Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/350449828

Penyebab Enggannya Korban untuk Melaporkan Kasus Pelecehan Seksual di


Indonesia dan Keterkaitannya Dengan RUU PKS

Article · March 2021

CITATIONS READS

0 957

7 authors, including:

Hurin Zahira Ibrahim Andi Muhammad Zulqarnain


Bandung Institute of Technology Bandung Institute of Technology
1 PUBLICATION   0 CITATIONS    1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Penyebab Enggannya Korban untuk Melaporkan Kasus Pelecehan Seksual di Indonesia dan Keterkaitannya Dengan RUU PKS View project

All content following this page was uploaded by Hurin Zahira Ibrahim on 06 April 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Penyebab Enggannya Korban untuk Melaporkan Kasus Pelecehan Seksual di
Indonesia dan Keterkaitannya Dengan RUU PKS

Hurin Zahiraa, Miranda Adiva b, Andi Muhammad Z. c, Yoga Christantod, Osmond


Willyandoe, Nabila Putri R.f, M. Farras Arira g
a. hurinzhr@gmail.com
b. miranda.adiva@gmail.com
c. amzulqarnain@gmail.com
d. yogaarenbe10@gmail.com
e. willyandoosmond@gmail.com
f. nabilaputri2210@gmail.com
g. mfarrasa01@gmail.com

Fakultas Seni Rupa dan Desain


Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesa 10, Bandung, Indonesia, 40132

ABSTRAK

Pelecehan seksual adalah perilaku pendekatan-pendekatan yang berkaitan dengan seks yang
tidak diinginkan khususnya oleh korban. Pelecehan seksual dapat berupa tindakan fisik maupun
verbal yang dapat terjadi dan dilakukan oleh siapa saja tanpa memandang pendidikan, agama,
ras, budaya, usia, jenis kelamin, atau status sosial. Mirisnya pelecehan seksual masih marak
terjadi di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh enggannya para korban untuk speak up atas
kejadian yang mereka alami. Selain itu, lemahnya instrumen hukum untuk melindungi korban
disinyalir juga menjadi salah satu penyebab kasus pelecehan seksual masih marak terjadi di
Indonesia. Oleh karena itu, adanya kajian untuk mengetahui apa saja bentuk pelecehan seksual
yang diterima korban, faktor-faktor yang mempengaruhi korban enggan untuk melapor kepada
penegak hukum, serta solusi untuk mengatasi korban pelecehan seksual yang enggan untuk
melaporkan pelecehan yang dialaminya sangatlah diperlukan. Penelitian ini dilakukan dengan
metode deskriptif, metode survei, dan kajian literasi. Diharapkan dengan adanya penelitian ini,
masyarakat lebih sadar dan peduli terhadap permasalahan pelecehan seksual sehingga dapat
mengetahui, menghindari, dan mencegah tindakan tersebut, korban dapat lebih berani dan
percaya diri untuk melawan tindak pelecehan seksual, serta dapat mendorong pengesahan RUU
PKS sebagai landasan hukum yang diharapkan dapat memberikan hukuman yang setimpal bagi
pelaku.

KATA KUNCI: RUU PKS, Pelecehan seksual, Speak up

ABSTRACT

Sexual harassment is an act related to sexual approace that is unwanted, especially from victims
affected by it. Sexual harassment might be conducted physically and verbally. In cases of sexual
harassment, the harasser could vary from any kind of background of education, religion, race,
culture, age, gender, and social status. Sadly, sexual harassment is still common in countries like
Indonesia. One of the issues related to why sexual harassment happens frequently is the inability
of victims to speak up to prevent and to be enforced by the law. This is due to the ineffectiveness
of Indonesia’s law in protecting and aiding victims of sexual harassment. Subsequently, there is a
need to discuss this matter in terms of the types of sexual harassment victims experience, reasons
why victims hesitate to speak up, and the solution for victims to get help from law enforcers. The
methods used in this research consist of descriptive method, survei, and study of literature. With
this research, we aim to raise awareness within our society of sexual harassment including
identifying, preventing, and solving its cases. We also hope our research may help encouragethe
legalization of RUU PKS in which may help reduce and control sexual harassment cases in
Indonesia.

KEY WORDS: RUU PKS, sexual harassment, speak up

PENDAHULUAN korban pelecehan seksual tersebut sehingga


belum tercipta rasa aman bagi para korban.
Pelecehan seksual adalah perilaku
pendekatan-pendekatan yang berkaitan Karena itu, penelitian ini dilakukan
dengan seks yang tidak diinginkan untuk mengetahui bentuk pelecehan seksual
khususnya oleh korban. Pelecehan seksual yang umum terjadi di Indonesia,
tidak terbatas pada tindakan saja, melainkan mengetahui faktor dan penyebab korban
juga dapat terjadi secara verbal atau pelecehan seksual enggan untuk
perkataan. Pelecehan seksual dapat terjadi di melaporkan pelecehan yang terjadi, dan
berbagai tempat baik di tempat umum untuk mendapatkan solusi untuk mengatasi
maupun tempat pribadi. Pelaku dan korban masalah korban pelecehan seksual yang
pelecehan bisa siapa saja dan dapat berasal enggan untuk melaporkan pelecehan yang
dari latar belakang pendidikan, agama, ras, dialaminya.
budaya, usia, jenis kelamin, dan status sosial
manapun. Hingga saat ini, kasus pelecehan Harapannya penelitian ini dapat
seksual masih marak terjadi di Indonesia, meningkatkan kesadaran dan keacuhan
bahkan angkanya kian bertambah. Hal ini masyarakat perihal pelecehan seksual
dapat disebabkan oleh minimnya pemberian sehingga dapat mengetahui dan
sanksi kepada pelaku pelecehan sehingga menghindari atau mencegah tindakan
pelaku tidak merasa enggan. pelecehan seksual., dapat menanamkan
keberanian dan kepercayaan diri pada
Besar kemungkinan hal tersebut juga masyarakat yang pernah menjadi korban
disebabkan oleh keengganan para korban pelecehan seksual untuk dapat bertindak
untuk speak up dan melaporkan kejadian melawan tindak pelecehan seksual, dan
yang ia alami kepada pihak berwajib agar dapat mendorong pengesahan RUU PKS
dapat ditindaklanjuti. Keengganan ini dapat sebagai landasan hukum yang diharapkan
disebabkan oleh sebab-sebab tertentu dapat menegakkan permasalahan pelecehan
seperti, kurangnya wadah untuk melaporkan, seksual.
minimnya peran pihak berwajib dalam
menindaklanjuti, dll. METODE

Sampai saat ini juga, belum ada Metode Pengumpulan Data


dasar hukum jelas yang melindungi para
Metode pengumpulan data yang menyebabkan rasa tidak nyaman,
digunakan adalah dengan survei deskriptif tersinggung, direndahkan, sampai terkena
yang dilaksanakan melalui kuesioner daring masalah kesehatan mental, jasmani, dan
beserta dilakukan pula kajian literatur dari rohani, serta keselamatan korban.
penulis atau peneliti yang dapat memberi
tinjauan akan topik yang akan dibahas ini. Dampak individual dari pelecehan
seksual terdiri dari fisik hingga psikologis.
Teknik pengumpulan data yang Dampak psikologis meliputi perasaan
digunakan adalah teknik pengumpulan data terhina, putus asa, marah, dikucilkan,
kuantitatif berupa survei dan kuesioner serta dikhianati, kesepian, perasaan terintimidasi,
teknik pengumpulan data kualitatif berupa frustasi, risih, degradasi dan bersalah
kajian literasi. (Zastrow dan Ashman, 1989; Abbott, 1992;
Magley dkk., 1999). Dampak yang berasal
Lokasi dan Waktu Penelitian dari psikologis menimbulkan gangguan fisik
seperti sakit kepala, kehilangan berat badan,
Penelitian ini dilakukan secara maag, tidak ada nafsu makan, susah tidur,
daring melalui google form yang disebarkan dan kelelahan yang berlebih sehingga
melalui platform sosial media seperti line, membutuhkan perawatan untuk membantu
whatsapp, twitter, dan instagram. korban melepaskan diri dari gangguan
Penyebaran kuesioner dilakukan selama 18 tersebut (Allgeier dan Allgeier, 1991;
hari mulai dari tanggal 28 Februari 2020 Abbott, 1992; Magley dkk., 1999).
sampai dengan 17 Maret 2020.
Pancasila
Populasi dan Sampel
Pancasila adalah pilar ideologis
Populasi adalah keseluruhan subjek negara Indonesia. Menurut Muhammad
penelitian sedangkan sampel adalah Yamin, Pancasila berasal dari kata ‘panca’
sebagian dari populasi yang yang berarti lima dan ‘sila’ yang berarti
merepresentasikan populasi tersebut. Pada sendi, dasar, atau peraturan tingkah laku
penelitian ini, populasi yang dituju adalah yang penting dan baik. Dengan demikian,
remaja dari berbagai universitas dan dapat disimpulkan bahwa Pancasila
sampelnya sebanyak 91 orang. Keseluruhan merupakan lima dasar yang berisi pedoman
data yang didapat akan diolah dan dianalisis atau aturan tentang tingkah laku yang
sehingga dipastikan bahwa sampel akan penting dan baik. Dalam berkehidupan,
merepresentasikan populasi. seorang warga negara Indonesia sudah
seharusnya mengimplementasikan nilai-nilai
DASAR TEORI yang terkandung dalam Pancasila. Mulai
dari percaya kepada Tuhan YME, menolong
Pelecahan Seksual
teman yang sedang susah, bermain bersama,
Pelecehan Seksual adalah tindakan mengungkapkan pendapat dan berdiskusi
seksual berupa sentuhan fisik maupun bersama, sampai berbagi dengan orang lain.
nonfisik dengan sasaran organ seksual atau Pengimplikasian nilai-nilai pancasila yang
seksualitas korban. Tindakan yang meliputi bermulai dari hal-hal kecil bisa menuntun
pelecehan seksual termasuk siulan, main melakukan hal besar lainnya yang
mata, ucapan yang bernuansa seksual, bermanfaat dan bermakna.
sentuhan di tubuh yang tidak diinginkan,
RUU PKS
gerakan yang bersifat seksual sehingga
RUU PKS adalah rancangan Apakah Responden Pernah Mengalami
undang-undang penghapusan kekerasan Pelecehan Seksual
seksual yang berisi tentang legislasi yang
disusun untuk mencegah, melindungi, Dari 91 responden, 35 orang pernah
memulihkan, dan memberdayakan korban mengalami pelecehan seksual, sementara 56
kekerasan dan pelecehan seksual serta responden lainnya hanya pernah melihat
menumbuhkan pemahaman dan kesadaran atau menyaksikan kejadian pelecehan
masyarakat untuk menghapuskan kekerasan seksual.
dan pelecehan seksual.

Dalam proses pengesahannya,


banyak pihak pro dan kontra dari RUU PKS
dikarenakan beberapa hal. Pihak pro
menyatakan bahwa RUU PKS harus segera
disahkan karena kasus kekerasan seksual Grafik 1. Kasus Pelecehan Seksual Pada Pria dan
yang semakin meningkat, banyak korban Wanita.
kekerasan seksual adalah anak perempuan,
korban kekerasan seksual memerlukan Dari 45 orang pria yang mengisi
payung hukum yang memberi rasa keadilan, survei, 22,2% (10 orang) pernah mengalami
dan korban kekerasan butuh perlindungan. pelecehan seksual sedangkan sisanya, 77,8%
Sedangkan di satu sisi, pihak kontra (35 orang) tidak pernah mengalami
menentang karena menganggap sejumlah pelecehan seksual.
frasa bertentangan dengan keyakinan dan
ideologi mereka. Hal tersebut dirasa tidak
akan menjawab permasalahan yang ada,
tetapi malah menambah masalah dari
kekerasan seksual.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil survei Grafik 2. Kasus Pelecehan Seksual pada Pria

Pada survei yang kami lakukan, 91 Dari 46 orang wanita yang mengisi
responden telah mengisi survei kami. survei, 54,3% (25 orang) pernah mengalami
Sebaran umur responden adalah di umur pelecehan seksual sedangkan sisanya, 45,7%
remaja sampai dewasa, lebih spesifiknya (21 orang) tidak pernah mengalami
adalah umur jenjang SMA sampai dengan pelecehan seksual.
jenjang mahasiswa. Pada survei ini 33% (30
orang) memiliki jangkauan umur dewasa,
yaitu umur 20 hingga 60 tahun, dan 67% (61
orang) adalah range umur remaja, yaitu
berumur 11 hingga 19 tahun. Jangkauan
umur tersebut berdasarkan klasifikasi umur
menurut World Health Organization (WHO).
Pengisi survei tersebut merupakan 50,5% Grafik 3. Kasus Pelecehan Seksual pada Wanita
(46 orang) wanita dan 49,5% (45 orang)
pria.
Bentuk Pelecehan Seksual yang Dialami mendapatkan pelecehan seksual, 33,3%
merasa marah, 20,0% merasa takut, 20,0%
Dari hasil survei pria yang pernah merasa malu, 13,3% merasa sedih, dan
mengalami kekerasan seksual, 46,7% 13,3% merasa biasa saja.
mengalami pelecehan seksual secara fisik,
33,3% mengalami pelecehan seksual secara
verbal, 13,3% mengalami pelecehan seksual
secara daring, dan 6,7 % mengalami
pelecehan seksual berupa kekerasan.

Grafik 6. Perasaan Korban setelah Mengalami


Pelecehan Seksual (Pria)

Dari hasil survei wanita yang pernah


mengalami pelecehan seksual, setelah
mendapatkan pelecehan seksual, 29,6%
Grafik 4. Bentuk Pelecehan Seksual pada Pria merasa marah, 27,8% merasa takut, 20,4%
merasa sedih, 18,5% merasa malu, dan 3,7%
Dari hasil survei wanita yang pernah merasa biasa saja.
mengalami kekerasan seksual, 41,5%
mengalami pelecehan seksual secara verbal,
31,7% mengalami pelecehan seksual secara
fisik, 24,4% mengalami pelecehan seksual
secara daring, dan 2,4 % mengalami
pelecehan seksual berupa kekerasan.

Grafik 7. Perasaan Korban setelah Mengalami


Pelecehan Seksual (Wanita)

Tindakan yang Dilakukan setelah


Mengalami Pelecehan Seksual

Dari hasil survei pria yang pernah


Grafik 5. Bentuk Pelecehan Seksual pada Wanita mengalami pelecehan seksual, setelah
mendapatkan pelecehan seksual, 50%
Perasaan Responden setelah Mengalami
memilih untuk diam saja, 40% memilih
Pelecehan Seksual
untuk menceritakan ke orang terdekat,
Dari hasil survei pria yang pernah sedangkan 10% melakukan perlawanan
mengalami pelecehan seksual, setelah terhadap pelaku.
Grafik 8. Tindakan Korban setelah Mengalami
Pelecehan Seksual (Pria)
Grafik 10. Alasan Korban tidak Melaporkan ke Pihak
Berwenang
Dari hasil survei wanita yang pernah
mengalami pelecehan seksual, setelah Pendapat Mengenai Rancangan
mendapatkan pelecehan seksual, 44,8% Undang-Undang Penghapusan Kekerasan
memilih untuk diam saja, 44,8% memilih Seksual (RUU PKS)
untuk menceritakan ke orang terdekat,
sedangkan 6,9% melakukan perlawanan Pada survei yang sama, kami juga
terhadap pelaku dan 3,4% melaporkan meminta pendapat responden mengenai
kejadian pada pihak berwenang. Rancangan Undang-Undang Penghapusan
Kekerasan Seksual. Dari 91 responden,
30,8% (28 orang) percaya bahwa RUU PKS
dapat memberantas kasus pelecehan seksual,
7,7% (7 orang) tidak percaya bahwa RUU
PKS dapat memberantas kasus pelecehan
seksual, sedangkan 61,5% (56 orang)
ragu-ragu apakah RUU PKS dapat
memberantas kasus pelecehan seksual.
Grafik 9. Tindakan Korban setelah Mengalami
Pelecehan Seksual (Wanita)

Tindakan untuk Melaporkan Pelecehan yang


Dialami kepada Pihak yang Berwenang

Dari 35 orang yang mengalami


pelecehan seksual, hanya 1 orang yang
melaporkan ke pihak yang berwenang,
sedangkan 34 orang sisanya memilih untuk
tidak melaporkan pelecehan seksual yang Grafik 11. Pendapat Responden Survei Mengenai
RUU PKS
dialaminya ke pihak yang berwenang. Dari
34 orang yang tidak melaporkan mereka Analisis Hasil survei
memiliki beberapa alasan yang
dideskripsikan pada grafik di bawah ini. Pengalaman Pelecehan Seksual

Pada data yang dipaparkan pada


bagian kasus pelecehan seksual pada pria
dan wanita yang digambarkan pada grafik 2
dan 3, kami melihat bahwa dari 45
responden pria, 22,2% (10 orang) pernah melakukan tindakan berupa perlawanan
mengalami pelecehan seksual. Sedangkan terhadap pelaku ataupun melaporkan ke
dari 46 responden wanita, 54,3% (25 orang) pihak yang berwenang. Hal ini menunjukkan
pernah mengalami pelecehan seksual. Hal minimnya upaya untuk berani bertindak atau
ini menunjukkan bahwa kasus pelecehan speak up dari korban dalam isu pelecehan
seksual lebih banyak terjadi pada wanita seksual.
daripada pada pria dengan perbandingan
kasus 2:1. Alasan tidak Melaporkan ke Pihak
Berwenang
Bentuk Pelecehan Seksual
Berdasarkan data survei alasan
Pada data yang dipaparkan oleh korban tidak melapor ke pihak berwenang
grafik 4 dan 5 mengenai bentuk-bentuk yang digambarkan oleh grafik 10, terlihat
pelecehan seksual yang dialami responden, bahwa kebanyakan korban tidak melaporkan
kami melihat bahwa bentuk pelecehan kasusnya pada pihak berwenang dengan
seksual yang terjadi pria yang paling banyak alasan tidak tahu harus melapor kepada
berupa pelecehan secara fisik, kedua adalah siapa, tidak percaya terhadap pihak tersebut,
secara verbal, dan selanjutnya berupa daring serta merasa kasus akan diremehkan oleh
dan kekerasan pihak berwenang. Hal tersebut menunjukkan
minimnya peran pihak berwenang,
Perasaan Responden setelah Mengalami contohnya seperti penegak hukum, untuk
Pelecehan Seksual memfasilitasi dan menangani kasus
pelecehan seksual. Adapun alasan yang
Pada data mengenai perasaan korban sifatnya berasal dari faktor internal korban
setelah mengalami pelecehan seksual yang seperti rasa malu, malas, dan dirasakan tidak
digambarkan oleh grafik 6 dan 7, kami perlunya dilaporkan.
mengamati bahwa mayoritas responden
merasa marah setelah mengalami pelecehan Pendapat Mengenai Rancangan
seksual. Setelah itu, respon yang dirasakan Undang-undang Penghapusan Kekerasan
akibat pelecehan seksual berupa rasa takut, Seksual
sedih, dan malu. Selain itu, didapatkan
bahwa sebagian pria (13,3%) serta sebagian Berdasarkan data survei mengenai
wanita (3,7%) merasa biasa saja dengan hal pendapat responden mengenai Rancangan
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Undang-undang Penghapusan Kekerasan
sebagian besar responden merasa terdampak Seksual yang digambarkan oleh grafik 11,
secara negatif akibat pelecehan seksual. sebanyak 30,8% dari 91 orang percaya
bahwa pengesahan RUU PKS dapat
Tindakan yang Dilakukan setelah memberantas pelecehan seksual di
Mengalami Pelecehan Seksual Indonesia. Namun, mayoritas responden
ragu bahwa pengesahan RUU PKS dapat
Berdasarkan data yang kami peroleh berdampak efektif dalam memberantas
mengenai tindakan yang dilakukan korban kasus pelecehan seksual di Indonesia.
setelah mengalami pelecehan seksual yang Menurut kami, keraguan tersebut dapat
digambarkan oleh grafik grafik 8 dan 9, didasari atas kurangnya pengetahuan
diamati bahwa pada umumnya korban mengenai isi RUU PKS, ketidakpercayaan
pelecehan seksual bertindak pasif atau diam responden pada penegak hukum maupun
saja. Sebagian kecil dari responden pihak berwenang, ataupun asumsi bahwa
pengesahan RUU PKS hanya akan yang diharapkan dapat lebih mendukung dan
meningkatkan penanganan kasus pelecehan melindungi korban untuk melakukan
seksual namun belum tentu dapat mencegah pelaporan kasus.
kasus atau mengurangi pelaku dari
pelecehan seksual.

Pentingnya RUU PKS SIMPULAN DAN SARAN

Pengesahan RUU PKS sendiri Simpulan


merupakan suatu langkah menuju Indonesia
yang tanggap dan efektif dalam Dari penelitian yang kami lakukan,
memberantas pelecehan seksual. kami dapat simpulkan beberapa hal yang
Pengesahannya sendiri akan dipengaruhi sesuai dengan tujuan penelitian kami.
oleh keinginan masyarakat, apalagi pada Bentuk-bentuk pelecehan seksual yang
negara Indonesia yang sifatnya menganuti umum terjadi di Indonesia adalah pelecehan
demokrasi. Namun, keraguan atau tidak secara fisik, kemudian diikuti oleh
percayanya masyarakat bahwa RUU PKS pelecehan verbal, dan terakhir secara daring.
dapat berdampak efektif terhadap Lalu berdasarkan survei yang kami lakukan,
penanganan pelecehan seksual di Indonesia korban pelecehan seksual pada umumnya
dapat menghambat pengesahan RUU enggan untuk melaporkan kasus pelecehan
tersebut. Maka, diperlukan suatu cara untuk seksual yang dialaminya karena faktor
mengenalkan dan membuka mata eksternal dan faktor internal. Faktor
masyarakat akan potensi pengesahan RUU eksternalnya sendiri berupa kurangnya peran
PKS terhadap penanganan pelecehan pihak berwenang dalam menanggapi kasus
seksual. pelecehan seksual. Faktor internal berupa
rasa malu, malas, dan tidak diperlukannya
Solusi laporan dari korban. Sebagai solusi atas hal
tersebut, kami ajukan dua hal. Pertama,
Kami merumuskan sebuah solusi yaitu mengadakannya kajian, sosialisasi,
yang harapannya dapat membantu korban serta pencerdasan intensif, sehingga
pelecehan seksual untuk berani menanggapi masyarakat dapat melakukan tindakan
dan melawan pelecehan yang dialaminya. apabila menjadi korban. Kedua, yaitu
Salah satu solusi yang dapat dilakukan mendorong pengesahannya RUU PKS
adalah melakukan kajian dan sosialisasi sehingga dapat lebih mendukung dan
intensif mengenai pelecehan seksual dan melindungi korban pelecehan seksual.
juga pencerdasan bagaimana untuk Diharapkan kedua solusi tersebut dapat
bertindak ketika mengalami pelecehan menjawab isu tentang pelecehan seksual
seksual. Lalu, berhubung hukum yang secara umum dan agar korban lebih
mengatur penanganan pelecehan seksual terdukung dan terlindungi saat melakukan
sekarang kurang mendukung sang korban laporan.
untuk melakukan laporan (contohnya seperti
dibutuhkan bukti-bukti tertentu agar kasus Saran
dapat ditangani dan contoh lain apabila
melaporkan pelaku, justru pelaku dapat Setelah melakukan penelitian ini,
melaporkan kembali korban dengan hukum kami telah melalui beberapa pengalaman
lain, contohnya UU ITE), solusi lainnya dan tantangan dalam menulis karya ini. Dari
adalah mendorong pengesahan RUU PKS pengalaman dan tantangan yang kami
View publication stats

hadapi, kami ajukan beberapa saran kepada dan Makna Masing-Masing


peneliti dengan fokus penelitian yang Lambangnya. bola.com.
serupa. Yang pertama, kami sarankan https://www.bola.com/ragam/read/44221
penelitian selanjutnya melakukan kajian 73/pengertian-pancasila-ketahui-tujuan-d
mengenai lingkup penelitian yang lebih an-makna-masing-masing-lambangnya#:
spesifik. Pada penelitian kami, lingkup %7E:text=Menurut%20Muhammad%20
penelitiannya sangat luas sehingga sulit Yamin,laku%20yang%20penting%20dan
untuk mendapatkan hasil survei yang dapat %20baik
dikatakan representatif pada suatu populasi. 6. S. (2020, November 12). Empat Urgensi
Yang kedua, kami sarankan untuk Pengesahan RUU PKS •. Amnesty
mempertimbangkan mencari tahu tentang Indonesia.
data penelitian lainnya yang berhubungan https://www.amnesty.id/empat-urgensi-p
dengan penelitian ini ataupun data dari pihak engesahan-ruu-pks/
yang bersangkutan dengan isu pelecehan 7. Sitti dan Uswatun. (2018). Kajian
seksual dengan tujuan agar dapat memberi Literatur dan Teori Sosial dalam
gambaran luas tentang kondisi isu pelecehan Penelitian. Sorong: Ekonomi Syariah
seksual di masyarakat umum. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Sorong
REFERENSI

1. DPR Republik Indonesia. (2017).


Rancangan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor... Tahun … tentang
Penghapusan Kekerasan Seksual
[E-book].
https://www.dpr.go.id/doksileg/proses2/
RJ2-20170201-043128-3029.pdf
2. Farida, Nugrahani. (2014). Metode
Penelitian Kualitatif dalam Penelitian
Pendidikan Bahasa. Solo.
3. Kurnianingsih, S. (n.d.). Pelecehan
Seksual terhadap Perempuan di Tempat
Kerja (Buletin Psikologi, Tahun XI ed.,
Vol. 2) [E-book].
https://core.ac.uk/download/pdf/3042246
19.pdf
4. Masyarakat Pemantau Peradilan
Indonesia Fakultas Hukum Universitas
Indonesia. (2020). Apa sih perbedaan
Kekerasan Seksual & Pelecehan
Seksual? [Slides].
Http://Mappifhui.Org/.
http://mappifhui.org/wp-content/uploads
/2018/10/MaPPI-FHUI-kekerasan-seksu
al.pdf
5. Nugroho, F. T. (2020, December 1).
Pengertian Pancasila, Ketahui Tujuan

Anda mungkin juga menyukai