Anda di halaman 1dari 7

SOAL UAS SEMESTER GANJIL

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Mata Kuliah : KON620306 BK Multikultur


Hari, Tanggal : Kamis, 15 Desember 2022
Jurusan/Prodi : Ilmu Pendidikan/BK
Mahasiswa/Kelas : Angkatan 2020 / Kelas A dan B
Dosen : - Drs. Yusmansyah, M.Si.
-Yohana Oktariana, M.Pd.

Petunjuk:
- Cantumkan nama, NPM di lembar jawaban saudara.
- Jawablah soal-soal dibawah ini dengan jelas.
- Jawaban diketik dengan rapih sesuai ketentuan karya ilmiah .
- Jawaban dikumpulkan di VClass paling lambat Jumat 16 Desember 2022 pukul
11.00 WIB.
- Di luar ketentuan diatas dianggap tidak mengikuti UAS
- Dilarang keras mencontoh (copy paste) jawaban orang lain.

Identitas :
Nama : Marcella Leolita Jah’ro’I
NPM : 2013052030
Prodi : Bimbingan dan Konseling
Kelas :B
Angkatan : 2020
SOAL :

1. Sekolah merupakan tempat pendidikan yang dimana warganya memiliki ras, suku,
agama, bahasa serta warna kulit yang berbeda-beda. Sebutkan peran penting konselor
dalam menerapkan sikap multikultural kepada siswa di sekolah.
Jawaban :
Konseling multikultural yang dikenal juga dengan konseling lintas budaya (crossculture
counseling) merupakan salah satu bentuk konseling untuk dapat memahami klien dengan
latar belakang karakteristik yang berbeda-beda. Di sekolah sangat tepat dilakukan seorang
konselor/guru sebagai petugas konseling yang menghadapi siswa dari latar budaya yang
berbeda.Proses konseling sangat rawan untuk terjadinya bias-bias budaya pada pihak
konselor yang mengakibatkan konseling tidak berjalan efektif. Agar berjalan efektif,
konseling konselor dituntut untuk memiliki kepekaan budaya dan melepaskan diri dari bias-
bias budaya, mengerti dan dapat mengapresiasi diversitas budaya dan memiliki
keterampilan-keterampilan yang responsive secara kultural. Pertama konselor lintas
budaya harus sadar terhadap nilai-nilai pribadiyang dimilikinya, kedua harus sadar
terhadap karakteristik konseling secara umum, ketiga harus mengetahui pengaruh
kesukuan dan mereka harus mempeunyai perhatian terhadap lingkungan, keempat
tidak boleh mendorong seseorang klien memahami budayanya. Diharapkan dengan
pahamnya konselor dan diterapkannya konseling multikultural maka siswa sebagai
klien menjadi lebih nyaman dalam pelayanan dan lebih efektif dalam memberikan
solusi dari masalah klien.

2. Identifikasikan faktor kekuatan dan kelemahan dalam bimbingan dan konseling


multikultur.
Jawaban :
Kelemahan
 Kemungkinan besar terjadinya bias budaya ketika konselor kurang mampu
mengatasinya
 Memungkinkan sebagian (terapis) menjadi terlalu terpusat pada konseli sehingga
melupakan keasliannya.
 Kesalahan sebagian besar terapis dalam menterjemahkan sikap-sikap yang harus
dikembangkan dalam hubungan terapeutik.
Kekuatan
 Sifat keamanan. Individu dapat mengexplorasi pengalaman-pengalaman psikologis
yang bermaknya baginya dengan perasaan aman.
 Dapat diterapkan pada setting individual maupun kelompok.
 Memberikan peluang yang lebih luas terhadap klien untuk mendengar dan
didengar.
 Rumusannya dapat diuji lagi

3. Berdasarkan pendekatan dalam konseling multikultur, (psikoanalisis, eksistensialis,


gestalt, CCT) pilihlah salah satu pendekatan, kemudian :
a. Buatlah contoh indentifikasi permasalahan multikultur.
b. Tuliskan alasan mengapa kasus tersebut tepat di selesaikan menggunakan
pendekatan itu.
c. Menurut anda jenis layanan BK apa yang perlu diberikan untuk membantu
memecahkan masalah tersebut.
d. Hubungan antara konselor dan konseli apa yang perlu di terapkan dalamnya.

A. Identifikasi kasus multikultural

Dua pelajar SMA di Boyolali indehoy di warnet sampai punya anak

Paling 'gres' adalah kisah yang dialami Pr (16) dan S (16), pelajar kelas XII SMK di Kabupaten
Boyolali, Jawa Tengah. Dia ditangkap kepolisian setempat karena membunuh bayinya sendiri.
Kasat Reskrim Polres Boyolali AKP Dwi Haryadi mengatakan, karena usia keduanya masih di
bawah umur, kasus ditangani Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Boyolali.

Tersangka S berpacaran dengan Pr sejak Januari 2013 dan keduanya mengaku sering
melakukan hubungan suami istri di beberapa tempat di antaranya di sebuah warnet di Juwangi,
sehingga menyebabkan S hamil, katanya, Rabu (18/9).

Tersangka Pr sempat meminta pacarnya, yakni S untuk menggugurkan kandungannya, tetapi


dia menolak, sehingga S berupaya menyembunyikan kondisi kandungannya terhadap orang lain.
Selama hamil, S mengelabui keluarganya dengan mengenakan rok yang lebih longgar, sehingga
orang tua tersangka tidak curiga. Dia kemudian melahirkan di kamar rumahnya pada Minggu
(8/9) sekitar pukul 22.00 WIB.
Tersangka S saat melahirkan anaknya dalam kondisi kamar dikunci rapat. Sementara bayi saat
dilahirkan tidak menangis. Dia kemudian membungkus bayinya dengan kain rok, lalu
dimasukkan lagi ke tas kain berbentuk ransel. Esok harinya, S berangkat sekolah dengan
membawa tas ransel yang berisi orok anaknya dan dia juga memberitahukan kepada pacarnya
bahwa dirinya sudah melahirkan, kemudian S bertemu dengan Pr sekitar pukul 14.00 WIB
untuk menyerahkan bayinya. Pr lalu pergi ke kuburan di kawasan hutan petak 16 B RPH
Ngaren, BKPH Kedung Cumpleng Juwangi mengubur bayinya itu.

Analisis Faktor Penyebab terjadinya kasus diatas

Menurut DeGenova dan Rice dalam bukunya Luqman el-Hakim yang berjudul
"Fenomena Pacaran Dunia Remaja" menerangkan bahwa makna pacaran adalah menjalankan
hubungan dua orang yang bertemu dan saling melakukan serangkaian aktivitas bersama agar
dapat saling mengenal satu sama lain.

Sehingga dengan kata lain maka dapat di tegaskan bahwa pacaran adalah proses saling
mengenal antara laki-laki dan perempuan yang berkaitan dengan masalah menikah dan
didampingi oleh mediator untuk melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling
mengenal satu sama lain.

Jadi dari pernyataan diatas dapat diambil sebuah faktor-faktor yang mengaibatka terjadinya
kasus “ Dua pelajar SMA di Boyolali indehoy di warnet sampai punya anak” tersebut
antara lain : Dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sebuah hubungan yakni pacaran,
kurangnya kontrol diri yang baik terhadap budaya luar, kurangnya pendidikan agama
dan budaya, kurangnya pengawasan dan kedekatan dengan orang tua, dan keinginan seksual
yang terlalu besar, serta ketakutan dan kebingungan berada dalam kondisi seperti itu. Selain
beberapa faktor diatas sebenarnya masih banyak faktor kecil lainya yang mempengaruhi.
Namun faktor diatas sudah merupakan faktor utama penyebab terjadinya kasus tersebut.

B. Alasan Kasus tepat dengan Pendekatan CCT

Selain itu Faktor pendorong pacaran menurut Luqman el-Hakim berasal dari Globalisasi
dunia yang marak dan semakin canggih seperti TV, komputer, media sosial dan lainya. Serta
lemahnya kontrol lingkungan , bergesernya nilai dan fungsi keluarga, dan yang terpenting
adanya kemerosotnya nilai agama dan budaya. Terutama budaya barat yang dimana sangat
beraneka ragamnya mudah masuk ke indonesia melalui media dan informasi lainya.
Disini remaja yang rentan akan informasi dan kemampuan menyaring budaya luar yang
bertolak belakang dengan norma dan nilai dinegara kita menjadikan salah satu sebab
perlu adanya penanganan multikultural.

Kemudian Pendekatan yang tepat adalah CCT , karena kasus diatas menjelaskan jika
para remaja yang ketakutan melakukan hal yang negatif tersebut akan terus berpikir
untuk menutupi keburukanya dan akan memikirkan cara-cara negatif lainya. Tanpa
mereka menyadari bahwa Manusia seringkali merasakan bahwa masalah dirinya merupakan
masalah yang sulit dipecahkan dan menolak setiap jalan keluar yang ditawarkan orang lain,
bahkan dirinya sendiri. Pandangan client centered tentang sifat manusia hanya menolak
konsep tentang kecenderungan-kecenderungan negatif dasar. Beberapa pendekatan lain
beranggapan bahwa manusia menurut kodratnya adalah irasional dan berkecenderungan
merusak terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain, kecuali jika kita telah menjalani
sosialisasi. Pendekatan client centered menunjukkan kepercayaan yang mendalam pada
manusia. Ia memandang bahwa manusia tersosialisasi dan bergerak ke depan, berjuang untuk
secara optimal, serta memiliki kebaikan yang positif pada pada dirinya. Dengan kata lain,
manusia pada dasarnya dapat dipercayai dan memperbaiki. Manusia dapat bersifat konstruktif,
maka tidak perlu diadakan pengendalian tehadap dorongan-dorongan agresifnya. Oleh karena
itu konseling client centered diarahkan agar manusia sadar dan dapat membuat
keputusan-keputusan yang diambilnya.

C. Jenis layanan yang tepat untuk kasus diatas


Jenis layanan yang diberikan adalah layanan individu/perseorangan terutama anak
yang bermasalah tadi dan upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi perilaku
menyimpang berpacaran merupakan suatu usaha dalam menguasai keadaan yang dilakukan
oleh pendidik terhadap serangkaian aktivitas bersama yang diwarnai keintiman serta adanya
keterkaitan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah dalam mencegah perilaku dengan
lawan jenis di luar batas aturan norma yang berlaku. Terdapat tiga upaya yang dilakukan,
upaya ini meliputi upaya preventif, upaya kuratif, serta upaya pembinaan.

D. Hubungan yang perlu diterapan antara konselor dan konseling adalah

1. Salah satu peran BK dalam kasus ini misalnya dengan melakukan pendekatan personal
kepada siswa untuk menghindarkan dia dari tindakan-tindakan yang berbahaya misalnya
tindakan menggugurkan kandungan, bersembunyi selama hamil dan membuang bayinya ketika
sudah lahir atau juga tidakan yang lebih fatal yaitu bunuh diri.

2. BK menyadarkan pihak sekolah agar tidak menghancurkan masa depan siswa tersebut
dengan mengizinkan siswa untuk ikut ujian. Siswa yang hamil diluar nikah, tidak seharusnya
dikucilkan apalagi sampai dikeluarkan dari sekolah.

3. Peran BK yang paling penting adalah selalu mendampingi siswa tersebut agar dia dapat
menyadari kesalahannya dan melanjutkan hidupnya dengan normal. Kenapa BK harus
melakukan hal tersebut? Karena salah satu tugas BK adalah membimbing muridnya agar bisa
tumbuh kembang dengan baik, menjadi manusia yang bertanggung jawab, baik kepada Orang
Tua, Kepada Guru, Kepada Masyarakat dan Kepada Tuhan YME.

4. Melakukan konseling individu kepada siswa yang telah terdeteksi melakukan pacaran di
sekolah dan memberikan arahan yang membantu.

5. Ketika mendapati siswa yang berpacaran maka diberikan nasihat jika sebaiknya tidak sibuk
dan tenggelam dengan urusan-urusan rasa dan ungkapan cinta saja. Masa sekolah adalah masa
belajar untuk menuntut ilmu agar memiliki pengetahuan yang lebih banyak, maka dari itu
waktu untuk berpacaran sebaiknya lebih dikurangin dan lebih difokuskan untuk belajar agar
nilai mata pelajaran di sekolah tidak mengalami penurunan.
REFERENSI

Abdullah Nashih Ulwan dan Hassan Hathout. 1992. Pendidikan Seks. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Ahmad Zacky. tt. Fikih Seksual. Jatim: Citra Pelajar Group.Awanul Hamzah. 2004. Bahaya
Pacaran. Tangerang: CV Insan Kafi.

Fedyani, A & Martua,IH. 1997. Seksualitas Remaja. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Richard Nelson Jones. 2011. Teori dan Praktik Konseling dan Terapi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

W.S Winkel & MM. Sri Hastuti. 2012. Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi

Anda mungkin juga menyukai