Tugas Individu
DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
UNIVERSITAS JAMBI
2020
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Allah SWT, penulis dapat penyelesaikan Laporan Survey
Masalah Bimbingan Konseling di SMA Negeri 1 Batanghari. Laporan ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Studi Kasus dan Survey Bimbingan Konseling yang diampu
oleh bapak Dr. Drs. Akmal Sutja, M.Pd dan ibu Dr. Siti Amanah, S.Pd., M.Pd. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dan terlibat dalam
proses survey maupun penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Penulis
i
Daftar Isi
2. Survey ..................................................................................................................... 6
Daftar Pustaka.................................................................................................................. 19
Lampiran ......................................................................................................................... 20
2. Dokumentasi ......................................................................................................... 25
ii
Laporan Survey Masalah Bimbingan Konseling
di SMA Negeri 1 Batanghari
Informasi Umum
Akreditasi :A
1
Mattaher Rengas Condong. Kemudian pindah ke SD PGRI, dikarenakan
belum memiliki gedung persekolahan sendiri maka waktu belajar
mengajar dilaksanakn di sore hari setelah siswa SD sudah selesai
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
2
Pada tahun 2006 jabatan kelapa sekolah dipegang oleh bapak
Nuriwan Bhakti, yang menjadikan SMA Negeri 1 Batanghati tampil
sebagai sekolah favorit di Kabupaten Batanghari dan satu-satunya
sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di Kabupaten
Batanghari. Berbagai perkembangan dari segala aspek terjadi di SMA
Negeri 1 Batanghari saat kepemimpinan Nuriwan Bhakti, hingga di
awal tahun 2015 digantikan oleh Hafid. Saat ini SMA Negeri 1
Batanghari dikepalai oleh Ibu Rony Setyawati, dengan jumlah guru
sekitar 55 orang dan siswa sekitar 904 orang.
A. Visi
B. Misi
a. Meningkatkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut
b. Meningkatkan disiplin guru, pegawai, dan siswa
c. Meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru
d. Meningkatkan kemampuan berbahasa inggris dan komputer bagi
warga sekolah
3
e. Meningkatkan pembelajaran dan bimbingan secara afektif dan
intensif
f. Meningkatkan prestasi dibidang akademik dan non-akademik
g. Meningkatkan jumlah lulusan yang diterima di Perguruan Tinggi
Negeri
h. Menyiapkan lulusan yang dapat diterima pada Perguruan Tinggi
Luar Negeri
i. Meningkatkan 6K di lingkungan sekolah
j. Menciptakan ide-ide baru yang inovatif dan kreatif untuk
pengembangan sekolah
k. Meningkatkan kesejahteraan guru dan pegawai
4
Bebagai dukungan tersebut tentu dilakukan dengan kerjasama
yang baik oleh semua instrumen yang ada, mulai dari kepala sekolah,
guru, staff, bahkan siswa.
Informasi Umum
5
Bimbimbingan dan Konseling merupakan tonggak yang penting didalam
sekolah, dimana guru BK memastikan semua siswa bisa mendapatkan
dan mengikuti pembelajaran dengan baik dan optimal.
Namun dalam usia yang sudah cukup senior, ibu Ratna Saragih
memiliki cara istimewa dalam menghadapi segala problematika dalam
lingkungan Bimbimbingan dan Konseling yang ia jalani selama ini.
Beliau memberikan berbagi pandangan bahwa semua masalah dapat kita
atasi dengan menjadi seseorang yang lebih sabar, ikhlas, dan bersikap
dengan lembut.
2. Survey
6
Metode survey yang penulis gurnakan dalam survey yang dilakukan di
SMA Negeri 1 Batanghari ialah sebagai berikut :
7
Menentukan hal apa saja yang perlu didokumentasikan
Menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk dokumentasi (camera)
Meminta izin untuk melakukan dokumentasi
Melakukan dokumentasi dan mendapatkan bukti survey
a. Narasumber
8
kebutuhan untuk membuat program yang update dengan kebutuhan siswa di
SMA Negeri 1 Batanghari.
9
Siswa SMA Negeri 1 Batanghari terbilang cukup antusias dengan
keberadaan dan layanan BK di SMA Negeri 1 Batanghari. Melalui
wawancara dengan guru BK, siswa menjadi merasa lebih diperhatikan dan
semangat mengikuti layanan bimbingan dan konseling. Terkadang siswa
justru datang untuk meminta diberikan layanan.
10
b. Pelaksanaan Need Assessment
11
atau posisi sebenarnya bimbingan dan konseling di sekolah. Menurut
penuturan guru BK, bahkan di beberapa masa jabatan kepala sekolah BK
dianggap sebagai salah satu instrumen dalam sekolah yang tidak ada
gunanya. Guru BK diberikan jam untuk mengajar mata pelajaran lain di
kelas, diberi jadwa guru piket, bahkan ruang gerak dari BK pun dibatasi. Hal
ini diatasi oleh guru BK SMA Negeri 1 Batanghari dengan tetap ikhlas, guru
BK tetap menjalankan program BK yang masih bisa dijalankan. Kemudian
ada beberapa guru BK yang memang tidak bisa menolak untuk mengajar
mata pelajaran di kelas karena posisi sebagai guru honor, namun narasumber
kami, ibu Ratna Saragih, tidak mau melakukan hal yang bukan sebagai tugas
guru BK tersebut.
Dilihat dari data yang kami dapatkan, saat ini siswa di SMA Negeri 1
Batanghari sekitar 900 orang dengan 3 guru BK yang aktif di sekolah.
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara, saat ini ibu Ratna Saragih
menaungi 12 kelas, dengan rata-rata siswa satu kelas ialah 35 siswa, maka
rasio yang muncul ialah 1:420 siswa. Berdasarkan Permendikbud No.111
Tahun 2014 Tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah, beban kerja seorang guru BKadalah 150-160
siswa.Disini masalah yang timbul ialah kelebihan beban kerja yang terjadi
dengan jumlah tenaga BK yang sedikit, namun siswa yang banyak. Hal ini
belum diatasi oleh pihak sekolah, sehingga guru BK tetap menikmati
kelebihan beban kerja tersebut.
12
a. Hubungan dengan instrumentasi lain
13
Rendahnya pengalaman dan pengetahuan siswa mengenai
bimbingan dan konseling membuat siswa tersebut terkejut dan
bingung saat diberikan layanan ataupun diminta untuk mengisi dan
melakukan kegiatan need assessment. Untuk mengatasi hal ini, maka
diperlukan kreatifitas dan pendekatan yang tepat oleh guru BK pada
siswanya. Alih-alih berhasil, cara yang salah akan menyebabkan
siswa takut dan enggan untuk berhubungan dengan guru BK, yang
akhirnya akan menyulitkan guru BK dalam menjalankan layanan.
14
nyaman dan lengkap. Namun ruang yang sudah ada tersebut belum
sesuai dengan peraturan yang ada dalam Permendikbud No. 111
Tahun 2014 Tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah, yang disebutkan bahwa “ Ruang
kerja konselor atau guru bimbingan dan konselor disiapkan secara
terpisah dan antar ruangan tidak tembus pandang dan suara. Jenis
ruangan yang diperlukan antara antara lain (1) ruang kerja sekaligus
ruang konseling individual, (2) ruang tamu, (3) ruang bimbingan dan
konseling kelompok, (4) ruang data, (5) ruang konseling pustaka
(bibliocounseling) dan (6) ruang lainnya sesuai dengan
perkembangan profesi bimbingan dan konseling. Jumlah ruang
disesuaikan dengan jumlah peserta didik/konseli dan jumlah konselor
atau guru bimbingan dan konseling yang ada pada satuan
pendidikan.”
15
sekolah bisa melakukan hal-hal diluar kewenangannya, misalnya
menghukum siswa, melakukan inspeksi terhadap siswa, atau bahkan
menunjukan sifat yang kurang berkenan sehingga siswa melihat
bahwa guru BK ini galak, begitupun dengan instrumen lain di
sekolah yang akan menganggap bahwa menghukum siswa itu tugas
guru BK. Dari situlah muncul persepsi yang berkembang
dimasyarakat bahwa guru BK merupakan polisi sekolah. Walaupun
guru BK yang lain tau dan paham akan posisinya di sekolah, namun
anggapan orang lain masih saja sama, yaitu guru BK merupakan
polisi sekolah. Jika ada anak yang sedikit memberontak diminta
keruang BK dengan embel-embel “masuk bengkel”.
16
sekolah dan bahwa siswa bisa memanfaatkan keberadaan bimbingan
dan konseling di sekolah sebaik mungkin demi pengembangan diri
siswa tersebut.
Hal ini tentu berdampak pada kualitas layanan yang diberikan pada
siswa, semakin banyak siswa yang diampu oleh hanya 1 guru BK saja
maka akan semakin banyak pula siswa yang tidak terjamah oleh guru BK
tersebut. Ketika jumlah siswa yang diampu seimbang dengan guru BK
yang ada, maka layanan yang diberikan oleh guru BK tersebut akan lebih
optimal sampai kepada siswa. Guru BK lebih efektif memantau setiap
perkembangan dan permasalahan siswa.
Menurut penulis, untuk mengatasi hal ini mau tak mau sekolah dan guru
BK harus memutar otak. Selain melakukan pengajuan permintaan
penambahan tenaga guru BK, sekolah juga bisa merekrut tenaga kerja BK
17
secara mandiri melalui jalur honorer walaupun nantinya akan berdampak
pada kondisi finansial sekolah.
18
Daftar Pustaka
Mu’awanah, Elfi dan Rifa Hidayah. (2009). Bimbingan Konseling Islami Di Sekolah
Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. hal 66
Peraturan Meneteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 6 Tahun 2018
Tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Repulik Indonesia No. 111 Tahun 2014
Tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah
19
Lampiran
1. Pedoman Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi
Pedoman Wawancara
A. Identitas
Nama Narasumber :
Hari/Tanggal :
Pukul :
Tempat :
B. Pedoman Wawancara
No Sub Aspek
A Latar Belakang Tenaga Guru Bimbingan Konseling
1. Apa pendidikan terakhir yang ditempuh oleh Bapak/Ibu?
2. Jurusan apa yang Bapak/Ibu ambil dalam jenjang pendidikan tersebut?
3. Sudah berapa lama Bapak/Ibu ditempatkan di sekolah ini?
4. Saat ini, berapa banyak siswa yang berada dibawah tanggung jawab
Bapak/Ibu sebagai Guru Bimbingan dan Konseling?
5. Apakah ada bentuk pelatihan atau kegiatan pengembangan kemampuan
di bidang Bimbingan dan Konseling yang Bapak/Ibu pernah ikuti?
B Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah
1. Pola Bimbingan dan Konseling apa yang Bapak/Ibu terapkan?
2. Mengapa Pola itu yang Bapak/Ibu pilih untuk diterapkan?
3. Bagaimana bentuk penyusunan program untuk melaksanakan pola
tersebut?
4. Apa saja kendala yang ditemui Bapak/Ibu dalam penyusunan program
layanan?
5. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengevaluasi program-program yang telah
dijalankan selama ini?
6. Apakah Bapak/Ibu melakukan pengambilan data (assement
kebutuhan)?
7. Jika iya, instrumen apa saja yang telah Bapak/Ibu lakukan untuk
20
mengambil data?
8. Bagaimana tindak lanjut dari hasil assesment kebutuhan tersebut?
9. Apakah ada kendala saat Bapak/Ibu melakukan assesment kebutuhan
melalui instrumen-instrumen tersebut?
10. Apakah kendala tersebut sudah atau bisa diatasi?
11. Jika iya, bagaimana cara yang ditempuh untuk mengatasi kendala
tersebut?
12. Jika belum, hal apa yang membuat Bapak/Ibu sulit mengatasi masalah
tersebut?
13. Dari program tersebut, layanan apa saja yang telah dilaksanakan oleh
Bapak/Ibu?
14. Bagaimana pelaksanaan layanan tersebut?
15. Bagaimana feedback siswa atas layanan yang telah Bapak/Ibu berikan?
16. Apakah Bapak/Ibu melakukan tindak lanjut terhadap layanan yang
telah sudah dilakukan?
17. Jika iya, tindak lanjut apa yang Bapak/Ibu lakukan?
18. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengevaluasi layanan-layanan yang telah
diberikan?
19. Apa saja kendala yang Bapak/Ibu temui baik saat menyusun layanan
ataupun saat pemberian layanan?
20. Apakah kendala tersebut sudah atau bisa diatasi?
21. Jika iya, bagaimana cara yang ditempuh untuk mengatasi kendala
tersebut?
22. Jika belum, hal apa yang membuat Bapak/Ibu sulit mengatasi masalah
tersebut?
23. Selain beberapa kendala atau masalah yang telah disebutkan
sebelumnya, apakah ada lagi masalah atau kendala yang terkait dengan
Bimbingan dan Konseling di sekolah ini?
24. Apakah masalah atau kendala tersebut sudah atau bisa diatasi?
21
25. Jika iya, bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?
26. Jika belum, hal apa yang membuat sulit untuk mengatasi kendala
tersebut?
22
Pedoman Observasi
Tujuan : Untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan masalah yang ada pada
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 1 Batanghari
Aspek yang diobservasi
1. Kelengkapan Administrasi Bimbingan dan Konseling
4. Keadaan Guru
23
Pedoman Dokumentasi
1. Program Tahunan, Semesteran, Bulanan, Mingguan, dan Harian Bimbingan dan
Konseling
4. Laiseg
24
2. Dokumentasi
25
26
27
28
29
30
31
32