Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH SOSIALISASI PADA PENGETAHUAN MAHASISWA TENTANG

KEKERASAN SEKSUAL DI FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS NURUL JADID

PROPOSAL

Di ajukan untuk memenuhi syarat


Mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :

Ageng Febriyan : 2031800051

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO
2022/2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelecehan seksual merupakan bagian dari diskriminasi seksual. Berbagai negara telah

membuat peraturan agar tidak lagi terjadi seksisme dan diskriminasi gender dalam dunia

pendidikan. Namun sayangnya masih banyak sekali laporan mengenai terjadi pelecehan

seksual dalam dunia pendidikan, khususnya di perguruan-perguruan tinggi 1. Melalui hasil

survey Komnas Perempuan, ditemukan bahwa perempuan yang memiliki tingkat pendidikan

yang lebih rendah cenderung menjadi korban pelecehan seksual dibandingkan perempuan

yang memiliki pendidikan lebih tinggi. Banyak perempuan melaporkan terjadinya pelecehan

dalam dunia pendidikan tanpa memandang status, baik itu sebagai murid, staf ataupun bagian

dari tenaga pengajar2. Menurut Kemdikbud kekerasan seksual merupakan semua tindakan

yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh tindakan seksual atau tindakan lain yang

diarahkan pada seksualitas seseorang dengan menggunakan paksaan tanpa memandang status

hubungannya dengan korban.

Menurut data World Health Organization (WHO), negara negara dengan indeks

pendapatan rendah menjadi negara yang banyak terjadi kasus kekerasan seksual, Riset WHO

menyebutkan sebanyak 641 juta perempuan mengalami kekerasan seksual, seperti negara

dikawasan Ocenaia, Asia Selatan dan Sub Saharah Afrika hampir satu dari empat perempuan

(37%) yang tinggal di negara- negara ini menjadi korban kekerasan. Angka kasusnya turun

menjadi sekitar satu dari lima perempuan jika dibandingkan dengan mereka yang tinggal di

1
Ishak D, Seksual K. Artikel Pelecehan Seksual Di Institusi Pendidikan : Sebuah. Ilm Nas. 2020;2(2):136–44.
2
Sucahyo N. Kekerasan Seksual Tersembunyi di Ruang-Ruang Kampus [Internet]. 2022. Available
from:https://www.voaindonesia.com/a/kekera san-seksual-tersembunyi-di-ruang-ruang- kampus-/6392310.html
Eropa (16-23%) dan Asia Tengah (18%). Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan

Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan bahwa selama tahun 2020 sebanyak 2400 kasus

kekerasan seksual di perguruan tinggi dan pada tahun 2021 mengalami kenaikan dengan

angka 2500 kasus sepanjang tahun dan didominasi korban perempuan yang mengalami

kekerasan seksual dengan berbagai bentuk3.

Merujuk pada survei yang dilakukan Kemendikbud pada 2020, sebanyak 77% dosen

di Indonesia mengatakan bahwa kekerasan seksual pernah terjadi di perguruan tinggi.

Namun, 63% di antaranya tidak melaporkan kejadian itu karena khawatir terhadap stigma

negatif. Selain itu, data Komisi Nasional Perempuan menunjukkan terdapat 27% aduan

kekerasan seksual di lingkup perguruan tinggi, berdasarkan laporan yang dirilis pada Oktober

20204, Jumlah perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual di lingkungan kampus

mencapai 90 persen, sementara sisanya adalah laki- laki. Sementara, 63% persen kasus

kekerasan seksual tidak pernah dilaporkan, dengan alasan menjaga nama baik kampus 5.

Dalam rangka memulihkan kondisi relasi kuasa yang timpang sehingga dapat mengurangi

terjadinya penyalahgunaan kekuasaan dari pihak yang posisi tawarnya kuat kepada pihak

yang posisi tawarnya lemah (terutama karena konstruksi gender), diperlukan adanya suatu

proses untuk mengubah relasi kuasa tersebut menjadi setara atau terjadi kondisi kesetaraan

gender6.

3
kemdikbud. Merdeka dari Kekerasan Seksual [Internet].2022.Availablefrom:
https://merdekadarikekerasan.kemdikbud.go.id
/kekerasan-seksual/
4
Mohan M.Perempuan di dunia banyak mengalami kekerasan fisik dan seksual: Satu dari tiga perempuan jadi
korban, ungkap studi WHO [Internet].2021. Available from: https://www.bbc.com/indonesia/dunia- 56342562
5
Sucahyo N. Kekerasan Seksual Tersembunyi di Ruang-Ruang Kampus [Internet]. 2022. Available
from:https://www.voaindonesia.com/a/kekera san-seksual-tersembunyi-di-ruang-ruang-
kampus-/6392310.html
6
Nikmatullah. Demi Nama Baik Kampus VS Perlindungan Korban: Kasus Kekerasan Seksual di Kampus.
Qawwam J Gend Mainstreaming [Internet]. 2020;14(2):37–53. Available from:
http://journal.uinmataram.ac.id/indeks.php/qa wwam
Problem atas perempuan adalah problema ideologis. Hal ini dikarenakan problema ini

telah lama jauh terbenam dalam relung pikiran kebudayaan manusia dan hal ini selalu

dianggap problema yang sepele. Proposisi ini diartikulasikan dengan adanya problem

ketimpangan dan diskriminasi atau setidaknya bias gender yang telah lama menyejarah dalam

kebudayaan serta menjadi hal-ihwal dan dianggap sebagai kondisi yang kodrati. Dalam

kelaziman budaya itulah identitas perempuan selalu ada dalam kondisi yang tak

memungkinkan untuk memahami posisi maknawinya dan menerima realitas sebagaimana

adanya7.

Kekerasan seksual bisa terjadi di berbagai lapisan, termasuk lingkup pendidikan.

Menurut Komnas Perempuan di antara banyak jenjang pendidikan, dalam kasus kejadian

kekerasan seksual perguruan tinggi berada di peringkat pertama pada tahun 2015-2021.

Kabupaten Jombang memiliki kasus kekerasan seksual tertinggi ke 4 se-Provinsi Jawa Timur

dengan capaian 132 kasus. Jika dibandingkan dengan kota-kota besar di Jawa Timur seperti

Surabaya dan Sidoarjo, angka tersebut masih relatife kecil, akan tetapi hal tersebut tidak bisa

dijadikan bahan pembanding mengingat Surabaya dan Sidoarjo merupakan daerah perkotaan

gerbang kertasusila kertasusila (pusat pembangunan dan pusat kegiatan perekonomian)

sehingga kasus kekerasan seksual lebih rentan terjadi akibat tingginya produktivitas dan

mobilitas di kedua kota tersebut.8

Tentunya kekerasan seksual khususnya yang terjadi di lingkungan perguruan tinggi

memiliki banyak faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya kekerasan seksual di

perguruan tinggi diantaranya faktor natural atau biologis, faktor sosial dan budaya, faktor

7
Rahmasari R. Analisa Makna ‘Persetujuan’ dalam Pemendikbud Ristek No. 30 Tahun 2021 terhadap
Fenomena Kekerasan Seksual di Lingkungan Pendidikan yang Dianggap sebagai Upaya Legitimasi Terhadap
Perzinaan. J Penegakan Huk dan Keadilan. 2022;3(1):78–89.
8
Komnas Perempuan. (2021). Perempuan Dalam Himpitan Pandemi: Lonjakan Kekerasan Siber, Perkawinan
Anak, dan Keterbatasan Penanganan di Tengah Covid-19, Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan
Tahun 2020. In Catatan Tahunan Tentnag Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan (Vol. 1,Issue 3).
https://komnasperempuan.go.id/uploadedFile
relasi kuasa yang sangat sering dijumpai di kampus yang menyebabkan korban takut untuk

melaporkan kejadian yang dialami dan memilih diam terhadap kasus yang dialami.

Berdasarkan masalah yang sudah dipaparkan peneliti terdorong untuk mengkaji “Pengaruh

sosialisasi pada pengetahuan mahasiswa tentang kekerasan seksual di perguruan tinggi

Universitas Nurul Jadid”

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka bisa di tarik rumusan masalah sebagai

berikut;

1. Bagaimana pengaruh sosialisasi pada pengetahuan mahasiswa tentang permasalahan

kekerasan seksual?

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap

kekerasan seksual pada mahasiswa

2. Tujuan Khusus

a. Untuk memberi pengetahun terhadap kekerasan seksual atau Pelecehan Seksual

b. Untuk menganalisis terjadinya kekerasan seksual atau pelecehan seksual

C. Manfaat penelitian

Sedangkan kegunaan penelitian ini di sesuaikan dengan tujuan penelitian sebelumnya

adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan teoritis
Penelitian ini di harapkan menjadi sumbangan terhadap ilmu pengetahuan secara

umum, maupun secara khusus dapat menjadikan kontribusi kepada kajian seputar

kekerasan seksual terhadap mahasiswa.

2. Kegunaan praktis

a. Bagi peneliti

Penelitian ini di harapkan memberikan wawasan terhadap pribadi peneliti dalam

hal kekerasan seksual terhadap mahasiswa

b. Bagi pembaca

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan inspirasi pembaca ataupun dalam

taraf tertentu dapat memberikan kontribusi sebagai refrensi, acuan maupun

strategi dalam perilaku pencegahan kekerasan seksual

c. Bagi lembaga pendidikan

Penelitian ini di harapkan dapat di kembangkan oleh lembaga pendidikan baik

sebagai kerangka acuan, refrensi maupun studi Lanjut terhadap persoalan

kekerasan seksual di perguruan tinggi.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

a. Tinjauan Pustaka

a. Pengertian Pelecehan/Kekerasan Seksual

Pelecehan atau kekerasan dalam arti Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu

perihal yang bersifat, berciri keras, perbuatan seseorang yang menyebabkan cidera
atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain,

atau ada paksaan. Sehingga pelecehan merupakan wujud perbuatan yang lebih bersifat

fisik yang mengakibatkan luka, cacat, sakit atau penderitaan orang lain. Pelecehan

seksual merupakan tindakan atau perilaku atau gerak gerik seksual yang tidak

dikehendaki. Pelecehan seksual dapat terwujud dalam bentuk verbal (kata-kata),

tulisan, fisik, tidak verbal dan visual. Tindakan yang dilakukan dalam pelecehan

seksual mempunyai kepentingan dan muatan seksual dan menyebabkan kemarahan,

perasaan terhina, malu, tidak nyaman, dan tidak aman bagi orang lain. Bentuk paling

umum dari pelecehan seksual yang terlihat menampilkan verbal seperti percakapan

seksual berbasis, peringkat daya tarik, komentar merendahkan tentang gender, nama

panggilan, dan komentar pribadi tentang seksualitas menampilkan nonverbal yang

paling umum adalah seksual kontak mencari dan terlihat seksual.9

Rentang pelecehan seksual ini sangat luas yakni meliputi main mata, siulan

nakal, komentar yang berkonotasi seksual atau gender atau humor porno, colekkan,

cubitan, tepukan atau sentuhan pada bagian tubuh tertentu, gerakan tertentu atau

isyarat yang bersifat seksual, ajakan berkencan dengan iming-iming atau ancaman,

ajakan melakukan hubungan seksual hingga perkosaan. Pelecehan seksual bisa terjadi

dimana saja dan kapan saja. Meskipun pada umumnya para korban pelecehan seksual

adalah kaum wanita, namun hal ini tidak berarti bahwa kaum pria kebal (tidak

mengalami) terhadap pelecehan seksual.10

Berdasarkan defenisi pelecehan seksual diatas dapat disimpulkan bahwa

pengertian pelecehan seksual itu sendiri merupakan perilaku atau tindakan yang

mengganggu, menjengkelkan, dan tidak diundang yang dilakukan seseorang atau

9
Immanuel, R.D, (2016). Dampak Psikososial pada Individu yang Mengalami Pelecehan Seksual di Masa Kanak-
Kanak. Universitas Mulawarman Samarinda.
10
Retyaningtyas, LW. (2017). Aku, Kamu, Lawan Kekerasan Seksual. Jakarta: Jaringan Muda & FRIDA.
sekelompok orang terhadap pihak lain yang berkaitan langsung dengan jenis kelamin

pihak yang diganggunya dan dirasakan menurunkan martabat dan harkat diri orang

yang diganggunya. Pelecehan seksual itu sendiri bertindak sebagai tindakan yang

bersifat seksual atau kecenderungan bertindak seksual yang terintimidasi non fisik

(kata-kata, bahasa, gambar) atau fisik (gerakan kasat mata dengan memegang,

menyentuh, meraba atau mencium) yang dilakukan seorang laki-laki terhadap

perempuan.11

b. Tipe-Tipe Pelecehan Seksual

Meski berbagai kalangan berbeda pendapat dan pandangan mengenai

pelecehan seksual, namun secara umum kriteria pelecehan seksual yang dapat

diterima akal sehat antara lain memiliki 10 tipe-tipe pelecehan seksual seperti: 1)

Main mata atau pandangan yang menyapu tubuh, biasanya dari atas kebawah bak

“mata keranjang“ penuh nafsu. 2) Siulan nakal dari orang yang dikenal atau

tidak dikenal. 3) Bahasa tubuh yang dirasakan dilecehkan, merendahkan dan

menghina. 4) Komentar yang berkonotasi seks atau kata-kata yang melecehkan harga

diri, nama baik, reputasi atau pencemaran nama baik. 5) Mengungkapkan gurauan-

gurauan bernada porno (humor porno) atau lelucon cabul. 6) Bisikan bernada seksual.

7) Menggoda dengan ungkapan-ungkapan bernada penuh hasrat. 8) Komentar

perlakukan negative yang berdasar pada gender. 9) Perilaku meraba-raba tubuh

korban dengan tujuan seksual:

a) Cubitan, colekan, tepukkan atau sentuhan dibagian tertentu.

b) Meraba tubuh atau bagian tubuh sensitif.

c) Menyentuh tangan ke paha.

11
Minarsih, E. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dengan Pelecehan Seksual.
Institut Kesehatan Helvetia: Medan.
d) Menyentuh tangan dengan nafsu seksual pada wanita.

e) Memegang lutut tanpa alasan yang jelas.

f) Menyenderkan tubuh ke wanita.

g) Memegang tubuh atau bagian tubuh lain dan dirasakan tidak nyaman bagi

korban.

h) Menepuk-nepuk bokong perempuan.

i) Berusaha mencium atau mengajak berhubungan seksual.

j) Mencuri cium dan kabur.

k) Gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual.

l) Ajakan berkencan dengan iming-iming.

m) Ajakan melakukan hubungan seksual.

c. Bentuk Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual mencakup perilaku menatap, berbicara mengenai seksualitas,

menyentuh tubuh perempuan, mencoba memaksa perempuan untuk melakukan

tindakan seksual yang tidak diinginkan, mengajak kencan berulang kali, hingga

sampai pemerkosaan.12

berpendapat selain itu secara lebih jelas, bentukbentuk yang dianggap sebagai

pelecehan seksual adalah sebagai berikut:

1) Menggoda atau menarik perhatian lawan jenis dengan siulan.

2) Menceritakan lelucon jorok atau kotor kepada seseorang yang merasakannya

sebagi merendahkan martabat.

3) Mempertunjukkan gambar-gambar porno berupa kalender, majalah, atau buku

bergambar porno kepada orang yang tidak menyukainya.

12
Matlin. (1987). The Psychology of Women. Florida:Holt & Rinehart Winston. Inc, hlm 57.
4) Memberikan komentar yang tidak senonoh kepada penampilan, pakaian atau

gaya seseorang.

5) Menyentuh, menyubit, menebuk tanpa dikehendaki, mencium dan memeluk

seseorang yang tidak menyukai pelukan tersebut.

6) Perbuatan memamerkan tubuh atau alat kelamin kepada orang yang terhina

karenanya.13

Kekerasan seksual dalam Pasal 5 pada Permendikbud No. 30 Tahun 2021 terbagi

menjadi 21 bentuk, yakni :

1. Menyampaikan ujaran yang mendiskriminasi atau melecehkan tampilan fisik,

kondisi tubuh, dan/atau identitas gender Korban

2. Memperlihatkan alat kelaminnya dengan sengaja tanpa persetujuan Korban

3. Menyampaikan ucapan yang memuat rayuan, lelucon, dan/atau siulan yang

bernuansa seksual pada Korban

4. Menatap Korban dengan nuansa seksual dan/atau tidak nyaman

5. Mengirimkan pesan, lelucon, gambar, foto, audio, dan/atau video bernuansa

seksual kepada Korban meskipun sudah dilarang Korban

6. Mengambil, merekam, dan/atau mengedarkan foto dan/atau rekaman

audio dan/atau visual Korban yang bernuansa seksual tanpa persetujuan

7. Mengunggah foto tubuh dan/atau informasi pribadi Korban yang bernuansa

seksual tanpa persetujuan Korban

8. Menyebarkan informasi terkait tubuh dan/atau pribadi Korban yang bernuansa

seksual tanpa persetujuan Korban

9. Mengintip atau dengan sengaja melihat Korban yang sedang melakukan

kegiatan secara pribadi dan/atau pada ruang yang bersifat pribadi

13
Collier,R. (1992). Pelecehan Seksual. Hubungan Dominasi Mayoritas dan Minoritas. Yogyakarta: PT.Tiara
Wacana dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika, hlm. 13.
10. Membujuk, menjanjikan, menawarkan sesuatu, atau mengancam

untuk melakukan transaksi atau kegiatan seksual yang tidak disetujui Korban

11. Memberi hukuman atau sanksi yang bernuansa seksual

12. Menyentuh, mengusap, meraba, memegang, memeluk, mencium dan/atau

menggosokkan bagian tubuhnya pada tubuh Korban tanpa persetujuan Korban

13. Membuka pakaian Korban tanpa persetujuan Korban

14. Memaksa Korban untuk melakukan transaksi atau kegiatan seksual

15. Mempraktikkan budaya komunitas Mahasiswa, Pendidik, dan Tenaga

Kependidikan yang bernuansa Kekerasan Seksual

16. Melakukan percobaan perkosaan, namun penetrasi tidak terjadi

17. Melakukan perkosaan termasuk penetrasi dengan benda atau bagian tubuh

selain alat kelamin

18. Memaksa atau memperdayai Korban untuk melakukan aborsi

19. Memaksa atau memperdayai Korban untuk hamil

20. Membiarkan terjadinya Kekerasan Seksual dengan sengaja

21. Melakukan perbuatan Kekerasan Seksual lainnya.

2. Pengetahuan

a. Pengertian

pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap

objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Sebagian

besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan

indera penglihatan (mata).14

b. Domain Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan bagian yang penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lama bertahan
14
Notoadmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Rineka Cipta: Jakarta.
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. terdapat enam tingkatan di

dalam domain kognitif, yaitu:

1). Tahu (Know)

Tahu merupakan pengetahuan paling rendah, diartikan sebagai mengingat suatu

materi yang telah sdipelajarinya dan dapat diukur dengan kata kerja menyebutkan,

menguraikan, mengidentifikasi, maupun menyatakan.15

2). Memahami (Comprehension)

Memahami artinya suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang apa

yang diketahui sehingga orang yang paham terhadap suatu materi dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh atau menyimpulkan objek yang dipelajari.

3). Aplikasi (Application)

Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi dan kondisi, seperti penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip

dan sebagainya.

4). Analisis (Analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menyatakan materi ke dalam

komponen-komponen tetapi masih ada

kaitannya satu sama lain.

5). Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di

dalam suatu formulasi yang baru.

6). Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi

berdasarkan criteria yang ditentukan sendiri maupun menggunakan criteria yang telah

ada.
15
A.Wawan & Dewi M. (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap. Nuha Medika: Yogyakarta.
7). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan terbagi menjadi dua bagian yaitu:

1). Faktor internal

a). Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang

akan pola hidup terutama dalam memotivasi dalam bersikap. Pada umumnya

semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi.

b). Usia

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.

c). Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang

sesuatu yang bersifat informasi.

d). Kepribadian

Merupakan organisasi dari pengetahuan dan sikap-sikap yang dimiliki

seseorang sebagai latar belakang terhadap perilakunya.

2). Faktor eksternal

a). Lingkungan

Lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok.

b). Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari

sikap dalam menerima informasi.


c. Kerangka teori

pelecean seksual

Sosialisasi

internal pengetahuan eksternal

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

a. Kerangka konsep
Pelecehan seksual

sosialisasi Pengetahuan

b. Hipotesis

Dalam penelitian ini hipotesis yang di ajukan adalah:

Ha: ada pengaruh antara sosialisi pada pengetahuan mahasiswa tentang

kekerasan seksual di kampus Universitas Nurul jadid.

BAB 4
METODE PENELITIAN
a. Desain penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan Fenomenologi
dan bersifat Indepth Interview yaitu melakukan wawancara mendalam
terhadap informan agar diketahui secara jelas dan mendalam tentang
Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Islam kalimantan MAB Banjarmasin terkait Kekerasan Seksual.
Informan dalam penelitian ini berjumlah 11 orang. Penelitian ini mengolah
data menggunakan teknik Triangulasi.
b.Populasi, sampel dan sampling
c. Variabel penelitian
d.Definisi oprasional
e. Tempat penelitian
f. Waktu penelitian
g.Instrumen penelitian
h.Prosedur pengumpulan data
i. Analisa data

Anda mungkin juga menyukai