oknum guru dan teman kelasnya. Berdasarkan laporan dari Federasi Serikat
Guru Indonesia (FSGI), korban berinisial K tersebut telah di-bully sejak kelas
10.
Bullying menyebabkan korban kerap kambuh penyakit autoimunnya yang
diderita sejak tahun 2017. Bentuk bullying yang diterima korban berupa
kekerasan verbal, sehingga membuat siswa tersebut takut ke sekolah.
Pelaku
4 oknum guru dan 9 pelajar
Bully
Pelajar yang melakukan perundungan diduga 9 orang. Mereka tidak merundung secara fisik.
Namun mereka sering mengata-ngatai korban dengan kata-kata kurang pantas.
Sedangkan 4 oknum guru, memfitnah korban. Mereka mengatakan, korban mendapatkan juara di kelas
bukan karena kepintarannya.
Selain itu ada beberapa guru yang bilang anak saya sakit mental atau psikisnya.
Penyelesaian
Akibat perundungan ini, orangtua korban mendatangi sekolah untuk meminta pertanggungjawaban pihak
sekolah atas apa yang terjadi pada anaknya.
Orangtua korban juga meminta sekolah meminta maaf serta menindak para pelaku perundungan selama 2
tahun terakhir.
Kepala SMA Negeri 9 Kota Bengkulu, Basuki Dwiyanto mengakui bahwa benar ada peristiwa perundungan
salah satu muridnya.
Pihak sekolah tidak memberi sanksi terhadap 4 orang oknum guru dan 9 pelajar tersebut. Usai
kedatangan orangtua korban, sekolah hanya memfasilitasi orangtua korban bertemu dengan oknum guru
dan pelajar yang diduga melakukan perundungan.
Atas kejadian tersebut, pihak FSGI berpendapat bahwa tidak adanya sanksi kepada pelaku
bisa menyebabkan bullying kembali terjadi. Selain itu, dikhawatirkan korban merasa tidak
aman karena para guru tersebut merupakan pengajar di kelasnya.
FSGI menyampaikan bahwa penanganan kasus harus sesuai dengan Permendikbud No. 82
Tahun 2015. Kasus tersebut pun merupakan bentuk pelanggaran pasal 54 UU No. 35 Tahun
2014 tentang Perlindungan Anak.
Oleh karena itu, FSGI mendesak Disdik Provinsi Bengkulu untuk melakukan pemeriksaan
terhadap para guru terduga pelaku dan kepala sekolah sesuai dengan PP No. 94/2021
tentang Disiplin PNS. Selain itu, Disdik perlu mendengarkan bukti yang dimiliki oleh korban.
Terkait proses pengajaran, FSGI berpendapat bahwa oknum guru perlu dimutasi 5-10 tahun
untuk penyegaran sekolah. Jika perlu korban pun bisa pindah sekolah dengan difasilitasi
oleh Disdik Provinsi Bengkulu.
Adapun untuk pemulihan psikologis korban, FSGI mendorong Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi Bengkulu untuk mendampingi korban,
terlebih mengingat korban memiliki masalah penyakit autoimun.
Untuk penuntasan kasus bullying ini, FSGI mendorong Inspektorat Jenderal
Kemendikbudristek untuk turun ke lapangan dan melakukan pembenahan dalam lingkungan
SMAN 9 Kota Bengkulu untuk mencegah kasus serupa terjadi. Salah satu upaya yang bisa
dilakukan Kemendikbud adalah membentuk Satgas anti kekerasan dan membuka kanal
pengaduan secara daring.
Hak atas keamanan dan perlindungan Hak atas nama baik dan integritas
Korban mengalami bullying yang mengakibatkan Korban dituduh melakukan suap tanpa bukti yang
ketakutan dan bahkan dampak kesehatan. Haknya atas cukup. Tuduhan semacam ini dapat merusak nama baik
keamanan dan perlindungan dilanggar. dan integritasnya.