TELKOM 2 MEDAN
Oleh:
PUTRI ANGGRAINI
NIM : 1851000034
FAKULTAS PSIKOLOGI
MEDAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Zaman seperti ini semakin banyak berita mengenai kekerasan yang terjadi di
dalam lingkungan sekolah. Baik kekerasan yang dilakukan oleh guru pada muridnya,
kakak kelas kepada adik kelasnya, maupun siswa yang sebaya. Kekerasan yang
dilakukan pun bermacam bentuknya, baik secara fisik maupun non-fisik. Kekerasan
yang terjadi dalam sekolah sudah terjadi sejak lama. Namun, hal tersebut sering
dianggap sebagai suatu tradisi yang sudah mendarah daging dan menjadi sebuah
kebiasaan yang wajar jika dilakukan oleh civitas akademik sekolah.
Sekolah sering menjadi tempat dimana perilaku bullying kerap terjadi. KPAI
mencatat dalam kurun waktu 9 tahun, dari 2011 sampai 2019, ada 37.381 pengaduan
kekerasan terhadap anak. Untuk bullying baik di pendidikan maupun sosial media,
angkanya mencapai 2.473 laporan dan trennya terus meningkat (Tim KPAI, 2020).
Data hasil riset Programme for International Students Assessment (PISA) 2018
menunjukkan murid yang mengaku pernah mengalami perundungan (bullying) di
Indonesia sebanyak 41,1%.
Perilaku bullying tidak terlepas dari sebuah konsep diri seseorang, dimana
konsep diri tersebut terkadang mempengaruhi perilaku seseorang terhadap orang lain
disekitar mereka. Konsep diri merupakan keadaan di mana seseorang mampu menilai
dirinya secara fisik, psikis, sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi (Nurul,2019).
Konsep diri juga merupakan suatu cara untuk memprediksi tingkah laku seseorang.
Seseorang yang memiliki konsep diri negatif akan memiliki perilaku yang negatif
pula, seperti mudah menyerah dan selalu menyalahkan dirinya ketika mengalami
kegagalan. Sebaliknya, ketika konsep diri yang dimiliki positif, maka berdampak pula
pada perilaku positif, seperti terlihat lebih percaya diri dan selalu bersikap positif
terhadap sesuatu (Nurul,2019).
Konsep diri terbentuk dari pengalaman internal seseorang, hubungan dengan
orang lain dan interaksi dengan dunia luar. Adaptasi yang baik pada individu untuk
membentuk konsep diri yang positif apabila individu gagal dalam beradaptasi dan
mempengaruhi seluruh aspek konsep diri yang akan menyebabkan terbentuknya
konsep diri yang negatif (Arip , 2020).
Seseorang yang memiliki konsep diri yang negatif cendenrung akan mudah
melalukan perundungan, bullying atau kekerasan lain terhadap teman atau orang
sekitar (fidella & margaretha,2016). Secara general, bullying merupakan fenomena
yang sering terjadi di masa sekarang ini. Banyak kejadian ini terjadi di berbagai
tempat, terlebih di sekolah yang ada di Indonesia.
Sekolah SMK Telkom 2 Medan sendiri tidak terlepas dari yang namanya
perilaku atau tindakan bullying oleh para siswanya. Hal ini ditunjukkan dari adanya
perilaku secara verbal yang diutarakan oleh siswa seperti “kamu cacat, gak akan bisa
ambil barang itu” ataupun secara fisik seperti menarik bangku secara sengaja pada
temannya yang mau duduk tanpa adanya rasa bersalah. Perilaku lainnya juga cukup
sering diperlihatkan oleh para siswa selama peneliti berada disana untuk melakukan
observasi dan PKL.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengungkap konsep diri dan
perilaku bullyuing siswa SMK Telkom 2 Medan.
1.3 Manfaat Penelitian
SMK Sandhy Putra – 2 Medan adalah salah satu sekolah yang didirikan dan
dikelola oleh Yayasan Sandhykara Putra Telkom ( YSPT ) sejak tahun 1992 , yang
berlokasi di Jl. Halat No. 68 Medan. Pada awal didirikan sekolah ini hanya
mengelolah 2 (dua) kompetensi keahlian yaitu Usaha Perjalanan Wisata (UPW) dan
Akomodasi Perhotelan (AP). Namun seiring berkembangnya zaman,SMK SANDHY
PUTRA – 2 MEDAN terus berbenah diri untuk dapat menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas yang dapat menjawab tantangan zaman dan perkembangan
teknologi, sehingga saat ini SMK SANDHY PUTRA – 2 MEDAN telah mengelola 4
(empat) kompetensi keahlian yaitu :
1. Usaha Perjalanan Wisata (UPW)
2. Akomodasi Perhotelan (AP)
3. Tata Boga (Patiseri)
4. Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ)
VISI
MISI
Identitas Sekolah
NPSN : 10259305
Status : Swasta
Lintang : 3.5641
Bujur : 98.6918
Jumlah guru : 55
Jumlah jurusan :4
Jumlah kelas : 17
Jumlah ekstrakulikuler :9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep diri merupakan kesadaran dari batin yang tetap, tentang pengalaman
dari individu tersebut dan juga yang membedakan antara individu tersebut dengan
individu lainnya ( Hadyan, Marni, dan Yecy , 2018). Konsep diri ini merupakan
bagian inti dari pengalaman individu. Secara perlahan-lahan pengalaman tersebut
dibedakan dan disimbolisasikansebagai bayangan diri tentang siapa individutersebut
sebenarnya dan apa yang seharusnya diperbuat oleh individu tersebut. ( Hadyan,
Marni, dan Yecy , 2018).
Konsep diri (self concept) merupakan sikap atau nilai individu. Nilai individu
memiliki karakterikstik yang reaktif dan dapat memprediksi apa yang akan dilakukan
oleh seseorang dalam waktu yang singkat. Konsep diri menunjukan bagaimana
seseorang memandang dirinya sendiri atau sesuatu yang mempengaruhi etika, cara
pandang atau pengertian seseorang terhadap sesuatu. ( Eldasa, 2018)
Sedangkan faktor yang mempengaruhi perilaku bullying menurut astuti antara lain:
METODE PENELITIAN
2 Sampel
a. Konsep diri; menggunakan kuisioner milik Robson (1989) dengan validitas 0,7 dan
reliabilitas sebesar 0,89. Kuisioner ini memiliki 30 aitem.
b. Bullying; menggunakan kuisioner milik Olweus dengan nilai validitas sebesar 0,4
danss reliabilitas 0,75 sebesar . Kuisioner ini memiliki 39 aitem.
s Teknik pengumpulan data merupakan suatu langkah maupun cara agar dapat
memperoleh data serta keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penelitian
(Sugiyono, 2018). Adapun teknik analisa data yang dilakukan untuk mengolah hasil
penelitian yang didapatkan dengan menggunakan statistik SPSS 16.
BAB IV
Orientasi kancah atau orientasi lapangan merupakan suatu hal penting yang
harus diperhatikan dan dilaksanakan agar penelitian berjalan dengan baik dan
optimal. Tujuan adanya orientasi kancah adalah untuk mengetahui dimana lokasi dan
bagaimana situasi atau kondisi ditempat penelitian. Peneliti melakukan penelitian di
SMK Telkom 2 Medan. Orientasi kancang atau orientasi lapangan ini dilakukan oleh
peneliti pada saat sebelum memulai penelitian dengan menggali informasi yang ada
serta mencari responden yang tepat. Peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian
disekolah tersebut dengan responden siswa SMK Telkom 2 Medan.
1.2.1 Hasil