Anda di halaman 1dari 8

PERUNDUNGAN SISWA SD

DISUSUN OLEH :

PIPIT FARA AIZALWA 230151601120

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

E-mail : pifazalwa@gmail.com
ABSTRAK

Kasus bullying tidak ada habisnya sampai sekarang. Bahkan bullying atau
perundungan terjadi di tempat untuk menimba ilmu. Bullying bisa melukai secara
fisik atau emosional. Contohnya pada tahun 2023 ini terjadi kasus perundungan di
salah satu Sekolah Dasar Kecamatan Bringin Kapubaten Semarang yang seharusnya
lingkungan sekolah dijadikan tempat untuk menempuh Pendidikan dan notabenya
lingkungan yang aman bagi peserta didik. Dalam penelitian ini, digunakan metode
penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data. Dengan menggunakan
metode penelitian kualitatif, peneliti dapat mendalami pemahaman tentang kasus
perundungan di sekolah dasar, seperti sebuah pengalaman dan persepsi dari pihak
sekolah maupun korban. Validasi melalui proses penelitian juga dapat memberikan
data statistik yang mendukung klaim dalam artikel dan mendapatkan pemahaman
yang komprehensif tentang perundungan di sekolah dasar. hasil penelitian
menunjukan bahwa peran orang tua dalam mendidik anak itu penting sebagai
pencegahan terjadinya perundungan di tingkat anak SD. Perlunya edukasi dari guru
dan sosialisasi dari pihak kepolisian tentang bahayanya bullying.upaya pencegahan
dan penanganan perundungan di sekolah dasar perlu terus ditingkatkan. Langkah-
langkah konkret seperti pendekatan kepada siswa yang terlibat, orang tua harus
mendidik anak-anaknya mengenai perundungan bahwa perundungan adalah
tindakan yang berdampak negative, memberikan sosialisasi dari pihak kepolisia,
pihak sekolah, serta pendekatan kualitatif melalui wawancara dapat memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang kasus perundungan dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya.

Kata kunci : bullying, kekerasan anak, edukasi keluarga

ABSTRACT

Cases of bullying never end until now. Even bullying or harassment occurs in places
to gain knowledge. Bullying can hurt physically or emotionally. For example, in 2023
there was a case of bullying at one of the elementary schools in Bringin Kapubaten
District, Semarang, where the school environment should be used as a place to
pursue education and in fact it is a safe environment for students. In this research,
qualitative research methods were used with data collection techniques. By using
qualitative research methods, researchers can deepen their understanding of
bullying cases in elementary schools, such as the experiences and perceptions of the
school and the victims. Validation through the research process can also provide
statistical data that supports the claims in the article and gain a comprehensive
understanding of bullying in elementary schools. The research results show that the
role of parents in educating children is important to prevent bullying at the
elementary school level. There is a need for education from teachers and outreach
from the police about the dangers of bullying. Efforts to prevent and handle bullying
in elementary schools need to continue to be improved. Concrete steps such as
approaching the students involved, parents must educate their children about
bullying that bullying is an action that has a negative impact, providing outreach
from the police, the school, and a qualitative approach through interviews can
provide a deeper understanding of the case. bullying and the factors that influence
it.

Keywords : bullying, child violence, family education


PENDAHULUAN

Kasus bullying tidak ada habisnya sampai sekarang. Bahkan bullying atau
perundungan terjadi di tempat untuk menimba ilmu. Menurut Rigby Ken (2003:3)
menjelaskan bahwa perilaku bullying dapat terjadi secara individu atau dalam
kelompok, yang dilakukan oleh satu anak atau kelompok secara konsisten. Tindakan
ini melibatkan penghinaan terhadap anak yang lebih lemah dari pelaku. Bullying
bisa melukai secara fisik atau emosional, termasuk kata-kata kasar dan tindakan
lainnya. Contohnya pada tahun 2023 ini terjadi kasus perundungan di salah satu
Sekolah Dasar Kecamatan Bringin Kapubaten Semarang yang seharusnya
lingkungan sekolah dijadikan tempat untuk menempuh Pendidikan dan notabenya
lingkungan yang aman bagi peserta didik.

Perundungan yang terjadi di SD tersebut berupa pengkroyokan 5 siswa kelas


lima kepada satu siswa dari kelas lima. Dari perundungan tersebut berdampak pada
kesehatan mental korban yang mengakibatkan korban tidak masuk sekolah selama
beberapa hari. Tidak hanya itu, korban juga ingin mengakhiri hidupnya dengan
menyiapkan tali yang sudah digantungkan. Tapi aksi tersebut diketahui oleh orang
tua korban. Awalnya korban tidak mengaku, namun setelah diselidiki oleh orang
tua korban ternyata korban dirundung di sekolah.

Pihak sekolah yang mengetahui adanya kasus perundungan tersebut,


melakukan tindakan dengan memanggil orang tua dari 5 tersangka dan orang tua
dari korban. Sempat terjadi perdebatan sengit bahkan orang tua dari kedua pihak
hampir adu jotos karena orang tua tersangka tidak terima dan menyangkal hal
tersebut kalau anaknya menjadi tersangka dalam kasus perundungan ini. Tetapi,
setelah pihak sekolah memanggil kelima anak tersebut, dan kelima anak tersebut
mengakui perbuatanya, maka ortu tersangka segera meminta maaf dan berjanji akan
mendidik dan menasehati anak-anak mereka.

Setelah kejadian itu, pihak sekolah sebenarnya memberikan sanksi kepada


pelaku akan di kelurkan dari sekolah, namun karna si pelaku tersebut berasal dari
keluarga kurang mampu maka diberikan kesempatan. Sehingga pihak sekolah tidak
jadi mengeluarkan pelaku dari sekolah. Pihak sekolah juga melakukan pencegahan
perundungan atau bullying dengan mengadakan sosialisasi dari pihak kepolisian
serta edukasi dari para guru.

Dari kejadian tersebut kita harus mencegah bullying yang ada disekolah
dengan memberikan edukasi dan menekankan perilaku yang baik yang dapat
mencapaikan sebuah prestasi disekolah. Harapan saya kedepanya dengan adanya
kasus perundungan ini, saya berharap orang tua setiap anak dapat mendidik
anaknya agar anak-anak tidak mengulangi kejadian yang sama seperti sebelumnya.
METODE

Objek berada disalah satu sekolah dasar di Kabupaten Semarang yakni SD


Negeri Rembes 2 dimana Semarang tersebut termasuk salah satu kabupaten di Jawa
Tengah, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas 1.019 km² dan berpenduduk
sebanyak 1.068 juta (BPS, 2022). Jumlah sekolah dasar yang ada di Kabupaten
Semarang adalah sebanyak 501 sekolah dasar.

Dalam penelitian ini, digunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik


pengumpulan data melalui wawancara via Whatsapp. Dengan menggunakan
metode penelitian kualitatif, peneliti dapat mendalami pemahaman tentang kasus
perundungan di sekolah dasar, seperti sebuah pengalaman dan persepsi dari pihak
sekolah maupun korban. Validasi melalui proses penelitian juga dapat memberikan
data statistik yang mendukung klaim dalam artikel dan mendapatkan pemahaman
yang komprehensif tentang perundungan di sekolah dasar.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan wawancara tentang perundungan yang terjadi di Sekolah Dasar


untuk memperoleh data dilakukan pada tanggal 16 november 2023 melalui telepon
Whatsapp. Narasumber yang diwawancarai adalah Bapak Kepala sekolah SD Negeri
Rembes 2. Dalam hal ini saya memberikan beberapa pertanyaan kepada beliau, dan
beliau menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan yang saya tanyakan, ialah apakah
terjadi perundungan di sekolah ini ? seperti apa perundungan yang terjadi di
sekolah ini? bagaimana kejadian perundungan tersebut? Bagaimana pihak sekolah
menangani kasus perundungan tersebut ? apakah pelaku mendapatkan sanksi ?
bagaimana pihak sekolah mencegah terjadinya perundungan yang sama seperti
sebelum-sebelumnya ?

Setelah mendengar jawaban dari narasumber dapat diketahui bahwa hasil


penelitian menunjukan bahwa peran orang tua dalam mendidik anak itu penting
sebagai pencegahan terjadinya perundungan di tingkat anak SD. Perlunya edukasi
dari guru dan sosialisasi dari pihak kepolisian tentang bahayanya bullying.
Kemudian, hasil jawaban dari narasumber di analisis dan dirangkai menjadi sebuah
artikel yang berjudul “perundungan Siswa SD”.
KESIMPULAN

Perundungan di sekolah dasar merupakan masalah serius yang memerlukan


perhatian serius dari semua pihak. Berbagai penelitian menyoroti bahwa
perundungan dapat terjadi di lingkungan sekolah dasar dan memiliki dampak
negatif yang signifikan, seperti menurunnya kepercayaan diri, kesulitan
berkonsentrasi dalam belajar, kesulitan bergaul, dan masalah psikologis lainnya.
Dengan demikian, upaya pencegahan dan penanganan perundungan di sekolah
dasar perlu terus ditingkatkan. Langkah-langkah konkret seperti pendekatan
kepada siswa yang terlibat, orang tua harus mendidik anak-anaknya mengenai
perundungan bahwa perundungan adalah tindakan yang berdampak negative,
memberikan sosialisasi dari pihak kepolisia, pihak sekolah, serta pendekatan
kualitatif melalui wawancara dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam
tentang kasus perundungan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
DAFTAR RUJUKAN

M. Hidayat, Auliya, Firman syah, & Andi Risfan Rizaldi (November, 2022). Edukasi
Pencegahan Perundungan Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 45 Biringbalang
Kabupaten Takalar. 293-Article%20Text-784-1-10-20221207.pdf

Anda mungkin juga menyukai