Makalah Ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Multikultural
Disusun Oleh:
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayahnya penulis bisa menyelesaikan tugas makalah kelompok tentang “Implikasi
Pendidikan Multi Kultural Dan Memilih Bentuk Pengembangan” Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen kepada penulis, penulis
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Heri Cahyono, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata
kuliah Pendidikan Multikultural yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada kami
serta membimbing kami dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
tugas kelompok ini.
Kami menyadari bahwa tugas kelompok ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun khususnya dalam pembuatan
makalah yang akan datang. Mudah – mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Karakteristik Problematika pendidikan multikultural di Indonesia…...3
B. Bentuk pengembangan pendidikan multikultural di Indonesia……….6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Agus, A.A. 2016. “Integrasi Nasional Sebagai Salah Satu Parameter Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Negara Republik Indonesia. Jurnal Sosialisasi: Jrnal Hasi Pemikiran, penelitian dan Pengembangan Keilmuan
Sosiologi Pendidikan”, 19-26.
2
Nurcahyono, N. 2018. Pendidikan Multikultural Indonesia : Analisis Sinkronis dan Diakronis. Jurnal
Pendidikan, Sosiologi dan Antropologi, 2 (1), 105-115.
3
Nasihin, S. 2018. Pendidikan Multikultural ( Problema Dan Solusinya ) Dalam Perspektif Al-Qur an
Dan Hadits. Al-Mutaaliyah STAI Darul Kamal NW Kembang Kerang Volume I No 1 Tahun 2017 , 164-172.
1
Namun penerapan pendidikan multikultural di Indonesia masih mengalami
berbagai hambatan atau problem. Problem pendidikan multikultural di Indonesia
memiliki keunikan yang tidak sama dengan problem yang dihadapi oleh negara
lain. Keunikan faktor-faktor geografis, demografi, sejarah dan kemajuan sosial
ekonomi dapat menjadi pemicu munculnya problem pendidikan multikultural di
Indonesia.4
Berkaitan dengan hal itu dipandang sangat penting memberikan porsi
pendidikan multikultural sebagai wacana baru dalam sistem pendidikan di Indonesia,
terutama agar peserta didik memiliki kepekaan dalam menghadapi gejala-gejala dan
masalah-masalah sosial yang berakar pada perbedaan kerena suku, ras, agama dan
tata nilai yang terjadi pada lingkungan masyarakatnya sehingga dapat menanamkan
persatuan dan kesatuan. Hal ini dapat diimplementasi baik pada substansi maupun
model pembelajaran yang mengakui dan menghormati keanekaragaman budaya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
BAB II
4
Amirin , T. 2015. Implementasi Pendekatan Pendidikan Multikultural Konstektual Berbasis Kearifan
Lokal di Indonesia. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi. 1 (1), 1-16.
2
PEMBAHASAN
3
Allan G. Johnson menegaskan bahwa stereotipe adalah keyakinan seseorang
untuk menggeneralisasikan sifat-sifat tertentu yang cenderung negatif tentang orang
lain karena dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman tertentu.
Miles Hewstone dan Rupert Brown mengemukakan tiga aspek esensial dari
stereotipe:5
d. Rasisme
Kata ras berasal dari bahasa Perancis dan Italia razza.Pertama kali istilah ras
diperkenalkan Franqois Bernier, antropologPerancis, untuk mengemukakan gagasan
tentang pembedaan manusia berdasarkan kategori atau karakteristik warna kulit dan
bentuk wajah. Setelah itu, orang lalu menetapkan hierarkhi manusia berdasarkan
karakteristik fisik atas orang Eropah berkulit putih yang diasumsikan sebagai warga
masyarakat kelas atas berlawanan dengan orang Afrika yang berkulit hitam
sebagaiwarga kelas dua. Atau ada ideologi rasial yang berpandangan bahwa orang kulit
putih mempunyai misi suci untukmenyelamatkan orang kulit hitam yang dianggap
sangat primitif.Hal tersebut berpengaruh terhadap stratifikasi dalam berbagai bidang
5
Sutarno. 2014. Implementasi pendidikan multikultural dalam praktik pendidikan di
Indonesia. Elementary, 3(1), 4-14.
4
seperti bidang sosial, ekonomi, politik, di amanaorang kulit hitam merupakan
subordinasi orang kulit putih. Karena tidak ada ras yang benar-benar murni, maka
konseptentang ras seringkali merupakan kategori yang bersifat non- biologis. Ras hanya
merupakan konstruksi ideologi yang menggambarkan gagasan rasis.
Namun konsep ras yang kita kenal lebih mengarah pada konsep kultural dan
merupakan kategori sosial, bukan biologis, Montagu, membedakan antara ide sosial
dari ras dan ide biologis dari ras. Definisi sosial berkaitan dengan fisik dan perilaku
sosial.
e. Diskriminasi
Diskriminasi adalah perilaku yang dihasilkan oleh stereotip atau prasangka, lalu
ditunjukkan dalam tindakan yang terbuka atau rencana tertutup untuk menyingkirkan,
menjauhi, atau membuka jarak, baik bersifat fisik maupun social dengan kelompok.
Diskriminasi didasarkan pada variasi bentuk identitas yang mungkin bersifat
institusional (melalui aturan dan organisasi tertentu) dan juga melalui hubungan
antarpribadi.
5
f. Kambing Hitam (Scape Goating)
Kambing hitam adalah Orang atau pihak yang disuruh bertanggung jawab atas
kesalahan yang tidak diperbuatnya. Orang itu harus menanggung konsekuensi yang bisa
berupa hukuman atau sanksi, padahal tidak melakukan kesalahan (T.A. Tatag Utomo.
Hal. 161-162).
6
Hanum, Farida dan Rahmadonna, Sisca. .2015. Implementasi Model Pembelajaran Multikultural di
Sekolah Dasar Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, Volume 03, Nomor 1
Maret . Halaman 89-102
6
studi atau program pendidikan saja. Lebih dari itu, pendidik yang mempraktekkan
makna Pendidikan Multikultural akan menggambarkan berbagai program dan praktek
yang berkaitan dengan persamaan pendidikan, perempuan, kelompok etnis, minoritas
bahasa, kelompok berpenghasilan rendah, dan orang-orang yang tidak mampu.
d. Pada wilayah kerja sekolah, Pendidikan Multikultural mungkin berarti (1) suatu
kurikulum yang berhubungan dengan pengalaman kelompok etnis; (2) suatu
programyang mencakup pengalaman multikultural, dan (3) suatu total school reform,
upaya yang didesain untuk meningkatkan keadilan pendidikan bagi kelompok budaya,
etnis, dan ekonomis. Ini lebih luas dan lebih komprehensif dan biasa disebut reformasi
kurikulum.
e. Gerakan persamaan, dilhat sebagai kegiatan nyata daripada sekedar dibicarakan dalam
forum-forum ilmiah. Di Kabupaten Nabire, Papua ada sebuah kampung yang
mencerminkan gerakan kebhinekaan yang bernama Kampung Bhineka Tunggal Ika.
Penduduk Kampung Bhineka Tunggal Ika ini terdiri dari orang Papua, Timor, Jawa
dan Bugis. Mereka yang tinggal di sana mendapat tanah seluas 2 hektar tiap kepala
keluarga untuk ditanami dengan tanaman coklat dan tanaman produktif lainnya.
Mereka hanya boleh menggarap tanah itu dan tidak boleh menjualnya. Mereka harus
menunjukkan kemampuan bertani yang baik lebih dahulu sebelum diterima menjadi
warga Kampung Bhineka Tunggal Ika. Kini kampung itu telah menjadi besar dan di
Kabupaten Nabire, Papua ini direncanakan akan membentuk Kampung Nusantara
yang terdiri dari generasi muda berusia 27 tahun hingga 35 tahun. Mereka saling
mengunjungi saat orang dari agama lain merayakan hari besarnya. Mereka harus
menghormati hukum nasional dan hukum adat setempat. Misalnya, buah pohon
tetangga yang masuk ke pekarangan tetangga menjadi milik tetangga itu. Orang yang
melanggar akan ditindak tegas. Bahkan menurut adat di sana, orang yang mengambil
milik tetangganya boleh dibunuh. Di Manado, Sulawesi Utara, ada juga gerakan
semacam ini. Mereka akan dengan suka rela membantu tetangga dan masyarakat yang
berlainan agama bila tetangganya itu membutuhkan. Misalnya membangun masjid
atau gereja. Sebagai sebuah gerakan, maka Pendidikan Multikultural perlu
dimasyarakatkan dalam karya nyata di samping lokakarya. Dan tidak kalah
pentingnya adalah adanya program pendidikan yang ditayangkan berbagai siaran
televisi, radio atau pun internet. Perlu dihimbau, kalau tidak mungkin diharuskan,
untuk menayangkan program yang bernuansa budaya dalam siaran mereka.
7
Diharapkan hal ini bisa lebih ditingkatkan lagi untuk mengurangi acara-acara yang
justru menimbulkan hasutan dan pertikaian.
f. Proses, yang mana tujuan Pendidikan Multikultural yang berasal keadilan sosial,
persamaan, demokrasi, toleransi dan penghormatan hak asasi manusia tidak mudah
tercapai. Perlu proses panjang dan berkelanjutan. Perlu ada pembudayaan di segenap
sektor kehidupan. 7
BAB III
7
Prastyawati, L., & Hanum, F. 2015. Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Multikultural
Berbasis Proyek di SMA. Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS, 2(1), 21-29.
8
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa pembahasan yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pendidikan multikultural adalahPendidikan multikultural adalah proses pengembangan
seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai
konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku, dan aliran (agama).
2. Problematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut juga sebagai hal yang masih
belum terpecahkan dalam kata lain permaslahan. Dalam kamus dakwah, problem adalah
tanda kehidupan.Karakteristik Problematika Pendidikan di Indonesia adalah:
a) Prasangka
b) Stereotipe
c) Etnosentrisme
d) Rasisme
e) Diskriminasi
f) Kambing Hitam (Scape Goating)
3. Beberapa bentul pengembangan Pendidikan Multikultural di Indonesia seperti
penambahan materi multikultural, berbentuk bidang studi atau mata pelajaran yang
berdiri sendiri, berbentuk program dan praktek terencana dari lembaga pendidikan, pada
wilayah kerja sekolah, gerakan persamaan dan proses.
DAFTAR PUSTAKA
9
Agus, A.A.( 2016). “Integrasi Nasional Sebagai Salah Satu Parameter Persatuan dan
Kesatuan Bangsa Negara Republik Indonesia. Jurnal Sosialisasi: Jrnal Hasi
Pemikiran, penelitian dan Pengembangan Keilmuan Sosiologi Pendidikan”, 19-
26.
10