"Faktor keteladanan yang kurang, serta internalisasi semangat tanggung jawab dan
kewajiban anak belum optimal," ujarnya di kantor KPAI. KPAI menilai ada pilar
penyelenggara perlindungan anak yang belum berfungsi secara benar, yakni pilar
masyarakat dan pemerintah. Maraknya tayangan yang mengeksploitasi kekerasan
melahirkan sifat permisif terhadap kekerasan pada diri anak, dan meneladankan
penyelesaian masalah dengan cara kekerasan (REPUBLIKA.CO.ID, 2012)
Rapat itu dilakukan karena salah satu masalah anak yang membutuhkan penanganan serius
adalah bulliying di sekolah serta korban narkotika. “Pada saat angka kekerasan terhadap
anak di 2015 secara kumulatif turun, tetapi kasus anak menjadi pelaku bulliying di
sekolah justru meningkat,” jelas Niam. KPAI secara khusus meminta presiden
mencanangkan Gerakan Nasional Perlindungan Anak yang bersifat massal guna
mengarusutamakan prinsip perlindungan anak di setiap kebijakan, baik pusat maupun
daerah.
“Menyelamatkan jiwa dan melindungi anak dari kekerasan merupakan hal yang tak
boleh ditunda,” demikian pesan Presiden kepada KPAI seperti ditirukan Niam.
Menurut psikolog Andrew Mellor terdapat beberapa jenis bullying, yakni: (1) bullying
fisik, yaitu jenis bullying yang melibatkan kontak fisik antara pelaku dan korban. (2)
bullying verbal melibatkan bahasa verbal yang bertujuan menyakiti hati seseorang. (3)
bullying relasi sosial adalah jenis bullying bertujuan menolak dan memutus relasi sosial
korban dengan orang lain. Merujuk pada penjelasan Andrew Mellor, kasus kekerasan
lingkungan pendidikan sebagaimana yang makin banyak terjadi saat ini merupakan bentuk
bullying fisik, dan ini termasuk persoalan serius dan membahayakan, tidak hanya
terhadap korban- tetapi juga pelaku dan saksi. Hal itu harus segera dihentikan dan
dicarikan solusi yang tepat, cepat dan komprehensif oleh semua pihak.
Setelah mencuatnya banyak kasus bullying di dunia pendidikan tersebut, lalu what
next? Padahal aktifitas bullying bukanlah muncul secara tiba-tiba, melainkan ada proses
panjang yang melatarbelakanginya- sehingga perlu penanganan yang komprehensif-
tentunya dengan pendekatan holistik. Terhadap kasus ini, sebaiknya kita lebih memilih
untuk mengedepankan aspek preventif, yakni melalui media ‘Pendidikan Karakter’.
Selama beberapa tahun terakhir, pendidikan karakter memang sempat menjadi isu utama
dalam dunia pendidikan kita dan sudah ditekankan dalam kurikulum 2013. Namun harus
diakui, implementasinya di lapangan masih cukup lemah. Internalisasi nilai-nilai karakter
yang semestinya dimiliki oleh anak-anak bangsa- masih bersifat parsial. Karena itu- dengan
makin masifnya kejadian ini, mau tidak mau pemerintah dan masyarakat harus lebih serius
lagi menata sistem pendidikan karakter di lingkungan pendidikan, agar kita dapat
melakukan deteksi dini dan pencegahan terhadap kasus tersebut di kemudian hari
Salah satu butir tuntutan anak Indonesia ke pemerintah di Kongres Anak Indonesia
2016 di Mataram adalah; Jadikan sekolah dan kurikulum kami ramah anak sampai ke
daerah pelosok.
“Pemenuhan Hak Pendidikan Anak adalah; usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik pada usia anak
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Sebagaimana amanat dalam pasal 4 UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
tersebut, telah Mewajibkan Institusi Sekolah Harus Menerapakan dan Mengembangkan
Sekolah Ramah Anak. yakni; sekolah yang terbuka melibatkan anak untuk berpartisipasi
dalam segala kegiatan, kehidupan sosial, serta mendorong tumbuh kembang dan
kesejahteraan anak.
Sekolah Ramah Anak adalah; sekolah/madrasah yang aman, bersih, sehat, hijau, inklusif
dan nyaman bagi perkembangan fisik, kognisi dan psikososial anak perempuan dan anak laki-
laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan
khusus.
Berdasarkan pemaparan diatas maka, perlu dilakukan segera langkah-langkah kongrit dan
bersifat masif serta terintegrasi dengan beragam stakeholder pendidikan dan komponen
bangsa lainya. Salah satu kegitan yang kami anggap strategis adalah dengan
menyelanggarakan Seminar Perlindungan Anak untuk membangun Gerakan Anti
Bulliying dalam rangka upaya membangun Sekolah Ramah Anak.
Tujuan :
1. Mengetahui aktifitas Bulliying dan cirinya di sekitar kita dan lingkungan sekolah.
Peserta Seminar
Peserta seminar perlindungan anak ini adalah; 400 orang kepala sekolah SD, SMP dan SMA
se-Kota Bogor, 10 orang undangan khusus dari kelembagaan serta ormas/lsm
(stakeholder perlindugan anak) dan 10 orang dari tim panitia.
Tema Seminar :
“GERAKAN ANTI BULLIYING SEBAGAI UPAYA MENUJU PERWUJUDAN
SEKOLAH RAMAH ANAK”
Materi & Narasumber Seminar
1. Dukungan dan Kebijakan Dinas Pendidikan Kota Bogor Terhadap Gerakan Anti
Bulliying sebagai upaya memujudkan Akhlakul Karimah di lingkungan pendidikan
melalui penerapan Pendidikan Karakter dan Sekolah Ramah Anak.
H. Fakhrudin (Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor)
2. Sosialisasi Gerakan Anti Bulliying sebagai upaya memujudkan Perlindungan Anak
dilingkungan pendidikan melalui penerapan Sekolah Ramah Anak
Dudih Syiarudin (Ketua Komisioner Komisi Perlindingan Anak (KPAI) Kota Bogor)
3. Siklus Tumbuh Kembang Anak dan Penerapan Pendidikan Akhlakul Karimah
Menuju Generasi yang Berbudi Luhur.
Fauziah Fauzan el Muhammady (Konsultan Pendidikan Diniyah Centre dan
Pimpinan Ponpes Modern Diniyah Putri Padang Panjang - Sumbar).
4. Penguatan Pendidikan Karakter melalui Gerakan Menulis Quran bagi Pelajar dan
Insan Pendidikan
Iyus Khaerunnas (Direktur Eksekutif Bidik Global Foundation)
Panitia Seminar
Kegiatan seminar perlindungan anak ini merupakan hasil kolaborasi antara Komisi
Perlindingan Anak (KPAI) Daerah Kota Bogor, Dinas Pendidikan Kota Bogor, Bidik Global
Foundation dan Sekolah Borces. Sehingga kepanitiaanya pun dibuat sebagai panitia
bersama dengan susunan sebagai berikut;
Penanggungjawab :
1. Dudih Syiaruddin (Ketua Komisioner Komisi Perlindingan Anak Kota Bogor)
2. H. Fakhrudin (Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor)
3. Iyus Khaerunnas (Direktur Eksekutif Bidik Global Foundation)
Sumberdana Seminar
Sumber dana Seminar berasal dari donasi tak terikat dan dana taktis lembaga yang terlibat
dalam kolaborasi kegiatan ini. (Rincian Terlampir).
Roundown Acara
(Terlampir)
Rundown Acara Seminar
Waktu Agenda PJ Acara Keterangan
08.30 – 08.50 Perform Duta Dongeng KPAID Kota Bogor Kak Mal
“Stop Bulliying menuju sekolah layak anak”
08.50 - 09.15 Dukungan dan Kebijakan Dinas Pendidikan Kota Kadis Diknas FM
Bogor Terhadap Gerakan Anti Bulliying upaya Kota Bogor
memujudkan Akhlakul Karimah di lingkungan
pendidikan melalui penerapan Pendidikan
Karakter dan Sekolah Ramah Anak.
09.35 – 10.00 Siklus Tumbuh Kembang Anak dan Penerapan Konsultan FFEM
Pendidikan Akhlakul Karimah Menuju Generasi Pendidikan
yang Berbudi Luhur.