Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

IMPLIKASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

DAN MEMILIH BENTUK PENGEMBANGAN

Makalah Ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Multikultural

Dosen Pengampu: Bapak Heri Cahyono M.Pd.I

Disusun Oleh:

1. SHAINE ARSIYANTI 20250061


2. ERNI YULIYANTI 20250081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayahnya penulis bisa menyelesaikan tugas makalah kelompok tentang “Implikasi
Pendidikan Multi Kultural Dan Memilih Bentuk Pengembangan” Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen kepada penulis, penulis
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Heri Cahyono, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata
kuliah Pendidikan Multikultural yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada kami
serta membimbing kami dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
tugas kelompok ini.

Kami menyadari bahwa tugas kelompok ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun khususnya dalam pembuatan
makalah yang akan datang. Mudah – mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Metro, 16 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Karakteristik Problematika pendidikan multikultural di Indonesia…...3
B. Bentuk pengembangan pendidikan multikultural di Indonesia……….6

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................9


A. Kesimpulan............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di


dunia.Kenyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural dimana Indonesia
memilikiberaneka ragam etnis, budaya, bahasa, ras dan agama. Multikulturalisme
diIndonesia merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan. Namun pada
kenyataannya kondisi demikian tidak pula diiringi dengan keadaan sosial yang
membaik.Bahkan banyak terjadinya ketidak teraturan dalam kehidupan sosial di
Indonesia pada saat ini, yang menyebabkan terjadinya berbagai ketegangan dan
konflik.1

Pendidikan multikultural pada intinya adalah pendidikan yang memberikan


penekanan terhadap proses penanaman cara hidup yang saling menghormati,
tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah-tengah
masyarakat dengan tingkat pluralitas yang tinggi. 2 Dengan model pendidikan ini,
diharapkan masyarakat Indonesia mampu menerima, menolerir, dan menghargai
keragaman yang ada di Indonesia. Dalam dunia pendidikan multikultural,
seorang pendidik seharusnya tidak saja profesional dalam bidang akademik,
tetapi juga harus mampu menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan
multikultural itu, yakni demokrasi, humanisme, dan pluralisme.3

1
Agus, A.A. 2016. “Integrasi Nasional Sebagai Salah Satu Parameter Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Negara Republik Indonesia. Jurnal Sosialisasi: Jrnal Hasi Pemikiran, penelitian dan Pengembangan Keilmuan
Sosiologi Pendidikan”, 19-26.
2
Nurcahyono, N. 2018. Pendidikan Multikultural Indonesia : Analisis Sinkronis dan Diakronis. Jurnal
Pendidikan, Sosiologi dan Antropologi, 2 (1), 105-115.
3
Nasihin, S. 2018. Pendidikan Multikultural ( Problema Dan Solusinya ) Dalam Perspektif Al-Qur ’an
Dan Hadits. Al-Muta’aliyah STAI Darul Kamal NW Kembang Kerang Volume I No 1 Tahun 2017 , 164-172.

1
Namun penerapan pendidikan multikultural di Indonesia masih mengalami
berbagai hambatan atau problem. Problem pendidikan multikultural di Indonesia
memiliki keunikan yang tidak sama dengan problem yang dihadapi oleh negara
lain. Keunikan faktor-faktor geografis, demografi, sejarah dan kemajuan sosial
ekonomi dapat menjadi pemicu munculnya problem pendidikan multikultural di
Indonesia.4
Berkaitan dengan hal itu dipandang sangat penting memberikan porsi
pendidikan multikultural sebagai wacana baru dalam sistem pendidikan di Indonesia,
terutama agar peserta didik memiliki kepekaan dalam menghadapi gejala-gejala dan
masalah-masalah sosial yang berakar pada perbedaan kerena suku, ras, agama dan
tata nilai yang terjadi pada lingkungan masyarakatnya sehingga dapat menanamkan
persatuan dan kesatuan. Hal ini dapat diimplementasi baik pada substansi maupun
model pembelajaran yang mengakui dan menghormati keanekaragaman budaya.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:

1. Apa saja karakteristik problematika pendidikan multikultural di Indonesia?


2. Apa saja bentuk pengembangan pendidikan multikultural di Indonesia?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui karakteristik problematika pendidikan multikultural di Indonesia


2. Untuk mengetahui bentuk pengembangan pendidikan multikultural di Indonesia

BAB II
4
Amirin , T. 2015. Implementasi Pendekatan Pendidikan Multikultural Konstektual Berbasis Kearifan
Lokal di Indonesia. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi. 1 (1), 1-16.

2
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Problematika pendidikan multikultural di Indonesia


Jika kita kaji secara seksama dari berbagai arah sudut pandang mengenai
karakteristik problematika pendidikan multikultiral di Indonesia sangatlah
banyak.Diantaranya:
a. Prasangka
Definisi klasik prasangka pertama kali dikemukakan oleh psikholog dari
Universitas Harvard, Gordon Allpot yang menuliskonsep itu dalam bukunya, The
Nature of Prejudice pada tahun 1954. Istilah ini berasal dari praejudicium, yakni
pernyataan ataukesimpulan tentang sesuatu berdasarkan perasaan atau
pengalamanyang dangkal terhadap orang atau kelompok tertentu.
Johnson mengatakan prasangka adalah sikap positif atau negatif berdasarkan
keyakinan stereotipe kita tentanganggota dari kelompok tertentu. Prasangka meliputi
keyakinanuntuk menggambarkan jenis pembedaan terhadap orang lain sesuaidengan
peringkat nilai yang kita berikan. Prasangka yang berbasisras kita sebut rasisme,
sedangkan yangberbasis etnis disebut etnisisme.
Jadi prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan bagi kegiatan
komunikasi karena orang yang berprasangka sudah bersikap curiga dan menentang
komunikator yang melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi memaksa kita
untuk menarik kesimpulan atas dasar prasangka buruk tanpa memakai pikiran dan
pandangankita terhadap fakta yang nyata. Karena itu, bila prasangka
sudahmenghinggapi seseorang, orang tidak dapat berpikir logis danobyektif dan
segala apa yang dilihatnya akan dinilai secara negatif.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
prasangkamengandung sikap, pengertian, keyakinan dan bukan tindakan. Jadi
prasangka tetap ada di pikiran, sedangkan diskriminasi mengarahkan tindakan
sistematis.
b. Stereotipe
Stereotipe merupakan salah satubentuk prasangka antaretnik/ras. Orang
cenderung membuat kategori atas tampilan karakteristik perilaku orang lain
berdasarkan kategori ras, jeniskelamin, kebangsaan, dan tampilan komunikasi verbal
maupun nonverbal

3
Allan G. Johnson menegaskan bahwa stereotipe adalah keyakinan seseorang
untuk menggeneralisasikan sifat-sifat tertentu yang cenderung negatif tentang orang
lain karena dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman tertentu.

Miles Hewstone dan Rupert Brown mengemukakan tiga aspek esensial dari
stereotipe:5

a) karakter atau sifat tertentuyang berkaitan dengan perilaku, kebiasaan berperilaku,


gender dan etnis. Misalnyawanita Priangan itu suka bersolek.
b) bentuk atau sifat perilaku turun temurunsehingga seolah-olah melekat pada semua
anggota kelompok. Misalnyaorang Ambon itu keras
c) penggeneralisasiankarakteristik, ciri khas, kebiasaan, perilaku kelompok pada
individu yang menjadi anggotakelompok tersebut.
c. Etnosentrisme
Etnosentrisme merupakan paham paham yang pertama kali diperkenalkan oleh
William Graham Sumner, seorang antropolog yang beraliran interaksionisme.
Ada juga yang berpendapat bahwa Etnosentrisme adalah sikap emosional bahwa
kelompok etnik seseorang lebih tinggi dari yang lain; bahwa nilai, keyakinan, dan
persepsi seseorang adalah benar, dan bahwa cara hidup dan sikap kelompok adalah
yang terbaik.
Jadi, Etnosentrisme adalahkecenderungan untuk menetapkan semua normadan
nilai budayaorang lain dengan standar budayanya sendiri.

d. Rasisme

Kata ras berasal dari bahasa Perancis dan Italia “razza”.Pertama kali istilah ras
diperkenalkan Franqois Bernier, antropologPerancis, untuk mengemukakan gagasan
tentang pembedaan manusia berdasarkan kategori atau karakteristik warna kulit dan
bentuk wajah. Setelah itu, orang lalu menetapkan hierarkhi manusia berdasarkan
karakteristik fisik atas orang Eropah berkulit putih yang diasumsikan sebagai warga
masyarakat kelas atas berlawanan dengan orang Afrika yang berkulit hitam
sebagaiwarga kelas dua. Atau ada ideologi rasial yang berpandangan bahwa orang kulit
putih mempunyai misi suci untukmenyelamatkan orang kulit hitam yang dianggap
sangat primitif.Hal tersebut berpengaruh terhadap stratifikasi dalam berbagai bidang

5
Sutarno. 2014. Implementasi pendidikan multikultural dalam praktik pendidikan di
Indonesia. Elementary, 3(1), 4-14.

4
seperti bidang sosial, ekonomi, politik, di amanaorang kulit hitam merupakan
subordinasi orang kulit putih. Karena tidak ada ras yang benar-benar murni, maka
konseptentang ras seringkali merupakan kategori yang bersifat non- biologis. Ras hanya
merupakan konstruksi ideologi yang menggambarkan gagasan rasis.

Namun konsep ras yang kita kenal lebih mengarah pada konsep kultural dan
merupakan kategori sosial, bukan biologis, Montagu, membedakan antara “ide sosial
dari ras dan ide biologis dari ras. Definisi sosial berkaitan dengan fisik dan perilaku
sosial.

e. Diskriminasi
Diskriminasi adalah perilaku yang dihasilkan oleh stereotip atau prasangka, lalu
ditunjukkan dalam tindakan yang terbuka atau rencana tertutup untuk menyingkirkan,
menjauhi, atau membuka jarak, baik bersifat fisik maupun social dengan kelompok.
Diskriminasi didasarkan pada variasi bentuk identitas yang mungkin bersifat
institusional (melalui aturan dan organisasi tertentu) dan juga melalui hubungan
antarpribadi.

Dalam pasal 1C UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dijelaskan bahwa


diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung
maupun tidak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar suku, ras etnis,
kelompok, golongan, status social, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan
politik yang berakibat pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan pengakuan,
pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan,
baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hokum, social, budaya,
dan aspek kehidupan lainnya.

Diskriminasi adalah tindakan kekerasan. Karena merasa dirinya sendiri benar


dan yang lainnya tidak, maka kekerasan adalah konsekuensi yang wajar dari
diskriminasi. Salah satu sifat dari diskriminasi adalah kecenderungan untuk
memperlakukan orang-orang yang berbeda secara sama rata (to treat unequally people
equally) yakni memperlakukan setiap anggota dari kelompok monoritas seolah-olah
mereka sama dengan menafikan sifat individu masing-masing.

Jadi diskriminasi merupakan tindakan yang membeda-bedakan dan kurang


bersahabat dari kelompok dominan terhadap kelompoksubordinasinya.

5
f. Kambing Hitam (Scape Goating)
Kambing hitam adalah “Orang atau pihak yang disuruh bertanggung jawab atas
kesalahan yang tidak diperbuatnya. Orang itu harus menanggung konsekuensi yang bisa
berupa hukuman atau sanksi, padahal tidak melakukan kesalahan (T.A. Tatag Utomo.
Hal. 161-162).

Teori kambing hitam (scape goating) mengemukakan kalauindividu tidak bisa


menerima perlakuan tertentu yang tidak adil,maka perlakuan itu dapat ditanggungkan
kepada orang lain. Ketikaterjadi depresi ekonomi di Jerman, Hitler mengkambing
hitamkanorang Yahudi sebagai penyebab rusaknya sistem politik danekonomi di negara
itu.6

B. Bentuk pengembangan pendidikan multikultural di Indonesia

Bentuk pengembangan Pendidikan Multikultural di setiap negara dapat berbeda-


beda sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing negara.
Pengembangan Pendidikan Multikultural di Indonesia dapat berbentuk :
a. Penambahan materi multikultural, yang dalam aktualisasinya berupa pemberian
materi tentang berbagai budaya yang ada di tanah air dan budaya berbagai belahan
dunia. Pesan multikultural bisa dititipkan pada semua bidang studi atau mata pelajaran
yang memungkinkan untuk itu.
b. Berbentuk bidang studi atau mata pelajaran yang berdiri sendiri, yang sekarang sudah
ada perintisan yang dilakukan dalam bentuk satu mata pelajaran atau bidang studi
yang berdiri sendiri. Hal ini dimaksudkan agar Pendidikan Multikultural sebagai ide,
gerakan reformasi dan proses tidak dilakukan sambil lalu dan seingatnya namun
benar-benar direncanakan secara sistematis. Tiga hal di atas tidak akan dapat dicapai
bila hanya dicantumkan sebagai satu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dalam
satu bidang studi.
c. Berbentuk program dan praktek terencana dari lembaga pendidikan, berkaitan dengan
tuntutan, kebutuhan, dan aspirasi dari kelompok yang berbeda. Konsekuensinya,
Pendidikan Multikultural tidak dapat diidentifikasi sebagai praktek aktual satu bidang

6
Hanum, Farida dan Rahmadonna, Sisca. .2015. Implementasi Model Pembelajaran Multikultural di
Sekolah Dasar Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, Volume 03, Nomor 1
Maret . Halaman 89-102

6
studi atau program pendidikan saja. Lebih dari itu, pendidik yang mempraktekkan
makna Pendidikan Multikultural akan menggambarkan berbagai program dan praktek
yang berkaitan dengan persamaan pendidikan, perempuan, kelompok etnis, minoritas
bahasa, kelompok berpenghasilan rendah, dan orang-orang yang tidak mampu.
d. Pada wilayah kerja sekolah, Pendidikan Multikultural mungkin berarti (1) suatu
kurikulum yang berhubungan dengan pengalaman kelompok etnis; (2) suatu
programyang mencakup pengalaman multikultural, dan (3) suatu total school reform,
upaya yang didesain untuk meningkatkan keadilan pendidikan bagi kelompok budaya,
etnis, dan ekonomis. Ini lebih luas dan lebih komprehensif dan biasa disebut reformasi
kurikulum.
e. Gerakan persamaan, dilhat sebagai kegiatan nyata daripada sekedar dibicarakan dalam
forum-forum ilmiah. Di Kabupaten Nabire, Papua ada sebuah kampung yang
mencerminkan gerakan kebhinekaan yang bernama Kampung Bhineka Tunggal Ika.
Penduduk Kampung Bhineka Tunggal Ika ini terdiri dari orang Papua, Timor, Jawa
dan Bugis. Mereka yang tinggal di sana mendapat tanah seluas 2 hektar tiap kepala
keluarga untuk ditanami dengan tanaman coklat dan tanaman produktif lainnya.
Mereka hanya boleh menggarap tanah itu dan tidak boleh menjualnya. Mereka harus
menunjukkan kemampuan bertani yang baik lebih dahulu sebelum diterima menjadi
warga Kampung Bhineka Tunggal Ika. Kini kampung itu telah menjadi besar dan di
Kabupaten Nabire, Papua ini direncanakan akan membentuk Kampung Nusantara
yang terdiri dari generasi muda berusia 27 tahun hingga 35 tahun. Mereka saling
mengunjungi saat orang dari agama lain merayakan hari besarnya. Mereka harus
menghormati hukum nasional dan hukum adat setempat. Misalnya, buah pohon
tetangga yang masuk ke pekarangan tetangga menjadi milik tetangga itu. Orang yang
melanggar akan ditindak tegas. Bahkan menurut adat di sana, orang yang mengambil
milik tetangganya boleh dibunuh. Di Manado, Sulawesi Utara, ada juga gerakan
semacam ini. Mereka akan dengan suka rela membantu tetangga dan masyarakat yang
berlainan agama bila tetangganya itu membutuhkan. Misalnya membangun masjid
atau gereja. Sebagai sebuah gerakan, maka Pendidikan Multikultural perlu
dimasyarakatkan dalam karya nyata di samping lokakarya. Dan tidak kalah
pentingnya adalah adanya program pendidikan yang ditayangkan berbagai siaran
televisi, radio atau pun internet. Perlu dihimbau, kalau tidak mungkin diharuskan,
untuk menayangkan program yang bernuansa budaya dalam siaran mereka.

7
Diharapkan hal ini bisa lebih ditingkatkan lagi untuk mengurangi acara-acara yang
justru menimbulkan hasutan dan pertikaian.
f. Proses, yang mana tujuan Pendidikan Multikultural yang berasal keadilan sosial,
persamaan, demokrasi, toleransi dan penghormatan hak asasi manusia tidak mudah
tercapai. Perlu proses panjang dan berkelanjutan. Perlu ada pembudayaan di segenap
sektor kehidupan. 7

BAB III

7
Prastyawati, L., & Hanum, F. 2015. Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Multikultural
Berbasis Proyek di SMA. Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS, 2(1), 21-29.

8
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa pembahasan yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pendidikan multikultural adalahPendidikan multikultural adalah proses pengembangan
seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai
konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku, dan aliran (agama).
2. Problematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut juga sebagai hal yang masih
belum terpecahkan dalam kata lain permaslahan. Dalam kamus dakwah, problem adalah
tanda kehidupan.Karakteristik Problematika Pendidikan di Indonesia adalah:
a) Prasangka
b) Stereotipe
c) Etnosentrisme
d) Rasisme
e) Diskriminasi
f) Kambing Hitam (Scape Goating)
3. Beberapa bentul pengembangan Pendidikan Multikultural di Indonesia seperti
penambahan materi multikultural, berbentuk bidang studi atau mata pelajaran yang
berdiri sendiri, berbentuk program dan praktek terencana dari lembaga pendidikan, pada
wilayah kerja sekolah, gerakan persamaan dan proses.

DAFTAR PUSTAKA

9
Agus, A.A.( 2016). “Integrasi Nasional Sebagai Salah Satu Parameter Persatuan dan
Kesatuan Bangsa Negara Republik Indonesia. Jurnal Sosialisasi: Jrnal Hasi
Pemikiran, penelitian dan Pengembangan Keilmuan Sosiologi Pendidikan”, 19-
26.

Amirin , T. (2015). Implementasi Pendekatan Pendidikan Multikultural Konstektual Berbasis


Kearifan Lokal di Indonesia. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan
Aplikasi. 1 (1), 1-16.

Hanum, Farida dan Rahmadonna, Sisca.(2015). Implementasi Model Pembelajaran


Multikultural di Sekolah Dasar Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Penelitian Ilmu Pendidikan, Volume 03, Nomor 1 Maret . Halaman 89-102

Nasihin, S. (2018). Pendidikan Multikultural ( Problema Dan Solusinya ) Dalam Perspektif


Al-Qur’an Dan Hadits. Al-Muta’aliyah STAI Darul Kamal NW Kembang Kerang
Volume I No 1 Tahun 2017 , 164-172.

Nurcahyono, N. (2018). Pendidikan Multikultural Indonesia : Analisis Sinkronis dan


Diakronis. Jurnal Pendidikan, Sosiologi dan Antropologi, 2 (1), 105-115.

Prastyawati, L., & Hanum, F. (2015). Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan


Multikultural Berbasis Proyek di SMA. Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan
IPS, 2(1), 21-29.

Sutarno. (2014). Implementasi pendidikan multikultural dalam praktik pendidikan di


Indonesia. Elementary, 3(1), 4-14.

10

Anda mungkin juga menyukai