Anda di halaman 1dari 5

SOAL UTS SEMESTER GANJILTAHUN AKADEMIK 2022/2023

Nama : Mancella Leolita Jah'roi


NPM : 2013052030
Prodi : Bimbingan dan Konseling B
Mata Kuliah : UTS BK Multikultural
Dosen Pengampu : Drs. Yusmansyah,M.Si./Yohana Oktanana,M.Pd.

1.Pelaksanaan bimbingan dan konseing multikultural terdiri dari beragam suku,


ras, golongan dan agama, tidak jarang terjadi perbedaan menimbulkan konflik
dan perpecahan.
a. Jelaskan yang dimaksud sensitif budaya dan dampaknya.
b. mengapa bahasa dan stereotif dapat menjadi kendala pelaksanaan BK
mutikultur?
Jawaban
a) Sensifif budaya, merupakan suatu kondisi yang plural yang ada dimasyarakat yang
berbeda-beda, berasal dan beraneka ragam suku, agama, budaya, etnis dan lainya
yang membaur menjadi satu dalam lnteraksi sasial. Dengan kondisi yang beragam
tersebut, bukan tidak mungkin akan teradi konflk dan permasalahan antar kelompok.
Permasalahan tersebut timbul karena eksistensi antar kelompok yang tínggi dan
terkadang juga menimbulkan rasa ketersinggungan antar kelompok satu dengan
kelompok lainya.
Dampak yang dapat. ditimbulkan akibat sensitif budaya ini Juga tidaklah sedikit,
dampak yang paling mungkin terjadi adalah munculnya persaingan seperti egoisme
kelompok golongan, fanatisme dan sebagainya. Munculnya etnosentrisme tersebut
berpotensi menimbulkan Perpecahan yang mengarah ke konflik dan kekerasan besar.

b)·Permasalahan bahasa, dalam pelaksanaan Konseling hal utama yang diperlukan


adalah komunikasi antara konselor dan konseli, komunikasi juga dapat dilakukan
dengan bahasa Verbal maupun non-Verbal, dan terkadang dalam pelaksanaan BK
multikultural ini, salah satu kendala yang sering dialami adalah terkait bahasa,
karena keberadaan bahasa dalam dunia konseling menjadi indikator penentu dalam
proses kegiatan konseling berjalan efektif/lancan. Namum, bahasa Juga dapat
menghambat dan menggagalkan kegiatan konseling, artinya ketika konselor
menggunakan bahasa yang mencerminkan kesantunan, kemuliaan, keluhuran,
keindahan dan persahabatan dalam proses konseling, maka akan mempermudah dan
mempercepat suksenya kegiatan konseling, tetapi jika konselor menggunakan bahasa
yang mengintimidasi, menuduh, menghardik, penghinaan, kasar/kata kotor dan tidar
bersahabat maka akan menghambat proses layanan berjalan efektif.
Stereotif timbul karena adanya kecenderungan untuk menggeneralisasikan secara
berlebihan tanpa diferensiasi sehingga menimbulkan bias dan sikap negatlf yang
dialamatkan kepada suatu kelompok sosial. Stereotif mendorong juga individu untuk
perduli pada diri sendiri, mudah menerima Infomasi yang tidak benar, senrta menutup
diri dari kebenaran dan lnteraksi ditengah keberagaman. Maka dari pernyataan
tersebut sangat jelas mengapa stereotif menghambat proses BK multikultural, sebab
dalam preses layanan BK ditegaskan mengenai asas keterbukaan, kesediaan serta
toleransi. Ketika stereotif ada dalam layanan BK maka akan timbul pemikiran
justifikasi antar kelompok, yang dimana membuat proses layanan tidak akan berjalan
dengan efekfif.

2. Jelaskan dimensi budaya dalam bimbingan dan konseling mulfikutural!


Jawaban :
Jika dilihat dan dimensi kebudayaan dan dimensi bimbingan dan konseling, maka
seluruh dimensi budaya (nilar budaya, system sosial, kebudayaan fisik), mewarnai
seluruh system bimbingan dan konseling. Tidak ada bagian terkecil dalam BK yang
tidak diwarnai oleh budaya. Berikut bagaimana dijelaskan System budaya mewamai
sistem budaya mewamai seluruh system BK :
 Budaya akan memberikan warna dan arah bagi subsistem konsep dasar BK, yang
mencakup landasan frlosofik, tujuan konseling, prinsip dan asas BK, serta kode
etik BK.
 Budaya memberikan wama terhadap subsistem pembimbingan baik yang
berkaitan dengan kualifikasi pendidikan dan latihan, penempatan bimbingan.
 Budaya akan memberikan wama bagi subsistem subyek yang dibimbing.
 Budaya juga menentukan dan mewarnai metode memahami Individu dan
metode/teknik bimbingan dan konseling.
 Budaya akan memberikan arah bagi program-program BK.
3. Konselor multikultural harus bisa mengeksplorasi konseli dalam mengatasi
masalah yang dialami konseli.
a.Jelaskan keterampilan konseling yang harus dimiliki oleh konselor
multikultural.
b.Jelaskan aspek kultural dasar yang berkaitan dengan memahami diri konseli.
Jawaban :
a). Menurut Ratt et al (2015.:5-6) bahwa kompetensi konseling yang harus dimlliki
oleh konselar multikutural yaitu konselor yang memiliki Self-awareness yang memuat
attitudes and belive (sikap dan keyakinan), knowledge(pengetahuan),
Skills(keterampilan) ,dan action (aksi).
b) Memahami diri memjadi seseorang sangat bervariasi dari satu budaya dengan
budaya yang lain berbeda. Selain itu, dalam konsep diri terdapat pendekatan
Individualis dan pendekatan kolektif. Pendekatan individualis yang mendominasi
budaya Barat dan juga pondekatan kolektif merupakan bagian dani Budaya
tradisional. Orang dengan pendecatan kolektif senang menganggap dirinya sebagai
anggota keluarga, suku atau kelompok sosial dan membuat keputusan berdasarkan
kebutuhan nilai dan prioritas jaringan sasial. Budaya Individualis menekankan pada
perasaan bersalah, merujuk pada pengalaman batin,dan penyalahan diri.

4.Jelaskan beberapa cara untuk membangun hubungan pertolongan ntara


Konselor dan konseli berikut ini: Rapport, structuring, Resistance, Transference,
Counter Transference, Language.
Jawaban :
a) Rapport (Saling percaya dan yakin) :
 pribadi konselor harus empati, merasakan apa yang dirasakan konselinya. dia
juga harus terbuka, menerima tanpa syarat, dan mempunyai rasa homat dan
menghargai.
 konselor harus mampu membaca perilaku non verbal konseli. Teurutama yang
berhubungan dengan bahasa lisannya
 Ada rasa kebersamaan, intim, akrab, dan minat membantu tanpa pamrih, artinya
ada keiklasan, kerelaan, dan kejujuran pada diri konselor.
b) Sfructuring (arahan tersusun) :
 Konseli mendapatkan kerangka kerja konseling-sehingga konseli mendapatkan
gambaran yang jelas tentang arah konseling dan bagaimana konseli lkut terlibat
didalamnya.
 Membantu memperjelas hubungan antara konselor dan konseli memberikan arah,
melindungi hak masing-masing, peran, dan menjamin kenselingnya sukses.

c) Resistance (Penolakan) :
 Apabila konseli mengalami resistance upaya konselor untuk mengatasinya seperti
mengalihkan topik, memberi motivasi atau menurunkan dan menaikkan level
diskusi tergantung tingkat kemampuan konseli. Namun apabila konseli terus
resistance maka sebaiknya konseli itu reveral secara baik dengan istilah okun
(dalam Luffi,dkk.,2008) adalah subbatical leavefrome helping (dialihkan pada
konselor yang cocok).

d) Transference (pemindahan) :
 Penyelesalan pemindahan peraraan dapat dicapal apabila konselor menjaga sikap
menerima dan memahami, dan juga menerapkan teknik-teknik refleks,bertanya
dan interpretif (Rao,243,2002)

e) Counten Transference (perpindahan balik) :


 Untuk menghindari dan meminimalisir hal tersebut konselor sendri yang
seharusnya menyadari bahwa respon-responya terhadap konseli tidak sesuai
dengan perannya sebagar konselor. Artinya Konselor harus menyadari bahwa
dirinya masih dilingkupi oleh unfinished bussiness. Meskipun untuk
menghilangkannya perlu dibantu oleh terapis, dan juga penting bagi seorang
konselor itu memiliki kepribadian dewasa dan memiliki taraf kesehatan mental
yang mumpuni (Ellis, 2001).

f) Language (Bahasa) :
 Dalam rangka untuk komunikasi yang efektif, seorang konselor harus mampu
memahami bahasa verbal dan non-verbal konselinya.Teutama dalam pemahaman
bahara non-verbal karena dalam menjalin hublngan konselor Juga harus
memperhatikan bahasa non-verbal konseli agar konselor tahu, proses konseling
berjalan lancar atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai