Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan

https://jurnal.peneliti.net/index.php/JIWP
Vol. 7, No.7, November 2021

Analisis Fungsi Peraturan Mentri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor
30 Tahun 2021 dalam Mencegah Kekerasan Seksusal di Kampus

Andika Suherman1, Lina Aryani2, Eka Yulyana3


1
Mahasiswa Universitas Singaperbangsa Karawang
2,3
Dosen Universitas Singaperbangsa Karawang
Email: andikasuherman99@gmail.com , HP. 087872803062
Info Artikel Abstract:
Sejarah Artikel: Regulation of the Ministry of Education, Culture, Research and
Diterima: 24 Oktober 2021 Technology number 30 of 2021 or better known as PPKS is a
Direvisi: 9 November 2021
Dipublikasikan: November 2021
regulation that was born on the rise of sexual violence on
e-ISSN: 2089-5364 campus. The presence of PPKS invited a fierce and viral debate
p-ISSN: 2622-8327 between the two sides, where the supporters stated that PPKS
DOI: 10.5281/zenodo.5704133 was the hope in alleviating cases of sexual violence on campus,
while the contra called PPKS a controversial regulation because
it could legalize free sex on campus. Analysis is needed to
examine this problem. This study uses a combination of
qualitative and quantitative methods, with samples taken at
random to 100 students in 20 different campuses. The results of
the research and analysis of the discussion show that
philosophically many PPKS rules do not conflict with the
Pancasila philosophy and the 1945 Constitution, sociologically
PPKS gets a lot of support in academic circles but rejection
among religious groups and juridically still found formal and
material defects in the drafting process in PPKS.

Keywords: PPKS, Sexual Violence, Campus and Analysis

PENDAHULUAN
Kesetaraan gender merupakan isu Seperti di Indonesia pada tahun 1928,
yang sering dihembuskan dalam ruang dimana 30 organisasi perempuan bersatu
lingkup kehidupan manusia saat ini, dalam kongres perempuan untuk
pembahasan yang menuntut pemenuhan membahas salahsatunya mengenai
standarisasi kesetaraan antara kaum persamaan hak dan kedudukan antara laki-
perempuan dengan gologan pria pada laki dan perempuan (Venetria, 2017)
hakekatnya adalah suara yang meneriakan Gerakan kesetaran gender seolah
advokasi sejak lama oleh kaum perempuan. menjadi bias karena adanya batasan-
batasan yang samar-samar sehingga

173
menempatkan perempuan untuk melakukan
sesuatu dan dalam satu sisi melarangnya,
semuanya termuat dalam nilai-nilai sosial, 406178 407952 416752
agama dan budaya yang ketiganya didasari
oleh pemahaman dangkal akan patriarki. 348446
Kontruksi sosial yang terbentuk pun
bersifat destruktif, sehingga melahirkan
patologi sosial diantaranya adalah tentang 259150
kekerasan seksual (Sitorus, 2019)
Kekerasan seksual menurut
Marchyla Sumera (2013) pada realitas
kehidupan fana ini pada dasarnya adalah
kenyataan yang tidak dapat dihindarkan,
bahwa tindakan kekerasan terhadap kaum
yang lemah secara fisik terutama
perempuan dan anak-anak menjadi
kesehariaan dan terjadi dimana-mana.
Kekerasan seksual selalu menjadi Gambar 1. Bagan Angka Laporan
ancaman besar bagi bangsa Indonesia Kekerasan Seksual di Indonesia
dengan korban mayoritas berjenis kelamin
perempuan, sebagaimana hasil survei dari
Koalisi Ruang Publik Aman (KRPA), yang Kekerasan seksual adalah bentuk
menyatakan 3 dari 5 perempuan (64%) tindakan kejahatan yang dapat
Inonesia di akhir tahun 2020 atau tepatnya dilaksanakan kapan saja serta diberbagai
bulan November sampai awal Desember macam tempat, termasuk diruang lingkup
pernah mengalami pelecehan di ruang pendidikan seperti di Kampus. Hal ini
publik (Fitriyah, 2020). senada dengan yang diutarakan oleh Ariani
Data Catatan Tahunan tentang Hasanah Soejoeti dan Vinita Susanti (2020)
kekerasan terhadap perempuan yang dirilis jika akhir-akhir ini atau dalam beberapa
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap tahun terakhir pemberitaan media terhadap
Perempuan (Komnas Perempuan) kekerasan seksual lebih mengarah ke ranah
menunjukkan jumlah laporan kekerasan perguruan tinggi.
dari tahun 2016-2019 telah menunjukan Mentri Pendidikan dan
trend kenaikan yang cukup siginifikan Kebudayaan, Nadiem Makariem dalam
(Timorria, 2019) dan angka ini terus (CNN Indonesia, 2021) menyatakan bahwa
mengalami kenaikan di tahun 2020 yang survei yang dilaksanakan oleh
hampir menyentuh 500ribu kasus (Alpian, Kemendikbud pada tahun 2020 sebanyak
2020) 77 persen dosen yang menyatakan bahwa
terdapat kekerasan seksual di perguruan
tinggi. Catatan Komnas Perlindungan
Perempuan di rentan tahun 2016-2018
angka kekerasan di kampus masih diatas
ratusan (Astarina, 2019)

174
yang menyatakan bahwa Setiap orang
berhak atas perlindungan bagi
pengembanganya, untuk memperoleh
pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan
meningkatkan kualitas hidupnya agar
menjadi manusia yang beriman, bertaqwa,
bertanggung jawab, berakhlak mulia,
bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak
asasi manusia.
Namun faktanya korban justru
mengalami pemutar balikan fakta, seperti
akhir-akhir ini dimana terdapat seorang
mahasiswi korban pelecehan seksual dari
dosennya justru diancam untuk membayar
2015 2016 2017 uang dengan nominal 10 miliar karena
Korban 363 325 320 dianggap telah mencoreng nama baik sang
Pelaku 275 270 280 dosen tersebut. Kasus serupa, hampir
terjadi dibanyak kampus kecil maupun
Gambar 2. Bagan Pelaku dan Korban besar di Indonesia yang bahkan lembaga
Kekerasan Seksual di Kampus Tahun perguruan tinggi cenderung bersifat skeptis
2015-2017 dan mencoba untuk menenggelamkan isu,
demi menjaga reputasi kampus.
Bagaikan gayung yang bersautan,
Efek yang dihasilkan dari kekerasan
Kemendikbud mencoba menengahi serta
seksual terhadap korban menurut
menindak tegas permasalahan kekerasan
Izzaturohmah, Khaerani dan Artaria dalam
seksual di Kampus dengan cara
(Trihastuti & Nuqul, 2020) sangat
menerbitkan peraturan baru, yakni
berdampak negatif seperti depresi, merasa
Permendikbud No. 30 Tahun 2021 tentang
dirinya tidak lagi suci atau kotor, ketakutan,
Pencegahan Dan Penanganan Kekerasan
kepercayaan diri yang rendah, kesulitan
Seksual Di Lingkungan Perguruan Tinggi.
mengontrol emosi, takut menikah, tertekan,
Belum peraturan tersebut muncul di
terpuruk, juga dampak terhadap fisik
permukaan bahkan belum masuk kedalam
berupa rontoknya rambut dan penurunan
program legislasi nasional, banyak pihak
daya tahan tubuh karena beriringan dengan
yang menganggap Peraturan itu sangat
pola hidup yang tidak karuan, contohnya
kontroversial karena adanya benturan
pola makan yang tidak teratur.
antara nilai religius serta liberalisme serta
Kementrian Pemberdayaan
peraturannya dinilai masih banyak
Perempuan dan Perlindungan Anak (2017,
mengandung makna yang ambiguitas.
p. 21) mengklasifikasikan dampak negatif
Seperti, penyebutan tidak adanya tindak
dari kekerasan seksual kedalam lima bagian
kekerasan jika saling mengizinkan atau
yakni ekonomi, sosial, kesehatan mental,
dalam tanda kutip pelegalan zina.
fisik dan prilaku. Sehingga banyak diantara
Berbagai organisasi masyarakat
mereka yang memutuskan untuk berhenti
yang dinilai memiliki basis masa besarpun
melanjutkan studi akibat trauma dalam diri
bersuara akan penolakan terhadap
yang sulit terobati.
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Sejatinya setiap mahasiswa berhak
Kebudayaan Riset dan Teknologi nomor
mendapatkan tuntunan tentang bagaimana
30 tahun 2021, diantaranya adalah
dirinya melaporkan segala bentuk
Muhammadiyah beserta 166 kampus
pelecehan seksual yang menerpa dirinya.
yang berafiliasi dengan PTS
Merujuk pada Undang-Undang Nomor 39
Muhammadiyah. Hal tersebut dilakukan
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

175
karena mereka menganggap peraturan dalam suatu proyek atau suatu spekulasi
itu sekuler yang dapat menjembatani kebijakan (Rangkuti, 2016, p. 10).
mahasiswa dalam melegalkan seks Peraturan Perundang-undangan
bebas (Yuantisya, 2021). adalah keputusan yang tertulis oleh
Penolakan tidak hanya hadir dari negara atau pemerintah baik pusat
kalangan masyarakat, pihak politisi maupun daerah yang berisikan petunjuk
maupun pemerintahan juga memberikan atau pola tingkah laku yang bersifat dan
suara lantang atas kelahiran mengikat secara umum (Manan, 1992, p.
Permendikbud dan Riset No. 30 Tahun 18). Sedangkan Ahmad Redi (2017, p.
2021, seperti Partai Keadilan Sosial dan 22) menyebutkan jika Peraturan harus
Kementrian Agama. Tidak jauh dari memiliki tiga fungsi dan bisa dijadikan
alasan sebelum-sebelumnya jika PPKS pendekatan utama yakni
dinilai mengandung unsur yang dapat 1. Filosofis atau keadilan
berbenturan dengan norma-norma 2. Sosiologis atau kebermanfaat
masyarakat yang sudah diatur berbagai 3. Yuridis atau kepastian hukum
perundang-undangan (Mukhtar, 2021).
Sementara sejumlah aliansi atau Analisis
organisasi kemahasiswaan cenderung SWOT
mendukung gerakan tersebut, seperti Analisis PPKS
yang terjadi ketika di acara Mata Najwa dalam
banyak diantara mereka yang menilai mencegah
kekerasan
aturan ini sangat baik bagi kehidupan seksual di
kampus sehingga mampu meminimalisir Kampus
bahkan meniadakan kekerasan seksual Fungsi
yang terjadi diranah kampus. Peraturan
Pro dan kontra terhadap PPKS
menjadi objek menarik untuk penulis Gambar 3. Bagan Kerangka Teoritis
jadikan sebagai objek penelitian melalui
analisis yang mendalam terhadap
peraturan tersebut, untuk kemudian
mencoba untuk mengkompre antara data METODOLOGI PENELITIAN
dan teori serta aktualisasi dilapangan Penelitian ini menggunakan jenis
apakah benar peraturan ini dapat mix methods atau menurut Sugiyono (2017,
menanggulangi kekerasan seksual p. 18) merupakan penelitian dengan
diranah kampus atau malah justru mengkombinasikan antara dua jenis
sebaliknya. metode penelitian sekaligus, kualitatif dan
kuantitatif dalam suatu kegiatan penelitian,
LANDASAN TEORI sehingga akan diperoleh data yang lebih
Analisis menurut Definisi adalah komprehensif, valid, reliabel, dan objektif.
usaha untuk mengurai suatu masalah Subjek penelitian dalam penelitian
menjadi bagian-bagian. Sehingga, susunan ini adalah mahasiswa, sedangkan objek
tersebut tampak jelas dan kemudian bisa penelitian ini ialah analisis dalam
ditangkap maknanya atau dimengerti duduk mengetahui dan mengkaji fungsi
perkaranya (Komariah & Djaman, 2014). Permendikbudristek No. 30 Tahun 2021
Salah satu jenis analisis adalah SWOT tentang PPKS dalam mewujudkan kampus
atau Analisis SWOT adalah metode yang anti terhadap kekerasan seksual.
perencanaan strategis yang digunakan Sampel diambil secara acak dengan
untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), menargetkan minimal 100 mahasiswa di
kelemahan (weaknesses), peluang hampir 10 kampus yang ada di Indonesia.
(opportunities) dan ancaman (threats) Teknik pengambilan data diambil melalui

176
kuisioner yang disebar oleh peneliti pada 10 Disini peneliti memberikan 4 opsi jawaban
sampai 12 November 2021. Adapun untuk yang meliputi
memperkuat data maka peneliti 1. Setuju
menggunakan studi dokumentasi melalui 2. Menolak
beberapa jenis jurnal atau buku yang terkait 3. Abstain
dengan penelitian ini. 4. Opsi lain
80
HASIL DAN PEMBAHASAN 80

Hasil Penelitian 70
Setelah melakukan penyebaran
kuisioner selama 40 jam penulis berhasil 60
meraih sebanyak 117 mahasiswa dari lebih
35 kampus di Indonesia yang identitasnya 50
tidak bisa di publish untuk menjaga
40
keamanan terhadap mahasiswa tersebut.
29
Adapun hasil dari penelitian ini 30
menunjukan grafik bagan sebagai berikut
Pertanyan pertama tentang adanya 20
praktik kekerasan/pelecehan seksual di 6
10
kampus yang mereka tempati, dengan 2
jawaban yang ditawarkan oleh peneliti ada 0
5 buah, yakni Setuju Menolak Abstain Opsi lain
1. Iya
2. Kemungkinan iya Gambar 5. Bagan 1 Hasil Penelitian
3. Tidak tau Pertanyaan kedua
4. Kemungkinan tidak
5. Tidak ada
Dua opsi lain yang diutarakan dari
86 pengisi kuisioner adalah penambahan diksi
90
80
usia 20 tahun keatas untuk pasal-pasal yang
70 dinilai dapat mengundang pelegalan seks
60 bebas dan serta penyetujuan bersyarat
50 dengan mengkaji ulang pasal-pasal yang
40 dinilai kontroversial.
30 21 Dari dua pertanyaan yang
20 dilontarkan peneliti menunjukan masih
6 3
10 1
tingginya angka pelecehan seksual di
0
perguruan tinggi, terutama di kampus yang
mencampur mahasiswa dan mahasiswi
dalam satu ruang lingkup dan cenderung
liberal seperti kampus swasta dan negri.
Sementara hasil survei menunjukan tingkat
Gambar 4. Bagan Hasil Penelitian soal pelecehan seksual di kampus yang notabene
pertama hanya diisi oleh satu jenis kelamin atau
membatasi pertemuan lawan jenis,
cenderung minim bahkan tidak ada, seperti
Pertanyaan kedua mengenai Akademi Keperawatan serta Lipia Jakarta.
tanggapan dari mahasiswa tentang adanya Selain itu, dari survei yang
Permendikbudristek No. 30 Tahun 2021 dilakukan oleh peneliti menunjukan masih
tentang Penanganan dan Pencegahan tingginya mahasiswa yang menyetujui
Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi. pengesahan Peraturan PPKS. Penyetujuan

177
peraturan tersebut tidak hanya di isi oleh tata nilai budaya kerja Kemendikbud RI
kaum perempuan melainkan juga pria yang harus tanpa pamrih dalam
dengan ratio yang hampir berimbang. Dari mewujudkan rasa dan karsa demi
hasil penelitian ini pula, penulis cerdasnya segenap bangsa yang
mendapatkan data tambahan berupa pro terkandung pada alinea 4 pembukaan
kontra tidak dilandasi oleh gender, UUD 1945
melainkan lingkunganlah yang Kelemahan internal Kemendikbud
mempengaruhi pola pikir mereka. dan ristek terletak pada etos kerja dan
cipta dalam menyusun diksi
Pembahasan Permendikbudristek PPKS yang
Maria Farida Indrati (2007, p. 108) akhirnya bertentangan dengan falsafah
menyebutkan jika dalam pembentukan pancasila sila kedua butir tiga yang
Undang-Undang harus menyertakan dan selain pada pengangkatan kesetaraan
mengukur peraturan tersebut melalui tiga manusia juga terdapat mision yang
landasan, yakni filosofis, sosiologis dan mengharuskan Permendikbud untuk
yuridis. Hal ini semakin diperkuat dengan meregulasi kebijakan yang memiliki
Lampiran II Undang-Undang Nomor 12 daya cipta dan keyakinan.
Tahun 2011 yang memuat tentang Peluang eksternalnya adalah
penjelasan dari ketiga landasan tersebut. dengan menitik beratkan pada falsafah
Berangkat dari hal itu, maka sila kelima bahwa perwujudan keadilan
pengkajian analisis fungsi Peraturan Mentri sosial itu meliputi seluruh masyarakat
Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi Indonesia, bukan milik golongan
Nomor 30 Tahun 2021 yang menuai pro tertentu. Sehingga Permendikbud PPKS
kontra diranah publik dalam mencegah dapat terus berjalan serta menghiraukan
kekerasan seksual di kampus, akan dibahas stigma sekuler yang dituduhkan kepada
melalui pengkomparasian antara tiga fungsi Kemendikbud, toh mereka hanya
perundang-undangan dengan empat poin di membawa norma-norma adat sehingga
analisis SWOT sebagai berikut tidak mengandung unsur nasionalis
1. Landasan filosofis melainkan kesukuan dan satu agama
Landasan filosofis sebagaimana yang cenderung intoleran. Serta
yang termuat pada Lampiran II tuntutan kemedikbud dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 merealisasikan alenia pembukaan UUD
Tentang Pembuatan Peraturan 1945 tentang penghapusan segala
Perundang-undangan memiliki arti bentuk penindasan.
bahwa peraturan yang dibentuk harus Ancaman eksternal yang dapat
mempertimbangkan pandangan hidup, memberhentikan laju pengesahan
kesadaran, dan cita hukum yang Permendikbud PPKS terletak pada
meliputi suasana kebatinan serta ketidaksinkronan antara pasal
falsafah bangsa Indonesia yang kontroversial yang cenderung
bersumber dari Pancasila dan melegalkan zina dengan falsafah
Pembukaan UUD 1945. pancasila sila satu dan pembukaan
Kekuatan internal Kemendikbud UUD 1945 alenia ketiga yang masih
dan ristek dalam mewujudkan menghembuskan nafas religius.
Permendikbud PPKS dapat dilihat 2. Landasan sosiologi
dengan adanya falsafah Pancasila sila Landasan sosiologis sebagaimana
ke dua yakni hubungan manusia dengan yang termaktub dalam penjelasan
manusia yang mengakui adanya harkat Lampiran II UU No. 12/2011
dan martabat manusia dalam segala hak mengharuskan Permendikbudristek
dan kewajibannya (Hardjasoemantri, PPKS memenuhi kebutuhan
2000, p. 556) sehingga relevan dengan masyarakat dalam berbagai aspek

178
salahsatunya adalah penanggulangan menyuarakan sikap kontra. Namun
predator kekerasan seksual di sebagaimana yang telah diurai bahwa
perguruan tinggi. ancaman dari ormas maupun lembaga
Kekuatan internal daripada pemerintahan hingga partai politik yang
Kemendikbudristek guna mewujdukan menentang PPKS tidak sebanyak kubu
peraturan PPKS terletak didalam tata pro.
nilai kerja yang telah mereka buat, Namun menjadi catatan bahwa
terlebih pada poin tentang menjunjung kubu kontra hanya kalah dalam segi
meritokrasi, dimana rasa saling kuantitas masa dan argumentasi, tapi
menghargai dan menguatkan antar tidak dengan semangat militansi yang
karyawan dapat memperkokoh sudah terbentuk secara meradikal dalam
keyakinan mereka terhadap PPKS dari balutan budaya patriarki. Sehingga ini
segala serangan yang dilancarkan oleh dapat menjadi ancaman serius bagi
kubu kontra, demi meraih tujuan yang Kemenbudristek dalam meregulasikan
telah mereka tetapkan selama 2020- PPKS menjadi sah secara hukum, atau
2024 poin satu pendidikan bermutu bagi bahkan PPKS tak ubah nasibnya
peserta didik yang berkeadilan. semacam Rancangan Undang-Undang
Kelemahan internal dari Kemenbud Pidana Kekerasan Seksual yang kalah
ristek terletak pada ketiadaan dari sistem parlemen dan golongan
penyebutan nilai-nilai keadilan atau masyarakat penganut patriarki.
secara spesifik tentang penghapusan 3. Landasan yuridis
kekerasan seksual di dalam visi, misi Landasan yuridis sebagaimana yang
maupun sasaran kemenbudristek 2020- tertuang dalam Lampiran II UU12/2011
2024. bahwa Permendikbudristek PPKS harus
Sedangkan kata yang berkaitan mengatasi permasalahan hukum atau
terhadap keimanan tertuang didalam mengisi kekosongan hukum dengan
ketiganya, sehingga ini bisa menjadi mempertimbangkan aturan yang telah
kelemahan bagi kemendikbud untuk ada, yang akan diubah, atau yang akan
bisa mempelajari lebih dalam akan dicabut guna menjamin kepastian
penghapusan kekerasan seksual yang hukum dan rasa keadilan masyarakat
sifatnya liberte. termasuk didalamnya terkait
Peluang eksternal terletak pada mengentaskan problematika kekerasan
dukungan masyarakat yang sangat atau pelecehan seksual diranah kampus.
banyak mulai dari sosial media hingga Kekuatan Kemendikbudristek guna
pada ruang-ruang akademis, seperti mewujudkan pengesahan regulasi
pada hasil survei yang peneliti lakukan. kebijakan PPKS setidaknya secara
Sedangkan pihak yang kontra yuridis dapat dikatakan cukup kuat
cenderung merupakan kelompok karena didukung oleh 11 aturan yang
konservatis yang tak jarang dibenci oleh mulai dari UUD 1945 sampai ke tataran
banyak kalangan. hukum yang setara atau turunan, yakni
Penyerangan yang mereka pakai Permendikbudristek Nomor 28 Tahun
juga dinilai tidak rasional serta hanya 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja
berkutat pada pelegalan seks di kampus Kementrian Pendidikan, Kebudayaan,
tanpa mempertimbangkan banyaknya Riset dan Teknologi.
korban yang berjatuhan akibat Kelemahan internal daripada
kekerasan seksual yang mereka alami di Permendikbudristek No. 30 Tahun
kampus. 2021 adalah adanya tata diksi yang
Ancaman eksternal tentu berpusat cenderung ambiguitas dan
pada beberapa pasal kontroversial yang kontroversial sehingga dampak
memicu beberapa kaum agamis negative yang dirasakan cukup massive.

179
Seperti penghujatan, stigma buruk adalah pelegalan terhadap seks bebas
lembaga kementrian hingga boikot atau diranah kampus. Sementara kubu pro
kontra terhadap peraturan tersebut. menyatakan jika PPKS adalah harapan
Meski secara aturan itu adalah hal untuk menumpas kekerasan seksual diranah
urgent dan secara konstitusional masih kampus. Pro dan kontra pun tidak terelakan
ada harapan untuk sah, namun secara diantara keduanya.
formil penyusunan beleid dinilai tidak Secara filosofis pembentukan PPKS
terlalu terbuka dengan artian padangan dinilai masih sejalur, meski terdapat
yang dipakai terlalu sempit dan segelintir pasal yang dinilai menentang
mengkesampingkan nilai-nilai agama. falsafah pancasila dan pembukaan UUD
Peluang eksternal kemendikbud dan 1945. Namun banyak terkandung poin
riset dalam upaya untuk mengsahkan keadilan yang berdampak positif pada
Permendikbudristek terbilang samar tujuan bangsa.
karena masih minimnya dukungan dan Secara sosiologis PPKS dinilai
masih adanya benturan-benturan lebih memiliki kebermanfaatan, terlihat
dengan norma yang berlaku di dari hasil survei yang dilakukan oleh
Indonesia. peneliti dimana mayoritas mahasiswa atau
Aturan ini juga terkesan masih mahasiswi menginginkan PPKS sah
belum siap sehingga belum di sebagai produk hukum dalam memerangi
sebarluaskan oleh pihak kekerasan seksual di Kampus.
Kemendikbudristek ke seluruh pelosok Secara yuridis PPKS dinilai masih
negeri yang berakibat pada minimnya cacat secara formil dan materil, dimana
dukungan dari beberapa pihak. dalam proses pembentukannya tidak
Ancaman eksternal terhadap menggunakan azas keterbukaan yang pada
Permendikbudristek No 30 Tahun 2021 akhirnya rancangan peraturan tersebut
datang dari berbagai macam Ormas dirasa terlalu menyempitkan suatu masalah
yang melakukan gugatan formil dan serta berbenturan dengan norma terutama
materil, karena dinilai menyalahi norma agama.
norma-norma yang berlaku serta dalam
proses pembuatannya dinilai tidak Saran
menggunakan azas keterbukaan. 1. Kepada seluruh aparatur
Selain itu, beberapa lembaga juga pemerintah dan elit politik untuk
mengajukan perlawanan yuridis atas tidak merusak disintegrasi bangsa
PPKS seperti Majlis Ulama Indonesia melalui propaganda yang
yang melakukan ijtima ulama lalu melahirkan perang siber dan lain
kemudian mendesak atau sebagainya
mengintervensi Nadiem Makarim 2. Kemendikbudriset mengadakan
selaku Mentri Kemendikbudristek temu bersama antar stakeholder
untuk mencabut aturan tersebut. sehingga dapat menemukan win-
win solution.
KESIMPULAN DAN SARAN 3. Kemendikbudriset melakukan
Kesimpulan kajian ulang secara filosofis dengan
Maraknya kasus kekerasan seksual merubah diksi yang dinilai
diranah perguruan tinggi membuat kontroversial
Kemendikbudristek RI untuk melahirkan 4. Kemendikbudriset secara sosiologis
regulasi yang kemudian dinamakan diharapkan mampu menggalang
Permendikbudristek No. 30 Tahun 2021 massa pendukung agar produk
atau lebih trending dengan sebutan PPKS. hukum yang sifatnya melindungi
PPKS dinilai oleh beberapa pihak dari kekerasan seksual tidak tertolak
memuat unsur kontroversial diantaranya lagi, sebagaimana RUU PKS.

180
5. Secara yuridis Kemendikbudriset Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dituntut untuk memperbaiki aturan dan Perlindungan Anak. (2017).
formil maupun materil. Statistik Gender Tematik -
Mengakhiri Kekerasan Terhadap
DAFTAR PUSTAKA Perempuan Dan Anak Di
Indonesia. Jakarta: Kementerian
Alpian, M. (2020, Maret 7). CATAHU Pemberdayaan Perempuan dan
2020: Kekerasan Perempuan Perlindungan Anak.
Meningkat 8 Kali Lipat dalam 12 Komariah, A., & Djaman, S. (2014).
Tahun Terakhir. Retrieved from Metodologi Penelitian Kualitatif.
sonora.id: Bandung: Alvabeta.
https://www.sonora.id/read/422052 Manan, B. (1992). Dasar-Dasar
734/catahu-2020-kekerasan- Perundang-Undangan Indonesia.
perempuan-meningkat-8-kali-lipat- Jakarta: Ind Hill Co.
dalam-12-tahun-terakhir?page=all Mukhtar, U. (2021, November 11). Menag
Astarina, N. T. (2019, Juli 31). Tidak hanya Tanggapi Penolakan Permendikbud
di Amerika, kekerasan seksual di 30. Retrieved from Reublika.co.id:
kampus juga marak di Indonesia. https://www.republika.co.id/berita/
Retrieved from PSHK: r2dgsj430/menag-tanggapi-
https://pshk.or.id/blog-id/tidak penolakan-permendikbud-30
hanya-di-amerika-kekerasan- Peraturan Kementrian Pendidikan, Budaya,
seksual-di-kampus-juga-marak-di- Riset dan Teknologi Nomor 30
indonesia/ Tahun 2021 Tentang Penanganan
CNN Indonesia. (2021, November 11). dan Pencegahan Kekerasan Seksual
Survei Nadiem: 77 Persen Dosen di Perguruan Tinggi (Salinan)
Akui Ada Kekerasan Seksual di Rangkuti, F. (2016). Analisis SWOT Teknik
Kampus. Retrieved from CNN Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
Indonesia: Gramedia Pustaka.
https://www.cnnindonesia.com/nas Redi, A. (2017). Hukum Pembentukan
ional/20211111093436-20- Peraturan Perundang-undangan.
719583/survei-nadiem-77-persen- Jakarta: Sinar Grafika.
dosen-akui-ada-kekerasan-seksual- Sitorus, J. C. (2019). Quo Vadis,
di-kampus Perlindungan Hukum Terhadap
Fitriyah, I. (2020, Maret 14). Laki-laki di Korban Pelecehan Seksual Di
Balik Kekerasan dan Pelecehan Kampus. Lex Scientia Law Review,
Seksual: “Kami Juga Seorang Vol. 3 No. 1, 30-39.
Korban”. Retrieved from KSM Eka Soejoeti, A. H., & Susanti, V. (2020).
Prasetya UI: Diskusi Keadilan Restoratif dalam
https://ksm.ui.ac.id/laki-laki-di- Konteks Kekerasan Seksual di
balik-kekerasan-dan-pelecehan- Kampus. Deviance: Jurnal
seksual-kami-juga-seorang-korban/ Kriminologi, Vol. 4 No. 1, 67-83.
Hardjasoemantri, K. (2000). Aspek Hukum Sugiyono. (2017). Metode penelitian
Peran Masyarakat Serta pendidikan pendekatan kuantitatif,
Masyarakat Dalam Pengelolaan kualitatif dan R&D. Bandung:
Lingkungan. Yogyakarta: UGM Alfabeta.
Press. Sumera, M. (2013). PERBUATAN
Indrati, M. F. (2007). Ilmu Perundang- KEKERASAN/PELECEHAN
Undangan: Proses dan Teknik SEKSUAL TERHADAP
Pembentukannya. Yogyakarta: PEREMPUAN. Lex et Societatis,
Kanisius. Vol. I No. 2, 39-49.

181
Timorria, I. F. (2019, Maret 8). Laporan
Kekerasan Terhadap Perempuan
2018 Capai 406.178 Kasus, Naik
16,5%. Retrieved from Kabar24:
https://kabar24.bisnis.com/read/20
190306/15/896985/laporankekeras
an-terhadap-perempuan-2018capai-
406.178-kasus-naik-165
Trihastuti, A., & Nuqul, F. L. (2020).
Menelaah Pengambilan Keputusan
Korban Pelecehan Eksual Dalam
Melaporkan Kasus Pelecehan
Seksual. Personifikasi, Vol. 11 No.
1, 1-15.
Undang-Undang Dasar Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
Tentang Hak Asasi Manusia
Venetria. (2017, Desember 12). Kongres
Perempuan Pertama Jadi Awal
Perjuangan Kesetaraan Gender.
Retrieved from Detiknews:
https://news.detik.com/adv-nhl-
detikcom/d-3780853/kongres-
perempuan-pertama-jadi-awal-
perjuangan-kesetaraan-gender
Yuantisya, M. (2021, November 10).
Muhammadiyah Beberkan Alasan
Tolak Permendikbudristek Nomor
30 Tahun 2021. Retrieved from
Pikiranrakyatcom:https://www.piki
ranrakyat.com/nasional/pr0129828
15/muhammadiyahbeberkanalasan-
tolak-permendikbudristek-nomor-
30-tahun-2021

182

Anda mungkin juga menyukai