Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KU4078 STUDIUM GENERALE KU-4078

PENDIDIKAN MENGENAI KEKERASAN BERBASIS GENDER DI KALANGAN


MAHASISWA INDONESIA

DISUSUN OLEH:
LAURENSIA AUREL
SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI
10719207
K-04

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


2021
ABSTRAK

Makalah ini memaparkan mengenai pentingnya pendidikan kekerasan berbasis


gender di kalangan mahasiswa, serta melampirkan keadaan saat ini dan masalah dalam
pencegahan dan dan penanggulangan kekerasaan berbasis gender dalam lingkungan
perguruan tinggi Indonesia. Responden dalam penelitian ini adalah 11 mahasiswa laki-
laki dan 12 perempuan yang merupakan mahasiswa Institut Teknologi Bandung.
Pengumpulan data ini dilakukan sebagai survey pengalaman dan pengetahuan mahasiswa
terkait kekerasan berbasis gender. Dengan ini, akan dapat disimpulkan beberapa solusi
untuk pencegahan dan permasalahan kekerasan berbasis gender di lingkungan perguruan
tinggi Indonesia.

Kata kunci: kekerasan berbasis gender, kekerasan seksual, mahasiswa, perguruan tinggi,
Indonesia

ABSTRACT

This paper discusses the importance of gender-based violence education among


students, and also further explains about the current situation and problems in
preventing and overcoming gender-based violence in Indonesian Universities.
Respondents in this study were 11 male and 12 female students of the Bandung Institute
of Technology. This data collection was conducted as a survey of students' experiences
and knowledge related to gender-based violence. Therefore, we can conclude several
solutions to reduce and avoid the problem of gender-based violence in Indonesian
universities.

Keywords: gender based violence, sexual violence, students, university, Indonesia

1
1. Pendahuluan
Kekerasan berbasis gender adalah fenomena sosial yang terjadi sejak lama dan
terus meningkat seiring berkembangnya jaman. Perempuan merupakan korban utama dari
kekerasan berbasis gender karena memiliki posisi subordinat dari laki-laki, hal ini
memberikan peluang bagi laki-laki untuk melakukan kekerasan. Beberapa bentuk dari
kekerasan yang dialami berupa perkosaan, pelecehan seksual, perdagangan perempuan,
kekerasan rumah tangga, pornografi, cyberbullying, eksploitasi pekerjaan dan lain-lain.
Modus dan sistem dari kekerasan berbasis gender menjadi semakin beragam dengan
adanya teknologi baru di sekitar kita sehingga jangkauan pelaku terhadap korban menjadi
lebih mudah. Terlebih lagi, kekerasan berbasis gender dapat terjadi dimana saja dan
kapan saja dalam lingkup rumah tangga/relasi personal dan komunitas sosial. (Riski,
2021)
Dampak dari kekerasan berbasis gender pada perempuan merupakan kerugian
fisik, mental, seksual dan penderitaan. Hal ini sangat berefek kepada masa depan
perempuan, terutama korban mahasiswa perempuan, korban akan mengalami kesulitan
dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari dan studi mereka. Selain itu, kekerasan
berbasis gender dapat menyebabkan kerugian fisik, mental, seksual atau penderitaan,
Post Trauma Syndrome, depresi hingga bunuh diri. Berdasarkan Komnas Perempuan,
jumlah kekerasan berbasis gender di Indonesia, terutama dengan modus seksual berada di
atas 5000 kasus setiap tahunnya, namun jumlah pengajuan langsung ke Komnas
Perempuan hanya ada 2026 kasus pada 2020. (KOMNAS PEREMPUAN, 2020)
Teknologi telah menjadi alat platform yang paling banyak digunakan untuk kekerasan
berbasis gender, sistem ini disebut dengan kekerasan berbasis gender siber. Akan tetapi,
sistem yang dimiliki negara Indonesia belum dapat menangani kekerasan berbasis gender
siber yang kian meningkat.
Berdasarkan jenjang pendidikan, kekerasan berbasis gender meningkat dengan
semakin tingginya tingkat pendidikan. Berdasarkan Catatan Tahunan Kekerasan terhadap
Perempuan Komnas Perempuan, lingkungan universitas menempati urutan tertinggi
untuk jumlah pengajuan kekerasan seksual. Isu ini kurang mendapatkan respon dan
penganan yang memadai, sebagian besar lembaga kemasyarakatan tidak dapat membantu

2
permasalahan korban dengan baik. Terlebih lagi, korbat harus melalui proses pembuktian
yang sulit untuk mengeluarkan sebuah hukum pidana, sehingga semakin banyak korban
yang tidak melaporkan. Kekerasan berbasis gender mulai dilihat sebagai hal yang wajar
dan hal ini melanggar hak asasi manusia yang ada.
Pencegahan, penanganan dan pemulihan yang baik diperlukan untuk Isu
kekerasan berbasis gender di Indonesia. Mahasiswa perempuan juga merupakan masa
depan negara, dengan itu pendidikan mengenai kekerasan berbasis gender merupakan hal
yang sangat penting sebagai pencegahan agar mahasiswa dapat terus menimbah ilmu
dengan semangat dan negara dapat terus menghasilkan insan cerdas untuk meneruskan
bangsa. Melalui kelas Studium Generale ITB ke-6 bertemakan “Pencegahan dan
Penanggulangan Kekerasan Berbasis Gender” yang dibawakan oleh Ibu Siti Aminah
Tardi, seorang Komisioner Komnas Perempuan, mahasiswa dijelaskan pentingnya
pendidikan mengenai kekerasan berbasis gender. Oleh karena itu, makalah ini ditulis
sebagai usaha edukasi untuk merumuskan solusi-solusi preventif terhadap kekerasan
berbasis gender di Indonesia, terutama dalam lingkungan mahasiswa Universitas.

2. Metodologi
Studi terhadap kasus kekerasan berbasis gender di ruang lingkup Universitas
Indonesia dilakukan dengan cara menyebarkan google form kepada 11 mahasiswa laki-
laki dan 12 mahasiswa perempuan Institut Teknologi Bandung. Terdapat dua jenis
google form yang disebarkan, yaitu google form untuk mahasiswa laki-laki dan
perempuan. Beberapa pertanyaan yang ditanyakan dalam google form ini berupa:
1. Apakah anda mengetahui apa itu kekerasan berbasis gender?
2. Pernahkah anda melihat modus kekerasan berbasis gender?
3. Dimanakah anda melihat kekerasan berbasis gender tersebut?
4. Apakah anda melaporkan isu kekerasan berbasis gender tersebut?
5. Mengapa anda melaporkan atau tidak melaporkan modus kekerasan berbasis
gender tersebut?
6. Apakah pencegahan terhadap kekerasan berbasis gender itu hal yang penting?
7. Menurut anda, bagaimana cara pencegahan kekerasan berbasis gender yang tepat
untuk lingkungan universitas anda?

3
Kuesioner google form ini disebarkan untuk mengetahui respon mahasiswa saat
ini terhadap isu kekerasan berbasis gender yang terus meningkat di lingkungan sosial
mahasiswa Indonesia. Penyebaran google form ini dilakukan melalui social media berupa
Line kepada beberapa mahasiswa dari berbagai jurusan di Institut Teknologi Bandung.
Dengan itu, akan dapat disimpulkan tingkat permasalahan kekerasan berbasis gender dan
beberapa saran solusi untuk pencegahannya.
Survey juga dilakukan dengan mengumpulkan beberapa data dari Komisi
Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. Hal ini bertujuan untuk mengobservasi
survey persentase jumlah kekerasan berbasis gender di Indonesia serta peningkatannya
per tahun, terutama dalam kalangan universitas di Indonesia, juga beberapa jenis modus
yang digunakan pelaku kekerasan. Terlebih lagi, data mengenai jumlah korban kekerasan
yang tidak melapor akan dianalisis, serta peningkatannya. Dari data tersebut akan dapat
disimpulkan beberapa faktor penyebab terjadinya kekerasan berbasis gender dan
peningkatannya, juga keadaan sistem penanganan korban kekerasan berbasis gender di
Indonesia.

3. Data dan Analisis


Hasil dari google form yang disebar telah dirangkum menggunakan beberapa pie
chart dan bar graph. Berdasarkan google form yang disebar, 12 dari 12 mahasiswa
perempuan dan 11 dari 11 mahasiswa laki-laki merasa familiar dan mengetahui adanya
isu kekerasan berbasis gender. Hal ini merupakan fenomena sosial yang pernah diajarkan,
sering dibicarakan dan ada dalam lingkungan terdekat kita, terutama dalam kalangan
perempuan. Perempuan telah banyak di edukasikan mengenai bahaya kekerasan berbasis
gender dari orang tua, guru, maupun teman terdekat. Oleh karena itu, seringkali
perempuan dihimbau untuk lebih berhati-hati terhadap kekerasan berbasis gender.
Terlebih lagi, media sosial telah menjadi salah satu platform yang sering memberi
pengetahuan terhadap kekerasan berbasis gender, terutama dalam lingkungan sosial.
Mahasiswa kini bergantung pada media sosial untuk mendapatkan pengetahuan dan
update mengenai isu terbaru. Dengan itu, isu kekerasan berbasis gender merupakan hal
yang sangat jelas di mata masyarakat Indonesia.

4
Berdasarkan pie chart dibawah, 10 dari 12 mahasiswa perempuan (83,3%) dan 6
dari 11 mahasiswa laki-laki (54,5%) pernah melihat kekerasan berbasis gender di sekitar
mereka. Melihat dari perbandingan laki-laki dan perempuan, lebih banyak mahasiswa
perempuan yang pernah melihat adanya kekerasan berbasis gender. Mahasiswa
perempuan terlihat lebih ‘peka’ terhadap isu kekerasan yang ada dan salah satu faktor
penyebabnya adalah korban dialami oleh perempuan.

Gambar.1 Gambar. 2

Namun, hal ini tidak membatasi kemungkinan korban kekerasan hanya pada
perempuan, laki-laki juga dapat menjadi korban dari kekerasan berbasis gender.
Berdasarkan data dari Katadata.co.id, 11% laki-laki dan 64% perempuan menjadi korban
kekerasan berbasis gender, terutama pelecehan seksual, di Indonesia. Oleh karena itu,
dapat dilihat bahwa lebih dari 50% responden dari setiap gender menyadari adanya
kekerasan berbasis gender di sekitar mereka. (Pusparisa, 2019)
Kekerasan berbasis gender tersebut dijumpai di berbagai tempat dan situasi, yaitu
dalam kondisi luring di institusi SMP, SMA, universitas dan tempat hiburan, juga dalam
situasi daring melalui media sosial dan internet online. Berdasarkan data pie chart
dibawah, kekerasan berbasis gender di kalangan mahasiswa paling banyak dijumpai
online atau melalui media sosial. Data tersebut menyatakan bahwa 36,4% laki-laki dan
58,3% perempuan melihat modus kekerasan berbasis gender tersebut melalui media
online. Persentase tertinggi kedua terlihat pada situasi luring sebelum pandemi, yaitu
dalam institusi pembelajaran, terutama perguruan tinggi/universitas.

5
Gambar. 3 Gambar. 4

Pandemi COVID-19 saat ini mempengaruhi jumlah peningkatan kekerasan


berbasis gender melalui media online yang banyak menargetkan mahasiswa. Beberapa
modus yang dapat dilakukan dengan platform online adalah menggunakan video
pornografi, cyberbullying dengan komentar seksis, serta beberapa aplikasi atau situs
perjodohan yang disalahgunakan, jenis perilaku siber lainnya yang teridentifikasi di mana
pandermi COVID 19 ini dapat dilihat melalui bar graph dibawah.

Gambar. 5
Berdasarkan grafik tersebut women cyber violence yang teridentifikasi 97 kasus
dari 125 kasus kekerasan berbasis gender. Banyaknya jenis modus menggunakan
teknologi tersebut belum dapat ditangani dengan baik oleh negara Indonesia, sehingga
kekerasan terus meningkat tanpa laporan dari korban ataupun penanganan. Indonesia
belum memiliki teknologi yang memadai untuk melacak dan menindaki kasus
kekerasan/pelecehan berbasis cyber tersebut. Oleh karena itu diperlukan perhatian yang
lebih dari masyarakat untuk pencegahan kasus tersebut. (KOMNAS PEREMPUAN.
2019)
Survey ini juga menyatakan bahwa 6 dari 11 laki-laki (54,5%) dan 8 dari 12
perempuan (66,7%) tidak melaporkan modus kekerasan berbasis gender yang dilihat.

6
Hasil ini merupakan hal yang cukup memprihatinkan karena korban dari kekerasan
tersebut akan terus menjadi korban tanpa bantuan atau perhatian dari masyarakat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi ini adalah karena ketakutan, kesibukan dan
menganggap bahwa itu bukan masalah pribadi dari saksi. Banyak orang yang masih
belum menyadari pentingnya kasus kekerasan berbasis gender dan bahayanya untuk
korban.

Gambar. 6 Gambar. 7

Beberapa solusi yang diberikan untuk pencegahan dan penanganan isu kekerasan
berbasis gender dalam lingkungan mahasiswa berupa sosialisasi dan edukasi mengenai
kekerasan berbasis gender, kampanye sosial, membangun organisasi pencegahan
kekerasan berbasis gender dan membangun support system yang kuat bagi korban.
Sosialisasi dan edukasi dapat diselenggarakan oleh institusi pendidikan setempat dan
lembaga kemasyarakatan pemerintah. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
mahasiswa terhadap bahaya kekerasan berbasis gender dan after effects jangka panjang
korban, serta tips bagaimana menghadapi korban kekerasan berbasis gender. Kampanye
sosial dapat dilakukan melalui sosial media dan kampanye dalam lingkungan perguruan
tinggi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mahasiswa terhadap adanya
kekerasan berbasis gender di sekitar kita, juga mendorong masyarakat untuk ikut serta
dalam melaporkan, mencegah dan membantu korban kekerasan tersebut. Selain itu,
organisasi dalam kampus juga dapat didirikan sebagai penanganan isu kekerasan berbasis
gender di lingkungan mahasiswa dan sebagai platform support system untuk pemulihan
korban.

4. Kesimpulan

7
Pendidikan mengenai kekerasan berbasis gender merupakan hal yang sangat
penting bagi masyarakat Indonesia, terutama mahasiswa. Korban kekerasan berbasis
gender terbanyak dialami oleh mahasiswa dengan berbagai modus yang sering dijumpai
oleh mahasiswa tanpa mereka sadari. Terlebih lagi masih banyak mahasiswa yang tidak
peduli akan kondisi kekerasan berbasis gender yang ada. Melalui survey dan observasi
data dari berbagai sumber yang berbeda, beberapa solusi peningkatan pendidikan serta
penanganan kekerasan berbasis gender di lingkungan mahasiswa dapat disimpulkan,
berupa sosialisasi dan edukasi mengenai kekerasan berbasis gender, kampanye sosial,
membangun organisasi pencegahan kekerasan berbasis gender dan membangun support
system yang kuat untuk korban. Dampak dari kekerasan berbasis gender tergolong fatal
bagi korban dan dapat mempengaruhi keadaan fisik serta mental korban kekerasan. Oleh
karena itu, diperlukan kesadaran dan respon yang lebih tinggi dari masyarakat terhadap
isu ini agar dapat mengurangi terjadinya kekerasan berbasis gender dan membantu
pemulihan korban, sehingga mahasiswa dapat belajar di lingkungan yang aman. Melalui
pendidikan mengenai kekerasan berbasis gender, masyarakat akan menjadi lebih terbuka
akan isu ini dan ikut serta dalam pencegahan dan penanganan. Dengan ini, kita dapat
mensejahterakan masa depan anak bangsa serta negara Indonesia.

5. Referensi
Pusparisa, Yosepha. 2019. Pelecehan Seksual Masih Menghantui. Katadata.com
https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/5e9a4c4a98d99/pelecehan-seksual-
masih-menghantui
KOMNAS PEREMPUAN. 2020. Perempuan Dalam Himpitan Pandemi:
Lonjakan Kekerasan Seksual, Kekerasan Siber, Perkawinan Anak, dan Keterbatasan
Penanganan di Tengah COVID. CATAHU 2021
https://komnasperempuan.go.id/uploadedFiles/1466.1614933645.pdf
KOMNAS PEREMPUAN. 2019. Korban Bersuara, Data Bicara Sahkan RUU
Penghapusan Kekerasan Seksual Sebagai Wujud Komitmen Negara. CATAHU 2018
https://komnasperempuan.go.id/uploadedFiles/1165.1614075414.pdf
Riski, Petrus. 2021. Kekerasan Berbasis Gender Daring Makin Marak. VOA.
https://www.voaindonesia.com/a/kekerasan-gender-daring-marak-/5755134.html

Anda mungkin juga menyukai