SOSIOLOGI
TENTANG
KEADAAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
DI SUSUN OLEH :
NI MADE ROSI OKTAVIA ( 150100009 )
1
BAB 1
PENDAHULUAN
pelajar atau mahasiswa kita terutama pada setiap musim ujian atau
menjadi rahasia umum ini seakan menjadi budaya dan sesuatu yang
mengetahui apa yang dipelajari dan tidak akan fokus pada pelajaran.
2
kepada teman tentu saja ini menyimpang dari arti solidaritas yang
mempunyai teman. Hal ini yang menbuat mereka serba salah sehingga
sangat mendasar.
3
3. Bagaimana tinjauan psikologi tentang menyontek?
menyotek?
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keadaan Pendidikan di Indonesia
dan standart nilai yang mejadi patokan akan lulus atau tidaknya
ini menjadi sebuah beban berat bagi sebagian peserta didik. Bahkan
aksi ini, bahkan baik dari pihak orang tua maupun guru ikut terlibat
dalam aksi kecurangan ini. Dengan alasan tidak ingin mendapat malu,
berlangsung tidak jarang ada orang tua yang rela mengeluarkan uang
5
jutaan rupiah untuk membayar sejumlah opnum untuk memberikan
jawaban Ujian Nasional agar anak mereka dapat lulus dengan nilai
didiknya dapat lulus dan nama sekolah mereka tetap terjaga baik.
jika peserta didik sekolah tersebut banyak yang tidak lulus Ujian
ini dianggap legal atas nama prestasi sekolah dan kepala sekolah serta
Hal seperti ini sudah menjadi praktik biasa dalam dunia pendidikan di
Indonesia.
sebagaimana aslinya.
6
2. Cheating (menyontek) menurut Wikipedia Encyclopedia sebagai
adalah suatu perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur, curang, dan
atau ujian.
catatan atau membuat berbagai catatan kecil yang ditulis pada kertas
kecil, tangan atau di tempat lain yang dianggap aman dan tidak
diketahui oleh guru atau pengawas. Dan yang kedua yaitu dengan
7
atau dengan berkompromi menggunakan berbagai macam kode
tertentu, menerima jawaban dari pihak luar dan mencari bocoran soal.
maupun rasional.
dapat ditolerir.
yang canggih, dari sesuatu yang sangat tercela sampai yang mungkin
8
dengan moral dan etika serta tercela untuk dilakukan oleh seseorang
yang terpelajar.
dan juga karena sistem pengawasan ujian, kondusif atau tidak untuk
nilai hanya menjadi alat untuk mencapai tujuan dan bukan merupakan
9
Yesmil Anwar mengungkapkan, bahwa menyontek terlanjur dianggap
Ibarat jarum kecil di bagian karburator motor. Sekali saja jarum itu
sifatnya berasal dari dalam internal yakni diri sendiri, maupun dari
bertahan.
tidak mengerti dan sehingga merasa tidak puas oleh penjelasan dari
10
e. Melihat beberapa mata pelajaran dengan kacamata yang kurang tepat,
yakni merasa ada pelajaran yang penting dan tidak penting sehingga
selalu mencari jalan keluar yang mudah dan cepat ketika menghadapi
sehingga yang terjadi tidak ada variasi dalam mengajar dan pada
yang diberikan antara satu kelas dengan kelas yang lain sama atau
c. Soal yang diberikan selalu berorientasi pada hafal mati dari text book.
d. Tidak ada integritas dan keteladan dalam diri guru berkenaan dengan
uang.
11
b. Ketidaktahuan orang tua dalam mengerti pribadi dan keunikan
kehendak.
kebosanan.
a. Tekanan yang terlalu besar yang diberikan kepada hasil studi berupa
angka dan nilai yang diperoleh siswa dalam tes formatif atau sumatif.
c. Sikap malas yang terukir dalam diri siswa sehingga ketinggalan dalam
d. Anak remaja lebih sering menyontek dari pada anak SD, karena masa
12
f. Karena terpengaruh setelah melihat orang lain melakukan menyontek
g. Karena jawaban dari pertanyaan tersebut sama dengan yang ada pada
kemampuan mengingat.
sesuatu yang belum tentu keluar lebih baik mencari bocoran soal.
pribadi kepada dosen atau guru lebih efektif daripada belajar serius.
macam cara.
13
r. Yakin bahwa dosen atau guru tidak akan memeriksa tugas yang
kebiasaan berbuat tidak jujur, yang pada saatnya nanti akan menjadi
tentu saja akan muncul generasi-generasi yang bodoh dan tidak jujur.
belajar, malas berpikir dan merenung, malas membaca dan tidak suka
asa, dan tidak bertanggung jawab. Semua yang diraihnya tidak halal
di mata sosial.
14
Dampak buruk lainya adalah membodohi diri sendiri. Ketika
Belum tentu jawaban teman itu benar. Dan ketika kita memberikan
a. Buat instrumen evaluasi yang valid dan reliable (yang tepat dan
tetap).
andragogy.
15
4. Dari Guru atau Dosen
atau tes.
pelajar. Salah satu upaya yang bisa kita lakukan sebagai calon guru
peserta didik.
orang dewasa.
proses pendidiakn itu dengan pola dan tempo, serta irama dan
16
c. Siswa memiliki kebutuhan dan menuntut untuk memenuhi kebutuhan
produktif.
menyelesaikan tugasnya dengan baik dan tertib. Namun bila tidak ada
setiap tingkah laku siswa, seperti mengatur buku, menyapa guru atau
17
Adapun tindakan kuratif guru, berlaku bagi siswa yang sudah terbiasa
dipegangnya.
sebagai berikut:
kelas dengan teguran atau cara lain yang pantas dengan perbuatannya,
18
e. Bertanggung jawab merefleksikan kebenaran dan kejujuran, yaitu
siswa memahami arti belajar sebagai suatu tujuan mereka sekolah dan
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
terjadi pada setiap orang. Sebagai bagian dari aspek moral, maka
yang memaksa.
aspek psikologis.
20
menghalalkan segala cara yang dilakukan seseorang untuk mencapai
atau ujian.
mencontek, baik itu dorongan dari diri sendiri maupun orang lain.
juga menjadikan seorang siswa itu menjadi pribadi yang tidak jujur.
mahasiwa, pada lingkungan, pada sistem evaluasi dan pada diri guru
atau dosen.
21
3.2 Saran
dengan kebiasaan buruk ini, tapi kita harus tetap berusaha menjadi
meniatkan dalam hati pasti bisa dilakukan. Bukan hal yang mustahil
kebiasaan ini untuk dihilangkan, jika tekat dan niat kita sungguh-
kebiasaan ini.
selama ini baik yang diselenggarakan secara massal oleh suatu badan
22
memberikan motivasi pada para peserta didik kita, sehingga mereka
dapat menjadi anak yang jujur dan percaya diri sehingga mereka dapat
dari berbagai pihak juga sangat penting, karena jika hanya satu pihak
saja yang mendukung tapi pihak lain bertentangan maka tidak akan
Peran orang tua adalah yang paling utama untuk mendidik anak.
menjawab soal jika ujian. Jangan selalu membentak anak jika bernilai
2. Peran Teman
belajar di rumah.
23
Guru dan sekolah harus saling bekerja sama dalam memberantas
4. Kesadaran Diri
24
DAFTAR PUSTAKA
Suparno, Paul, DR, SJ. 2000. Sekolah Memasung Kebebasan Berfikir Siswa,
https://www.kompas.com/kompas.
25