIII dan Ketua Osis
AKG RS
Kelas VII C
Usia; 12 Tahun Usian: 12 Tahun
Bully menurut Amil: Ngejek, Jailin Bully menurut Reynaldi: Menekan, memojok-
mojokin

Pangetahuan mereka terhadap kasus sering Pangetahuan mereka terhadap kasus sering
ngejailin teman sekelas: Jarang ngejailin teman sekelas: Jarang
Contoh Bully yang dilakukan: Nyoretin tubuh
teman lain, dan teman tersebut marah, suka
ngejek, dan berkata kasae ketika dijailin

MR RA
Kelas VIII A
Usia; 14 Tahun Usian: 13 Tahun
Tanggapan terkait permasalahan di kelas dan  (sama)
di luar kelas  Jailnya seperti menaruh tipe-X
 Anak kelas kebanyakan pada nakal, seperti sembarangan dengan sengaja, yang
berisik, jail ke teman sekelas, gulat akibatnya teman yang menjadi korban
 Perkelahian di kelas bisa dihitung lebih dari terkena cairan tipe-X itu dan ditertawahi
lima kali oleh teman2 kelas yg lain
 Banyak/ sering menggunakan kata-kata  Ada salah satu orang teman sekelas yang
kasar, seperti makian dengan nama sering dipanggil dengan julukan fisik
binatang pribadi orang tersebut, yakni dengan
 Ada beberapa teman kelas yang sering julukan si “Hitam”
memanggil dengan julukan yang buruk,
yang menyakiti orang lain

Ketua Osis SMP Bunga Bangsa

Permasalahan yang sering terjadi di SMP yakni kasus pembolosan, yang banyak terjadi di hari
sabtu, dan lebih banyak lagi permasalahan yang suka ngejailin orang lain. Dalam mengatasi
masalah tersebut pihak Osis hanya dapat melakukan langkah dengan pelaporan ke Guru atau BK.
2. Informan sampel dari kelas IX
Klien MP adalah salah satu siswa yang direkomendasi oleh pihak sekolah agar
permasalahannya dapat diasesmen oleh saya dan juga dapat menangani permasalahannya,
meskipun hanya sebatas rencana intervensi.

Klien MP merupakan salah satu siswa di antara siswa-siswa yang berada di SMP Bunga
Bangsa yang menjadi korban pembulian. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan klien
MP, dia mendapatkan tindak pembulian dari salah seorang teman kelasnya yang berinisial M.
Klien MP mendapatkan tindak pembulian tersebut sejak dari kelas delapan dan berlanjut hingga
sekarang. Tindakan pembulian ini lebih banyak didapatkan saat duduk di kelas IX dibandingkan
saat duduk di kelas VIII SMP. Adapun pembulian yang dilakukan oleh M ke klien MP seperti
sering dipukul dengan menggunakan penggaris dan diwaktu bersamaan terlihat oleh teman-teman
kelas lainnya. M selalu mengikuti MP dimana dia duduk, terkadang kalau diberikan makanan
kemudian berperilaku baik ke MP, namun hal ini tidak bertahan lama dan akan kembali melakukan
pembulian ke MP suatu waktu.

Namun dalam menerima perilaku pembulian dari M, klien MP tidak ada keinginan untuk
mencoba membalas atas apa yang dialaminya, dengan alasan klien bahwa pasti apa yang dilakukan
terhadapnya akan mendapat balasan. Masalah bully yang dialami klien MP tidak pernah
disampaikan kepada orang tuanya, karena MP merasa hal tersebut masihlah wajar dan juga tidak
terlalu berpengaruh. Masalah ini pernah dilaporkan ke wali kelas saat MP merasa pusing atas
perlakuan bully yang dialaminya, namun dampak yang dihasilkan tidaklah bertahan lama yang
kemudian kembali lagi melakukan hal tersebut.
3. Kuesioner terhadap Bullying

INSTRUMEN SIKAP SISWA TERHADAP BULLYING

Nama:

Jenis Kelamin: Kelas: Usia:

No. Pernyataan SS S TS STS


1 Menyebarkan gosip tentang penampilan fisik siswa lain merupakan hal yang dilarang
Mengejek dengan sebutan nama yang tidak disukai secara terus menerus adalah bentuk
2
menyakiti
3 Mengejek dengan sebutan nama yang bukan seharusnya adalah tanda perhatian
4 Sering berata kasar kepada siswa lain adalah tanda keakraban
5 Memalak barang siswa lain merupakan tindakan yang buruk
6 Memalak barang siswa lain merupakan perilaku yang baik untuk dilakukan
7 Tidak mengajak bicara teman dengan sengaja merupakan hal yang biasa terjadi
8 Sengaja menjahui teman merupakan perilaku yang boleh dilakukan
9 Saya membenci siswa yang suka memukul siswa lain
10 Saya mengetahui siswa yang sering memukul siswa lain
11 Saya merasa terganggu apabila siswa lain menyoraki saya di depan umum
12 Saya menyesal apabila saya mengatai siswa lain dengan kata-kata kasar
13 Saya bangga apabila saya dapat berkata kasar kepada siswa yang lain
14 Saya kecewa bila mendengar gosip yang tidak benar tentang saya
15 Saya cemas apabila terdapat siswa yang diancam oleh siswa lain
16 Saya acuh kepada siswa yang diancam oleh siswa lain
17 Saya akan melapor kepada guru apabila melihat siswa dipalak
18 Saya akan pura-pura tidak melihat apabila ada siswa yang dipalak
19 Saya akan melawan bila siswa lain menyuruh saya merusak barang milik orang lain
20 Saya akan menjauhi siswa yang suka menggunakan kata-kata kasar dalam berbicara
21 Saya akan berteman dengan siswa yang sering berkata kasar
22 Saya akan membantu bila siswa dihina oleh siswa lain
23 Saya akan membiarkan siswa yang sedang dihina oleh siswa lain
24 Saya akan melapor kepada guru apabila saya melihat siswa diancam oleh siswa lain
25 Saya akan diam bila melihat siswa diancam oleh siswa lain
26 Saya akan memberitahu siswa bahwa mengucilkan siswa lain merupakan hal yang salah
27 Saya akan mendukung siswa yang mengucilkan siswa lain

Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner tertutup yaitu mengguunakan skala


jawaban yang sudah disusun dan hanya memberikan tanda centang (v) pada jawaban yang dipilih
responden. Kuesioner ini menggunakan skala Likert, yaitu berisi pernyataan yang sistemastis
untuk menunjukkan sikap responden terhadap pernyataan tersebut. Responden memilih jawaban
yang telah tersedia dalam kuesioner yaitu “sangat setuju,” “setuju,” “tidak setuju” dan “sangat
tidak setuju.” Untuk item positif memiliki skor dari 4 sampai dengan 1, sedangkan untuk item
negatif memiliki skor 1 sampai dengan 4.
Jawaban Skor item positif Skor item negatif
Sangat setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak setuju 2 3
Sangat tidak setuju 1 4

Item-item pernyataan yang terdapat dalam kuesioner tersebut adalah item pernyataan yang
dinyatakan valid, karena kuesioner tersebut berasal dari salah satu penelitian kuantitatif yang
dilakukan oleh seorang mahasiswa STKS angkatan 2014. Item pernyataan instrumen terdiri dari
pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable. Berikut ini merupakan persebaran item
pernyataan berdasarkan aspek dan pernyataan yang termasuk dalam pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negatif (unfavorable).
No. Aspek Favorable Unfavorable
1. Kognitif 1, 2, 5 3, 4, 6, 7, 8
2. Afektif 9, 11, 12, 14, 15 10, 13, 16
3. Konatif 17, 19, 20, 22, 24, 26 18, 21, 23, 25, 27
Jumlah 14 13 27
Adapun sasaran dari kuesioner ini atau respondennya adalah sampel yang diambil dari
siswa kelas IX sebanyak tiga puluh sampel, yakni di masing-masing kelas terdiri dari lima belas
sampel yang dipilih secara acak dengan perbandingan 8:7 antara siswa dan siswi. Adapun dengan
beberapa alasannya, yakni: karena dianggap sudah mampu untuk memahami dari pernyataan-
pernyataan yang berada di dalam kuesioner dan juga pengalaman atau pengetahuannya lebih
dibandingkan siswa-siswa kelas VII dan VIII; serta dengan alasan, siswa-siswa kelas IX termasuk
pada rentang kehidupan pada psikologi perkembangan termasuk dalam masa puber akhir dan akan
menuju pada masa remaja awal, yakni pada rentang usia 14-15 atau 15-16 tahun, yang di mana
pada masa ini terjadi perubahan pada perilaku dan sikap dari seseorang. Seperti, kalau pada masa
puber itu merasa bosan, ingin menyendiri, emosi yang meninggi, hilangnya kepercayaan diri dan
sebagainya. Dan pada masa awal remaja seperti masa mencari identitas, suka berkelompok dan
sebagainya.
Adapun teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel ini menggunkan teknik
Nonprobability Sampling: Sampling Kuota. Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan
sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
(Sugiyono: 85, 2014)
Kesimpulan umum sementara dapat dilihat dan juga dianalisis terhadap responden para
siswa kelas IX SMP Bunga Bangsa terhadap kuesioner yang diberikan tentang “Sikap Siswa
terhadap Bullying”, yakni para siswa kelas IX secara keseluruhan sudah mengetahui permasalahan
bullying, dan sikap mereka terhadap bullying dapat disimpulkan sudah baik, maksudnya mereka
menolak bullying yang terjadi pada mereka.
BAB III
ASESMEN SERTA RENCANA INTERVENSI TERHADAP KLIEN “MP”
DI SMP BUNGA BANGSA KOTA BANDUNG

A. Identitas Klien dan Keluarga


1. Identitas Klien
Nama : MP
Jenis Kelamin : Laki-Laki
TTL : 14 Maret 2004
Usia : 14 Tahun
Asal Daerah : Bandung
Agama : Islam
Status : Siswa di Kelas IX-B SMP Bunga Bangsa Bandung
2. Identitas Ayah Klien
Nama : Nanang Sumarna
Agama : Islam
Pekerjaan : Supir
Alamat : Bandung
3. Identitas Ibu Klien
Nama : Isyeu Sulastri
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga/Berdagang (Warung)
Alamat : Bandung

B. Dinamika Keberfungsian Sosial Klien MP


1. Keberfungsian Biologis
Klien MP adalah seorang anak yang berjenis kelamin laki-laki. Memiliki fisik yang
kurus dimana memiliki postur tubuh yang pendek yakni sekitar kurang lebih tinggi 140 cm.
MP memiliki warna kulit coklat bermuka bulat. Jenis rambut yang dimiliki MP adalah lurus
dan hitam.
Penampilan secara keseluruhan terlihat rapi namun belum tertib dalam berpakaian,
yakni dengan mengeluarkan baju seragam sekolah. Kulitnya bersih dan rambut halus serta
bersih. Cara berbicara lancar namun sedikit terbata-bata, kata yang diucapkan atau
artikuasinya jelas. Klien MP terlihat sehat dan tidak mengalami sakit atau gangguan
penyakit lainnya. Namun pernah mengalami kecelakaan ringan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, menurut penuturan klien MP, ayahnya
kurang memperhatikan dia, dikarenakan ayahnya yang bekerja sebagai supir di daerah
Garut, sehingga membuat klien jarang bertegur sapa dengan ayahnya. Namun ketika klien
MP meminta uang ke ayahnya masih tetap diberikan.
Pada tahun 2016 MP mulai bersekolah di SMP Bunga Bangsa. Klien dikenal
sebagai anak yang pendiam dan kurang aktif dalam bersosialisasi dengan teman-temannya
baik dilingkungan tempat tinggal maupun lingkungan sekolahnya, sebagaimana yang
disampaikan oleh teman sekelasnya dan juga guru BKnya. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan kepada beberapa teman kelasnya, klien MP selain menyendiri dan dia juga sering
berbicara sendiri.
2. Keberfungsian Emosional
Secara umum keadaan emosional klien tidaklah bermasalah. Klien adalah pribadi
yang tenang. Klien bahkan bisa mengendalikan dirinya didepan teman-temannya. Klien
memilih lebih banyak diam dan tidak berbaur dengan teman-teman dengan alasan tidak
ingin terlibat banyak masalah. Tetapi dengan keadaan klien seperti ini, pihak sekolah juga
menjadi khwatir, dikarenakan salah satu masalahnya menyebabkan klien mempunyai nilai
rapor yang cukup lebih rendah dari teman-teman kelasnya.
Saat klien MP di bully oleh teman sekelasnya yang berinisial M misal dipukul
dengan penggaris, MP tidak mau membalasnya dengan alasan nanti akan dapat balasannya
juga. M adalah teman kelas klien MP sejak duduk di SMP kelas tujuh hingga kelas
sembilan, dan M selalu menyertai klien MP dalam posisi duduk di kelas.
3. Keberfungsian Sosial
MP lahir di Bandung, 14 Maret 2004. Saat ini MP tinggal bersama keluarga
kecilnya --yang terdiri dari ayah, ibu dan adiknya yang masih duduk di bangku sekolah SD
kelas II-- di Bandung. Berikut adalah gambaran hubungan sosial yang dijalin oleh MP,
saya gambarkan dalam sebuah ecomap:
Ibu
Wali Kelas
Adik
& BK

Teman Guru
MP
Kelas

Ayah DH &
MH

Teman lingkungan
Tempat Tinggal

Keterangan:

Rengang/Kurang Baik

Hubungan baik

Hubungan Erat

Gambar 1
ECOMAP
Dari gambaran ecomap diatas dapat dilihat bahwa klien MP memiliki hubungan
yang baik dengan beberapa orang di tandai dengan garis lurus; kemudian memiliki
hubungan yang erat dan juga hubungan erat namun agak renggang; serta juga memiliki
hubungan yang kurang baik, namun ada juga yang kurang baik tapi satu arah.
Dengan wali kelas dan juga guru BK, klien memiliki hubungan yang baik. Klien
mengklaim kalau dia orang yang paling dekat di antara teman-temannya dengan wali
kelasnya. Namun wali kelasnya dalam seminggu datang ke SMP Bunga Bangsa sebanyak
dua kali, yang menyebabkan belum dapat terciptanya hubungan yang erat tantara klien MP
dengan wali kelasnya. MP memiliki hubungan yang kurang baik dengan teman-teman
sekelasnya, karena klien cenderung menarik diri terlibat aktiv dalam bergaul dengan
teman-temannya. Namun tidak semua teman-teman kelasnya yang memiliki hubungan
kurang baik dengan MP, ada dua orang -seperti yang disampaikan klien MP saat
wawancara- yang memiliki hungan yang cukup baik dengan MP yakni teman yang
berinisial MH dan DH. Kedua temannya ini, teman yang cukup dekat dengan MP yang
merupakan teman obrolan bagi MP, sering mengantar pakai motor yang dimiliki DH di
saat pulang sekolah dan juga membela MP dikala di bully. Di antara teman-teman
sekelasnya ada satu orang teman yang sering membully MP yakni teman yang berinisial
MS. Berdasarkan wawancara dengan klien MP, MS mulai membully sejak di SMP kelas
delapan, dan sering di-bully saat duduk di kelas sembilan.
Di lingkungan tempat tinggalnya, dengan keluarganya MP memiliki hubungan
yang baik. MP memiliki hubungan yang erat dengan kedua orang tuanya, namun agak
sedikit renggang hubungannya dengan ayah MP, dikarenakan ayahnya bekerja di luar kota
dengan waktu yang cukup lama, yakni selama satu semester. MP mengatakan kalau
ayahnya sering menggadaikan motor ibunya sebanyak dua puluh kali, tanpa terlebih dahulu
mengkonfirmasi ke ibunya. MP memiliki hubungan yang baik dengan adik kecilnya.
4. Keberfungsian intelektual
Klien MP sedang menempuh pendidikan di kelas tiga SMP di SMP Bunga Bangsa
Bandung. Berdasarkan wawancara dengan wali kelasnya dan guru BK, mereka
mengatakan bahwa MP memiliki motivasi belajar yang terbilang masih kurang, ini ditandai
dengan riwayat prestasinya dari kelas tujuh hingga kelas sembilan terbilang cukup rendah.
Daya tangkap yang dimiliki MP masih kurang di semua mata pelajaran, padahal dari segi
kehadiran dan juga sikap cukup bagus. Sedangkan menurut MP, mengatakan kalau dia
agak kesusahan untuk fokus dan memahami mata pelajaran bahasa inggris dan matematika.
MP sering internet dengan mencari wifi di jalan kordon pakar.
5. Keberfungsian spiritual
Klien MP adalah seorang Muslim, yakni orang yang beragama Islam yang ia
dapatkan dari ayah serta ibunya. Namun MP di dalam menjalankan ibadah seperti sholat
lima waktu masih bolong-bolong, hal tersebut sesuai dengan penututrannya. Di SMP
Bunga Bangsa sendiri ada mata pelajaran BTQ yakni Baca Tulis Qur’an, kelas yang di
tempati MP yakni kelas IX-B mendapatkan jadwal di hari sabtu pada pukul 10.40 - 12.00
WIB setiap pekannya. Salah satu ciri khas dari SMP ini, yaitu sebelum pelajaran pertama
dimulai yakni pada pukul 07.00 WIB, sebelumnya selama sepuluh menit ada sesi
tadarusnya (baca qur’an) yang dilakukan setiap hari.

C. Fokus Masalah Klien MP


Saya membatasi masalah dengan menentukan skala prioritas masalah, masalah yang
dijadikan prioritas sekurang-kurangnya memenuhi tiga kriteria diantaranya (1) Sesuai dengan
harapan pihak SMP Bunga Bangsa; (2) sesuai dengan rentang waktu; dan (3) menghambat
keberfungsian klien di SMP Bunga Bangsa. Berdasarkan kriteria tersebut saya menentukan
prioritas masalah yang selanjutnya dijadikan fokus masalah yaitu permasalahan “Kurangnya
interaksi sosial klien MP terhadap terhadap lingkungannya di SMP Bunga Bangsa”. Alasan
memilih kata interaksi sosial karena interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis antara
perseorangan dan perseorangan, antara perseorangan dan kelompok, dan antara kelompok dan
kelompok. Klien merasa bahwa ketika dia ingin mencoba berbicara ke teman kelasnya, mereka
tidak akan ada yang meresponnya, jadi klien lebih memilih diam.
Klien tidak melihat kenyataan yang sebenarnya seperti apa. Klien MP menciptakan garis
pembatas antara dunianya dengan dunia di lingkungan sekitarnya. Sejauh ini belum ada yang
secara tegas mengajarkan dia untuk keluar dari zona nyamannya yakni zona atau dunia yang
membuatnya nyaman sendiri. Oleh karena itu yang menjadi fokus masalah klien MP adalah
“Kurangnya interaksi sosial klien MP terhadap terhadap lingkungannya di SMP Bunga Bangsa”.
Berdasarkan hasil asesmen dan analisis yang dilakukan bahwa penyebab masalahnya adalah
kondisi ekonomi dari keluarga klien yang tergolong menengah kebawah, ditambah dengan
ayahnya yang bekerja diluar kota dengan durasi yang cukup lama, yaitu sekitar enam bulan kerja
kemudian pulang untuk beberapa saat dan selanjutnya kembali lagi bekerja di luar kota yakni di
Garut sebagai supir. Klien MP tinggal bersama ibu dan seorang adik perempuannya yang masih
duduk di bangku SD kelas dua. Ibunya memiliki warung, namun hasil dari warung itu sebagai
biaya hidup mereka. Klien MP beserta ibu dan adiknya, makan makanan berat hanya sekali sehari
selanjutnya makan makanan yang ringan-ringan. Makanan yang sering di makan biasa telur
dengan nasi dan/atau mie.
Saya mengamati bahwa hal tersebut yang menjadikan klien membentuk perilaku tertutup
dan kurang fokus atau kurang antusias dalam pelajaran di sekolah.

D. Rencana intervensi
Rencana intervensi dilakukan untuk memberikan gambaran tentang program
intervensi, tujuan apa yang ingin dicapai, metode dan teknik apa yang digunakan dan
sasaran intervensi. Sehubungan dengan hal tersebut disusunlah rencana intervensi dengan
melibatkan klien dan beberapa pihak yang terkait dalam proses tersebut.
Berdasarkan hasil asesmen, dibuatlah rancangan/rencana intervensi untuk upaya
memecahkan permasalahan yang dialami oleh klien MP. Masalah yang akan diintervensi
terfokus pada kurangnya interaksi sosial klien terhadap ligkungannya di SMP Bunga
Bangsa. Klien merasa bahwa ketika dia ingin mencoba berbicara ke teman kelasnya,
mereka tidak akan ada yang meresponnya, jadi klien lebih memilih diam. Klien juga
merasa teman-teman kelasnya sering membicarakan dia dari belakang.
Beberapa hal penting yang disiapkan dalam rencana intervensi sebagai berikut:
1. Tujuan intervensi
a. Tujuan umum
Tujuan intervensi secara umum dari klien MP ditarik dari fokus masalah
klien MP yakni kurangnya interaksi sosial klien terhadap ligkungannya, terutama
lingkungan di SMP Bunga Bangsa. Tujuan umumnya adalah memupuk dan
membiasakan klien MP untuk bergaul atau berempati kepada sesama. Bukan
dengan selalu berpikiran negatif bahwa dialah orang yang paling tidak diinginkan,
orang yang tidak di dengar dan tidak dipercaya jika berbicara atau menyampaikan
sesauatu. Tujuan umum lainya adalah untuk meningkatkan keberfungsian sosial
klien dalam kehidupan sehari-hari klien.
b. Tujuan khusus
1) Membantu klien untuk keluar dari zona nyamannya. Zona atau dunia yang
membuat dia memilih menghabiskan waktu sendiri.
2) Memupuk rasa tanggung jawab dalam menjalankan kewajiban seperti
kewajiban untuk beribadah, kewajiban-kewajiabn sekolah dan lainnya
3) Memunculkan keinginan klien untuk hidup dalam berkawan dan bersosial
dengan siapapun tanpa pandang bulu
4) Menyadarkan klien bahwa masalah bukan untuk dipendam, tetapi harus
diceritakan dengan orang-orang terdekat yang mempedulikan klien
5) Menumbuhkan sikap keterbukaan pada diri MP terhadap lingkungannya di
SMP Bunga Bangsa sebagai upaya awal dari klien MP dapat bercerita hal
apapun secara jujur dan terbuka
6) Mengurangi bahkan menghilangkan kebiasaan klien berpikiran negatif
terutama kepada para teman sekelasnya.
7) Meningkatkan dan selalu memberikan motivasi kepada klien gar lebih aktif dan
bersemangat di sekolah serta rajin mengerjakan tugas-tugas sekolah
8) Menggali hobi dan keterampilan klien
9) Bekerjasama dengan pihak sekolah untuk merubah kebiasaan klien menyendiri
dan meningkatkan motivasi belajar klien disekolah
10) Membuat klien memahami dan menilai fakta dari suatu masalah untuk melihat
kemungkinan alternatif pemecahannya
11) Mengajak dan membiasakan klien untuk selalu mendiskusikan masalah
2. Sasaran intervensi
Praktek pertolongan pekerjaan sosial sangat memperhatikan faktor lingkungan
dalam setiap upaya penyelesaian permasalahan klien, oleh karena itu dalam
pelaksanaan intervensi tidak hanya terfokus pada klien melainkan juga terhadap orang-
orang yang ada di sekelilingnya (significant others). Adapun yang menjadi sasaran
dalam proses intervensi ini adalah sebagai berikut:

a. Klien MP agar bisa memupuk dan melatih rasa serta sikap empatinya kepada
lingkungan sosialnya. Hal ini diperlukan agar klien bisa membuka diri dan tidak
berfikiran negatif terhadap lingkungan
b. Teman-teman klien terutama di lingkungan SMP Bunga Bangsa agar bisa saling
memahami dan saling mendukung satu sama lain.
c. Wali kelas, Guru BK dan Guru pengajar lainnya untuk memantau perkembangn
interaksi klien saat di dalam kelas dan juga lingkungan sekolah.
3. Program intervensi
Program intervensi yang akan dilakukan dalam upaya menumbuhkan dan
memupuk interaksi sosial klien MP terhadap lingkungannya di SMP Bunga Bangsa.
Program pendampingan tersebut akan terdiri dari beberapa kegiatan. Adapun kegiatan
intervensi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tahap membangun relasi
Tahap ini dimulai setelah mendapati klien MP sebagai klien yang telah di tentukan
oleh pihak sekolah untuk di asesmen. Tahap ini dimulai dengan menggunakan
teknik small talk, yang tujuannya adalah terciptanya suatu suasana yang dapat
memberikan kemudahan bagi keduanya untuk melakukan pembicaraan sehingga
hubungan selanjutnya dalam proses intervensi akan berjalan sesuai yang
diharapkan. Tujuan lainnya adalah untuk dapat menarik kemauan agar klien dapat
berbicara. Harapannya setelah relasi awal dilakukan, rapport mulai sedikit
terbangun, antara klien dan pekerja sosial. Hingga akhirnya rapport pun terbangun
dan klien menyetujui serta menandatangani form kontrak tahapan – tahapan
selanjutnya.
b. Tahap pemberian motivasi
Pada semua tahapan relasi pertolongan pekerja sosial akan memberikan motivasi
kepada klien MP. Baik motivasi untuk kondisi kehidupan klien sehari-harinya
disekolah maupun kehidupan di rumahnya. Pemberian motivasi dilakukan secara
fleksibel nantinya. Tidaklah harus melalui wawancara formal antara pekerja sosial
dan klien MP, melainkan di setiap kesempataan pekerja sosial jika bertemu dengan
klien, atau dengan selalu mengajak klien untuk ikut dalam kegiatan-kegiatan
sekolah secara bersama-sama, bukan malah menyendiri dari kelompok.
c. Tahap pemberian kemampuan
Pada tahap pemberian kemampuan ini pekerja sosial akan melakukan beberapa
tehnik yang di terapkan saat memberikan relasi pertolongan. Diantaranya tehnik
reward and punishment, modelling, Advice giving and instruction, konseling,
Support, serta tehnik ventilation. Pemberian kemampuan ini yang nantinya tidak
terlepas dari kontrol pekerja sosial yang tentunya dibantu oleh pihak sekolah
maupun dari keluarganya.
d. Tahap pemberian kesempatan
Pada tahap ini klien akan diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapat,
cerita, serta isi hatinya guna memberikan kenyamanan bagi klien di dalam
berkomunikasi dengan pekerja sosial. Kesempatan ini diberikan sejak awal tahap
asesmen hingga terminasi. Dengan diberikannya kesempatan kepada klien, klien
diharapkan dengan perlahan mengakui dirinya.
4. Metode dan teknik intervensi yang digunakan
1. Penggunaan metode Social case work
Metode yang akan pekerja sosial gunakan dalam menerapkan intervensi
pada klien MP adalah metode social case work atau metode pekerjaan sosial dengan
individu. Metode ini digunakan karena penanganan masalah yang akan diselesaikan
adalah terkait masalah sosial individu atau perseorangan. Pekerja sosial akan
memberikan pelayanan intervensi masalah dengan berpusat pada individu klien
MP. Penggunaan metode dilakukan dengan dasar relasi yang bersifat individual
dengan klien MP. Model yang akan digunakan adalah model psikososial dan
pengubahan perilaku. Selain itu, pekerja sosial akan menggunakan beberapa tehnik
dalam penerapan pengubahan perilaku dan beberapa terapi yang dapat mendukung
penerapan pengubahan perilaku sehingga dapat tercapai tujuan yang ingin diraih
terhadap klien MP atas masalah dalam keberfungsian sosialnya.
Teknik-teknik yang dipilih dan digunakan dalam penggunaan metode social
case work terhadap permasalahan klien MP adalah tehnik yang di rasa tepat dan
mampu merubah perilaku klien MP. Sehingga mampu mengembalikan
keberfungsian sosial klien MP.

Berikut adalah tehnik dan metode yang digunakan oleh pekerja sosial:
a. Ventilation
Tehnik ini digunakan pada tahap asesmen awal dan terus akan diterapkan
selama intervensi klien MP. Tehnik ini digunakan untuk membawa ke
permukaan perasaan-perasaan dan sikap- sikap yang diperlukan sehingga
perasaan dan sikap – sikap tersebut dapat mengurangi permasalahan yang
dihadapi klien MP. Teknik ini digunakan untuk menjernihkan emosi yang
tertekan karena bisa saja menjadi penghalang bagi penggerak positif klien.
Dengan menyatakan perasaan-perasaanya, maka praktikan menjadi lebih siap
mencari pemecahan masalahnya.
b. Support
Teknik ini mengandung arti memberikan semangat, menyokong dan
mendorong aspek-aspek dari fungsi klien MP, seperti kekuatan-kekuatan
internalnya, cara berperilaku dan hubungannya dengan orang lain. Melalui
tehnik ini, praktikan memberikan dukungan terhadap klien baik melalui
dukungan verbal higga mengajak langsung ikut terlibat dalam kegiatan atau
perkumpulan yang sedang berlangsung.
c. Advice giving and instruction
Tehnik ini diberikan dengan membagi dan saling bertukar pendapat dan
pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman pribadi pekerja sosial dan juga
pendapat-pendapat profesional. Selain pemberian nasehat, dalam pelakasanaan
tehnik ini klien akan diberikan alternatif-alternatif pemecahan yang akan
dipilih dan dijalankan oleh klien MP demi keberhasilan maksud dan tujuan
intervensi untuk mengembalikan keberfungsian sosial klien MP sendiri.
d. Konseling
Seabagai inti dari praktek sosial casework, tehnik konseling ini tentunya paling
banyak akan pekerja sosial lakukan dari tahapan membangun relasi dengan
klien MP, kemudian mengeksplorasi masalah klien MP secara mendalam,
hingga tahapan pencarian alternatif-alternatif solusi bagi klien MP. Hambatan,
perasaan, dan segala hal terkait proses perubahan klien MP akan dieksplorasi
bersama-sama dengan pekerja sosial.
e. Reward and punishment
Reward akan diberikan ketika klien MP berperilaku sesuai dengan harapan dan
kesepatakan intervensi klien dengan praktikan sebelumnya. Dan punishment
diberikan ketika klien memunculkan perilaku atau tetap mempertahankan
kebiasaan klien yang tidak baik.
f. Modelling
Tehnik ini adalah tehnik yang menggunakan individu – individu yang
berpengaruh dalam kehidupan klien MP yang nantinya akan di jadikan sebagi
role model untuk kembali berfungsi sosial dengan baik. Yang menjadi role
model bagi klien dalam tehnik ini adalah pekerja sosial sendiri. Seperti
membaur dan sering bertegur siapa dengan siapapun yang di sekolah, begaul
dengan siapa saja yang ada di sekolah dan memperbanyak berinteraksi dengan
sesama.
2. Penggunaan Metode Social Group work
a. Social conversation Group (Kelompok Percakapan Sosial)
Percakapan sosial ini digunakan pekerja sosial untuk tujuan menguji dan
menentukan seberapa dalam hubungan dan relasi klien dengan pekerja sosial
dan teman – teman sekelasnya lainnya. Membagi kelompok dimana
didalamnya klien MP menjadi anggota kelompok yang juga bertugas dan
berperan aktif dalam mebahas isu – isu sosial terkini baik tentag sekolah
maupun teknologi bersama anggota kelompok lainnya.
b. Recreation Skill Group (kelompok-kelompok rekreasi)
Tujuan kelompok ini adalah memberikan kegiatan-kegiatan menyenangkan --
seperti jalan-jalan mengunjungi sebuah tempat wisata-- dan latihan-latihan
fisik. Dan kegiatan-kegiatannya sering bersifat spontan dan tidak terlalu
memerlukan pemimpin. Dengan kelompok ini klien tidak bosan dengan dunia
sekolah dan kebiasaan dia. Hal semacam ini dapat membantu membangun
karakter klien MP dan juga motivasi klien MP untuk mengetahui dunia luar
yang memiliki banyak warna dan harapan.
c. Problem Solving Decission Making (kelompok pemecah masalah dan
pengambilan keputusan)
Dalam kelompok ini pekerja sosial dan klien akan membahas dan mencari
pemecahan – pemecahan masalah terkait bagaimana dia harusnya bersikap
dengan teman – temannya maupun lingkungannya di sekolah.
LAPORAN

ASESMEN SERTA RENCANA INTERVENSI TERHADAP KLIEN “M”


DI SMP BUNGA BANGSA KOTA BANDUNG

Disusun oleh:

NUR FUJI
NRP. 16.04.031
A. Hasil Assesmen Klien M
1. Identitas Klien
Nama Klien : MT
TTL : Bandung, 25 Maret 2005
Usia : 13 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke : 2 dari 4 bersaudara
Sekolah : SMP Bunga Bangsa
Suku : Sunda
Hobi : Jalan – jalan
Alamat : Jl. Dago Barat

2. Kondisi Biologis (Fisik)


Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 13 Tahun
Klien M memiliki penampilan yang rapih dan bersih, tinggi badan M sekitar 157
cm dan memiliki berat badan sekitar 45kg, M memiliki kulit yang putih dan bersih, M
menggunakan jilbab. Dari penampilan M tersebut maka dapat disimpullkan bahwa M
memiliki kondisi fisik yang normal seperti anak SMP pada umumnya yang memiliki
postur dan kondisi kesehatan yang baik.

3. Kondisi Psikologis

Berdasarkan pengamatan pada saaat wawancara, klien M adalah anak yang terbuka,
pada awal saya bertemu dengan klien dia sudah memberikan kesan yang baik, dilihat
dari cara klien tersenyum dia sepertinya sangat menghargai dan mau untuk
menceritakan masalah yang telah dialaminya dan klien M terlihat percaya diri, terbukti
ketika saya wawancara dia selalu tersenyum dan menceritakan kisahnya tanpa rasa
canggung, namun klien M berusaha tidak ingin mengungkit terlalu jauh terhadap apa
yang telah dilakukan oleh ayahnya dan klien berusaha melupakan masalah ayahnya
tersebut.

a. Emosi
1) Normal
2) Sangat percaya diri
3) Motivasi kurang
b. Kognitif
1) Kesulitan dalam menerima pembelajaran.
2) Tidak sulit dalam mengambil keputusan.
3) Bercita-cita membuka sebuah usaha bisnis.
c. Sikap dan afeksi
1) Nyaman jika berada di rumah teman
2) Suka merespon temannya yang mengajaknya mengobrol pada saat
pembelajaran berlangsung sehingga tidak memperhatikan.
3) Tidak mudah tersinggung.
4) Optimis.

4. Kondisi Sosial
a. Hubungan dengan keluarga
M merupakan anak ke dua dari empat bersaudara, sekarang dia tinggal bersama ibu
dan kedua adiknya karena ayahnya telah meninggalkannya. Hubungan dengan ibu
dan adiknya baik namun M jarang berkomunikasi dengan kakaknya karena
kakaknya sudah menikah dan tinggal di rumah suaminya bersama anaknya, namun
kakak M sering menanyakan kabar M kepada ibunya karena akhir – akhir ini M
sering menghabiskan waktu di rumah temannya dibandingkan dirumahnya sendiri,
hubungan M dengan adiknya bisa dikatakan baik karena M sering membantu
ibunya untuk menjaga adiknya namun M sering bertengkar dengan adiknya jika
adiknya mengganggunya.
b. Hubungan dengan teman
Hubungan atau relasi M dengan teman-temannya bisa dikatakan baik karena M
merupakan anak yang sangat murah senyum dan ramah, jadi dia mudah untuk
berbaur dengan orang – orang yang ada di sekitarnya bahkan dengan adik kelas
nya. M juga merupakan anak yang lumayan aktif di sekolah karena dia pernah ikut
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), jadi dia memiliki banyak teman dan
lumayan di kenal oleh anak-anak di sekolahnya dan juga guru-guru di sekolah.
c. Hubungan dengan guru
Berdasarkan dari hasil wawancara yang dilakukan M mengatakan bahwa dia dekat
dengan beberapa guru yang ada di sekolahnya karena M sering berbagi cerita
dengan gurunya tentang temannya yang bermasalah, namun M seringkali dimarahi
oleh guru yang mengajar di kelasnya karena M sering mengobrol dengan teman
sebangku nya pada saat pembelajaran berlangsung, dan seringkali M tidak
mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya karena terpengaruhi oleh
temannya.
d. Hubungan dengan masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara, M mengatakan bahwa dia jarang berinteraksi dengan
orang yang ada di sekitar rumahnya karena M lebih suka berada di rumah temannya
dan dirumah dia sangat jarang berinteraksi dengan tetangga nya, namun M tidak
pernah membuat masyarakat resah atau marah kepadanya karena tidak tidak pernah
melakukam hal-hal yang tidak disukai atau melanggar aturan yang ada di
lingkungannya.
5. Kondisi Spiritual
Keluarga M merupakan keluarga yang kurang mampu karena ayahnya telah
meninggalkan dia dengan ibu, adik, dan kakaknya, namun mereka tetap rajin
mengerjakan sholat 5 waktu, dan juga di sekolah ada aturan yaitu semua siswa
wajib mengikuti sholat dzuhur berjamaah setiap hari sebelum pulang ke rumah
masing-masing.

6. Lokasi Observasi
Lokasi observasi bertempat di SMP Bunga Bangsa Jl. Dago Bengkok No. 3
Ciumbuleuit, Kec Cidadap, Kota Bandung.

7. Proses Observasi
Hari : Selasa
Tanggal : 30 Oktober 2018
Waktu : 09.00 WIB s/d selesai
Tempat : SMP Bunga Bangsa Bandung

8. Deskripsi Masalah

M merupakan anak kedua dari empat bersaudara, dia memiliki kakak perempuan
yang sudah menikah dan sudah memiliki satu anak, dan juga memiliki dua orang adik,
adiknya masih kelas 2 SD dan satu lagi masih bayi. M tinggal bersama ibu dan kedua
adiknya karena ayahnya meninggalkan M tanpa alasan dan tidak ada yang tahu
keberadaan ayahnya, sehingga ibunya harus menjadi kepala keluarga dan harus
menggantikan ayahnya sebagai pedagang atau berjualan dirumah. Kakak M tinggal
bersama dengan suami dan anaknya, namun M mengatakan bahwa kakaknya ingin
bercerai dengan suaminya. Kakak M bekerja di sebuah toko dan sering memberikan
sebagian gajinya kepada ibunya.

Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan klien M dan guru BK, dapat
disimpulkan bahwa M merupakan anak yang baik, namun motivasi untuk belajar nya
sangat kurang, sehingga sangat sulit untuk menerima pelajaran yang diberikan. M
jarang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan faktor yang menjadi penyebab
kurangnya motivasi belajar yaitu karena teman sebangku yang sering mengajaknya
mengobrol pada saat pembelajaran berlangsung dan juga karena faktor ayahnya yang
telah meninggalkannya sehingga M sering memngingat ayahnya pada saat di sekolah.
Namun M dekat dengan beberapa guru di sekolahnya karena M pernah mengikuti OSIS
jadi dia bisa dikenal oleh guru nya dan juga M memiliki teman yang sedang mengalami
masalah dan gurunya sering menanyakan masalah temannya tersebut kepada M
sehingga dia sering menceritakan masalah temannya kepada gurunya dengan maksud
untuk membantu temannya menyelesaikan masalahnya.

Akhir – akhir ini M mengatakan bahwa dia sangat senang menghabiskan waktu di
rumah sahabatnya dan juga jalan-jalan bersama temannya karena dia merasa jenuh
mendekati Ujian Nasional jadi dia ingin menghilangkan kejenuhannya dengan
menghabiskan waktu bersama sahabatnya, dan akhirnya kakak M sering marah karena
M sering pulang malam hingga kakaknya harus mencari M kemana mana, bahkan M
sering meminta izin kepada ibunya untuk bermalam di rumah sahabatnya karena dia
merasa nyaman jika berada dirumah sahabatnya.
Ibu M sering memberikan kebebasan kepada M sehingga sepulang sekolah dia
selalu ke rumah temannya, dan seringkali ia pergi bersama pacarnya, sehingga M
sangat jarang membantu ibunya dirumah padahal ibunya harus berjualan dan mengurus
kedua adiknya, ibu M pernah mengatakan bahwa tidak perlu sekolah, M bekerja saja
untuk membantu ibu mencari nafkah namun M mengatakan bahwa dia ingin sekolah
dulu, dan M berencana sekolah sambil bekerja pada saat SMA nanti.

B. Rencama Intervensia
1. Tujuan Intervensi
a. Tujuan Umum
Secara umum rencana intervensi ini bertujuan untuk mengurangi permasalahan
klien M baik disekolah maupun di lingkungan keluarga.
b. Tujuan Khusus
Secara khusus rencana intervensi ini bertujuan untuk :
1) Meningkatkan motivasi belajar klien M.
2) Meningkatkan fungsi klien di dalam keluarga.
3) Mengurangi pengaruh negatif dari teman klien.

2. Sasaran Intervensi
Intervensi terhadap klien tidak hanya melibatkan klien tetapi dibantu oleh orang-
orang terdekat atau berpengaruh terhadap kehidupan klien yang dapat membantu dalam
penanganan masalah (significant others).
Significant other yang dimaksud tersebut adalah ibu dan guru, dalam hal ini ibu
seharunya memberikan dukungan kepada klien dan tidak membiarkan klien bebas
bersama temannya dan juga guru yang lebih tahu sifat atau perilaku klien di sekolah.

3. Pendekatan
Dalam menangani permasalahan klien, pekerja sosial menggunakan pendekatan :
a. Pendekatan Sistem dan Ekologi
Pendekatan ini digunakan untuk melihat masalah yang dihadapi klien merupakan
hasil interaksi antara klien dengan lingkungan keluarga yang mempengarauhi
perilaku klien dan juga bisa dilihat dari bagaimana interaksi klien dengan
lingkungannya sehingga mempengaruhi perilaku klien menjadi menyimpang, dan
juga membuat motivasi klien menurun.

4. Metode dan Teknik yang digunakan


Metode dan teknik yang digunakan dalam proses penanganan masalah klien adalah
sebagai berikut :

a. Metode Social Case Work


Metode case work adalah suatu metode yang digunakan dalam proses
pengembangan kepribadian seseorang melalui penyesuaian diri yang dilakukan
secara sadar melalui relasi individual antara individu dengan lingkungan sosialnya.
1) Model Penanganan

Model penanganan yang digunakan dalam proses pemecahan masalah yaitu :


a) Pengubahan Perilaku
Token ekonomi
Teknik ini merupakan penguat yang digunakan oleh pekerja sosial untuk
meningkatkan motivasi belajar klien dan tidak lagi terpengaruh oleh temannya
yang menjadikan klien malas. Teknik token ekonomi ini akan dilakukan selama
2 bulan dengan memberikan bintang pada papan tangga, jika klien berperilaku
sebagaimana mestinya yaitu memperhatikan materi yang diberikam oleh guru
dan juga mengerjakan tugas yang diberikan, hal ini dilakukan dengan
melibatkan guru dan orang tua klien. Klien akan diberikan sesuatu yang
diinginkan dengan kesepakatan-kesepakatan tertentu, seperti :
Memberikan bintang jika klien berhasil memperhatikan dan mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru dan jika klien M melanggar maka bintangnya akan
dikurangi, jika klien mengumpulkan bintang sebanyak 75% maka klien akan
diberikan sepatu baru karena klien sangat ingin sepatu baru dan jika klien tidak
berhasil mengumpulkan bintang maka klien tidak akan mendapatkan sesuatu.

b) Family Therapy
Family terapi digunakan untuk mengatur disfungsi individu dan keluarga yang
memandang bahwa interaksi antara individu dan anggota keluarga yang kurang
baik, dengan cara positive reinforcement, parent education, dll.
LAPORAN

ASESMEN SERTA RENCANA INTERVENSI TERHADAP KLIEN “A”


DI SMP BUNGA BANGSA KOTA BANDUNG

Disusun oleh:

GEA BRIANIAGITA BR. SEMBIRING DEPARI


NRP. 16.04.108
1. Identitas Klien
Nama Klien : Alya Putri Nuraeni inisial “A”
TTL : Bandung, 4 Agustus 2005
Usia : 13 Tahun
Suku : Sunda
Alamat : Jaway, Dago
Anak ke- : 1 dari 3 bersaudara
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Pelajar
Kelas : 1 SMP
Lokasi Wawancara : SMP Bunga Bangsa Bandung
Agama : Islam
Bahasa sehari-hari : Indonesia
Sekolah : SMP Bunga Bangsa
Hobi : Membahagiakan orang tua
Cita –cita : Dokter
Pekerjaan Orang tua
Ayah : Karyawan di ENHAI
Bunda : Ibu rumah tangga
2. Alasan memilih klien sebagai sasaran
Selasa, 23 Oktober 2018 saya melakukan penjajakan ke SMP Bunga Bangsa. Paada
hari itu saya dan teman-teman sekelompok melakukan kontrak dengan sekolah untuk
melaksanakan observasi ini. Pada awalnya kami disambut oleh bapak kepala sekolah SMP
Bunga Bangsa. Bapak kepala sekolah menjelaskan beberapa informasi terkait kondisi
sekolah SMP Bunga Bangsa saat ini. Setelah itu untuk mengetahui masalah-masalah yang
ada di SMP Bunga Bangsa kami di pertemukan dengan bagian kesiswaan yaitu pak Atis,
pada mulanya kami melakukan smalltalk dengan pak Atis untuk mengetahui
permasalahan-permasalahan yang ada di SMP Bunga Bangsa terutama pada siswa-
siswanya. Setelah mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada di SMP Bunga
Bangsa kemudian saya menanyakan dan meminta rekomendasi kepada pak Atis mengenai
siswa yang dirasakan guru-guru bermasalah di sekolah yang menyebabkan proses belajar-
mengajar siswa dan guru terganggu. Akhirnya pak Atis merekomendasikan Alya sebagai
sasaran klien/responden saya.
3. Asessment
a. Deskripsi Masalah
Selasa, 30 Oktober 2018 saya melakukan observasi dan proses wawancara dengan klien
A di SMP Bunga Bangsa. “A” memberikan beberapa informasi mengenai
permasalahan yang dialami oleh dirinya. Karena ketika melaksanakan wawancara
dengan “A” saya belum mendapatkan informasi secara jelas saya memuttuskan pada
saat “A” sedang sholat saya melakukan observasi dan wawancara dengan teman-teman
sekelas “A” untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat. Pada Kamis, 1 November
2018 saya melakukan wawancara dengan bagian kesiswaan yaitu pak Atis untuk
mengetahui lebih lanjut permasalahan-permasalahan yang dialami oleh “A”, antara lain
sebagai berikut :
1. Aspek Biologis
Berdasarkan hasil pengamatan pada saat wawancara dengan “A” melihat dari aspek
biologisnya, maka dapat diketahui bahwa “A” memiliki wajah oval, kulit sawo
matang, badan yang tinggi dan kurus dengan tinggi 154cm dan berat badan 45kg,
mata yang kecil, dan bibir yang tipis, tidak terlihat adanya kecacatan dan kondisi
fisik “A” sangat sehat.
2. Aspek Psikologis
Berdasarkan hasil observasi pada saat proses asesmen dengan “A” dapat diketahui
bahwa “A” merupakan anak yang interaktif. Namun karena saya merupakan orang
baru bagi dirinya terlihat bahwa “A” belum mau menceritakan permalahasan-
permasalahan yang dialaminya, sehingga saya sebagai orang yang baru dia kenal
saya harus berusaha membangun trust building dengan “A” menggunakan
beberapa pendekatan kepada “A” dengan pendekatan kognitif dan afektif agar “A”
mau menceritakan kondisi psikologisnya. Karena saya belum mendapatkan akar
permasalahannya, saya melakukan wawancara dan observasi dengan teman-teman
sekelasnya dan pak Atis sebagai kesiswaan. Setelah melakukan wawancara dengan
teman-teman sekelas “A” dan pak Atis saya mengklarifikasi informasi yang saya
dapat kepada “A”. Pada akhirnya dari hasil proses wawancara dengan “A”, pak
Atis, dan teman-teman sekelasnya ternyata kondisi psikologis “A” yaitu “A”
merasa tidak nyaman dan tertekan dengan teman-teman sekelasnya begitu pun
teman-teman sekelasnya yang tidak merasa nyaman dengan “A”. Berdasarkan
informasi yang saya dapat bahwa “A” sering sekali menangis di kelas karena ia
merasa bahwa teman-teman sekelasnya menjauhi dirinya dan sering mengejek
dirinya. Hasil dari informasi yang saya dapatkan juga mengatakan bahwa “A”
merupakan sosok yang mudah jatuh cinta terhadap laki-laki, “A” merasa bahwa
banyak laki-laki yang menyukai dirinya hal ini yang membuat teman-teman sekelas
“A” tidak nyaman. Pada saat melakukan wawancara dengan “A” ia senang sekali
bercerita tentang kisah kasihnya dibanding dengan pembahasan yang lain.
Walaupun “A” masih duduk di kelas 1 SMP ia sudah memikirkan tentang
pernikahan. “R” teman sekelas “A” mengatakan bahwa “A” sering sekali keluar
kelas untuk melihat laki-laki yang “A” sukai di kelas lain. Selain itu “A” bercerita
bahwa dirinya sering bermain dengan pacarnya yaitu “AG”. Dari proses wawancara
dan observasi mengenai “A”, bahwa “A” terlalu fokus dengan laki-laki dan
perasaan cintanya sehingga hal ini menyebabkan “A” tidak fokus dalam belajar.
3. Aspek Sosial
Berdasarkan hasil asesmen pada saat wawancara dengan “A”, teman-teman sekelas
“A”, dan pak Atis dapat disimpulkan bahwa “A” mempunyai hubungan yang
sedikit terhambat dengan lingkungan sosialnya yaitu dengan teman-teman sekelas
“A”. Hal ini disebabkan pernah terjadi konflik antara “A” dengan teman-teman
sekelasnya mengenai laki-laki. “A” merasa laki-laki tersebut menyukai dirnya,
namun menurut teman-teman sekelas “A” laki-laki tersebut memiliki perasaan
yang biasa saja terhadap “A” namun “A” meresponnya secara berlebihan”.
Permasalahan tersebut membuat “A” sering sekali di panggil “princess” oleh
teman-teman sekelasnya. “A” memiliki pacar yang berinisial “AG” yang berumur
14 tahun, “AG” sudah tidak sekolah lagi melainkan bekerja sebagai tukang
bangunan. “W” sahabat “A” sejak kelas 1 SD mengatakan bahwa “A” sering sekali
“momotoran” bersama pacarnya. “A” memiliki hubungan yang tidak begitu dekat
dan tidak begitu jauh dengan kedua orang tuanya. “A” lebih dekat dengan adik-
adiknya. Namun orang tua “A” sudah mengetahui bahwa “A” memiliki pacar.
Orang tua “A” mengizinkan “A” berpacaran sejak SD. Hal ini menyebabkan fokus
“A” terhadap pelajaran sedikit terganggu karena orang tua yang membebaskan “A”
berpacaran. Pada saat melakukan asesmen “A” lebih senang bercerita mengenai
kisah kasihnya daripada hal-hal lain.
4. Aspek Spiritual
Menurut hasil wawancara, “A” merupakan anak yang rajin beribadah. “A”
melaksanakan sholat lima waktu dengan baik. Selain itu, “A” juga mengikuti
pengajian sebanyak dua kali dalam seminggu.
4. Rencana Intervensi
Setelah melakukan asesmen terhadap “A, teman sekelasnya, sahabatnya “W”, dan
bagian kesiswaan, saya menemukan fokus masalah pada “A”, yaitu kurangnya motivasi
belajar yang disebabkan oleh “A” lebih fokus dengan kisah kasihnya sehingga motivasi
belajar “A” sedikit terganggu. Program intervensi yang akan digunakan dalam
memecahkan masalah yang dialami “A” adalah dengan teknik perubahan perilaku yaitu
menggunakan token ekonomi. Diharapkan token ekonomi dapat membantu “A” untuk
lebih fokus dalam belajar daripada kisah kasihnya sehingga motivasi “A” dalam belajar
meningkat. Melihat kasus “A” ini pekerja sosial dapat melakukan intervensi dengan
menggunakan metode dan teknik pekerjaan sosial, yaitu metode case work dan group work
meliputi small talk, ventilation, advice giving, support, reward and punishment, role
rehearsal and demonstration, konseling individu, penyuluhan, token ekonomi, kelompok
bantu belajar, positive reinforcement, dan positive punishment. Metode dan Teknik ini
digunakan pekerja sosial untuk membantu “A” dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi oleh “A”.
1. Tujuan Intervensi
a. Tujuan Umum
Secara umum, rencana intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi
belajar klien “A”.
b. Tujuan Khusus
Secara khusus, rencana intervensi ini bertujuan sebagai berikut :
1) Adanya kesadaran dalam diri “A” terhadap kewajibannya sebagai siswa dalam
belajar
2) Adanya kemauan pada “A” untuk meningkatkan motivasi belajar dengan fokus
belajar di dalam kelas.
3) Adanya hubungan yang baik antara “A” dengan teman-teman sekelasnya
4) Adanya keterampilan komunikasi “A”yang baik dengan teman-teman
sekelasnya

2. Sasaran Intervensi
Intervensi terhadap kasus yang dialami “A” tidak hanya melakukan intervensi
terhadap “A” saja tetapi dalam penanganan pemecahan masalah ini di bantu oleh pihak
lain (significant others). Significant others disini adalah orang yang memiliki pengaruh
besar di kehidupan “A” dan dapat membantu dalam penanganan masalah yang dialami
oleh “A”.
a. Sistem Pelaksana Perubahan
Sistem pelaksana perubahan dalam hal ini adalah praktikan (pekerja sosial)
b. Sistem Klien
Seseorang yang sepakat atau meminta pelayanan kepada agen perubahan, dan
yang bekerja berdasarkan kesepakatan atau kontrak dengan agen perubahan.
Sistem klien dalam hal ini adalah “A” yang telah melakukan kontrak dengan
praktikan (pekerja sosial).
c. Sistem Sasaran
Pihak-pihak yang menjadi sasaran intervensi dalam usaha pencapaian tujuan
intervensi dan pemecahan masalah klien. Orang-orang yang memiliki
hubungan sangat dekat dan/atau berpengaruh besar dalam kehidupan dan
penanganan masalah klien, diantaranya:
1) Klien“A”
2) Keluarga “A”
3) Teman sekelas “A”
4) Sahabat “A”
5) Wali kelas
6) Guru bidang kesiswaan/BK
d. Sistem Kegiatan
Sistem kegiatan disini adalah praktikan (pekerja sosial) bersama-sama dengan
pihak terkait dalam melaksanakan intervensi dan mencapai tujuan.

e. Program Intervensi
Program intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar “A” adalah
dengan menggunakan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Tahap Pembentukan Relasi Pertolongan
Pada tahap pembentukan relasi pertolongan, pekerja sosial menentukan significant
others yang memiliki hubungan sangat dekat dan/atau berpengaruh besar dalam
kehidupan “A” dan yang terlibat dalam penanganan masalah atau pelaksanaan
intervensi kepada “A”. Pekerja sosial melakukan kerja sama dengan significant
others “A” yaitu ibu, ayah, pacar, teman-teman sekelas, sahabat “A”, wali kelas,
dan guru bagian kesiswaan/BK.
b. Tahap Pemberian Motivasi
Pada tahap ini pekerja sosial memberikan motivasi atau dukungan dalam bentuk
pujian, hadiah yang “A” sukai, memberikan nasihat dan saran. Motivasi ini
diberikan diharapkan agar “A” mendapatkan stimulus positif untuk lebih giat lagi
dalam belajar sehingga motivasi “A” dalam belajar meningkat selain itu
memberikan kesadaran pada “A” bahwa belajar adalah hal yang penting untuk
mencapai kesuksesan. Pekerja sosial menyadarkan “A” akan pentingnya belajar
dengan memberikan pengertian kepada “A” tentang pentingnya pendidikan dan
manfaat dari belajar.
c. Tahap Memobilisasi Sumber
Tahap memobilisasi sumber merupakan tahap dimana pekerja sosial melibatkan
sumber-sumber yang akan diakses oleh “A” seperti dengan orang tuanya apabila
“A” memiliki nilai yang bagus maka orang tuanya memberikan hal-hal yang
disukai oleh “A” memberikan semangat dalam belajar, selain itu teman sekelas,
sahabat “A”, dan guru yang memantau kondisi belajar “A” dan pemberian motivasi
kepada “A”. Sehingga sumber-sumber kebutuhan “A” dalam menyelesaikan
permasalahannya dapat terpenuhi dengan baik.
f. Pendekatan
Pendekatan yang tepat untuk menyelesaikan kasus ini, yaitu:
1) Pendekatan Ekologi
Pendekatan ekologi didasarkan atas konsep dan prinsip ekologi, dalam arti
menelaah masalah sosial sebagai hasil interrelasi antara individu dengan
lingkungannya pada suatu ekosistem Maka perlu adanya dukungan peran
lingkungan sosial dalam mengatasi permasalahan yang dialami oleh “A”.
2) Pendekatan Kognitif-behavioristik
Pendekatan kognitif-behavioristik adalah pendekatan yang bertujuan untuk
mengubah cara pandang atau persepsi individu yang akan mempengaruhi
individu dalam berperilaku. Pada kasus ini, pekerja sosial merubah persepsi
“A” mengenai:
a. Pentingnya belajar untuk mencapai kesuksesan di masa yang akan datang
b. Persepsi-persepsi negatif terhadap teman-teman sekelasnya ketika diubah
menjadi persepsi positif, maka akan melahirkan perilaku yang positif.
g. Metode dan Teknik yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam proses penanganan masalah “A” , yaitu:
1. Metode Social Case Work
Menurut Rex A. Skidmore (1982) social case work merupakan suatu proses
untuk membantu individu-individu dalam mencapai suatu penyesuaian satu sama
lain serta penyesuaian antara individu dengan lingkungan sosialnya. Social case
work merupakan suatu metode yang terorganisir dengan baik untuk membantu
orang agar dia mampu menolong dirinya sendiri serta ditujukan untuk
meningkatkan, memperbaiki, dan memperkuat keberfungsian sosialnya. Metode
social case work digunakan melalui pendekatan langsung kepada klien maupun
keluarga klien. Melalui penerapan metode ini diharapkan klien dapat memahami
persoalannya dan merencanakan alternatif pemecahan masalahhnya bersama
dengan pekerja sosial. Teknik-teknik yang digunakan antara lain:
a. Small Talk
Teknik ini digunakan oleh pekerja sosial pada saat kontak permulaan dengan
klien. Tujuan utama small talk adalah terciptanya suatu suasana yang dapat
memberikan kemudahan bagi keduanya untuk melakukan pembicaraan
sehingga hubungan selanjutnya dalam proses intervensi akan berjalan sesuai
dengan yang diharapkan. Biasanya small talk dimulai oleh pekerja sosial untuk
membuka agar klien dapat berbicara dan terbuka dengan permasalahan yang
sedang dialaminya.
b. Ventilation
Teknik ini digunakan oleh pekerja sosial untuk membawa ke permukaan
perasaan-perasaan dan sikap-sikap yang diperlukan, sehingga perasaan-
perasaan dan sikap-sikap tersebut dapat mengurangi masalah yang dihadapi
klien. Pekerja sosial dituntut untuk dapat menyediakan kemudahan bagi klien
dalam mengungkapkan emosinya secara terbuka. Tujuan ventilation adalah
untuk menjernihkan emosi yang tertekan karena dapat menjadi penghalang
bagi gerakan positif klien. Dengan membantu klien menyatakan perasaan-
perasaannya, maka pekerja sosial akan lebih siap melaksanakan tindakan
pemecahan masalah serta dapat memusatkan perhatiannya pada perubahan
pada diri klien.
c. Konseling

Konseling adalah inti dari praktek sosial casework. Pelayanan konseling


diberikan untuk terapi masalah-masalah emosional dan interpersonal individu
dan keluarga. Terdapat tiga tahap dalam konseling, yaitu: (a) tahap membangun
relasi, (b) tahap mengeksplorasi masalah secara mendalam; dan (c) tahap
mengeksplorasi alternatif-alternatif solusinya. Konseling bagi individu dan
keluarga tepat diberikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial-emosional.
Tujuan konseling adalah untuk :
1. Mengetahui permasalahan-permasalahan yang dialami oleh “A”.
2. Mengetahui kebutuhan-kebutuhan apa saja yang dibutuhkan oleh “A”
dalam menyelesaikan permasalahannya sehingga kebutuhan “A” dapat
terpenuhi dengan baik dan masalah yang dialami “A” dapat diselesaikan
dengan baik.
3. Mengetahui potensi-potensi yang di miliki oleh “A” sehingga “A” dapat
mengembangkan dirinya dan diharapkan agar “A” mampu melakukan
perubahan terhadap dirinya.
4. Meningkatkan keterampilan agar “A” mampu menghadapi situasi dan
tuntutan baru dalam hidupnya.
5. Meningkatkan kemampuan “A” untuk mengambil keputusan dengan
bertanggungjawab. Keputusan yang diambil oleh “A” sebagai upaya untuk
mengatasi masalahnya adalah keputusan dari dirinya sendiri.
6. Meningkatkan kemampuan “A” dalam hal penyesuaian diri dengan
lingkungan sosialnya terutama dengan teman-teman sekelas “A”.
d. Advice dan instructions
Teknik ini berhubungan dengan upaya memberikan pendapat yang didasarkan
pada pengalaman pribadi atau hasil pengamatan pekerja sosial dan upaya
meningkatkan suatu gagasan yang didasarkan pada pendapat-pendapat atau
digambarkan dari pengetahuan professional. Keberhasilan teknik ini
ditentukan oleh kemampuan klien mempergunakannya dan kemampuan
pekerja sosial membuat assessment yang valid.
Dalam teknik ini pekerja sosial memberi nasehat, saran dan arahan kepada
“A” untuk memecahkan masalah-masalah “A”. Nasehat, saran, dan arahan
diberikan pada saat “A” membutuhkan hal tersebut.Langkah yang dapat
dilakukan yaitu:
1. Memberikan stimulus kepada “A” agar “A” memecahkan masalahnya
sendiri.
2. Membantu “A” untuk memahami dan mengenali hubungan antara masalah
dan cara mengatasinya secara efektif dan efesien.
3. Memberikan informasi kepada “A” yang “A” butuhkan dalam pelaksanaan
perubahan.
Contoh: Pekerja sosial memberikan nasehat dan saran kepada “A” agar “A”
dapat fokus dengan pendidikannya daripada kisah percintaannya. Pada tahap
pertama pekerja sosial memberi sugesti pada “A” bahwa pendidikan sangatlah
penting untuk mencapai kesuksesan di masa yang akan datang. Setelah itu
mengarahkan “A” untuk melewati setiap proses pengubahan perilaku dengan
baik. Kemudian pekerja sosial memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
“A” untuk membantu “A” dalam menyelesainkan masalah yang dialami oleh
dirinya.
e. Support
Teknik ini mengandung arti memberikan semangat, menyokong dan
mendorong aspek-aspek dari fungsi klien, seperti kekuatan-kekuatan
internalnya, cara berperilaku dan hubungannya dengan orang lain. Support
harus didasarkan pada kenyataan dan pekerja sosial memberikan dukungan
terhadap perilaku atau kegiatan-kegiatan positif dari klien. Pekerja sosial harus
membantu klien apabila klien mengalami kegagalan dan sebaliknya lebih
mendorong klien apabila berhasil. Sebaiknya pekerja sosial menyatakan
terlebih dahulu aspek-aspek yang positif sebelum menyatakan aspek-aspek
negatif dari situasi yang dialami klien. Dalam kasus “A” teknik ini sangat
penting untuk memberikan semangat kepada “A” agar motivasi belajar “A”
meningka. Selain itu support juga diberikan kepada keluarga, teman-teman,
dan guru untuk selalu mendukung “A” dalam belajar sehingga “A” fokus
dengan pendidikannya. .
f. Token Ekonomi
Pekerja sosial menggunakan teknik ini untuk menjadi penguat perilaku “A”
dengan cara merangsang minat klien untuk melakukan kesepakatan bersama
dengan pekerja sosial. Teknik token ekonomi digunakan oleh pekerja sosial
untuk meningkatkan minat belajar dalam diri “A” . Melalui teknik ini
diharapakan “A” dapat lebih giat dalam belajar. Teknik token economi akan
digunakan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan yaitu selama satu bulan,
dengan memberikan bintang pada tabel yang telah disediakan apabila “A”
belajar setiap hari di rumah dengan waktu yang telah disepakati. Teknik token
ekonomi diterapkan dengan kerjasama antara guru wali kelas dan orang tua
“A”. Kemudian “A” akan diberikan hadiah yang diinginkan oleh “A” dengan
kesepakatan bersama.
1) Untuk mendapatkan bintang “A" harus memiliki waktu jam belajar setiap
harinya di rumah. Poin 1 bintang yaitu 10. Misalnya: Pada hari Senin dii
rumah “A” belajar selama 4 jam maka “A” berhak mendapatkan bintang
pada hari Senin poin yang didapatkan yaitu 10 poin.
2) Jika “A” melanggar, maka “A” poin akan dikurangi 5 poin.
3) Jika “A” berhasil mengumpulkan bintang sampai dengan tujuan dan waktu
yang telah ditetapkan yaitu selama sebulan maka “A” berhak untuk
mendapatkan hal yang sudah disepakati sebelumnya sesuai dengan jumlah
poin yang “A” miliki.
g. Reward dan Punishment
Reward diberikan untuk perilaku yang baik dan punishment (hukuman)
diberikan untuk perilaku yang buruk. Teknik ini digunakan dengan tujuan
mengubah perilaku klien dan pekerja sosial harus memiliki keterampilan
khusus untuk mengetahui motif-motif perilaku dan metode penguatan.
Reward dapat berupa materi atau pujian-pujian yang diberikan kepada
“A” apabila “A” melakukan hal yang sesuai misalnya “A” rajin belajar
sehingga nilai “A” meningkat maka orangtua maupun guru memberikan reward
berupa materi atau pujian-pujian kepada “A”. Reward ini merupakan hadiah
karena “A” telah berusaha dengan giat untuk belajar dan mencapai hasil yang
maksimal. Sebaliknya jika “A” melakukan kesalahan misalnya “A” menjadi
malas belajar maka ia akan mendapatkan hukuman, contohnya orang tua “A”
memberikan sanksi untuk mengurangi uang jajan “A”.
h. Role Rehearsal and Demonstration
Teknik ini digunakan apabila cara-cara belajar perilaku baru diperlukan.
Pekerja sosial dapat meningkatkan fungsi sosial klien melalui latihan
penampilan peranan baik melalui diskusi atau permainan peranan atau kedua-
duanya. Sebagai pengganti permaianan peranan, pekerja sosial dapat juga
mendemonstrasikan bagaimana tindakan-tindakan tertentu dilakukan.
Misalnya: Pekerja sosial menerapkan permainan peranan di dalam kelas
mengenai proses menuju kesuksesan, sehingga “A” dapat meniru hala baik apa
yang sudah di perankan.
i. Positive Reinforcement
Penguatan positif adalah pemberian stimulus/ rangsangan (situasi, benda, kejadian,
atau kata-kata) yang mengikuti perilaku, yang bertujuan untuk memperkuat dan
atau meningkatkan derajat terjadinya perilaku yang sama. Pandangan teknik ini
didasari bahwa, pada dasarnya setiap manusia di dalam hidupnya, selalu
mendambakan kesenangan, maka apabila dia mendapatkan stimulus yang
menyenangkan, sebagai akibat (konsekuensi) dari perilakunya, maka dia akan
mengulangi, bahkan meningkatkan perilaku tersebut.
Misalnya: “A” rajin belajar, dan karena “A” rajin belajar “A” mendapat peringkat
satu dikelasnya, oleh gurunya diberi hadiah berupa buku yang disenanginya, dan
oleh ibunya diberi hadiah berupa baju yang sangat didambakannya, maka “A”
semakin rajin belajar.
j. Positive Punishment
Penghukuman positif adalah menyajikan suatu stimulus yang tidak menyenangkan
yang mengikuti suatu perilaku, (maladaptif) untuk memperlemah dan atau
mengurangi dan menghilangkan terjadinya perilaku yang maladaptif (tidah
diharapkan).
Misalnya: “A” malas belajar, oleh orang tuanya “A” ditegur. Teguran adalah salah
satu teknik menghilangkan perilaku malas belajar pada “A”.
2.Metode Social Group Work
Praktek pekerjaan sosial dengan kelompok bertujuan untuk memperbaiki
keberfungsian sosial individu-individu atau pasangan-pasangan (suami-istri) melalui
pengalaman berpartisipasi dalam sebuah kelompok kecil dengan bimbingan seorang
profesional, yaitu pekerja sosial kelompok (group worker). Metoda ini juga merupakan suatu
upaya perubahan yang direncanakan, dan memiliki pandangan bahwa individu-individu
mengalami pertumbuhan dan perubahan melalui proses dan interaksi dalam kelompok. Jadi,
yang perlu mendapat perhatian dalam metoda ini adalah proses kelompok dan interaksi di
dalam kelompok. Dalam kasus ini “A” mengalami hambatan dalam interaksinya dengan
teman-teman sekelasnya sehingga motode social group work sangat diperlukan untuk
memperbaiki hubungan “A” dengan teman-teman sekelasnya. Teknik-teknik yang
digunakan antara lain:
a. Kelompok Bantu belajar
Melihat kasus yang dialami oleh “A”, “A” mengalami hambatan dalam belajar.
Kelompok bantu belajar dapat diterapkan untuk memecahkan permasalahan
motivasi belajar pada “A”. Di dalam kelompok bantu belajar satu anggota dengan
anggota kelompok lainnya dapat saling memotivasi satu dengan yang lainnya agar
terus semangat dalam belajar. Selain itu, kelompok bantu belajar juga sanagat
efektif untuk membantu “A” dalam memahami dan mempelajari materi
pembelajaran dengan teman sebayanya, hal ini karena teman sebaya biasanya
menggunakan bahasa yang mudah di pahami dan cepat dimengerti oleh teman
sebayanya. Kemudian kelompok bantu belajar juga dapat memperbaiki hubungan
“A” yang tidak baik dengan teman-teman sekelasnya. Dengan adanya kelompok
bantu belajar, diharapkan “A” memiliki hubungan yang baik kembali dengan
teman-temannya melalui pertemuan kelompok bantu belajar yang intens.
Kelompok bantu belajar sangat efektif untuk meningkatkan motivasi belajar pada
“A” dan membantu “A” memperbaiki hubungannya dengan teman-teman
sekelasnya.
b. Kelompok sensitivitas (sensitivity group).
Tipe kelompok ini bertujuan untuk membantu orang-orang agar lebih menyadari
akan dirinya sendiri dan bagaimana pengaruhnya pada orang lain dalam interaksi
antar pribadi. Selain itu untuk membantu orang agar dapat mengembangkan pola
interaksi yang lebih efektif. Kelompok ini dibentuk untuk orang-orang yang
memiliki masalah dalam berhubungan antar pribadi. Orang-orang yang tidak
sensitif ketika berhubungan dengan orang lain, yakni orang-orang yang kata-
katanya selalu menyinggung perasaan orang lain dan tindakannya selalu merugikan
orang lain. Pada kasus ini “A” tidak sadar atas apa yang ia lakukan sehingga
membuat “A” dijauhi oleh teman-teman sekelasnya.

c. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan teknik yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
individu maupun kelompok terhadap suatu masalah dan bagaimana cara
mengatasinya. Sasaran penyuluhan adalah peningkatan kemampuan kognitif
dengan memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan. Bagian-bagian penting
dari setiap perubahan yang terjadi dalam keberfungsian sosial orang diakibatkan
oleh perubahan-perubahan kognitif. Perubahan kognitif sering diikuti dengan
perubahan-perubahan sikap dan perilaku. Oleh karena itu, untuk mengubah perilaku
dapat dilakukan dengan mengubah kognitifnya.
Dalam kasus “A” ia mengalami pembullyan verbal dari teman-teman sekelasnya.
Penyuluhan dengan topik pembullyan dapat diberikan kepada seluruh siswa hal ini
agar tidak terjadinya kasus pembullyan baik secara verbal dan nonverbal. Masih
banyak siswa yang belum memahami mengenai pembullyan, terkadang ada siswa
tidak menyadari atas perilaku yang ia lakukan sudah termasuk dalam kategori
pembullyan. Maka penyuluhan tentang pembullyan sangat diperlukan untuk
memberikan informasi kepada siswa agar tidak ada korban dari kasus pembullyan
kembali.
LAPORAN

ASESMEN SERTA RENCANA INTERVENSI TERHADAP KLIEN “D”


DI SMP BUNGA BANGSA KOTA BANDUNG

Disusun oleh:

HAMDAN SULISTIONO
NRP. 16.04.398
A. Kasus
1. Identifikasi Masalah
a. Identitas Klien
Nama : “D”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 28 Desember 2005
Umur : 13 Tahun
Pendidikan : SMP Bunga Bangsa
Agama : Islam
Alamat : Buniwangi
Pekerjaan : Pelajar
b. Dinamika Kehidupan Klien
1) Keberfungsian Fisik
Berdasarkan hasil wawancara dengan klien, guru BK, Pa Atis Sutisna bagian
(Kesiswaan dan Sosiologi) dan teman klien, kondisi fisik klien normal dan
baik-baik saja, tidak ada kekurangan secara fisik. Ketika wawancara dengan
klien juga kondisi fisik klien terlihat sehat.
2) Keberfungsian Sosial
Berdasarkan hasil wawancara dengan klien, guru BK, dan teman klien,
keberfungsian sosial klien cukup baik. Klien memiliki banyak teman baik di
dalam kelas maupun di luar kelas. Hubungan klien dengan teman-temannya
di sekolah cukup baik.
3) Keberfungsian Psikologis
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dengan klien, guru BK, dan
teman-temannya, klien sedikit pendiam dan memiliki rasa kurang percaya
diri.
4) Keberfungsian Intelektual
Berdasarkan hasil wawancara dengan klien, guru BK, dan teman-temannya,
keberfungsian intelektual klien terbilang cukup baik, hanya saja dalam
masalah pembelajaran di kelas klien kurang mampu memahami beberapa
mata pelajaran seperti matematika dan bahasa inggris.

c. Latar Belakang Masalah Klien


Berdasarkan hasil penjajakan awal dengan guru BK dan wawancara dengan klien,
klien memang terkenal pemalu dan pendiam di lingkungan kelas maupun di
lingkungan sekolah. Akan tetapi di luar lingkungan sekolah klien tekenal jentlemen
(keren,gagah,pemberani). Disini masalah yang dihadapi klien yaitu sulit memahami
mata pelajaran Matematika dan B.Inggris sehingga melakukan perilaku menyimpang
seperti bolos sekolah, main Playstation PS 2, suka ke kantin waktu jam belajar, bolos
dengan alasan ngambil izajah untuk di Fotocopy. dll
d. Rencana Intervensi
Rencana intervensi merupakan suatu kegiatan untuk merencanakan bentuk
penanganan masalah yang tepat bagi klien berdasarkan hasil asessmen.
Adapun rencana intervensi yang dapat dilakukan dalam menangani masalah motivasi
belajar dari klien “D” yaitu :
a) Metode
Metode yang digunakan untuk menangani masalah kurangnya motivasi belajar
yaitu dengan menggunakan metode social case work dan group work
b) Teknik
 Small Talk
Menciptakan suasana akrab dengan klien agar menimbulkan kenyamanan
dalam berkomunikasi
 Ventilation
Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan masalah yang
dialami klien yaitu motivasi yang kurang
 Support
Untuk memberikan dukungan kepada klien agar klien mengikuti semua
kegiatan yang ada di SMP bunga bangsa
 Advice giving dan Conceling
Memberikan nasehat,pendapat dan bimbingan yang dilakukan dengan upaya
meningkatkan wawasan yang berdasarkan pengalaman atau pengetahuan
profesional
 Logical discussion
Teknik yang digunakan untuk berfikir dan bernalar, untuk memahami fakta-
fakta dari suatu masalah untuk melihat kemungkinan altrenatif pemecahannya
 Token ekonomi
Digunakan untut memicu motivasi klien dalam melakukan aktivitas atau
kegiatannya
 Rasional Emotif

Manusia pada dasar dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan


untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku
rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan
bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif.

Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi,


interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan
psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis
dan irasional.
 Terapi realitas

Terapi realitas adalah terapi yang bersifat jangka pendek yang berfokus pada
kondisi saat ini, menekankan pada kekuatan pribadi, dan mendorong individu
untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih realistik agar dapat mencapai
kesuksesan (Corey, 2009)

 Kelompok belajar

kelompok belajar/ belajar kelompok adalah suatu kegiatan belajar yang


dilakukan bersama – sama guna menyelesaiakan persoalan – persoalan yang
berkaitan dengan belajar.
BAB IV
PENUTUP

Demikian laporan ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik
Pekerjaan Sosial di Bidang Pendidikan. Dengan harapan laporan ini mendapatkan nilai yang
sangat baik, dan juga dapat bermanfaat bagi penyusun dan juga bagi para pembaca.
Kemudian kami mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada pihak Sekolah
Menengah Pertama Bunga Bangsa yang menerima kami dengan sangat baik, hingga kami dapat
melakukan wawancara dan juga observasi degan baik dan lancar, serta kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik dan tepat waktu.

Anda mungkin juga menyukai