Anda di halaman 1dari 17

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH STUDI KASUS DAN SURVEY BIMBINGAN


KONSELING

DISUSUN OLEH:

Nurmala Sari
NIM : A1E118002

Kelas/Semester : R-002/5

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Drs. Akmal Sutja, M.Pd

Dr. Siti Amanah, S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
LAPORAN WAWANCARA DENGAN GURU BIMBINGAN
DAN KONSELING SMA NEGERI 12 MUARA BUNGO

Wawancara ini dilaksanakan pada :

Hari dan Tanggal : Selasa, 27 Oktober 2020

Pukul : 10.30 WIB s.d. selesai

Tempat : SMA Negeri 12 Muara Bungo

Informasi Umum Sekolah :

Kepala Sekolah : Remufli Indra, S.Pd

Operator : Rifaldi Eladra, S.Pd

Akreditasi :A

Kurikulum : Kurikulum 2013

Alamat : Jln. Rangkayo Hitam, Kel. Cadika, Kec. Rimbo Tengah,

Kab. Bungo, Prov. Jambi

1.1. Profil dan Latar Belakang Sekolah


SMA Negeri 12 Muara Bungo merupakan SMA termuda di
Kabupaten Bungo yang secara resmi berdiri pada tanggal 08 Februari 2007
dengan SK Bupati Bungo No. 15/P dan K/2007 yang sebelumnya
merupakan kelas jauh dari SMA Negeri 1 Muara Bungo. Dulunya sekolah
ini memiliki nama SMAN 4 Muara Bungo, namun berdasarkan Pergub
No. 38 tahun 2018, sekolah-sekolah di kabupaten diurutkan sesuai dengan
tahun berdirinya. Karena SMAN 4 merupakan SMA Negeri yang berdiri
pada urutan ke 12 maka dari itu sekolah ini berubah nama menjadi SMA
Negeri 12 Muara Bungo. Pada awal berdirinya sekolah ini terdiri dari 4
Rombongan Belajar yaitu kelas Xa, Xb, Xc, dan Xd, yang saat ini
berkembang menjadi 20 kelas pada tahun 2020.
SMA Negeri 12 berdiri kokoh pada areal lebih kurang 700 m2 dan
terletak pada lokasi yang strategis di pusat kota Bungo yang beralamat di
jalan Rangkayo Hitam Kelurahan Cadika Kecamatan Rimbo Tengah. Dari
tahun ke tahun SMAN 12 Muara Bungo semakin bertambah bangunannya
Hingga sekarang sudah 4 (empat) orang yang menduduki jabatan sebagai
kepala SMA Negeri 12 Muara Bungo yaitu :
1. Drs. Warman
2. Neni Lidia, S.Pd, M.Pd
3. Idris, S.Pd., M.Pd
4. Remufli Indra, S.Pd
Di usianya yang ke sembilan tahun SMAN 12 Muara Bungo sudah
mengantongi akreditasi A, sekolah ini juga dikenal dengan sekolah
“Adiwiyata Nasional”. Atau yang biasa disebut dengan sekolah yang
mengedepankan dan memberikan program pendidikan lingkungan hidup.
SMA Negeri 12 Muara Bungo memiliki Mars yang mana lagu tersebut di
nyanyikan setiap upacara hari senin dan acara-acara resmi di sekolah
tersebut. Lagu itu dibuat atas prakarsa Kepala Sekolah kedua yang
bernama Neni Lidia, S.Pd, M.Pd dan Ruri Pencipta lagu dari Jambi.

Masih panjang perjalanan sekolah ini namun dapat dipastikan


bahwa SMAN 12 Muara Bungo siap bersaing secara sehat dengan
sekolah-sekolah lain yang ada di Kabupaten Bungo untuk menghasilkan
peserta didik yang berprestasi, beriman dan bertaqwa di lingkungannya
yang bersih dan asri. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, SMAN 12
Muara Bungo memiliki visi dan misi yaitu :
1) Visi : Terwujudnya peserta didik yang beriman, cerdas,
terampil, mandiri, dan berwawasan global.
2) Misi :
a. Menanamkan keimanan dan ketakwaan melalui
pengalaman ajaran agama
b. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan
c. Mengembangkan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
berdasarkan minat, bakat, dan potensi peserta didik
d. Membina kemandirian peserta didik melalui kegiatan
pembiasaan, kewirausahaan, dan pengembangan diri yang
terencana dan berkesinambungan
e. Menjalin kerjasama yang harmonis antar warga sekolah dan
lembaga lain yang terkait
Dalam mengimplementasikan visi misi tersebut, tentunya semua elemen di
sekolah saling bekerjasama, baik dari kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, guru bidang studi, guru bimbingan dan konseling, staf tata usaha
dan yang lainnya.
1.2. Informan atau Narasumber Di Sekolah
Nama : Agusyan Dewit, S.Pd
Tempat, Tanggal Lahir : Jambi, 25 Agustus 1975
Alamat : Jln. Teuku Umar, Kel. Pasir Putih, Kec. Rimbo
Tengah
Jabatan : Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan
Masyarakat (HUMAS)

Informan atau narasumber yang saya wawancarai bernama Pak


Agusyan Dewit, beliau biasa dipanggil Pak Yan. Ia merupakan salah satu
guru bk di SMAN 12 Muara Bungo yang menduduki jabatan sebagai
Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat (HUMAS). Latar
belakang pendidikannya tidak murni Strata 1 Bimbingan dan Konseling.
Sebelumnya beliau menjalani studi di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial
(STKS) Bandung program studi Pekerjaan Sosial selama 5 tahun lebih,
dari tahun 1993-1999. Ia pernah turun langsung ke lembaga sosial panti
asuhan dengan status mahasiswa magang.

Setamatnya dari STKS Bandung, ia ditawari rekannya untuk


melanjutkan pendidikan Strata 1 Bimbingan dan Konseling dan beliau
memilih untuk melanjutkannya di Universitas Jambi selama 3 tahun.
Sebelum memilih bimbingan dan konseling, beliau mencari semua
informasi mengenai bimbingan dan konseling dan ia menemukan beberapa
kesamaan pada pekerjaan sosial yang tengah ia jalani. Menurutnya secara
umum bk tidak jauh berbeda dengan pekerja sosial dilihat dari segi
sosialnya, secara khusus tentunya bk berbeda dengan pekerja sosial. Dari
segi layanan, kegiatan pendukung, bidang bimbingan dan lain sebagainya.
Dan perbedaan lainnya yaitu ketika beliau memilih menjadi guru bk, ruang
lingkupnya menjadi lebih sempit atau spesifik karena pekerjaan guru bk
pastinya membimbing dan mengembangkan potensi siswa, serta
mengentaskan permasalahan yang terjadi di sekolah tempat ia bekerja saat
ini, yaitu di SMAN 12 Muara Bungo.

1.3. Permasalahan Yang Di Survey


Setelah melakukan proses wawancara, permasalahan yang sering
timbul di SMAN 12 Muara Bungo yaitu rendahnya motivasi siswa untuk
melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi terutama kelas XII, dan ada
permasalahan-permasalahan lainnya. Penulis telah mencoba menggali
informasi dalam proses wawancara adakah siswa yang mengalami
permasalahan yang berat, namun guru bk/narasumber tidak menyebutkan
permasalahan itu. Penulis berpikir masalah itu terlalu berat dan sensitif
sehingga guru bk sangat menjaga kerahasiaannya. Sebelum membicarakan
fokus masalah, kita perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai
manajemen bk, prosedural, dan kendala yang terjadi di sekolah tersebut.
Kerja sama guru bk dengan wali kelas, guru mata pelajaran, wakil
kesiswaan, dan kepala sekolah berjalan dengan baik. Contoh kasus
kecilnya ketika ada siswa yang terlambat, yang akan menanganinya yaitu
guru piket. Guru piket nanti bekerja sama dengan wali kelas untuk
memberikan pembinaan, selanjutnya jika siswa tersebut dikategorikan
“Sering Terlambat” maka akan dialihkan ke guru bk untuk dibantu
mengentaskan permasalahannya. Apabila siswa masih sering terlambat
juga maka wakil kesiswaan bertindak dan melanjutkan proses tersebut
dengan kepala sekolah. Menurut penulis, dari contoh kecil tersebut telah
menunjukkan manajemen bk di SMAN 12 Muara Bungo berjalan baik.
Bukan sekedar dugaan, penulis sudah melihat datanya dan sesuai dengan
yang dikatakan guru bk tersebut. Selain itu, penulis adalah alumni dari
sekolah tersebut dan mengenai “Siswa Terlambat” memang benar, sesuai
fakta, dan terbukti yang telah disampaikan guru bk tersebut. Selain kerja
sama, program bk, Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL), dan need
assesment telah dirancang dan dibuat dengan baik.
Berikut beberapa permasalahan siswa yang ada di SMAN 12
Muara Bungo yang telah penulis rangkum berdasarkan wawancara dan
data :
 Rendahnya motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi
 Sering terlambat ke sekolah
 Bolos saat jam pelajaran berlangsung
 Perilaku mencontek
 Tidak mengumpulkan tugas-tugas pembelajaran via daring
 Kurang percaya diri
 Permasalahan dengan anggota keluarga
 Komunikasi yang buruk
 Emosi yang meledak-ledak
Selain permasalahan, kebutuhan siswa akan layanan bk juga
tercantum dalam program di SMAN 12 Muara Bungo dan akan penulis
lampirkan pada halaman terakhir.
Kemudian mengenai prosedural di SMAN 12 Muara Bungo,
berikut urutannya :
1.3.1. Menentukan masalah
Guru bk menentukan masalah dengan melakukan identifikasi masalah
yang dialami siswa. Biasanya masalah yang didapat ini dari laporan guru-
guru, Alat Ungkap Masalah, dan bahkan guru bk sendiri yang melihat
langsung permasalahan yang dialami siswa contohnya siswa bolos sekolah
dengan memanjat pagar belakang sekolah.
1.3.2. Pengumpulan data
Dari berbagai masalah yang telah ditemukan, guru bk mengumpulkan data
siswa yang bersangkutan. Data yang dicari adalah segala hal yang
berhubungan dengan siswa tersebut.
1.3.3. Analisis data
Data-data siswa yang telah ditemukan dan dikumpulkan selanjutnya
dianalisis.
1.3.4. Diagnosis
Diagnosis ini usaha guru bk menetapkan faktor penyebab atau latar
belakang masalah siswa yang bersangkutan. Tentunya diagnosis ini
berdasarkan dari pengumpulan data yang telah dikumpulkan guru bk
tersebut.
1.3.5. Prognosis
Setelah mengetahui faktor penyebab atau latar belakang masalah siswa,
guru bk menetapkan langkah-langkah bantuan yang akan diambil, jenis
bantuan apa yang sesuai dengan permasalahan siswa. Prognosis ini
merupakan kesimpulan awal terhadap suatu kasus untuk memberikan
terapi atau langkah selanjutnya.
1.3.6. Terapi
Terapi ini dilakukan setelah ditetapkannya prognosis. Terapi ini bertujuan
untuk melaksanakan bantuan yang telah ditetapkan. Dalam penerapannya
di SMAN 12 Muara Bungo guru bk akan melaksanakan tugasnya dengan
bimbingan klasikal (jika terdapat banyak siswa yang mengalami
permasalahan yang sama) dan konseling individu. Terutama jika ada siswa
yang mengalami permasalahan khusus, guru bk akan memanggil siswa
satu persatu ke ruangannya. Pemanggilan siswa ke ruang bk sebagian
besar karena diminta wali kelas, guru mata pelajaran atau guru bk itu
sendiri yang memanggil. Sangat sedikit sekali siswa yang datang dengan
suka rela.
1.3.7. Evaluasi atau follow up
Evaluasi dilakukan untuk melihat upaya bantuan yang diberikan guru bk
telah memperoleh hasil atau tidak. Langkah-langkah guru bk yang akan
diberikan kepada siswa jika upaya memperoleh hasil atau tidak.

Dari prosedural yang telah dipaparkan, nanti akan kita lihat


faktanya pada fokus permasalahan yang di survey. Selanjutnya kendala-
kendala yang dialami guru bk dan siswa di SMAN 12 Muara Bungo.

a. Kendala yang dialami guru bk


Tidak memiliki jam khusus
Maksudnya guru bk tidak memiliki jam khusus seperti guru mata
pelajaran lain yang mengajar di sekolah, hal ini disebabkan agar siswa
tidak ketinggalan pelajaran atau “kurikulum” yang tiap pertemuan
telah ditetapkan bahasannya. Jadi layanan klasikal kadang tidak
terlaksana, namun guru bk tetap berupaya dengan mencari jam kosong
pada kelas yang diampunya. Sehingga layanan klasikal tetap terlaksana
meskipun tidak 100%.
b. Kendala yang dialami siswa
Tidak terbuka
Peranan bk di sekolah belum mendapatkan perhatian bagi siswa, yang
diketahui siswa jika berurusan dengan guru bk berarti siswa tersebut
bermasalah. Padahal bk sendiri membantu dan berupaya agar siswa
mencapai tugas-tugas perkembangannya dengan baik. Paradigma lama
itulah yang membuat siswa tidak terbuka ketika dihadapkan dengan
guru bk.
1.4. Penyelesaian Masalah dari guru bk/informan
1.4.1. Beberapa list permasalahan yang telah penulis rangkum
Guru bk/informan mengentaskan berbagai permasalahan dengan
memberikan layanan-layanan bk, baik dari format klasikal, kelompok,
maupun individual. Layanan-layanan yang dimaksud telah terdeskripsi
dalam program layanan guru bk tersebut.
Untuk mengetahui sumber-sumber masalah diperlukan instrumen
dalam melaksanakannya. Instrumen yang digunakan guru bk diantaranya
Alat Ungkap Masalah (AUM) baik Umum dan PTSDL, Sosiometri,
Sosiogram, Angket, Observasi, Daftar Cek Masalah (DCM), dan lain
sebagainya.
Berdasarkan instrumen tersebut, guru bk/informan bekerja sama
dengan guru bk lainnya dalam membuat program bk mulai dari harian,
mingguan, bulanan, semesteran, dan tahunan. Yang bertujuan untuk
mengentaskan permasalahan-permasalahan siswa. Baik permasalahan
klasikal, kelompok, maupun individual.
1.4.2. Kurangnya jam kosong
Kurangnya jam kosong untuk guru bk masuk ke kelas ini
merupakan sebab-akibat dari kurikulum. Karena pembelajaran dituntut
untuk tepat sasaran dan waktu pelaksanaaanya, tiap pertemuan akan
membahas materi baru. Sehingga kesempatan guru bk dalam memberikan
layanan klasikal terkendala. Namun guru bk tidak kehilangan ide, mereka
mencari-cari dengan seksama jadwal mata pelajaran yang kosong untuk
memberikan layanan klasikal kepada siswa yang diampunya.
1.4.3. Kurangnya keterbukaan
Siswa yang tidak terbuka akan permasalahannya dapat
menyulitkan guru bk untuk membantu siswa mengentaskan masalahnya.
Namun perlu diketahui klien tidak pernah salah dan guru bk mencari cara
yang efektif agar siswa terbuka akan masalahnya. Biasanya guru bk
mengakrabkan diri kepada siswa baik di dalam ruangan konseling maupun
saat berpapasan dengan siswa/kliennya.
1.5. Penyelesaian Masalah dari Penulis/Mahasiswa Berdasarkan Referensi
1.5.1. Beberapa list permasalahan yang telah penulis rangkum
Penulis setuju dengan guru bk/informan, untuk mengentaskan
masalah diperlukan aplikasi instrumentasi untuk mendata masalah yang
ada dan kemudian dituangkan dalam pembuatan program bk.
Aplikasi instrumentasi dapat bermakna upaya pengungkapan
melalui pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau
instrumen tertentu. Atau kegiatan menggunakan instrumen untuk
mengungkapkan kondisi tertentu atas diri siswa (Tohirin,2013). 1
Kondisi dalam diri siswa/klien perlu diungkap melalui aplikasi
instrumentasi dalam rangka pelayanan bk untuk untuk memperoleh
pemahaman tentang siswa/klien secara lebih tepat. Aplikasi instrumentasi
terdiri dari tes dan non-tes. Hasil dari instrumen tersebut akan menjadi
acuan untuk membuat program-program bk dari layanan klasikal,
kelompok, dan individual.
Adapun tujuan pembuatan program bk dan pemberian layanan
adalah membantu konseli mencapai perkembangan optimal dan
kemandirian secara utuh dalam aspek pribadi, belajar, sosial, dan karir. 2
1.5.2. Kurangnya jam kosong
Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu. Pada kurikulum 2013 pelayanan
bimbingan dan konseling disebut dengan pelayanan arah peminatan.
Berkenaan dengan itu, Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan
peraturan tentang alokasi jam masuk kelas bagi bimbingan dan
konseling. Hal tersebut tertera pada Permendikbud No. 81A Tahun
2013 tentang Implementasi Kurikulum Lampiran IV bagian VIII. 3
Yang menjelaskan bahwa jumlah jam pembelajaran wajib bimbingan dan
konseling sesuai dengan peraturan yang berlaku adalah 18-24 jam per
minggu. Satu kali kegiatan layanan atau pendukung bimbingan dan
konseling setara dengan 2 jam pembelajaran, sehingga dalam
seminggu guru bimbingan dan konseling minimal harus
menyelenggarakan kegiatan bimbingan dan konseling sebanyak 9

1
Azam, Ulul. 2016. Bimbingan dan Konseling Perkembangan Di Sekolah (Teori dan Praktik).
Yogyakarta: DEEPUBLISH
22
Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 Tentang Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah.
3
Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Lampiran IV
bagian VIII
kali. Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling, baik berupa
layanan ataupun pendukung bisa diselenggarakan didalam maupun
diluar jam pembelajaran mingguan. Untuk kegiatan yang dilakukan
di dalam kelas volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 jam per
kelas per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal. Sedangkan untuk
kegiatan diluar jam pelajaran satu kali kegiatan layanan ataupun
pendukung bimbingan dan konseling setara dengan 2 jam pembelajaran
tatap muka di dalam kelas dan maksimum dilakukan sebanyak 50%
dari seluruh kegiatan bimbingan dan konseling, diketahui dan
dilaporkan kepada pimpinan satuan pendidikan (ABKIN, 2013: 27).4
Mengacu pada hal diatas maka kegiatan bimbingan dan
konseling dapat dilakukan di luar jam pembelajaran melalui kegiatan
ekstrakurikuler, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konseling
individual, mediasi, kunjungan rumah, dan lain sebagainya.
1.5.3. Kurangnya keterbukaan
Siswa/klien yang tidak terbuka tentunya ada sebab yang
membuatnya enggan membicarakan masalahnya. Yang harus dilakukan
guru bk adalah memperdalam hubungan interaksi dengan klien, buat klien
nyaman. Dengan begitu, klien akan berbicara mengalir dan guru bk dapat
mengentaskan masalahnya. Namun tidak semudah itu untuk membuat
klien terbuka, guru bk perlu mengembangkan lagi Skills dari Teknik
Laboratorium Konseling. Mengenai hal tersebut, dapat kita baca, pelajari,
dan pahami lagi teknik laboratorium konseling dari para ahli, senior bk,
dan berpedoman pada buku. Berikut buku yang dimaksud. 5

4
ABKIN. 2013. Panduan Khusus Bimbingan Dan Konseling Pelayanan Arah Peminatan
Peserta Didik. Jakarta: depdiknas
5
Suwandi, Achmad dkk. 2016. Teknik dan Praktik Laboratorium Konseling. Bandung: Mujahid
Press
LAMPIRAN
1. Program Bimbingan dan Konseling di SMAN 12 Muara Bungo

i
2. Dokumentasi guru bk/informan bersama pewawancara dan penulis

Anda mungkin juga menyukai