Anda di halaman 1dari 35

Studi Kasus dan Survey Bimbingan Konseling

Tugas Individu

Laporan Survey Kasus di SMA Negeri 1 Batanghari

DISUSUN OLEH:

Ayu Arimbi (A1E118080)

DOSEN PENGAMPU:

1. Dr. Drs. Akmal Sutja, M.Pd


2. Dr. Siti Amanah, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Allah SWT, penulis dapat penyelesaikan Laporan Survey
Masalah Bimbingan Konseling di SMA Negeri 1 Batanghari. Laporan ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Studi Kasus dan Survey Bimbingan Konseling yang diampu
oleh bapak Dr. Drs. Akmal Sutja, M.Pd dan ibu Dr. Siti Amanah, S.Pd., M.Pd. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dan terlibat dalam
proses survey maupun penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Sarolangun, 12 November 2020

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................................... i

Laporan Survey Masalah Bimbingan Konseling ................................................................. 1

di SMA Negeri 1 Batanghari .............................................................................................. 1

1. Profil Sekolah dan Guru Bimbingan dan Konseling ................................................. 1

1.1 Profil Sekolah................................................................................................... 1

1.2 Profil Guru Bimbingan dan Konseling (Narasumber) ....................................... 5

2. Survey ..................................................................................................................... 6

2.1 Metode Survey ................................................................................................. 6

2.2 Prosedur Pelaksanaan Survey ........................................................................... 7

2.3 Personalia Yang Terlibat dalam Survey ............................................................ 8

3. Data-Data atau Informasi Hasil Survey di SMA Negeri 1 Batanghari ...................... 8

4. Iventarisasi Masalah atau Kendala Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 1


Batanghari dan Penyelesainnya..................................................................................... 10

5. Alternatif Penyelesaian Masalah ............................................................................ 12

Daftar Pustaka.................................................................................................................. 19

Lampiran ......................................................................................................................... 20

1. Pedoman Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi .............................................. 20

2. Dokumentasi ......................................................................................................... 25

ii
Laporan Survey Masalah Bimbingan Konseling
di SMA Negeri 1 Batanghari

1. Profil Sekolah dan Guru Bimbingan dan Konseling

1.1 Profil Sekolah

Informasi Umum

Kepala Sekolah : Ronny Setyawati

Operator : Ade Nurdiansyah

Akreditasi :A

Kurikulum : Kurikulum 2013

Alamat : JL. A. Yani No.1 - MA . BULIAN, Muara


Bulian, Kec. Muara Bulian, Kab.Batang Hari
Prov. Jambi

Sekolah yang dipilih oleh penulis dalam melakukan survey


masalah ialah SMA Negeri 1 Batanghari, yang beralamat di Jl. A. Yani
No.1, Muara Bulian, Kec. Muara Bulian, Kab. Batang Hari, Prov.
Jambi. SMA ini merupakan salah satu SMA tertua yang ada di
Batanghari, didirikan pada tahun 1978 yang saat itu bernama SMA
PGRI. Diberi nama PGRI karena sekolah ini didirikan oleh sebuah
yayasan yang bernama PGRI, diprakarsai oleh 6 orang, yaitu : Bulkaini,
Suraji, Yaksap, Sofian Efendi, Melawani, dan NN. Kepala sekolah
pertama SMA PGRI adalah bapak Bulkaini yang memimpin selama 2
tahun sebagai TKS (Tenaga Kerja Sukarela) yang berasal dari Padang.

Pada awalnya letak dari SMA Negeri 1 Batanghari bukan di Jl.


Ahmad Yani, melainkan di Gedung Pemerintah di Jln. Kol.pol. Rd.

1
Mattaher Rengas Condong. Kemudian pindah ke SD PGRI, dikarenakan
belum memiliki gedung persekolahan sendiri maka waktu belajar
mengajar dilaksanakn di sore hari setelah siswa SD sudah selesai
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Setelah 2 tahun memimpin, bapak Bulkaini pindah dan


digantikan oleh bapak Suraji yang saat itu menjabat sebagai Wakil
Kepala Sekolah, dan menjadi Kepala Sekolah SMA PGRI yang kedua.
Dimasa kepemimpinan bapak Suraji inilah SMA PGRI mengalami
peralihan status dari swasta menjadi negeri atas pengajuan usul ke
Depdiknas, lalu berganti nama menjadi SMA Negeri 1 Batanghari dan
memiliki gedung persekolahan sendiri di Jl, Ahmad Yani seperti
sekarang ini. Hal ini dilakukan dengan catatan bahwa siswa kelas satu
langsung menjadi siswa SMA Negeri dan siswa kelas dua dan tiga tetap
melanjutkan menjadi siswa SMA PGRI. Saat awal dibangun, gedung
kelas terdiri atas 2 kelas untuk kelas satu dan 1 kelas untuk kelas dua
dan tiga. Satu kelas memiliki siswa rata-rata 40 siswa, sehingga jumlah
siswa yanga ada sekitar 160 orang. SMA baru ini juga mempunyai 8
tenaga pengajar yang bisa merangkap mengajar 2 atau 3 mata pelajaran
sekaligus.

Kemudian setelah bapak Suraji turun, kepemimpinan digantikan


oleh bapak Rahmatamin sebagai Kepala SMA Negeri 1 Batanghari yang
pertama. Seiring dengan bertambahnya masa kepemimpinan, SMA
Negeri 1 Batanghari mengalmai perkembangan sarana dan prasarana.
Setelah bapak Rahmatamin menghabiskan masa jabatang, kursi kepala
sekolah diduduki oleh bapak Rustam Djunaidi, setelah itu bapak
Syamsirwan yang menjadikan SMA Negeri 1 mengalami kemajuan
yang sangat pesat baik dari sarana dan prasarana, tenaga pengajar, dan
prestasi sekolah.

2
Pada tahun 2006 jabatan kelapa sekolah dipegang oleh bapak
Nuriwan Bhakti, yang menjadikan SMA Negeri 1 Batanghati tampil
sebagai sekolah favorit di Kabupaten Batanghari dan satu-satunya
sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di Kabupaten
Batanghari. Berbagai perkembangan dari segala aspek terjadi di SMA
Negeri 1 Batanghari saat kepemimpinan Nuriwan Bhakti, hingga di
awal tahun 2015 digantikan oleh Hafid. Saat ini SMA Negeri 1
Batanghari dikepalai oleh Ibu Rony Setyawati, dengan jumlah guru
sekitar 55 orang dan siswa sekitar 904 orang.

Sebagai sekolah dengan pengalaman yang cukup lama, SMA


Negeri 1 Batanghari membentuk generasi penerus bangsa yang
berkarakter, unggul dalam prestasi dan berbudi luhur. Hal ini
dicerminkan dalam lagu Mars SMA Negeri 1 Batanghari yang dengan
penuh semngat dinyanyikan setiap hari Senin pagi oleh seluruh siswa
beserta tenaga pendidik di SMA Negeri 1 Batanghari. Sekolah yang
sudah terakreditasi A oleh Badan Akreditasi Nasional ini memiliki visi
dan misi sebagai berikut :

A. Visi

Menjadi sekolah yang berkarakter budaya bangsa, serta unggul dalam


prestasi.

B. Misi
a. Meningkatkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut
b. Meningkatkan disiplin guru, pegawai, dan siswa
c. Meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru
d. Meningkatkan kemampuan berbahasa inggris dan komputer bagi
warga sekolah

3
e. Meningkatkan pembelajaran dan bimbingan secara afektif dan
intensif
f. Meningkatkan prestasi dibidang akademik dan non-akademik
g. Meningkatkan jumlah lulusan yang diterima di Perguruan Tinggi
Negeri
h. Menyiapkan lulusan yang dapat diterima pada Perguruan Tinggi
Luar Negeri
i. Meningkatkan 6K di lingkungan sekolah
j. Menciptakan ide-ide baru yang inovatif dan kreatif untuk
pengembangan sekolah
k. Meningkatkan kesejahteraan guru dan pegawai

Visi dan misi tersebut dilaksanakan melalui berbagai bentuk


dukungan atau fasilitas yang diberikan oleh sekolah. Saat ini SMA
Negeri 1 Batanghari memiliki laboratorium kimia, biologi, komputer,
dan yang cukup membantu dalam proses belajar siswa. Sehingga siswa
tidak lagi menjadi seorang yang gaptek walaupun sekolah di Kabupaten
kecil. Selain itu SMA Negeri 1 Batanghari juga memberikan dukungan
totalitas terhadap kegiatan ekstrakulikuler, keorganisasian, maupun
kegiatan diluar sekolah lainnya (lomba, pelatihan, seminar, dll). Siswa
diberikan kebebasan untuk mengelola organisasi dan ekstakulikuler
masing-masing dibawah pengawasan pembimbing yang telah ditunjuk
sekolah, siswa pun diminta untuk terus mengadakan kegiatan aktif
sebagai bentuk pengembangan kreatifitas dan inovasi dalam diri siswa.
Hingga saat ini OSIS SMA Negeri 1 Batanghari mengadakan berbagai
kegiatan berskala kabupaten yang tentu tidak mudah dikelola oleh siswa
SMA.

4
Bebagai dukungan tersebut tentu dilakukan dengan kerjasama
yang baik oleh semua instrumen yang ada, mulai dari kepala sekolah,
guru, staff, bahkan siswa.

1.2 Profil Guru Bimbingan dan Konseling (Narasumber)

Informasi Umum

Nama : Ratna Saragih S.Pd

Tempat, Tanggal Lahir : Binjai, 30 Juli 1963

Alamat : Jl. Sumatera, Perumnas Muara Bulian, Kec.


Muara Bulian, Kab. Batang Hari, Prov. Jambi

Jabatan : Guru Bimbingan dan Konseling

Guru Bimbingan dan Konseling yang saat ini bertugas di SMA


Negeri 1 adalah 3 orang, salah satunya ialah ibu Ratna Saragih, S.Pd
yang menjadi narasumber penulis dalam melakukan survey masalah di
SMA Negeri 1 Batanghari. Beliau merupakan guru senior kelahiran 30
Juli 1963 di Binjai. Latar belakang ibu Ratna Saragih ialah lulusan dari
Bimbingan dan Konseling, menjadi CPNS pada tahun 1988 dan
ditempatkan di Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Kemudian menikah dan pindah mengikuti tugas suami ke Jambi,
Batanghari, ditahun 1991 ditugaskan di SMA Negeri 1 Batanghari.
Sehingga ibu Ratna sudah mengabdi di SMA Negeri 1 Batanghari
selama 29 tahun.

Melalui pengabdian yang lama, beliau sudah mengalami pahit


manisnya sebagai seorang guru BK di SMA Negeri 1 Batanghari. Beliau
memiliki prinsip bahwa sebagai seorang guru BK, kita harus bekerja
dengan ikhlas dan memiliki empati untuk bisa merasakan apa yang
dirasakan siswa tanpa terlarut didalamnya. Menurutnya guru

5
Bimbimbingan dan Konseling merupakan tonggak yang penting didalam
sekolah, dimana guru BK memastikan semua siswa bisa mendapatkan
dan mengikuti pembelajaran dengan baik dan optimal.

Beliau memastikan bahwa semua siswa berada didalam


perhatiannya, semua siswa harus merasa diperhatikan dan diakui
keberadaanya sehingga hubungan siswa dan guru Bimbingan dan
Konseling menjadi harmonis. Walaupun terkadang pebawaannya yang
keras memberikan sedikit kesalah pahaman dari berbagai pihak. Tak
jarang banyak yang memberikan julukan “galak” kepada ibu yang sudah
sepuh ini, hanya karena nada bicara yang terkesan kasar dan keras.

Namun dalam usia yang sudah cukup senior, ibu Ratna Saragih
memiliki cara istimewa dalam menghadapi segala problematika dalam
lingkungan Bimbimbingan dan Konseling yang ia jalani selama ini.
Beliau memberikan berbagi pandangan bahwa semua masalah dapat kita
atasi dengan menjadi seseorang yang lebih sabar, ikhlas, dan bersikap
dengan lembut.

Walaupun sebentar lagi pensiun, namun beliau masih tetap


semangat untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran demi kemajuan
Bimbingan dan Konseling di sekolahnya. Hal ini dilihat dari semangat
beliau untuk terus mengembangkan pengetahuan dan skill di bidang
Bimbingan dan Konseling dengan mengikuti berbagai pelatihan setiap
tahunnya, seminar, dan MGMP. Tak hanya mengikuti saja, beliau juga
memastikan apa yang ia dapat dari setiap kesempatan tersebut langsung
diimplementasikan di lapangan.

2. Survey

2.1 Metode Survey

6
Metode survey yang penulis gurnakan dalam survey yang dilakukan di
SMA Negeri 1 Batanghari ialah sebagai berikut :

a. Wawancara : Digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai


kendala atau permasalahan dalam bidang Bimbingan dan Konseling yang
ada di SMA Negeri 1 Batanghari, kondisi aspek manajemen, administrasi,
dan aspek lainnya yang berhubungan dengan Bimbingan dan Konseling.
b. Observasi : Digunakan untuk mengamati keadaan sarana dan
prasarana, kelengkapan administrasi, dan juga guru Bimbingan dan
Konseling di SMA Negeri 1 Batanghari
c. Dokumentasi : Digunakan untuk memperkuat dan memperjelas bukti
fisik saat kegiatan survey berlangsung

2.2 Prosedur Pelaksanaan Survey

a. Tahap-tahap wawancara meliputi :


 Mencari informasi mengenai guru BK di SMA Negeri 1 Batanghari
 Menyiapkan administrasi
 Menentukan narasumber yang akan di wawancarai
 Menanyakan kesiapan narasumber
 Menyiapkan wawancara
 Melakukan wawancara dengan suasana yang santai namun tetap
terstruktur agar wawancara tetap aktif
 Menutup sesi wawancara dan mendapat rangkuman hasil wawancara
b. Tahap-tahap observasi
 Menentukan apa saja yang akan diobservasi
 Menentukan data-data yang diperlukan untuk diobservasi
 Menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk melakukan observasi
(alat tulis, recorder, camera)
 Melakukan observasi dan mendapatkan data tambahan
c. Tahap-tahap dokumentasi

7
 Menentukan hal apa saja yang perlu didokumentasikan
 Menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk dokumentasi (camera)
 Meminta izin untuk melakukan dokumentasi
 Melakukan dokumentasi dan mendapatkan bukti survey

2.3 Personalia Yang Terlibat dalam Survey

a. Narasumber

Ratna Saragih, S.Pd (Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 1


Batanghari)

b. Pewawancara, Observer, Dokumenter

Ayu Arimbi (Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas


Jambi)

3. Data-Data atau Informasi Hasil Survey di SMA Negeri 1 Batanghari

a. Pola layanan bimbingan dan konseling yang diterapkan di SMA


Negeri 1 Batanghari

Pola layanan yang diterapkan di SMA Negeri 1 Batanghari ialah pola


17+. Hal ini sesuai dengan apa yang didapatkan oleh guru BK SMA Negeri
1 Batanghari yang menjadi perwakilan Kabupaten Batanghari untuk
mengikuti pelatihan Bimbingan dan Konseling dalam Kurikulum 2013 di
Medan pada tahun 2013. Dalam pelatihan tersebut pemerintah menuntut
sekolah untuk mengimplementasikan pola BK 17+ sebagai penggiring
Kurikulum 2013.

b. Dasar pengembangan dan penyusunan program bimbingan dan konseling

Dasar dari pembuatan dan pengembangan program bimbingan dan


konseling di SMA Negeri 1 Batanghari ialah hasil asesmen kebutuhan.
Setiap tahunnya guru BK di SMA Negeri 1 Batanghari melakukan asesmen

8
kebutuhan untuk membuat program yang update dengan kebutuhan siswa di
SMA Negeri 1 Batanghari.

c. Need assesment yang dilakukan dan digunakan

Need assesment yang sudah dilakukan dan digunakan untuk


membuat dan mengembangkan program bimbingan dan konseling di SMA
Negeri 1 Batanghari berupa angket dan tes psikologi. Angket selalu
dilakukan setiap tahun oleh guru BK yang kemudian dianalisis untuk
keperluan membuat dan mengembangkan program. Tes psikolgi dilakukan
pada siswa baru setiap awal tahun, berkolaborasi dengan psikolog, guru BK
menggunakan hasil tes psikologi untuk berbagai kegiatan BK, salah satunya
ialah penjuruan kelas.

d. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling (Layanan)

Pelaksanaan program layanan bimbingan dna konseling di SMA


Negeri 1 Batanghari teribilang cukup lancar. Berdasarkan wawancara yang
telah dilakukan, layanan yang sudah dilaksanakan dalam kondisi saat ini
ialah layanan informasi, konsultasi, mediasi, dan konseling pribadi.
Walaupun sulit, namun guru BK memanfaatkan teknologi dan media untuk
menjalankan layanan, salah satunya ialah fitur chatting yang membuat guru
BK masih bisa mengontrol masalah apa saja yang timbul akibat dari
perubahan sistem belajar saat ini.

Diawal tahun juga guru BK memberikan berbagai pengertiand dan


penjelasan mengenai BK di sekolah, hal ini dilakukan agar siswa lebih kenal
dan tahu fungsi BK sebenarnya. Sehingga nantinya siswa dapat
memanfaatkan keberadaan BK disekolah semaksimal mungkin.

e. Feedback siswa terhadap layanan yang diberikan

9
Siswa SMA Negeri 1 Batanghari terbilang cukup antusias dengan
keberadaan dan layanan BK di SMA Negeri 1 Batanghari. Melalui
wawancara dengan guru BK, siswa menjadi merasa lebih diperhatikan dan
semangat mengikuti layanan bimbingan dan konseling. Terkadang siswa
justru datang untuk meminta diberikan layanan.

f. Evaluasi program bimbingan dan konseling

Evaluasi yang dilakukan guru BK di SMA Negeri 1 Batanghari


melalui perkembangan masalah, feedback siswa, guru, maupun orang tua,
dan perubahan dalam diri siswa. Sehingga yang dilakukan guru BK ialah
memantau dari jauh, bisa bertanya dengan orang tua maupun mengamati
langsung perubahan yang terjadi. Selain itu evaluasi juga dilakukan dengan
mengamati bagaimana siswa merespon maupun menerapkan apa yang
didapat dari layanan yang telah diberikan.

4. Iventarisasi Masalah atau Kendala Bimbingan dan Konseling di


SMA Negeri 1 Batanghari dan Penyelesainnya

a. Hubungan dengan Instrumentasi Lain

Istrumen lain dalam sekolah yang kurang mengerti mengenai bidang


ilmu Bimbingan dan Konseling. Khusunya hal ini berkaitan dengan
pembuatan program bimbingan dan konseling, dimana guru BK perlu untuk
mencari tahu terlebih dahulu apa yang dibutuhkan oleh siswa melalui
kegiatan need assesment sehingga pelaporan mengenai program ke bagian
kurikulum terkesan lambat. Ini menimbulkan berbagai keluhan dari pihak
kurikulum di sekolah. Dalam hal ini guru BK mengatasi dengan
memberikan pengertian dan penjelasan mengenai sistem kerja bimbingan
dan konseling dalam membuat program, sehingga diharapkan agar
kedepannya ketidak tahuan yang mengakibatkan salah paham tersebut tidak
terulang kembali.

10
b. Pelaksanaan Need Assessment

Dalam melaksanakan need assesment guru BK di SMA Negeri 1


Batanghari juga menemui kendala berupa siswa yang masih bingung saat
melakukan pengisian angket. Hal ini dikarenakan siswa yang belum
memiliki pengalaman mengenai kegiatan bimbingan dan konseling yang
satu ini. Saat melalukan need assessment berupa pengisisan angket,
kebanyakan siswa baru sering bertanya dan bingung. Guru BK mengatasi
hal ini dengan memberikan penjelasan bagaimana cara mengisi angket
tersebut. Selain itu guru BK juga dengan rutin memberikan layanan
informasi mengenai bimbingan dan konseling kepada siswa, agar nantinya
siswa lebih mengenal dan memanfaatkan fungsi bimbingan dan konseling
semakin dalam dan optimal.

c. Sarana dan Prasarana

Melalui observasi yang penulis lakukan, ruangan BK di SMA Negeri


1 Batanghari memiliki sedikit kekurangan. Dimana ruangan tersebut terlihat
cukup kecil untuk melakukan layanan dengan skala yang besar, seperti
bimbingan kelompok. Didalam ruangan tersebut terdapat kursi panjang
sebagai ruang tamu, meja kerja guru BK, dan ruang kecil sebagai ruang
konseling. Sedangkan dalam Permendikmud No.111 Tahun 2014 Tentang
Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah, ruang BK hendaknya memiliki kelengkapan ruangan salah
satunya ialah ruangan bimbingan kelompok. Keterbatasan ini diatasi dengan
tetap menjalankan layanan yang bisa dijalankan sesuai dengan fasilitas,
sarana dan prasarana yang ada.

d. Pandangan Bimbingan dan Konsleing sebagai Polisi Sekolah

Dilingkungan sekolah SMA Negeri 1 Batanghari masih terdapat


banyak individu yang belum memahami bagaimana sebenarnya kedudukan

11
atau posisi sebenarnya bimbingan dan konseling di sekolah. Menurut
penuturan guru BK, bahkan di beberapa masa jabatan kepala sekolah BK
dianggap sebagai salah satu instrumen dalam sekolah yang tidak ada
gunanya. Guru BK diberikan jam untuk mengajar mata pelajaran lain di
kelas, diberi jadwa guru piket, bahkan ruang gerak dari BK pun dibatasi. Hal
ini diatasi oleh guru BK SMA Negeri 1 Batanghari dengan tetap ikhlas, guru
BK tetap menjalankan program BK yang masih bisa dijalankan. Kemudian
ada beberapa guru BK yang memang tidak bisa menolak untuk mengajar
mata pelajaran di kelas karena posisi sebagai guru honor, namun narasumber
kami, ibu Ratna Saragih, tidak mau melakukan hal yang bukan sebagai tugas
guru BK tersebut.

e. Beban Kerja Guru Bimbingan dan Konseling

Dilihat dari data yang kami dapatkan, saat ini siswa di SMA Negeri 1
Batanghari sekitar 900 orang dengan 3 guru BK yang aktif di sekolah.
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara, saat ini ibu Ratna Saragih
menaungi 12 kelas, dengan rata-rata siswa satu kelas ialah 35 siswa, maka
rasio yang muncul ialah 1:420 siswa. Berdasarkan Permendikbud No.111
Tahun 2014 Tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah, beban kerja seorang guru BKadalah 150-160
siswa.Disini masalah yang timbul ialah kelebihan beban kerja yang terjadi
dengan jumlah tenaga BK yang sedikit, namun siswa yang banyak. Hal ini
belum diatasi oleh pihak sekolah, sehingga guru BK tetap menikmati
kelebihan beban kerja tersebut.

5. Alternatif Penyelesaian Masalah

Banyaknya masalah yang telah diinventarisasikan merupakan temuan dari


penulis berdasarkan survey yang telah dilakukan. Dalam hal ini penulis akan
memberikan alternatif penyelesaian masalah-masalah tersebut dalam
perspektif penulis sebagai mahasiswa program bimbingan dan konseling.

12
a. Hubungan dengan instrumentasi lain

Kesalahpahaman seperti ini pasti sering terjadi di sekolah,


dimana satu pihak merasa pihak lain tidak bisa bekerja sama dengan
baik.Karena ketidaktahuan ini, akan timbul interaksi yang kurang
baik antar instrumen dalam sekolah. Jika tidak diatasi dengan baik,
maka interaksi ini akan berpengaruh pada kinerja dari masing-
masing instrumen.

Menurut penulis, orang yang berperan dalam melakukan


mediasi antar instrumen ini ialah kepala sekolah. Hal ini terdapat
pada Permendikbud No. 6 tahun 2018 Tentang Penugasan Guru
Sebagai Kepala Sekolah, Tugas Pokok Kepala Sekolah dalam pasal
15 disebutkan “Beban kerja Kepala Sekolah sepenuhnya untuk
melaksanakan tugas pokok manajerial, pengembangan
kewirausahaan, dan supervisi kepada Guru dan tenaga
kependidikan”. Sebagai seseorang yang bertugas melakukan
supervisi, maka kepala sekolah wajib melakukan pembimbingan
tehadap guru dan staff lain di sekolah.

Tentunya sebelum melakukan bimbingan, kepala sekolah


harus terlebih dahulu memahami setiap aspek instrumen sekolah
dengan baik, sehingga bimbingan tersebut tidak salah. Melalui
bimbingan ini kepala sekolah bisa memberikan arahan, penjelasan,
maupun pengertian mengenai cara kerja bimbingan dan konseling
kepada instrumen lain di sekolah. Jadi nantinya semua instrumen
mengerti dan paham akan sistem kerja instrumen lain. Tidak akan
ada keluhan mengenai BK yang lambat mengajukan program atau
hal lainnya.

b. Pelaksanaan Need Assessment

13
Rendahnya pengalaman dan pengetahuan siswa mengenai
bimbingan dan konseling membuat siswa tersebut terkejut dan
bingung saat diberikan layanan ataupun diminta untuk mengisi dan
melakukan kegiatan need assessment. Untuk mengatasi hal ini, maka
diperlukan kreatifitas dan pendekatan yang tepat oleh guru BK pada
siswanya. Alih-alih berhasil, cara yang salah akan menyebabkan
siswa takut dan enggan untuk berhubungan dengan guru BK, yang
akhirnya akan menyulitkan guru BK dalam menjalankan layanan.

Dalam membina hubungan diawal guru BK bisa melakukan


pendekatan Directive Counseling, atau pendekatan yang berpusat
pada guru BK. Dalam pendekatan ini guru BK lebih banyak
mendominasi dari pada siswa, dimana guru BK menjelaskan,
menyajikan, dan mengarahkan siswa agar bisa lebih mengenal dan
tebiasa dengan bimbingan dan konseling. Setelah itu guru BK bisa
menerapkan pendekatan non-directive, dimana guru BK sebagai
fasilitator yang membimbing siswa.

c. Sarana dan Prasarana

Sesuai yang disebutkan dalam Undang-Undang Sistem


Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 45 tentang sarana
dan prasarana pendidikan menyebutkan bahwa setiap satuan
pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan
prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan,
intelektual, emosional, dan kejiwaan peserta didik.Secara garis besar
masih banyak sekolah yang menyepelekan kelengkapan sarana dan
prasarana bimbingan dan konseling. Di SMA Negeri 1 Batanghari
kurangnya kesadaran akan pentingnya sarana dan prasarana masih
bisa ditolerir, guru BK sudah diberikan ruang sendiri yang cukup

14
nyaman dan lengkap. Namun ruang yang sudah ada tersebut belum
sesuai dengan peraturan yang ada dalam Permendikbud No. 111
Tahun 2014 Tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah, yang disebutkan bahwa “ Ruang
kerja konselor atau guru bimbingan dan konselor disiapkan secara
terpisah dan antar ruangan tidak tembus pandang dan suara. Jenis
ruangan yang diperlukan antara antara lain (1) ruang kerja sekaligus
ruang konseling individual, (2) ruang tamu, (3) ruang bimbingan dan
konseling kelompok, (4) ruang data, (5) ruang konseling pustaka
(bibliocounseling) dan (6) ruang lainnya sesuai dengan
perkembangan profesi bimbingan dan konseling. Jumlah ruang
disesuaikan dengan jumlah peserta didik/konseli dan jumlah konselor
atau guru bimbingan dan konseling yang ada pada satuan
pendidikan.”

Menurut penulis cara mengatasi kekurangan sarana dan


prasarana ini ialah dengan guru BK mengajukan pengadaan
pelengkapan sarana dan prasarana kepada kepala sekolah, yang
kemudian bisa ditinjak lanjuti oleh kepala sekolah dengan
melakukan perencanaan. Semua harus dilakukan dengan kerjasama
dan komunikasi yang baik agar perencanaan tersebut terealisasikan
dengan maksimal.

d. Pandangan Bimbingan dan Konseling Sebagai Polisi Sekolah

Persepsi negatif terhadap Bimbingan dan Konseling tidak


serta merta ada begitu saja, pasti ada banyak hal yang membuat
bimbingan dan konseling mempunyai citra negatif dimata siswa
maupun instrumen lain di sekolah. Hal yang menjadi stimulus atas
hadirnya persepsi ini bisa dari luar guru BK maupun dalam diri guru
BK itu sendiri. Guru BK yang kurang paham akan posisinya di

15
sekolah bisa melakukan hal-hal diluar kewenangannya, misalnya
menghukum siswa, melakukan inspeksi terhadap siswa, atau bahkan
menunjukan sifat yang kurang berkenan sehingga siswa melihat
bahwa guru BK ini galak, begitupun dengan instrumen lain di
sekolah yang akan menganggap bahwa menghukum siswa itu tugas
guru BK. Dari situlah muncul persepsi yang berkembang
dimasyarakat bahwa guru BK merupakan polisi sekolah. Walaupun
guru BK yang lain tau dan paham akan posisinya di sekolah, namun
anggapan orang lain masih saja sama, yaitu guru BK merupakan
polisi sekolah. Jika ada anak yang sedikit memberontak diminta
keruang BK dengan embel-embel “masuk bengkel”.

Menurut penulis, masalah ini hanya bisa diatasi dengan


perlahan, jadi guru BK di SMA Negeri 1 Batanghari terlebih dahulu
memperbaiki persepsi negatif tersebut di SMA Negeri 1 Batanghari.
Dapat dilakukan dengan cara melakukan layanan informasi terkait
bidang bimbingan dan konseling kepada siswa.

Menurut Winkel dan Sri hastuti menjelaskan bahwa laynana


informasi adalah usaha untuk membekali para siswa dengan
pengetahuan tentang data dan fakta dibidang pendidikan sekolah,
bidang pekerjaan dan bidang perkembangan pribadi-sosial, supaya
mereka dengan belajar tentang lingkungan hidupnya lebih mampu
mengatur dan merencanakan kehidupan sendiri. Layanan ini
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru BK untuk membekali
siswa dengan pengetahuan, pemahaman tentang lingkungan,
kehidupan, proses, perkembangan, pendidikan, pekerjaan, dll.

Melalui layanan inilah guru BK melakukan pendekatan,


memberikan pengertian dan penjelasan mengenai apa bimbingan dan
konseling itu sebenarnya. Apa tugas bimbingan dan konseling di

16
sekolah dan bahwa siswa bisa memanfaatkan keberadaan bimbingan
dan konseling di sekolah sebaik mungkin demi pengembangan diri
siswa tersebut.

e. Beban Kerja Guru Bimbingan dan Konseling

Penghitungan beban kerja guru BK disekolah didasarkan pada


Permendikbur No.111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, yang mengatakan bahwa
standar minimal beban kerja guru BK adalah mengampu peserta didik 150-
160 orang ekuivalen dengan 24 jam pelajaran. Sedangkan narasumber
penulis mengampu 12 kelas dengan rata-rata siswa per kelas ialah 35
orang, maka total siswa yang diampu sekitar 420 siswa. Jauh diatas beban
kerja guru BK sebenarnya.

Hal ini tentu berdampak pada kualitas layanan yang diberikan pada
siswa, semakin banyak siswa yang diampu oleh hanya 1 guru BK saja
maka akan semakin banyak pula siswa yang tidak terjamah oleh guru BK
tersebut. Ketika jumlah siswa yang diampu seimbang dengan guru BK
yang ada, maka layanan yang diberikan oleh guru BK tersebut akan lebih
optimal sampai kepada siswa. Guru BK lebih efektif memantau setiap
perkembangan dan permasalahan siswa.

Penulis mengangggap bahwa masalah ini merupakan masalah berat


yang harus diemban oleh pihak sekolah maupun guru BK yang terkait.
Disatu sisi pemerintah memberikan peraturan batasan jumlah siswa yang
diemban dan menuntut pelayanan merata bagi seluruh siswa, namun hal ini
tidak dibarengi dengan pemerataan tenaga kerja di berbagai sekolah.
Bahkan kita tidak bisa membandingan dengan sekolah yang ada dipelosok,
di kota yang cukup maju seperti SMA Negeri 1 Batanghari ini saja masih
kekurangan tenaga kerja BK.

Menurut penulis, untuk mengatasi hal ini mau tak mau sekolah dan guru
BK harus memutar otak. Selain melakukan pengajuan permintaan
penambahan tenaga guru BK, sekolah juga bisa merekrut tenaga kerja BK

17
secara mandiri melalui jalur honorer walaupun nantinya akan berdampak
pada kondisi finansial sekolah.

18
Daftar Pustaka

Mu’awanah, Elfi dan Rifa Hidayah. (2009). Bimbingan Konseling Islami Di Sekolah
Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. hal 66

Trisukitman. (2015). Bimbingan Dan Konseling Berbasis Pendidikan Karakter. Yogyakarta


: Diva Press, hal, 31

Darsono. 2016. IMPLEMENTASI PENDEKATAN DIREKTIF, NON DIREKTIF DAN


KOLABORATIF DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN ISLAM Studi Kasus di
MAN Trenggalek. 2 (Vol. 04). hal 341

Sudarsono. 2016. IMPLEMENTASI PENDEKATAN DIREKTIF, NON DIREKTIF DAN


KOLABORATIF DALAM SUPERVISI DI MAN TRENGGALEK. 2 (Vol. 1).
hal 338

Peraturan Meneteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 6 Tahun 2018
Tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Repulik Indonesia No. 111 Tahun 2014
Tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah

19
Lampiran
1. Pedoman Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi
Pedoman Wawancara
A. Identitas
Nama Narasumber :
Hari/Tanggal :
Pukul :
Tempat :

B. Pedoman Wawancara
No Sub Aspek
A Latar Belakang Tenaga Guru Bimbingan Konseling
1. Apa pendidikan terakhir yang ditempuh oleh Bapak/Ibu?
2. Jurusan apa yang Bapak/Ibu ambil dalam jenjang pendidikan tersebut?
3. Sudah berapa lama Bapak/Ibu ditempatkan di sekolah ini?
4. Saat ini, berapa banyak siswa yang berada dibawah tanggung jawab
Bapak/Ibu sebagai Guru Bimbingan dan Konseling?
5. Apakah ada bentuk pelatihan atau kegiatan pengembangan kemampuan
di bidang Bimbingan dan Konseling yang Bapak/Ibu pernah ikuti?
B Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah
1. Pola Bimbingan dan Konseling apa yang Bapak/Ibu terapkan?
2. Mengapa Pola itu yang Bapak/Ibu pilih untuk diterapkan?
3. Bagaimana bentuk penyusunan program untuk melaksanakan pola
tersebut?
4. Apa saja kendala yang ditemui Bapak/Ibu dalam penyusunan program
layanan?
5. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengevaluasi program-program yang telah
dijalankan selama ini?
6. Apakah Bapak/Ibu melakukan pengambilan data (assement
kebutuhan)?
7. Jika iya, instrumen apa saja yang telah Bapak/Ibu lakukan untuk

20
mengambil data?
8. Bagaimana tindak lanjut dari hasil assesment kebutuhan tersebut?
9. Apakah ada kendala saat Bapak/Ibu melakukan assesment kebutuhan
melalui instrumen-instrumen tersebut?
10. Apakah kendala tersebut sudah atau bisa diatasi?
11. Jika iya, bagaimana cara yang ditempuh untuk mengatasi kendala
tersebut?
12. Jika belum, hal apa yang membuat Bapak/Ibu sulit mengatasi masalah
tersebut?
13. Dari program tersebut, layanan apa saja yang telah dilaksanakan oleh
Bapak/Ibu?
14. Bagaimana pelaksanaan layanan tersebut?
15. Bagaimana feedback siswa atas layanan yang telah Bapak/Ibu berikan?
16. Apakah Bapak/Ibu melakukan tindak lanjut terhadap layanan yang
telah sudah dilakukan?
17. Jika iya, tindak lanjut apa yang Bapak/Ibu lakukan?
18. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengevaluasi layanan-layanan yang telah
diberikan?
19. Apa saja kendala yang Bapak/Ibu temui baik saat menyusun layanan
ataupun saat pemberian layanan?
20. Apakah kendala tersebut sudah atau bisa diatasi?
21. Jika iya, bagaimana cara yang ditempuh untuk mengatasi kendala
tersebut?
22. Jika belum, hal apa yang membuat Bapak/Ibu sulit mengatasi masalah
tersebut?
23. Selain beberapa kendala atau masalah yang telah disebutkan
sebelumnya, apakah ada lagi masalah atau kendala yang terkait dengan
Bimbingan dan Konseling di sekolah ini?
24. Apakah masalah atau kendala tersebut sudah atau bisa diatasi?

21
25. Jika iya, bagaimana cara mengatasi kendala tersebut?
26. Jika belum, hal apa yang membuat sulit untuk mengatasi kendala
tersebut?

22
Pedoman Observasi
Tujuan : Untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan masalah yang ada pada
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 1 Batanghari
Aspek yang diobservasi
1. Kelengkapan Administrasi Bimbingan dan Konseling

2. Keadaan sarana dan Prasarana Bimbingan dan Konseling

3. Keadaan ruangan Bimbingan dan Konseling

4. Keadaan Guru

23
Pedoman Dokumentasi
1. Program Tahunan, Semesteran, Bulanan, Mingguan, dan Harian Bimbingan dan
Konseling

2. Alat instrumen yang digunakan beserta hasilnya

3. Rancangan Pemberian Layanan

4. Laiseg

24
2. Dokumentasi

25
26
27
28
29
30
31
32

Anda mungkin juga menyukai