Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK MK KEPERAWATAN MATERNITAS 2

MAKALAH “KONSEP KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN”

Dosen pengampu :
Iis Fatimawati S.Kep.Ns, M.Kes

OLEH :
1. ISHMAH SALSABILA SAPUTRI (2010052)
2. JOESEVINA DEVA ANANDA PRASONKO (2010054)
3. KHOIRUNNISA UMI RACHMADANIA (2010056)
4. KURNIA HIDAYATUL ILMI (2010058)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2020/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dan tugas dengan tepat waktu. Penulis
menyadari bahwa makalah yang telah penulis susun masih banyak kekurangan, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah
yang telah disusun dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Demikian makalah ini dibuat semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Surabaya, 25 April 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
Cover .............................................................................................................................. i
Kata pengantar.............................................................................................................. ii
Daftar isi ....................................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................................................... 4
A. Latar belakang ........................................................................................................ 4-5
B. Rumusan masalah...................................................................................................... 5
C. Tujuan ....................................................................................................................... 5
BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 7
A. Pengertian Tindakan Kekerasan Terhadap Perempuan ............................................ 6-7
B. Bentuk-bentuk Tindakan Kekerasan Terhadap Perempuan ..................................... 8-9
C. Penyebab Terjadinya Tindakan Kekerasan Terhadap Perempuan .......................... 9-10
D. Dampak dari Tindakan Kekerasan Terhadap Perempuan .................................... 10-11
E. Upaya Pencegahan Terhadap Tindakan Kekerasan Terhadap Perempuan ........... 11-12
F. Analisis Gender Dalam Kekerasan Terhadap Perempuan .................................... 13-14
BAB III
PENUTUP ................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 15
B. Saran ...................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah suatu masyarakat patriarkhal, dan kondisi ini tidak dapat
diingkari, seperti juga di negara-negara lain di dunia. Partriarkhal sebagai suatu
struktur komunitas di mana kaum lelaki yang memegang kekuasaan, dipandang
sebagai struktur yang memperlemah perempuan, yang terlihat dalam kebijakan
pemerintah maupun dalam perilaku masyarakat. Kecenderungan untuk membayar
upah buruh wanita di bawah upah buruh pria dan perumusan tentang kedudukan istri
dalam perkawinan, merupakan salah satu cerminan keberadaan perempuan dalam
posisi subordinat pria. Salah satu fenomena yang menjadi perhatian besar masyarakat
akhir-akhir ini, bahkan juga masyarakat internasional, adalah tindak kekerasan
terhadap perempuan.
Tindak kekerasan terhadap perempuan seringkali dianggap suatu isu yang
terbelakang atau bahkan dapat dikatakan tidak menarik. Padahal jika dilihat dari
kenyataan yang selama ini terjadi, tindak kekerasan terhadap perempuan merupakan
ancaman terus menerus bagi perempuan di manapun di dunia. Hal ini merupakan
akibat dari adanya pandangan di sebagian besar masyarakat yang menganggap
kedudukan perempuan di sebagian dunia yang tidak dianggap sejajar dengan laki-laki.
Terlebih lagi, rasa takut kaum perempuan terhadap kejahatan (fear of crime) jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan apa yang dirasakan kaum pria.
Kekerasan, dan ancaman kekerasan, telah menjadi bagian yang tak terpisahkan
dan kehidupan kita saat ini. Penculikan, penjarahan, penganiayaan dan pembunuhan
telah menjadi fakta keseharian. Aksi-aksi teror dan intimidasi yang bermunculan di
mana-mana merenggut rasa aman, menyebarkan ketakutan dan menambah ketidak
pastian dan kebingungan masyarakat. Sungguh sebuah tantangan tersendiri dalam
upaya kita membuka lembar sejarah baru di era reformasi ini.
Kekerasan terhadap perempuan merupakan bagian integral dari fenomena
kekerasan secara umum. Serangan-serangan seksual terhadap perempuan muncul
sejalan dengan meningkatnya kekerasan di masyarakat dan sama-sama berakar pada

4
kegagalan sistem politik, ekonomi dan sosial untuk mengelola konflik. Tetapi,
berbeda dengan kaum laki-laki, perempuan mengalami kekerasan dalam bentuk yang
lebih kompleks. Hal ini berkaitan dengan posisi perempuan yang serba
dinomorduakan dan yang penuh dengan tabu dan stereotip. Tabu dan stereotip
membuat perempuan bungkam atas kekerasan yang dialaminya, sedangkan bias
jender masyarakat membuat perempuan korban kekerasan dituding bersalahan atas
musibah yang menimpa dirinya sendiri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah pengertian tindak kekerasan terhadap perempuan.
2. Bagaimana bentuk bentuk tindak kekersan terhadap perempuan.
3. Apa penyebab terjadinya tindakan kekerasan terahdap perempuan.
4. Apa saja dampak dari tindakan kekerasan terhadap perempuan.
5. Bagaimana upaya pencegahan terhadap tindak kekerasan perempuan.
6. Bagaimana analisis gender dalam kekerasan terhadap perempuan

C. Tujuan
Dalam penulisan makalah ini tujuan yang ingin penulis capai adalah :
1. Menjelaskan pengertian tindak kekerasan terhadap perempuuan
2. Menjelaskan bentuk tindak kekersan terhadap perempuan.
3. Menjelaskan penyebab terjadinya tindakan kekerasan terahdap perempuan
4. Menjelaskan saja dampak dari tindakan kekerasan terhadap perempuan.
5. Menjelaskan upaya pencegahan terhadap tindak kekerasan perempuan
6. Menganalisis konsep gender dalam kekerasan terhadap perempuan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kekerasan
Secara terminologi kekerasan atau violence adalah gabungan dua kata
latin “vis” (daya, kekuatan) dan “latus” berasal dari kata “ferre” yang berarti
membawa). Dalam Kamus Bahasa Indonesia, “kekerasan” diartikan dengan perihal
yang bersifat, berciri keras, perbuatan seseorang yang menyebabkan cedera atau
matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain, atau ada
paksaan, ada beberapa pengertian menurut para ahli :
1. Menurut Wignyosoebroto (1997) pengertian kekerasan adalah suatu tindakan
yang dilakukan oleh seseorang atau sejumlah orang yang berposisi kuat (atau
yang tengah merasa kuat) terhadap seseorang atau sejumlah orang yang
berposisi lebih lemah (atau yang tengah dipandang berada dalam keadaan
lebih lemah), berdasarkan kekuatan fisiknya yang superior, dengan
kesenjangan untuk dapat ditimbulkannya rasa derita di pihak yang tengah
menjadi objek kekerasan itu. Namun, tak jarang pula tindak kekerasan ini
terjadi sebagi bagian dari tindakan manusia untuk tak lain daripada
melampiaskan rasa amarah yang sudah tak tertahan lagi olehnya.
2. Menurut Santoso (2002 : 24) kekerasan juga bisa diartikan dengan serangan
memukul (assault and battery) merupakan kategori hukum yang mengacu pada
tindakan illegal yang melibatkan ancaman dan aplikasi actual kekuatan fisik
kepada orang lain. Serangan dengan memukul dan pembunuhan secara resmi
dipandang sebagai tindakan individu meskipun tindakan tersebut dipengaruhi
oleh tindakan kolektif.
3. Soetandy mendefinisikan:kekerasan adalah suatu tindakan yang dilakukan
oleh seseorang atau sejumlah orang yang berposisi kuat (atau yang tengah
merasa kuat) terhadap seseorang atau sejumlah orang yang berposisi lebih
lemah), bersaranakan kekuatannya, fisik maupun non fisik yang superior
dengan kesengajaan untuk menimbulkan rasa derita di pihak yang tengah
menjadi objek kekerasan.

6
4. Kekerasan menurut Galtung adalah “any avoidable impediment to self
realization” yang maksudnya : “Kekerasan adalah segala sesuatu yang
menyebabkan orang terhalang mengaktualisasikan potensi diri secara wajar”
.Berdasarkan konsep tersebut jelas bahwa kekerasan selalu berhubungan
dengan tindakan atau perilaku kasar, mencemaskan, menakutkan dan selalu
menimbulkan dampak (efek) yang tidak menyenangkan bagi korbannya, baik
secara fisik,psikis maupun sosial.
5. Menurut Faqih kata “kekerasan” merupakan padanan dari kata “violence”
dalam bahasa Inggris, meskipun keduanya memiliki konsep yang berbeda.
Kata “violence” diartikan disini sebagai suatu serangan atau invasi (assault)
terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Sedangkan
kekerasan dalam bahasa Indonesia umumnya dipahami hanya menyangkut
serangan fisik belaka. Kekerasan terhadap sesama manusia ini sumbernya
maupun alasannya bermacam-macam, seperti politik atau keyakinan
keagamaan atau bahkan rasisme. . (curhatnisa.blogspot:2011),

Kekerasan adalah penganiayaan, penyiksaan atau perlakuan salah, menurut


WHO dalam (E-book,SUMUT: 1) kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan
kekuasaan, ancaman atau tindkaan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok
orang dan atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar
mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan
perkembangan atau perampasan hak. Menurut depkes.RI :2006 dalam
(yudhim.blogspot :2008) Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap perbuatan
yang berkaitan atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan,
secara fisik, seksual, psikologis, ancaman perbuatan tertentu, pemaksaan dan
perampasan kebebasan baik yang terjadi di lingkungan masyarakat maupun di
lingkungan rumah tangga.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang kekerasan menurut para ahli maka
dapat disimpulkan bahwa kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu bentuk
tindakan yang menyakiti atau membuat penderitaan terhadap perempuan secara fisik,
seksual, psikologi yang mengakibatkan trauma terhadap perempuan atau korban.

7
B. Bentuk-bentuk Kekerasan Terhadap Perempuan
Berdasaran ruang lingkup dan agen pelakunya, seperti dalam Deklarasi
Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan Pasal 2, kekerasan terhadap perempuan
mencakup, tetap tidak terbatas pada :
1. Kekerasan fisik, seksual dan psikologis yang terjadi di keluarga, termasuk
pemukulan, penganiayaan, seksual anak perempuan dalam keluarga,
perkosaan dalam perkawinan, pemotongan kelamin perempuan, dan praktek-
praktek tradisional lainnya yang menyengsarakan perempuan, kekerasan yang
dilakukan bukan merupakan pasangan hidup dan kekerasan yang terkait
dengan eksplotasi.
2. Kekerasan, seksual dan psikologis yang terjadi dalam komunitas berupa
perkosaan, penganiyaan seksual, pelecehan dan intimidasi seksual di tempat
kerja, institusi pendidikan, tempat umum dan lainnya, perdagangan perempuan
dan pelacur paksa.
3. Kekerasan, sesksual dan psikologis yang dilaksanakan atau dibiarkan
terjadinya oleh Negara, dimanapun kekerasan tersebut terjadi.
(amrulloh. 2009. Bentuk kekerasan terhadap perempuan)

Adapun Tindak kekerasan seksual meliputi :


1. Pernaksaan hubungan seksual (perkosaan) yang dilakukan terhadap orang
yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut : Perkosaan ialah
hubungan seksual yang terjadi tanpa dikehendaki oleh korban. Seseorang laki-
laki menaruh penis, jari atau benda apapun kedalam vagina, anus, atau mulut
atau tubuh perempuan tanpa sekendak perempuan itu.
2. Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang anggota dalam lingkup
rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan / atau tujuan
tertentu.
3. Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi
seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak diinginkan oleh orang yang
menjadi sasaran. Pelecehan seksual bisa terjadi dimana saja dan kapan saja,
seperti di tempat kerja, dikampus/ sekolah, di pesta, tempat rapat, dan tempat

8
urnum lainnya. Pelaku pelecehan seksual bisa teman, pacar, atasan di tempat
kerja.
4. Tindak kekerasan ekonomi: yaitu dalam bentuk penelantaran ekonomi dimana
tidak diberi nafkah secara rutin atau dalarn jumlah yang cukup, membatasi
dan/ atau metarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah,
sehingga korban di bawah kendati orang tersebut.
(yudhim. blogspot : 2008)

C. Penyebab Kekerasan Terhadap Perempuan


1. Aspek Budaya :
Kuatnya pengertian yang bersumber pada nilai-nilai budaya yang
memisahkan peran dan sifat gender laki-laki dan perempuan secara tajam dan
tidak setara.
Sosialisasi pengertian tersebut melalui a.l. keluarga, lembaga pendidikan,
agama, dan media massa, menyebabkan berlakunya keyakinan dan tuntutan :
 laki-laki dan perempuan punya tempat dan perannya sendiri-sendiri
yang khas dalam keluarga/perkawinan/berpacaran.
 laki-laki lebih superior daripada perem-puan, dan mempunyai hak
penuh untuk memperlakukan perempuan seperti barang miliknya
 keluarga adalah wilayah pribadi, tertutup dari pihak luar, dan berada di
bawah kendali laki-laki
· Diterimanya kekerasan sebagai cara penyelesaian konflik.
2. Aspek Ekonomi
 Ketergantungan perempuan secara ekonomi pada laki-laki;
 perempuan lebih sulit untuk mendapatkan kredit, kesempatan kerja di
lingkup formal dan informal, dan kesempatan mendapat-kan
pendidikan dan pelatihan.
3. Aspek Hukum
 Status hukum perempuan yang lebih lemah dalam peraturan
perundang-undangan maupun dalam praktek penegakan hukum;

9
 Pengertian tentang perkosaan dan KDRT yang belum menjawab
sepenuhnya kebutuhan perlindungan bagi korban dan penanganan pada
pelaku;
 Rendahnya tingkat pengetahuan yang dimiliki perempuan tentang
hukum,
 Perlakuan aparat penegak hukum yang belum sepenuhnya peka pada
perempuan dan anak perempuan korban kekerasan.
4. Aspek Politik
 Rendahnya keterwakilan kepentingan perempuan dalam proses
pengambilan keputusan di bidang politik, hukum, kesehatan, maupun
media.
 Kekerasan terhadap Perempuan masih belum sepenuhnya dianggap
sebagai persoalan yang berdampak serius bagi negara,
 Adanya resiko yang besar bila memperta-nyakan aturan agama,
 Terbatasnya partisipasi perempuan di organisasi
politik. (savyamirawcc.BLOGSPOT)
5. Terkait dengan kondisi situasional yang memudahkan, seperti terisotasi,
kondisi konflik dan perang. Dalam situasi semacam ini sering terjadi
perempuan sebagai korban, misaInya dalam lokasi pengungsian rentan
kekerasan seksual, perkosaan. Dalam kondisi kemiskinan perempuan mudah
terjebak pada pelacuran. Sebagai imptikasi maraknya teknologi informasi,
perempuan terjebak pada kasus pelecehan seksual, pornografi dan
perdagangan. yudhim. blogspot : 2008)

D. Dampak Kekerasan Terhadap Perempan


1. Pada Korban
 Kesehatan Fisik seperti memar, cedera (mulai dari sobekan hingga
patah tulang dan luka dalam), gangguan kesehatan yang khronis,
gangguan pencernaan, perilaku seksual beresiko, gangguan makan,
kehamilan yang tak diinginkan, keguguran/ melahirkan bayi dengan

10
berat badan lahir rendah, terinfeksi penyakit menular seksual,
HIV/AIDS.
 Kesehatan Mental: seperti depresi, ketakutan, harga diri rendah,
perilaku obsesif kompulsif, disfungsi seksual, gangguan stress pasca
trauma.
 Produktivitas kerja menurun: sering terlambat datang ke tempat kerja,
sulit berkonsentrasi, berhalangan kerja kare-na harus mendapat
perawatan medis, atau memenuhi panggilan polisi/meng-hadiri sidang.
 Fatal: bunuh diri, membunuh/melukai pelaku, kematian karena
aborsi/kegugur-an/AIDS.
2. Pada Anak
 Gangguan kesehatan dan perilaku anak di sekolah,
 Terhambatnya kemampuan untuk menjalin hubungan yang dekat dan
positif dengan orang lain,
 Kecenderungan lari dari rumah, adanya keinginan bunuh diri
 Berkemungkinan menjadi pelaku atau cenderung menjadi korban
kekerasan yang serupa di masa remaja/dewasanya
3. Pada Masyarat & Negara
 Penurunan kualitas hidup dan kemampuan perempuan untuk aktif ikut
serta dalam kegiatan di luar rumah, termasuk untuk berpenghasilan dan
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.
 Besarnya biaya untuk penanganan kasus di kepolisian maupun
pengadilan, serta biaya untuk perawatan kesehatan bagi korban
 Menguatnya kekerasan sebagai cara
menyelesaikan (savyamirawcc.BLOGSPOT)

E. Pencegahan Terhadap Kekerasan Perempuan


Pencegahan, penanganan korban dan pelaku adalah tanggung jawab semua pihak :
 laki-laki, perempuan, lingkungan tetangga, tokoh agama/masyarakat, lembaga
pendidikan/ agama, dunia usaha maupun pemerintah.

11
Kerjasama antara pusat penanganan krisis bagi perempuan korban (women’s
crisis center) dengan masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah merupakan
suatu kemutlakan.
 Upaya pencegahan dan penanganan korban maupun pelaku yang ada masih
jauh dari memadai. Bagi para perempuan penyandang cacat, kondisi ini lebih
berat dirasakan.
 Khusus tentang dukungan bagi korban untuk dapat melanjutkan hidupnya
secara mandiri, sehat dan bermartabat, dibutuhkan beragam dukungan yang
bentuknya fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan korban, dan
bersifat memberdayakan. (savyamirawcc.BLOGSPOT)

Jalan keluar, pemecahan masalah gender dalam tindak kekerasan terhadap


perempuan perlu dilakukan secara serempak, baik upaya yang bersifat jangka pendek
maupun jangka panjang. Dari segi pemecahan praktis jangka pendek, dapat
dilakukan upaya program aksi yang melibatkan perempuan agar mereka mampu
menghentikan masalah mereka sendiri, seperti kekerasan, pelecehan dan
berbagai stereotype terhadapnya. Mereka sendiri harus mulai memberikan pesan
penolakan secara jelas kepada pelaku yang melakukan kekerasan dan pelecehan agar
kegiatan kekerasan dan pelecehan tersebut terhenti.
Sementara usaha perjuangan strategis jangka panjang perlu dilakukan untuk
memperkokoh usaha praktis tersebut. Perjuangan strategis ini meliputi berbagai
peperangan ideologis di masyarakat. Bentuk-bentuk peperangan tersebut misalnya,
dengan melancarkan kampanye kesadaran kritis dan pendidikan umum masyarakat
untuk meng-hentikan berbagai bentuk tindak kekerasan terhadap perempuan. Upaya
strategis lain perlu melakukan studi tentang berbagai tindak kekerasan terhadap
perempuan untuk selanjutnya dipakai sebagai advokasi guna merubah kebijakan,
hukum dan aturan pemerintah yang dinilai tidak adil terhadap kaum perempuan.
Menghentikan ketidakadilan gender dalam aspek kekerasan terhadap
perempuan, berarti mengangkat kepentingan perempuan dan membuat mereka lebih
berdaya, hal ini merupakan bagian dalam rangka mengangkat harkat dan martabat
perempuan. (SUSANTO. 2005).

12
F. Analisis Gender Terhadap Tindak
Pemahaman terhadap konsep gender sangat diperlukan mengingat dengan
konsep ini telah lahir suatu analisis gender. Analisis gender dalam sejarah pemikiran
manusia tentang ketidakadilan sosial dianggap suatu analisis baru, dan mendapat
sambutan akhir-akhir ini. Analisis gender merupakan analisis kritis yang
mempertajam dari analisis kritis yang sudah ada, seperti analisis kelas oleh Karl
Marx, analisis hegemony ideologi oleh Gramsci, analisis kritis (Critical Theory) dari
mazhab Frankfurt, dan analisis wacana oleh Fucoult. Tanpa analisis gender kritik
mereka kurang mewakili semangat pluralisme yang diimpikan. Tanpa
mempertanyakan gender terasa kurang mendalam. Peran gender yang berbeda juga
menimbulkan ketidakadilan, terutama bagi perempuan. Diantara beberapa manifestasi
ketidakadilan yang ditimbulkan oleh adanya asumsi gender Berikut akan diuraikan
dari aspek terjadinya kekerasan terhadap perempuan disertai analisis dari temuan
penelitian.
Kekerasan (violence) terhadap perempuan karena adanya perbedaan gender.
Kekerasan terhadap perempuan belakangan ini diduga meningkat. Berbagai macam
bentuk kekerasan menimpa perempuan, mulai yang ringan hingga yang berat
(mengancam jiwa). Banyak sekali kekerasan terjadi pada perempuan yang
ditimbulkan oleh adanya stereotype gender. Perbedaan gender dan sosialisasi gender
yang amat lama mengakibatkan kaum perempuan secara fisik lemah dan kaum lelaki
umumnya kuat. Hal itu tidak menimbulkan masalah sepanjang anggapan lemahnya
perempuan tersebut tidak mendorong dan memperbolehkan lelaki untuk bisa
seenaknya memukul dan memperkosa perempuan. Banyak terjadi pemerkosaan justru
bukan karena unsur kecantikan, melainkan karena kekuasaan dan stereotype gender
yang dilabelkan pada kaum perempuan, Berbagai macam dan bentuk kejahatan yang
bisa dikategorikan
kekerasan gender, di antaranya adalah sebagai berikut pemerkosaan,
pemukulan dan serangan non fisik yang terjadi dalam rumah tangga, penyiksaan,
prostitusi atau pelacuran, pornografi, sterilisasi dalam KB, kekerasan terselubung
dengan memegang bagian dari tubuh perempuan, dan pelecehan sex.

13
Sampai saat ini kita belum dapat menekan terjadinya tindak kekerasan
terhadap perempuan. Mantan Meneg Pemberdayaan Perempuan Khofifah Indar
Parawansa pernah mengatakan bahwa tingkat kekerasan yang dialami perempuan
Indonesia cenderung tinggi. Sekitar 24 juta perempuan atau 11,4 persen dari total
penduduk Indonesia pernah mengalami tindak kekerasan (Jawa Pos, 30 April 2003).

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tindak kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu isu yang tidak bisa
dianggap sebagai isu terbelakang. Karena disadari atau tidak, perilaku ini telah
menjadi isu global. Sehingga, batasan tindak kekerasan terhadap perempuan adalah
segala bentuk kekerasan yang berdasar pada gender yang akibatnya berupa atau dapat
berupa kerusakan atau penderitaan fisik, seksual, psikologis pada perempuan-
perempuan, termasuk di sini ancaman-ancaman dari perbuatan-perbuatan semacam
itu, seperti paksaan atau perampasan yang semena-mena atas kemerdekaan, baik yang
terjadi di tempat umum atau di dalam kehidupan pribadi seseorang.
Sebagai suatu bentuk kejahatan, tindakan kekerasan terhadap perempuan
agaknya tidak akan pernah hilang dari muka bumi ini, sebagaimana pula tindak-tindak
kejahatan lainnya. Namun, bukan berarti tindakan kekerasan ini tidak dapat dikurangi.
Untuk mencapai hal ini, selain upaya yuridis yang diusulkan, semuanya kembali
berpulang pada warga masyarakat sendiri. Tanpa adanya partisipasi publik, maka
tidak akan pernah ada perubahan. Untuk dapat mengubah sikap dan perilaku
masyarakat ini maka peran pembuat kebijakan akan sangat menentukan, baik mereka
yang berasal dari tingkat yang paling tinggi sampai yang paling rendah. Selain itu,
upaya pendidikan dan pemberdayaan masyarakat serta perempuan sendiri perlu untuk
menangani masalah-masalah yang terjadi dalam komunitas mereka sendiri

B. Saran
Menurut kami, pada makalah yang kami buat sudah mencakup apa saja
mengenai Konsep Kekerasan Terhadap Perempuan. Oleh karena itu, mungkin jika
terdapat kekurangan kami mohon maaf sebesar-besarnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO , Global and regional estimates of violence against women: prevalence and health
effects of intimate partner violence and non-partner sexual violence.2013, WHO Library
Cataloguing-in- Publication Data
2. Diakses : http://www.komnasperempuan.go.id/wp content/uploads/2013/12/Kekerasan-
Seksual-Kenali-dan-Tangani.pdf
3. KOMNAS Perempuan,” Kekerasan terhadap Perempuan Meluas: Negara Urgen Hadir
Hentikan Kekerasan terhadap Perempuan di Ranah Domestik, Komunitas dan Negara”
Catatan Tahunan Tentang Kekerasan Terhadap Perempuan Jakarta, 7 Maret 2016
4. ayurensaf.wordpress.com

16

Anda mungkin juga menyukai