Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN PENDIDIKAN

Artikel
“KASUS ASUSILA TAMPAR KERAS DUNIA PENDIDIKAN
INDONESIA”

Oleh :
AISYAH LUTHFI WARDANI (1813021010)

Dosen Pengampu:
I Gede Aris Gunadi, S.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2019
KASUS ASUSILA TAMPAR KERAS DUNIA PENDIDIKAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN

Mencerdaskan bangsa merupakan salah satu cita-cita bangsa


Indonesia saat kemerdekaan. Hal tersebut tertuang dalam Pembukaan UUD
1945 alinea-4 yang berbunyi “Kemudian dari pada itu untuk membentuk
suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk kesejahateraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia..............”. Maka, sudah selayaknya pendidikan menjadi hal yang
penting dan diperhatikan baik itu oleh pemerintah ataupun masyarakat
Indonesia. Dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berakar pada kebudayaan
bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945; berfungsi
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional
(Surajiyo, 2000). Salah satu bentuk dari pendidikan yang umum kita kenal
adalah pendidikan di sekolah-sekolah. Tidak hanya pendidikan dalam
bidang akademik, melainkan pendidikan karakter juga diterima siswa di
bangku sekolah. Anak akan belajar bagaimana harus bersikap dalam
keluarga dan masyarakat disekitarnya. Secara singkatnya, sekolah menjadi
tempat untuk membentuk anak menjadi insan yang cerdas berkarakter. Lalu,
bagaimana jika sekolah atau pendidikan ternyata diracuni oleh tindakan
asusila? Masihkah pendidikan di Indonesia dapat membangun bangsa
Indonesia untuk mewujudkan tujuan nasional?
Asusila berasal dari kata susila atau kesusilaan. Menurut Fudyartanta
(dalam Surajiyo, 2000) kesusilaan berarti keseluruhan nilai atau norma yang
mengatur atau merupakan pedoman tingkah laku manusia didalam
masyarakat untuk menyelenggarakan tujuan hidupnya. Maka, asusila (tidak
susila) memiliki pengertian yang berlawanan dari kata susila, dimana kata
asusila memili arti tindakan yang tidak sesuai dengan nilai ataupun norma
yang mengatur pedoman tingkah laku manusia didalam masyarakat. Bangsa
Indonesia sangat kental dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Sehingga, tindakan asusila akan sangat bertolak belakang dengan
kepribadian masyarakat Indonesia. Itulah mengapa tindakan asusila menjadi
permasalahan serius ditambah lagi hal ini terjadi dalam dunia pendidikan
Indonesia. Pendidikan lewat sekolah-sekolah seharusnya memberikan
pengaruh positif kepada siswa-siswanya bukan malah menjadi tempat yang
tidak aman dan nyaman dengan adanya kejadian-kejadian asusila tersebut.
Hal ini tentu saja akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi siswa dan rasa
khawatir orang tua untuk meninggalkan anak-anaknya di sekolah. Sekolah
yang seharusnya menjadi tempat anaknya belajar menjadi orang yang lebih
baik lagi, malah menjadi tempat praktik tindakan asusila.
Media cetak dan online telah banyak memberitakan kasus terkait
kekerasan seksual disekolah sebagai salah satu tindakan asusila. Dikutip
dari TEMPO.CO (09/12/2019) KPAI menyatakan sebanyak 17 kasus
kekerasan seksual disekolah terjadi terhitung dari Januari-Oktober 2019,
sebanyak 89 anak menjadi korban. Dari 17 kasus sebanyak 11 kasus atau
64,70 persen terjadi di jenjang SD, empat kasus atau 23,53 persen jenjang
SMP/sederajat, dan dua kasus atau 11,77 persen jenjang SMA.
Berdasarkan hal tersebut diatas permasalahan kekerasan seksual di skeolah
bukanlah masalah sepele yang bisa diabaikan. Mirisnya lagi pelaku adalah
88% guru dan 22% kepala sekolah. Kasus kekerasan seksual sebagai salah
satu tindakan asusila telah menjadi tamparan keras bagi wajah pendidikan
Indonesia. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Apa yang salah dengan
pendidikan di Indonesia? Jawabannya akan kita dapatkan pada
pembahasan selanjutnya. Tindakan asusila berupa kekerasan di sekolah
tentu saja membuat masyarakat Indonesia resah. Hal ini mengancam
reputasi pendidikan di Indonesia. Masalah tersebut harus dicari akar
penyebabnya, sehingga hal-hal tersebut dapat dicegah dan kasus-kasus
tindakan asusila dapat dihilangkan.

II. KASUS DAN OBJEK

Kasus kekerasan seksual di sekolah telah banyak terjadi di Indonesia.


Beberapa kasus telah kami rangkum sebagai berikut :

1. Pelecehan seksual terhadap 18 siswa oleh guru tidak tetap salah satu
SMA di Malang. Pelaku mengaku telah melakukan perbuatan tidak
terpuji ini selama 2 tahun di ruang BK. (sumber: antvklik.com)

“Belasan Siswa Jadi Korban Pelecehan Seksual Guru di Malang”


antvklik.com - Pernyataan mengejutkan disampaikan pelaku
yang diketahui bernama Choirul Huda, dengan status guru tidak
tetap, warga desa Kedung Pedaringan, Kecamatan Kepanjen yang
melakukan pelecehan seksual, terhadap belasan murid laki-laki di
SMPN 4 Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Huda yang sudah lima tahun menjadi guru BK itu, mengaku
selama ini memang menyukai laki-laki dan perempuan, aksi
menyimpang tersebut sudah dilakukannya sejak usia 20 tahun,
pernyataan tersebut disampaikan saat dihadirkan dalam rilis pada
media di Polres Malang.
Selain telah melakukan pelecehan seksual, pada belasan
siswanya tepatnya ada 18 orang siswa yang menjadi korban,
belakangan pelaku juga diketahui melamar menjadi guru bimbingan
konseling, di sekolah tersebut pada 2015 dan terungkap bahwa Huda
melamar pekerjaan menggunakan ijazah palsu.
Menurut Kapolres Malang, AKBP Yade Setiawan Ujung,
pihaknya setelah dua hari mendapat laporan dari korban, akhirnya
bisa menangkap pelaku pelecehan seksual dari hasil pemeriksaan
modus yang dilakukan pelaku, korban dimintai tolong untuk disertasi
S 3, dengan cara mengumpulkan sperma, bulu kemaluan dan ukuran
kelamin laki-laki.
Akibat perbuatannya pelaku diancam dengan pasal berlapis,
yakni Undang-Undang Perlindungan Anak pasal 82 junto pasal 76
huruf E, Undang-Undang Perlindungan Anak dan juga pelaku
diancam dengan pasal 362 KUHP, tentang pemalsuan identitas
terkait ijazah palsu, yang digunakan pelaku untuk melamar menjadi
guru BK atau guru bimbingan konseling.

2. Pelecehan seksual oleh guru olahraga di Jakarta. (sumber:


cnnindonesia.com)
“Tiga Siswa Jadi Korban Pelecehan Seksual Guru Olahraga”

Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian tengah menyelidiki kasus


pelecehan seksual yang dilakukan oknum guru olahraga berinisial AK
di salah satu SMP Negeri di Pekayon, Jakarta Timur. Tiga siswa
dikabarkan menjadi korban.
Berdasarkan pesan berantai yang beredar di aplikasi WhatsApp
menyebutkan sebanyak 35 siswa menjadi korban pelecehan seksual.
Kapolsek Pasar Rebo Kompol Joko Waluyo membantah kabar
tersebut. Joko mengatakan, penyelidikan juga untuk mengetahui apakah
korban lebih banyak jumlahnya. Sementara, saat ini ketiga korban telah
menjalani visum, meskipun hasilnya belum diketahui. "Korbannya baru
tiga, nanti saya mau lapor Kapolres (Kapolres Jakarta Timur Kombes
Tony) dulu. Korban sudah divisum tapi hasilnya belum diambil," ujarnya
di Mapolsek Pasar Rebo kepada CNNIndonesia.com, Jumat (12/1).
Joko mengatakan, AK telah ditangkap pada Rabu (27/12).
Orang tua korban melayangkan laporan ke pihak kepolisian pada Sabtu
(23/12).
Joko menambahkan, pihaknya telah melakukan pemeriksaan sejumlah
saksi. Setelah itu, polisi melakukan penangkapan terhadap AK. "Dia
ditangkap pada 27 Desember, sedangkan laporan pada 23 Desember
lalu. Jadi empat hari kemudian setelah kami periksa saksi-saksi yang ada
kemudian dilakukan penangkapan," katanya.
Beberapa hari setelah ditangkap, kata Joko, AK sempat dirawat
di rumah sakit di wilayah Jakarta Timur karena sakit ginjal. Namun saat
ini dia kembali ditahan di Polsek Pasar Rebo untuk pengembangan kasus.
Joko mengatakan, pelaku mengiming-imingi korban untuk melakukan
aksinya. Joko membantah jika pelaku melakukan ancaman soal
pembunuhan sebagaimana disebutkan di pesan berantai.
Namun Joko belum dapat menjabarkan secara rinci kronologi
kasus tersebut. Polisi masih menyelidikinya. "Enggak ada ancaman
pembunuhan, dia hanya mengiming-imingi saja, dikasih apalah supaya
mau," ujarnya.
Sementara, pihak sekolah belum mengetahui jumlah korban
pelecehan seksual yang dilakukan AK di sekolah tersebut. Kepala
Sekolah SMP tersebut membenarkan ada laporan yang dibuat orang tua
murid ke Polsek Pasar Rebo, Jakarta Timur. Namun dia hanya
mengetahui ada dua laporan yang dilayangkan pihak orang tua murid
kepada polisi. "Sampai sekarang ini belum ada laporan dari polisi
secara resmi berapa orang dan memang polisi juga tidak mau
menyampaikan itu," ujarnya saat dihubungi CNN Indonesia.com.
Menurutnya, berdasarkan informasi kepolisian, pelaku meraba
tubuh murid laki-laki. Namun dia mengklaim tidak ada tindakan sodomi.
"Dari penyidik sendiri sampai sekarang (sudah) dilakukan visum, belum
ada misalkan sodomi itu enggak ada. Dia hanya meraba-raba ini guru
laki-laki sama anak laki-laki juga. Itu baik pengakuan si pelaku dan
penyidikan itu hanya sampai di situ," tuturnya.
Setelah pembuatan laporan itu, menurutnya, keluarga korban
sudah melakukan mediasi yang berujung pada jalan damai. Namun
justru hal itu ditolak oleh pihak kepolisian dan langsung dilakukan
penangkapan terhadap AK.
Hingga kini, pihak sekolah belum mendapatkan informasi lebih
lanjut soal perkara tersebut. Dia juga belum bertemu dengan orang tua
murid yang melaporkan AK ke pihak kepolisian. Pihak sekolah tidak
menyangka dengan laporan yang dituduhkan kepada guru yang telah
dua tahun mengajar di SMP Negeri tersebut. AK diketahui pernah
menjadi guru di salah satu sekolah dasar.
Menurut kepala sekolah, AK adalah seorang guru yang
mempunyai kemampuan di atas rata-rata hingga menjadi salah satu
anggota paskibraka di Istana. "Kemampuannya di atas rata-rata, dia
bisa jadi instruktur senam, bisa jadi pengarang lagu, bisa melatih drum
band, dan tidak semua guru bisa seperti itu. Orangnya juga ganteng,
tinggi," tuturnya.
Pihak sekolah juga akan melaporkan hal tersebut ke Suku Dinas
Pendidikan Wilayah Jakarta Timur wilayah II untuk tidak
memperpanjang kontrak AK. Selama dua tahun mengajar, AK diketahui
masih menjadi guru honorer UMP Kontrak Kerja Individu. "Kami
mengusulkan untuk tidak memperpanjang kontrak dengan adanya
laporan seperti ini, karena memecat bukan wewenang kami. Dalam hal
ini kami mengusulkan kepada Sudin Pendidikan Jakarta Timur Wilayah
II untuk tidak diperpanjang lagi," ujarnya. (pmg/pmg)

Kedua kasus diatas membuktikan bahwa kasus pelecehan seksual


ataupun kekerasan seksual memang menjadi permasalahan kritis yang ada
di Indonesia. Parahnya hal ini cukup banyak terjadi di sekolah. Seorang guru
yang semestinya menjadi orang yang digugu dan ditiru, justru menjadi salah
satu oknum pelaku tindakan tidak terpuji. Guru semestinya menjadi orang
yang memberi perlindungan kepada siswanya justru menjerumuskan
siswanya kepada hal yang merugikan.

III. PEMBAHASAN

Bukan lagi menjadi rahasia bahwa pendidikan di Indonesia sedang


dirundung berbagai masalah. Salah satunya, adalah kekerasan dan kejahatan
seksual. Tindakan asusila yang mayoritas dilakukan oleh guru terhadap
siswanya ini menjadi permasalahan yang perlu dikaji apa penyebabnya.
Permasalahan ini akan dikaitkan dengan kebijakan penyelenggaraan
pendidikan, standar nasional pendidikan, dan supervisi pendidikan serta
manajemen organisasi pendidikan.
1. Kebijakan penyelenggaraan pendidikan
Menurut Majdid, 2018 kebijakan pendidikan adalah bagian dari
kebijakan pemerintah di bidang pendidikan yang memuat perencanaan
umum, jangka panjang, menengah dan pendek, serta langkah-langkah
strategis yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Berkaca dari kasus diatas salah satu kebijakan pendidikan yang
berhubungan adalah Kebijakan Pembinaan Guru dalam Jabatan.
Kebijakan pembinaan guru dalam jabatan menjadi salah satu kebijakan
pemerintah guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia melalui
keprofesionalitasan guru. Munculnya kasus tindakan asusila berupa
pecelehan seksual ataupun kekerasan seksual, menimbulkan pertanyaan
Apa yang salah dengan guru di Indonesia? Padahal pemerintah telah
mengeluarkan suatu kebijakan untuk membina guru. Menurut Madjid,
2018 dalam bukunya menyatakan bahwa selama menjalankan tugas-
tugas profesional, guru dituntut melakukan profesionalisasi atau proses
penumbuhan dan pengembangan profesinya. Pembinaan dan
pengembangan keprofesian guru meliputi pembinaan kompetensi-
kompetensi pendagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Selain itu, kebijakan yang berhubungan dengan kasus diatas
adalah kebijakan penerapan pendidikan budaya dan karakter di sekolah.
Kebijakan penerapan pendidikan budaya dan karakter di sekolah
merupakan salah stau kebijakan publik dalam pendidikan. Kebijakan ini
ada dengan maksud dan tujuan supaya kebijakan publik yang satu ini
dapat mencapai tujuan yaitu generasi penerus bangsa mendapatkan
pengetahuan mengenai budaya Indonesia yang baik dan juga pendidikan
karakter yang dapat mempengaruhi dan merubah moral anak bangsa
menjadi lebih baik.
Pentingnya pendidikan karakter merupakan salah satu faktor
diterapkannya pendidikan budaya dan karakter sebagai wujud kebijakan
publik di dalam bidang pendidikan. Dengan adanya pendidikan karakter,
diharapkan sekolah dapat membimbing dan membekali anak-anak
dengan moral dan juga budi pekerti yang dapat berguna bagi masa depan
mereka dan masa depan bangsa. Namun, faktanya kasus diatas sangat
bertolak belakang dengan kebijakan ini. Sekolah semestinya sebagai
salah satu tempat anak mendapatkan pendidikan moral justru menjadi
tempat praktik tindakan asusila.

2. Standar Nasional Pendidikan

Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dan acuan


dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam
rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Tujuan Standar
Nasional Pendidikan adalah untuk menjamin mutu pendidikan nasional
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat (Zakaria, 2016). Sudah jelas
disebutkan salah satu Standar Nasional yang berkaitan dengan
permasalahan diatas adalah Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Standar pendidik dan tenaga kependidikan merupakan standar
minimal yang harus dipenuhi oleh setiap Perguruan tinggi dalam
melaksanakan operasional kegiatannya berdasarkan UU sisdiknas
maupun berbagai peraturan pelaksanaanya. Dikutip dari BSNP bahwa
kompetensi yang dimiliki oleh seorang pendidik yaitu : Kompetensi
pendagogik; kompetensi kepribadian; kompetensi profesional; dan
kompetensi sosial.
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki adalah Kompetensi
kepribadian yang didalamnya menyatakan bahwa Guru harus bertindak
sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia. Selain itu kompetensi kepribadian yang juga harus dimiliki
oleh guru yaitu menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak
mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Kasus tindakan
asusila yang dilakukan oleh guru merupakan salah satu bukti dari adanya
kompetensi guru yang tidak sesuai dengan standar yang ada.

3. Supervisi pendidikan

Supervisi pendidikan merupakan suatu kegiatan pengawasan dan


pembinaan yang dilakukan guna mengarah kepada perbaikan situasi
pendidikan yang pada umumnya lebih mengarah pada peningkatan mutu
belajar dan pembelajaran di kelas. Supervisi pendidikan lebih mengarah
kepada kegiatan yang humanity, supervisi pendidikan yang ada disekolah
biasanya dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru-guru. Lalu apa
kaitan kegiatan supervisi dengan kasus tindakan asusila tersebut?.
Terjadinya tindakan-tindakan asusila tidak hanya ada pelaku dan
korban saja. Melainkan sekolah memiliki pengaruh terkait terjadinya
masalah ini. Melihat tujuan awal dari supervisi, semestinya kasus
tersebut tidak seharusnya terjadi. Karena, kepala sekolah sebagai
pimpinan tertinggi disekolah memiliki kewajiban untuk memperhatikan
kinerja dari guru-guru. Supervisi semestinya dilakukan kepala sekolah
secara intens. Sehingga, apabila terdapat kinerja guru yang tidak sesuai
dapat segera ditindak lanjuti.
Sebelum masalah ini terjadi, kepala sekolah dapat melakukan
kegiatan supervisi dengan memanggil dan mewawancarai beberapa
siswa untuk bertanya kesannya selama diajar oleh guru tersebut. Selain
itu, kepala sekolah juga bisa secara tiba-tiba melakukan kunjungan
mendadak, dengan begitu Kepala sekolah akan dapat melihat bagaimana
kemampuan guru tersebut.
Ketrampilan human dalam supervisi merupakan kemampuan
mempengaruhi orang lain agar mau melakukan perubahan untuk perbaikan
atau peningkatan. Untuk itu seorang supervisor harus mampu
berkomunikasi dengan baik, termasuk kemampuan menyampaikan saran
dengan baik, yaitu mudah dipahami. Jadi seorang supervisor harus
menguasai pengetahuan tentang substansi yang dipantau dan dievaluasi,
memiliki keterampilan berhubungan dengan orang lain termasuk
berkomunikasi, dan memiliki keterampilan dalam pengelolaannya
(Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, 2008). Penjelasan tersebut secara tidak
langsung menyatakan pentingnya kegiatan supervisi untuk perbaikan
ataupun peningkatan mutu pendidikan. Sudah menjadi tugas dan tanggung
jawab pimpinan untuk mensupervisi bawahannya dalam hal ini kepala
sekolah terhadap guru. Sehingga tidak akan ada kasus-kasus serupa
terjadi.

4. Manajemen organisasi pendidikan

Manajemen pendidik dan tenaga kependidikan merupakan


kegiatan yang mencakup penetapan norma, standar, prosedur,
pengangkatan, pembinaan, penatalaksanaan, kesejahteraan dan
pemberhentian tenaga kependidikan sekolah agar dapat melaksanakan
tugas dan fungsinya dalam mencapai tujuan sekolah. Manajemen
pendidikan merupakan hal yang penting dalam penyelenggaraan
pendidikan. Karena, salah satu tujuan dari adanya manajemen ini
khususnya manajemen pendidik dan tenaga kependidikan adalah
Memungkinkan organisasi mendapatkan dan mempertahankan tenaga
kerja yang cakap, dapat dipercaya dan memiliki motivasi tinggi sehingga
mendapatkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Kasus tindakan asusila yang terjadi tersebut akibat kurang
maksimalnya manajemen pendidikan. Salah satu kasus diatas
menyebutkan bahwa oknum guru pelaku pelecehan seksual tersebut
melamar sebagai guru dengan ijazah palsu. Hal-hal seperti ini semestinya
tidak terjadi dalam manajemen pendidik. Sekolah hendaklah berhati-hati
dalam memanajemen pendidik ataupun tenaga kependidikan. Ketika,
kualifikasi, syarat dan ketentuan menjadi seorang guru disepelekan,
penyelenggaraan pendidikan pun tidak dapat berjalan dengan baik.
Karena, guru adalah orang yang berinteraksi secara langsung dengan
siswa. Memilih dan menerima guru dengan kualifikasi yang sesuai akan
menjadikan penyelenggaraan pendidikan dapat berjalan dengan baik.

IV. SARAN DAN KESIMPULAN

Saran

Penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan di Indonesia tidaklah


terlepas dari berbagai masalah mulai dari sarana-prasarana hingga kualitas
pendidik. Kasus yang marak terjadi saat ini adalah tindakan asusila yang
mencoreng wajah pendidikan di Indonesia. Karena, hal ini terjadi disekolah
yang merupakan tempat semestinya anak mendapat pendidikan akademik
hingga pendidikan moral. Tidak hanya ada pelaku-korban saja dalam
permasalahan ini, karena masalah ini berada dalam lingkup pendidikan.
Maka, pelakasanaan kebijakan, kesesuaian penyelenggaran pendidikan
dengan standar nasional pendidikan, kegiatan supervisi sebagai bentuk
pengawasan, dan manajemen pendidikan menjadi komponen-komponen
yang harus diperhatikan. Sejatinya apa yang salah? Apa yang tidak sesuai?
Dari pertanyaan ini kami dapat memberikan saran yaitu Seharusnya
penyelenggaraan serta pelaksanaan pendidikan di Indonesia tidaklah hanya
menjadi perhatian salah satu pihak saja. Melainkan seluruh lapisan memiliki
tanggung jawab yang sama. Bagaimana pemerintah sebagai salah satu
penyelenggara pendidikan menyikapi masalah ini, bagaimana kepala
sekolah mencegah terjadinya masalah ini, serta bagaimana guru dapat
menjadikan dirinya sosok yang patut digugu dan ditiru, orang tua berperan
sebagai sosok pemerhati perkembangan anak disekolah, dan anak sebagai
siswa yang memiliki keberanian melaporkan apabila mengalami hal-hal
yang tidak menyenangkan. Jelasnya, seluruh lapisan harus tegas menyikapi
masalah ini. Jika hanya salah stau pihak yang bergerak maka hal ini akan
terus-menerus terjadi.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan ini adalah segala


sesuatu tidak akan berjalan tanpa adanya suatu masalah. Begitupun
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, masalah seperti ini yaitu tindakan
asusila memang memungkinkan untuk terjadi apabila tidak ada pengawasan
yang ketat dan perhatian yang kuat dari berbagai pihak. Kasus tindakan
asusila ini memang menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan di
Indonesia. Pelaksanaan pendidikan guna mencapai tujuan nasional bangsa
Indonesia dinodai dengan kasus tidak terpuji seperti ini. Sehingga, perlu
adanya perhatian lebih kembali dari pemerintah dan sekolah. Serta, tidak
lupa penting bagi seorang guru paham dan mengerti apa sejatinya tugas guru.
Guru harus mengerti bagaimana profesi guru itu merupakan tugas mulia
serta guru menjadi sosok yang di gugu dan ditiru oleh siswanya. Akan
sangat menyedihkan apabila sosok yang dijadikan rolemode siswanya
melakukan hal-hal yang tidak pantas.
Pelaksanaan kebijakan, kesesuaian penyelenggaran pendidikan
dengan standar nasional pendidikan, kegiatan supervisi sebagai bentuk
pengawasan, dan manajemen pendidikan merupakan hal-hal yang sangat
penting diperhatikan dalam dunia pendidikan. Jangan sampai hal-hal tidak
pantas dan tidak terpuji menodai dunia pendidikan Indonesia.
V. DAFTAR PUSTAKA

Antara dan Purwanto (2019, 9 Desember). KPAI: Kekerasan Seksual


Terhadap Anak di Sekolah Meningkat. Dikutip 26 Desember 2019
dari Nasional Tempo:
https://nasional.tempo.co/read/1281783/kpai-kekerasan-seksual-
terhadap-anak-di-sekolah-meningkat
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik Dan Tenaga Kependidikan. (2008). Metode Dan Teknik
Supervisi. Metode Dan Teknik Supervisi, 8. Retrieved from
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDI
DIKAN/197205282005011-NUR_AEDI/4-
25/BAB_3_teknik_supervisi_[Nur_Aedi].pdf
Majdid, A. (2018). ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN. Yogyakarta:
Samudra Biru.
Pasaribu, B. J (2019, 7 Desember). Belasan Siswa Jadi Korban
Pelecahan Seksual Guru di Malang. Dikutip 26 Desember 2019
dari ANTV Klik: https://www.antvklik.com/headline/belasan-
siswa-jadi-korban-pelecehan-seksual-guru
Surajiyo. (2000). Manusia Susila di Indonesia dalam Perspektif
Filosofis. Humaniora, XII, 154.

Taylor, G.S (2018,12 Januari). Tiga Orang Siswa Jadi Korban


Pelecehan Seksual Guru Olahraga. Dikutip dari CNN Indonesia.
Dikutip 26 Desember 2019 dari CNN Indonesia:
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180112112952-12-
268375/tiga-siswa-jadi-korban-pelecehan-seksual-guru-olahraga
Zakaria, T. ramli. (2016). BULETIN BSNP. XIII/No.4/(4), 1–8.

Anda mungkin juga menyukai