Anda di halaman 1dari 9

Implementasi Nilai Pancasila dalam Diskriminasi Gender

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI NILAI PANCASILA


DALAM MENANGANI KASUS DISKRIMINASI GENDER DI INDONESIA

Ameylia Yosy Mustika Sari


Program Studi Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
ameylia.22058@mhs.unesa.ac.id

Abstrak
Artikel ini membahas bagaimana implementasi Pendidikan Kewarganegaraan dengan mengintegrasikan nilai-nilai
Pancasila dapat menjadi solusi efektif dalam menangani dan mengurangi kasus diskriminasi gender di Indonesia.
Pendekatan ini mencakup langkah-langkah konkret dalam pendidikan kewarganegaraan, kebijakan publik, dan
pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan perubahan positif. Artikel ini juga menyoroti upaya-upaya yang telah
diambil oleh pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil dalam menghadapi tantangan diskriminasi
gender.
Kata kunci: Diskriminasi, Gender, Pancasila

Abstract
This article discusses how the implementation of Citizenship Education by integrating Pancasila values can be an
effective solution in handling and reducing cases of gender discrimination in Indonesia. This approach includes
concrete steps in civic education, public policy, and community empowerment to create positive change. This article
also highlights the efforts that have been taken by governments, non-governmental organizations and civil society to
address the challenges of gender discrimination.
Keywords: Discrimination, Gender, Pancasila

yang merupakan bagian dari perkembangan IPTEK


PENDAHULUAN
memiliki peranan dalam membentuk dan menggiring
Semakin berkembangnya zaman, teknologi- opini publik, apalagi sosial media yang kini lebih
teknologi yang diciptakan oleh para ahli pun semakin digemari oleh masyarakat Indonesia dibandingkan dengan
memudahkan semua orang berkomunikasi tanpa harus berita yang ada di televisi atau platform-platform lainnya.
bertemu secara langsung. Media sosial ialah salah satu Sebab, media sosial adalah unit yang ada pada media
bentuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. online, yaitu media online atau media daring yang
Hanya dengan satu aplikasi, hamper semua kalangan dimanfaatkan sebagai sarana berhubungan atau lebih
masyarakat dari penjuru dunia dapat berkomunikasi tepatnya pergaulan secara online di jaringan internet
bahkan bersahabat tanpa perlu mengeluarkan tenaga dan (Maxmanroe, 2018).
biaya yang sangat besar. Dengan adanya handphone yang Media sosial, sebagai platform komunikasi
seolah tidak pernah lepas dari genggaman manusia global yang kuat, dapat menjadi alat untuk menyebarkan
membuat dunia terasa seperti dalam genggaman. Banyak informasi positif, tetapi juga dapat menjadi tempat di
aplikasi di sosial media yang ditawarkan dengan ciri khas mana diskriminasi gender berkembang subur. Mulai dari
masing-masing dengan fungsi untuk memudahkan komentar merendahkan, pelecehan seksual, hingga
penggunanya berkomunikasi, diantaranya Facebook, penyebaran stereotip gender yang merugikan, media
Twitter, Instagram, hingga Tiktok. Media sosial sangat sosial dapat menjadi sarana yang memperkuat norma-
populer di kalangan remaja untuk berlomba-lomba norma sosial yang merugikan.
menjadikan identitas dirinya sebagai remaja yang “up to Beberapa contoh diskriminasi gender di media
date” dengan cara menjadi pengguna aktif sosial media sosial meliputi penggunaan bahasa kasar atau seksis,
dengan check-in place di tempat-tempat high class, foto- pelecehan daring, doxxing (mencari dan
foto bersama circle, genre music, film dan buku yang menyebarluaskan informasi pribadi seseorang secara
sedang populer. Namun, dibalik keunggulan yang tidak sah), dan penyebaran citra atau meme yang
ditawarkan oleh perkembangan teknologi, sosial media merendahkan suatu kelompok gender. Diskriminasi

1
Implementasi Nilai Pancasila dalam Diskriminasi Gender

semacam ini tidak hanya merugikan individu secara kehidupan, serta mewujudkan masyarakat yang adil,
emosional, tetapi juga dapat berdampak pada kesehatan demokratis, dan berkeadilan sesuai dengan semangat
mental dan kesejahteraan psikologis mereka. Pancasila. Implementasi ini bukan hanya tanggung jawab
Selain itu, diskriminasi gender di media sosial pemerintah dan lembaga pendidikan, tetapi juga tanggung
juga dapat memperkuat ketidaksetaraan gender di jawab seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama
masyarakat secara lebih luas. Ketika perilaku menciptakan perubahan yang positif dan inklusif dalam
diskriminatif dianggap sebagai norma atau diterima menangani kasus diskriminasi gender di Indonesia.
secara luas, hal ini dapat menghambat kemajuan menuju
kesetaraan gender. METODE
Indonesia, sebagai negara yang berlandaskan Jenis penelitian merupakan penelitian
Pancasila, memiliki komitmen untuk mewujudkan menggunakan studi literatur, yaitu serangkaian kegiatan
keadilan, kesetaraan, dan kesejahteraan bagi seluruh yang berkaitan dengan metode pengumpulan data
warganya. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menjadi pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelola bahan
salah satu instrumen penting dalam merealisasikan nilai- penelitian (Ruslan, 2008:31). Menurut Nazir (1998:112)
nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu studi kepustakaan merupakan langkah yang penting
tantangan serius yang dihadapi Indonesia adalah kasus dimana setelah seorang peneliti menetapkan topik
diskriminasi gender, yang melibatkan ketidaksetaraan penelitian, Langkah selanjutnya adalah melakukan
dan perlakuan tidak adil terhadap individu berdasarkan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan
jenis kelamin mereka. dengan topik penelitian.
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peran Dalam pencarian teori ini, peneliti akan
strategis dalam mengatasi dan mencegah kasus mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari
diskriminasi gender. Melalui pendidikan ini, generasi kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber
muda dapat diberdayakan untuk memahami, kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah,
menghormati, dan mempraktikkan nilai-nilai Pancasila hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-
sebagai landasan utama dalam membangun masyarakat sumber lainnya yang sesuai (internet, koran, dll).
yang inklusif dan berkeadilan. Implementasi nilai-nilai Penulis melakukan kajian kepustakaan berbasis
Pancasila dalam PKn menjadi kunci untuk menciptakan penelitian, laporan, berita yang dapat menjadi kajian
lingkungan pendidikan yang mendukung kesetaraan teoritis dalam diskursus implementasi Pendidikan
gender. Kewarganegaraan melalui Nilai Pancasila dalam Kasus
Dalam konteks ini, implementasi Pendidikan Diskriminasi Gender. Setelah itu penulis memberikan
Kewarganegaraan melibatkan strategi pembelajaran yang argumentasi yang berbasis atas kajian kepustakaan guna
mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila secara konkret menunjukkan korelasi nilai pancasila dalam mewujudkan
dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat. Hal ini kesetaraan gender di Indonesia.
mencakup pemahaman mendalam tentang nilai-nilai
dasar Pancasila, seperti Ketuhanan Yang Maha Esa, HASIL DAN PEMBAHASAN
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, Gender dan Jenis Kelamin
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan Pengertian gender diperkenalkan oleh para
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial ilmuwan sosial untuk mendefinisikan perbedaan antara
bagi seluruh rakyat Indonesia. laki-laki dan perempuan yang bersifat bawaan sebagai
Pentingnya implementasi nilai-nilai Pancasila ciptaan Tuhan dan yang bersifat bentukan budaya yang
dalam PKn sebagai upaya menangani kasus diskriminasi dipelajari dan diimplementasikan sejak kecil. Perbedaan
gender tidak hanya untuk mengubah persepsi dan sikap peran gender ini sangat membantu kita untuk memikirkan
masyarakat, tetapi juga untuk menciptakan perubahan kembali tentang pembagian peran yang selama ini
struktural dalam kelembagaan pendidikan dan dianggap telah melekat pada manusia perempuan dan laki-
masyarakat secara keseluruhan. Selain itu, penguatan laki untuk membangun gambaran relasi gender yang
peran guru sebagai fasilitator pembelajaran yang efektif dinamis dan tepat serta cocok dengan kenyataan yang ada
dalam mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila terhadap dalam masyarakat. Perbedaan konsep gender secara sosial
isu-isu gender menjadi hal yang krusial. telah melahirkan perbedaan peran perempuan dan laki-
Dengan menggali lebih dalam melalui laki dalam masyarakatnya. Secara umum adanya gender
implementasi Pendidikan Kewarganegaraan, diharapkan telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, fungsi
masyarakat Indonesia dapat membangun budaya yang dan bahkan ruang tempat dimana manusia beraktivitas.
menghargai perbedaan gender, mendorong partisipasi Sedemikian rupanya perbedaan gender ini melekat pada
aktif perempuan dan laki-laki dalam berbagai aspek
Implementasi Nilai Pancasila dalam Diskriminasi Gender

cara pandang kita, sehingga kita sering lupa seakan-akan 1. Stereotip


hal itu merupakan sesuatu yang permanen dan abadi Pelabelan negatif terhadap salah satu jenis
sebagaimana permanen dan abadinya ciri biologis yang kelamin/gender. Stereotip sebenarnya ada yang
dimiliki oleh perempuan dan laki-laki. bersifat positif, namun sayangnya kebanyakan
Gender merupakan konstruksi sosial yang stereotip memberikan kesan negatif. Misalnya
terbentuk melalui proses yang panjang. Kata „gender‟ stereotip bahwa semua orang Madura itu pelit, atau
dapat diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status stereotip bahwa orang berbadan kurus itu
dan tanggungjawab pada laki-laki dan perempuan sebagai berpenyakit. Banyak kita jumpai khususnya pada
hasil dari bentukan (konstruksi) sosial budaya yang sosial media komen-komen yang mengundang
tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke stereotip negatif, padahal mereka yang berkomentar
generasi berikutnya. Dengan demikian gender adalah hasil hanya melihat faktanya dari postingannya bukan
kesepakatan antar manusia yang tidak bersifat kodrati. aslinnya.
Oleh karenanya gender bervariasi dari satu tempat ke 2. Beban Berlebihan
tempat lain dan dari satu waktu ke waktu berikutnya. Adanya anggapan bahwa perempuan memiliki
Gender tidak bersifat kodrati, dapat berubah dan dapat sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk
dipertukarkan pada manusia satu ke manusia lainnya menjadi kepala rumah tangga, mengakibatkan semua
tergantung waktu dan budaya setempat. pekerjaan domestik atau rumah tangga menjadi
Penyebutan gender dan jenis kelamin atau seks tanggungjawab perempuan. Selain itu, pekerjaan
sering diartikan secara rancu. Istilah seks dalam KBBI rumah tangga atau kerja domestik dianggap sebagai
berarti jenis kelamin, yang lebih banyak menekankan pekerjaan perempuan, maka meskipun perempuan
kepada aspek biologi seseorang, meliputi perbedaan bekerja di luar rumah apakah karena implikasi
komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, anatomi fisik, (konsekuensi) dari pendidikan yang diperoleh
reproduksi, dan karakteristik biologis lainnya. Perempuan (karier) atau karena kebutuhan pendapatan keluarga,
mengalami menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui; perempuan tetap saja dituntut untuk menjalankan
laki-laki membuahi dengan spermatozoa). Jenis kelamin pekerjaan rumah tangga dan bahkan dituntut untuk
biologis inilah merupakan ciptaan Tuhan, bersifat kodrat, menomorsatukan pekerjaan rumah tangga.
tidak dapat berubah, tidak dapat dipertukarkan dan Konsekuensinya, banyak kaum perempuan yang
berlaku sepanjang zaman. harus bekerja lebih keras dan lebih lama. Perempuan
sudah mulai mengerjakan pekerjaan rumah tangga
Gender Jenis Kelamin sebelum anggota keluarga lainnya bangun dan yang
Peran sosial tergantung Peran reproduksi kesehatan paling akhir beristirahat. Selain itu, perempuan
pada waktu dan keadaan. berlaku sepanjang masa. masih dituntut dapat menjalankan peran
Peran sosial bukan kodrat Peran reproduksi kesehatan reproduksi baik secara biologis maupun sosial,
Tuhan tapi buatan manusia. ditentukan oleh Tuhan atau yang akhirnya melahirkan tidak saja peran ganda tapi
kodrat. multi peran dan tentunya berdampak pada jam kerja
Maskulintas dan feminitas Laki-laki dan perempuan perempuan yang lebih panjang lagi dan melelahkan.
Bersifat sosial budaya dan Bersifat biologis dan Di kalangan keluarga miskin atau menengah
mengacu pada kualitas mengacu pada perbedaan yang tidak dapat mempekerjakan PRT, pekerjaan
feminim dan maskulin, yang kelihatan dalam alat rumah tangga ini harus dipikul sendiri, terlebih jika
pola, perilaku, peran, kelamin dan perbedaan perempuan tersebut harus bekerja untuk mencukupi
tanggung jawab, dan lain- dalam hubungan dengan kebutuhan keluarga dengan penghasilan yang pas-
lain. fungsi prokreasi. pasan. Di sisi lain, pekerjaan sebagai PRT, dengan
Tabel 1. Perbedaan Gender dan Seks adanya pandangan bias gender, dianggap identik
dengan tugas kodrati perempuan sehingga profesi ini
Bentuk-bentuk Ketidakadilan Gender seringkali dihargai lebih rendah dari kerja-kerja
Ketidakadilan gender adalah ketidakadilan yang lainnya .
3. Subordinasi
bersumber dari perbedaan sifat dan peran yang dilekatkan
Sikap merendahkan posisi/status sosial dari
Masyarakat kepada jenis kelamin laki-laki, Perempuan
salah satu jenis kelamin/gender. Anggapan bahwa
dan interseks. Perbedaan gender dibentuk oleh
Masyarakat, karenanya dapat berubah dari waktu ke perempuan itu irrasional atau emosional
waktu, namun diyakini sebagai sesuatu yang baku menyebabkan perempuan dijauhkan dari dunia
politik, tidak bisa tampil sebagai pemimpin, yang
(kodrat).
berakibat munculnya sikap yang menempatkan

3
Implementasi Nilai Pancasila dalam Diskriminasi Gender

perempuan pada posisi yang tidak penting, yang


lebih rendah daripada laki-laki. Bahkan ada Diskriminasi Gender dalam Sosial Media
anggapan bahwa anak perempuan tidak perlu sekolah Semakin berkembangnya zaman, teknologi-
tinggi-tinggi. Bila keuangan terbatas, maka anak teknologi yang diciptakan oleh para ahli pun semakin
laki-laki lebih diutamakan untuk bersekolah. Jika memudahkan semua orang berkomunikasi tanpa harus
suami akan pergi belajar (jauh dari keluarga) atau bertemu secara langsung. Media sosial ialah salah satu
ditugaskan ke luar kota, dia bisa mengambil bentuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
keputusan sendiri, sedangkan istri harus atas seizin Hanya dengan satu aplikasi, hamper semua kalangan
suami. Selain itu, perempuan yang menjadi kepala masyarakat dari penjuru dunia dapat berkomunikasi
rumah tangga tidak pernah diakui oleh Negara. bahkan bersahabat tanpa perlu mengeluarkan tenaga dan
4. Marginalisasi biaya yang sangat besar. Dengan adanya handphone yang
Peminggiran salah satu jenis kelamin dalam seolah tidak pernah lepas dari genggaman manusia
akses dan partisipasi publik. Marginalisasi pada membuat dunia terasa seperti dalam genggaman. Banyak
umumnya disebabkan oleh kebijakan pembangunan aplikasi di sosial media yang ditawarkan dengan ciri khas
yang tidak merata dan dapat dinikmati oleh seluruh masing-masing dengan fungsi untuk memudahkan
lapisan masyarakat. Selain itu, juga disebabkan penggunanya berkomunikasi, diantaranya Facebook,
kompetisi dalam lapangan kehidupan yang seringkali Twitter, Instagram, hingga Tiktok. Media sosial sangat
dimenangkan oleh kelompik yang lebih diuntungkan, populer di kalangan remaja untuk berlomba-lomba
yang lebih mampu mengakses sumber daya ekonomi. menjadikan identitas dirinya sebagai remaja yang “up to
Namun demikian, secara spesifik perempuan-lah date” dengan cara menjadi pengguna aktif sosial media
yang sering mengalami marginalisasi yang dengan check-in place di tempat-tempat high class, foto-
disebabkan oleh adanya konstruksi gender di foto bersama circle, genre music, film dan buku yang
masyarakat. Misalnya, Perempuan dianggap sebagai sedang populer. Namun, dibalik keunggulan yang
makhluk domestik dengan peran dalam pernikahan ditawarkan oleh perkembangan teknologi, sosial media
adalah sebagai ibu rumah tangga sehingga perempuan yang merupakan bagian dari perkembangan IPTEK
menjadi bergantung secara ekonomi kepada laki-laki memiliki peranan dalam membentuk dan menggiring
5. Kekerasan opini publik, apalagi sosial media yang kini lebih
Kekerasan adalah serangan terhadap fisik digemari oleh masyarakat Indonesia dibandingkan dengan
maupun integritas mental psikologis seseorang. berita yang ada di televisi atau platform-platform lainnya.
Kekerasan terhadap sesama manusia bisa terjadi Sebab, media sosial adalah unit yang ada pada media
karena banyak penyebab atau faktor, misalnya dipicu online, yaitu media online atau media daring yang
oleh dendam, rasa benci karena perebutan sumber dimanfaatkan sebagai sarana berhubungan atau lebih
daya alam, atau konflik karena perbedaan SARA tepatnya pergaulan secara online di jaringan internet
(suku, agama, ras dan antar golongan), serta konflik (Maxmanroe, 2018).
sosial lainnya baik antar individu maupun kelompok. Dampak dari perkembangan IPTEK ini sendiri
Namun, dari semua sumber kekerasan yang ada, adalah munculnya perilaku menyimpang dalam interaksi
salah satu kekerasan terhadap jenis kelamin tertentu, sosial pada media sosial dengan melakukan tindakan yang
yakni perempuan, disebabkan oleh anggapan gender merugikan pihak yang terlibat dalam interaksi sosial
yang eksis di masyarakat patriarki (berpusat pada tersebut. Perilaku menyimpang seseorang yang dilakukan
kekuasaan laki-laki). misalnya adanya anggapan di media sosial dapat berupa bullying, penipuan,
bahwa perempuan itu lemah, pasrah, dan menjadi diskriminasi gender, pelecehan seksual, dan lainnya.
obyek seksual, sehingga menempatkan perempuan Diskrimasi terhadap gender merupakan topik yang selalu
sebagai obyek yang mudah diserang. Kekerasan menjadi permasalahan di Indonesia, meskipun zaman
yang disebabkan oleh eksisnya anggapan gender ini sudah semakin modern dan kesetaraan gender sudah
disebut sebagai ‘gender-based violence’ atau digalakan sejak zaman ibu R.A. Kartini dulu, namun hal
‘kekerasan berbasis gender’. ini masih sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia
Kekerasan terhadap perempuan seringkali hingga saat ini. Diskriminasi terhadap gender ini bisa
identik dengan kekerasan berbasis gender. Misalnya, terjadi diakibatkan oleh stereotip gender yang telah
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga lekat terbentuk dalam kehidupan dan pola piker masyarakat
dengan anggaran gender bahwa perempuan itu yang berasal dari budaya maupun media massa yang
berkedudukan lebih rendah dari suami sehingga menjadi makanan sehari-hari dan lekat dengan kehidupan
suami dapat melakukan kekerasan terhadap istri, kita sehari-hari.
seperti memukul, membentak, dan lain-lain.
Implementasi Nilai Pancasila dalam Diskriminasi Gender

Twitter merupakan platform sosial media yang Gambar 2. Komentar Stereotip


saat ini sangat digemari oleh generasi milenial hingga Sumber @hellblazer1725 (2023)
gen-z, hal ini dikarenakan kesederhanaan dan kemudahan Komentar di atas menunjukkan adanya
dalam penggunaannya, serta pengguna dapat dengan stereotip bahwa wantita hanya boleh berada di
bebas mengeluarkan pendapat dan opini mereka. dapur. Memandang perempuan hanya sebatas
Berdasarkan haril data oleh World of Statistics (2023), peran tradisional di dapur mengabaikan potensi,
pengguna aktif twitter mencapai 541 juta pengguna aktif. kecerdasan, dan kontribusi yang dapat mereka
Gambar 1. Pengguna Twitter dari Tahun ke Tahun berikan di berbagai bidang kehidupan, termasuk
Sumber @stats_feeds (2023) di luar rumah tangga. Kesetaraan gender
merupakan nilai yang semakin diakui dan
diperjuangkan dalam masyarakat modern, di
mana setiap individu, tanpa memandang jenis
kelamin, memiliki hak dan peluang yang sama
untuk berkembang. Padahal tidak ada salahnya
jika tugas perempuan tidak selalu di dapur dan
tugas laki-laki tidak harus selalu untuk
mengangkat beban yang berat atau membetulkan
peralatan elektronik saja, tetapi Perempuan dan
laki-laki bisa saling membantu satu sama lain
dalam pekerjaan tersebut sehungga tidak terjadi
kesenjangan sosial.
2. Beban Berlebihan
Beban berlebihan pada diskriminasi
gender merujuk pada tindakan atau sikap yang
Twitter yang seharusnya menjadi sarana dalam secara tidak adil memberi tekanan, hambatan,
menyampaikan aspirasi dan bebas mengeluarkan pendapat atau perlakuan tidak setara kepada seseorang
juga mencari informasi mengenai hal-hal yang disukai. berdasarkan jenis kelamin mereka. Hal tersebut
Akan tetapi, terdapat beberapa oknum tidak dapat menciptakan ketidaksetaraan dalam
bertanggungjawab justru menjadikan twitter sebagai berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan,
sarana untuk mengkritik orang-orang yang bahkan tidak pekerjaan, dan hubungan sosial. Beban tersebut
mereka kenal. dapat bersifat fisik, ekonomi, psikologis, atau
Hasil penelitian terhadap banyaknya komentar di sosial.
Twitter menunjukkan adanya bentuk diskriminasi gender.
Uraian tenteng bentuk diskriminasi gender dalam
komentar oknum yang tidak bertanggungjawab di Twitter
dijelaskan sebagai berikut.
1. Stereotip
Stereotip dapat dikatakan sebagai suatu
generalisasi tentang sifat-sifat yang dianggap
dimiliki oleh laki-laki dan perempuan tanpa perlu
dukungan fakta yang objektif. Misalnya laki-laki Gambar 3. Komentar Beban Berlebihan
rasional dan logis, perempuan irasional dan tidak Sumber @clouudyy26 (2023)
logis, laki-laki mandiri, perempuan Komentar di atas menunjukkan adanya
ketergantungan, laki-laki objektif, perempuan beban berlebihan yang ditujukan kepada seorang
subjektif. Hal inilah yang menimbulkan istri. Walaupun termasuk komentar sarkas, dari
terbentuknya stereotip gender. Diskriminasi komentar tersebut dapat terlihat bahwa beban
gender dalam bentuk stereotip terdapat pada berlebihan banyak ditemukan terhadap wanita
salah satu komentar dari akun @hellblazer1725. ataupun seorang istri. Istri diwajibkan dapat
Hal tersebut dapat dibuktikan pada contoh mengerjakan semua pekerjaan yang
berikut ini. menyangkuut urusan rumah tangga. Walupun
sang istri juga sama-sama bekerja, namun tugas
mengurus rumah harus tetap menjadi kewajiban
seorang istri. Maka dari itu, penting untuk terus

5
Implementasi Nilai Pancasila dalam Diskriminasi Gender

berupaya mengurangi beban berlebihan pada


diskriminasi gender dengan mempromosikan
kesetaraan gender, mengatasi stereotip, dan
menciptakan lingkungan yang mendukung bagi
semua individu, tanpa memandang jenis kelamin
mereka.
3. Subordinasi
Subordinasi pada diskriminasi gender
merujuk pada ketidaksetaraan dan perlakuan
diskriminatif terhadap sesorang atau sekelompok
orang berdasarkan jenis kelamin. Istilah ini
mencerminkan situasi di mana satu jenis kelamin
Gambar 5. Komentar Marginalisasi
dianggap lebih rendah atau diabaikan
Sumber @sczeve (2023)
dibandingkan dengan jenis kelamin lainnya.
Komentar di atas menunjukkan adanya
Subordinasi gender dapat terjadi dalam berbagai pembelaan dari sang pemilik akun terhadap akun yang
aspek dalam kehidupan, termasuk di tempat berkomentar jahat yang melibatkan topik tentang
kerja, dalam keluarga, dalam lembaga-lembaga marginalisasi diskriminasi gender. Dikatakan
pemerintah, maupun komentar di media sosial. komentar pembelaan terhadap marginalisasi adalah
karena akun @sczeve tersebut mewakili suara
perempuan yang tidak diperbolehkan bekerja oleh
suaminya hanya karena suami harus bekerja mencari
nafkah. Suatu pemikiran kedudukan kaum laki-
laki yang mendominasi hak berupa pencari
nafkah dan kekuasaannya dari segala bentuk
Gambar 4. Komentar Subordinasi bidang pekerjaan di luar rumah tangga, membuat
Sumber @Lancarjaya960 (2023) terpinggirkan dan menderitanya kaum
Komentar di atas menunjukkan adanya perempuan.
subordinasi diskriminasi gender yang dialami 5. Kekerasan
oleh perempuan. Komentar di atas Menurut Fakih (2013:17) kekerasan
menyampaikan pendapat bahwa wanita harus (violence) adalah serangan atau invasi (assault)
tunduk dan patuh terhadap laki-laki karena terhadap fisik maupun integritas mental
kodrat laki-laki adalah sebagai pemimpin, hal psikologis seseorang. Kekerasan terhadap
tersebut dapat diartikan bahwa akibat kuatnya sesama manusia pada dasarnya berasal dari
ideologi patriarki, yaitu mendominasinya kaum berbagai sumber, namun salah satu kekerasan
laki-laki di dalam masyarakat, menjadikan setiap terhadap satu jenis kelamin tertentu yang
perbuatan yang dilakukan kaum perempuan disebabkan oleh anggapan gender. Kekerasan
merupakan benar atas dasar kesalahan dan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut
pelabelan negative terhadap perempuan. gender-related violence. Pada dasarnya,
4. Marginalisasi kekerasan gender disebabkan oleh
Marginalisasi sama saja dengan proses ketidaksetaraan kekuatan yang ada dalam
pemiskinan. Hal ini dikarenakan tidak diberinya masyarakat. Banyak macam dan bentuk
kesempatan kepada pihak yang termarginalkan kejahatan yang bisa dikategorikan sebagai
untuk mengembangkan dirinya. Demikian juga kekerasan gender.
yang dialami oleh perempuan saat proses
marginalisasi ini terjadi pada jenis kelamin.
Perempuan merupakan pihak yang dirugikan
daripada laki-laki dalam hal ketidakadilan gender
ini. Sebagai contoh dalam hal pekerjaan.
Perempuan yang bekerja dianggap hanya untuk
memberikan nafkah tambahan bagi keluarga,
maka perbedaan gaji pun diterapkan antara
perempuan dan laki-laki (Fakih, 2008:14).
Implementasi Nilai Pancasila dalam Diskriminasi Gender

yakni berdasarkan pemaknaan kata pendidikan dan


kewarganegaraan, dimana pendidikan yaitu usaha dan
proses dalam mengembangkan kemampuan serta potensi
yang dimiliki secara sadar sedangkan kewarganegaraan
yakni semua hal yang berkaitan dengan warga negara,
hukum, dan juga politik. Pendidikan Kewarganegaraan
alias civic education merupakan sebuah program belajar
yang secara khusus berusaha untuk memanusiakan
(humanizing) serta membudayakan (civilizing) dan juga
memberdayakan (empowering) manusia atau peserta didik
(diri serta kehidupannya) untuk melahirkan warga negara
yang baik yang selaras dengan ketentuan konstitusional
bangsa dan negara.
Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengatasi
masalah diskriminasi gender di media sosial dapat
diimplementasikan melalui nilai Pancasila, sebab seperti
yang kita tahu bahwasanya Pancasila ini merupakan
sebuah pedoman atau pandangan hidup yang dapat
digunakan oleh masyarakat Indonesia. Pancasila dapat
dikatakan sebagai sebuah ideologi dasar bagi bangsa
Indonesia. Pancasila berdasar kepada bahasa sansekerta
yakni “Panca” yang berarti 5 serta “Sila” yang memiliki
arti prinsip maupun asas. Selain itu kata sila berawal dari
kata susila, yang artinya sikap yang baik. Maka menurut
kebahasaan bisa dikatakan bahwa Pancasila itu dikatakan
sebagai lima batu sendi atau dasar atau bisa juga diartikan
sebagai lima sikap atau tingkah laku yang baik (Gultom,
2019). Fungsi pokok dari pancasila yaitu sebagai
pedoman hidup bangsa Indonesia, sebagai akar dari segala
sumber hukum, sebagai sebuah perjanjian luhur, dan
sebagai falsafah hidup negara Indonesia (Gesmi &
Gambar 5. Komentar KBGO Hendri, 2018 ).
Sumber @KinderFlix (2023) Setiap nilai yang terkandung dalam Sila
Gambar diatas merupakan diskriminasi Pancasila tentu memiliki makna, seperti dalam Sila
gender yang dialami oleh salah satu host Kinderflix. pertama yaitu “Ketuhanan yang Maha Esa” memiliki
Kinderflix diupayakan untuk menjadi media edukasi
makna bahwa Indonesia berlandaskan agama. Sila kedua
dan ruang aman bagi anak-anak, tapi oleh para oknum
“Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” mengandung
yang tidak bertanggungjawab justru disalahgunakan
untuk melecehkan. Mestinya komentar ditujukan nilai kemanusiaan untuk menjunjung tinggi sebuah
untuk membangun dan memperkaya suasana belajar, keadilan serta martabat manusia yang merupakan
bukan arena berperilaku cabul. makhluk ciptaan Tuhan, yang diaktualisasikan dalam
semangat saling menghargai, toleran, dimana tingkah laku
Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan dalam Nilai sehari-hari dipusatkan kepada nilai-nilai moral yang luhur,
Pancasila dan demi kepentingan bersama. Sila Ketiga “Persatuan
Dalam kasus diskriminasi gender, solusi yang Indonesia” mengandung makna Indonesia yang memiliki
dapat diterapkan untuk mengatasi hal tersebut adalah beragam suku serta budaya diharapkan tetap mampu
dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Hal ini karena menjalin keharmonisan. Sila Keempat “Kerakyatan yang
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan dalam Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
mencetak generasi muda agar terbentuk menjadi Permusyawaratan/Perwakilan” mengandung makna
masyarakat yang baik, cinta tanah air, bertanggung jawab bahwa Indonesia merupakan negara yang bersifat
dan siap untuk hidup ditengah masyarakat serta demokratis. Sila Kelima “Keadilan Sosial bagi Seluruh
kehidupannya di masa yang akan datang sesuai dengan Rakyat Indonesia” mengandung makna bahwa masyarakat
Pancasila dan juga UUD 1945. (Putri, 2021.) menjelaskan Indonesia diperlakukan sama tanpa melihat perbedaan
pengertian Pendidikan Kewarganegaraan secara etimologi (Octavian, 2018).

7
Implementasi Nilai Pancasila dalam Diskriminasi Gender

Menurut (Asmaroini, 2016), Pancasila gender. Pertama, mengupayakan perlakuan


mempunyai rangkaian nilai, diantaranya nilai religius, setara di tempat kerja, dalam sistem peradilan,
humanistik, persatuan, kerakyatan, serta keadilan. Nilai- dan dalam akses pendidikan. Kedua,
nilai Pancasila ini bisa digunakan untuk sebuah landasan menyelenggarakan program pendidikan yang
dasar dan juga motivasi dalam segala tindakan yang mendukung pemberdayaan perempuan dan
bernilai baik didalam kehidupan sehari-hari juga dalam mengatasi stereotip gender di lingkungan
bentuk kenegaraan (Pratiwi, Eka Fauziah & Anggraeni, pendidikan. Ketiga, menyediakan dukungan dan
2021). Nilai-nilai dasar Pancasila tersebut bersifat layanan untuk korban, termasuk layanan
universal, objektif, maknanya nilai-nilai tersebut bisa kesehatan mental dan fisik.
digunakan dan dibenarkan oleh negara- negara lainnya. Melalui penerapan sila Kemanusiaan
Kemudian Pancasila bersifat subjektif, memiliki arti yang Adil dan Beradap, diharapkan masyarakat
bahwa nilai-nilai Pancasila itu terpaku kepada pemicu dan dapat bekerja sama untuk menciptakan
penunjang nilai Pancasila itu sendiri, yakni masyarakat, lingkungan yang adil, setara, dan beradap tanpa
bangsa, dan negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila juga adanya diskriminasi gender. Pendidikan dan
berperan sebagai pandangan hidup bagi bangsa Indonesia. kesadaran masyarakat tentang pentingnya nilai
Oleh karena itu dalam menangani kasus diskriminasi ini akan memainkan peran kunci dalam mencapai
gender bisa dilakukan dengan mengajarkan masyarakat tujuan tersebut.
tentang nilai-nilai yang terkandung dalam sila Pancasila, 3. Persatuan Indonesia
diantaranya: Sila ketiga dalam Pancasila adalah
1. Ketuhanan Yang Maha Esa "Persatuan Indonesia." Dalam konteks
Dalam konteks menangani kasus menangani kasus diskriminasi gender, nilai ini
diskriminasi gender, nilai Ketuhanan Yang Maha dapat diartikan sebagai semangat untuk
Esa dapat diartikan sebagai kesadaran akan membangun kesatuan dan persatuan dalam
eksistensi dan hak setiap individu sebagai keberagaman, tanpa memandang perbedaan jenis
makhluk Tuhan yang setara tanpa memandang kelamin. Berikut adalah beberapa cara
jenis kelamin. Implementasi sila pertama dalam implementasi sila ketiga dalam menangani kasus
menangani kasus diskriminasi gender dapat diskriminasi gender. Pertama, menggunakan sila
mencakup beberapa aspek. Pertama, ketiga untuk membangun kesatuan dan
memandang bahwa semua manusia, tanpa kedamaian di antara semua warga Indonesia,
memandang jenis kelamin, diciptakan oleh tanpa memandang jenis kelamin. Kedua,
Tuhan secara setara. Kedua, menggunakan nilai- mengadakan dialog dan diskusi yang melibatkan
nilai agama sebagai dasar untuk mengedukasi berbagai pihak untuk membangun pemahaman
masyarakat tentang hak asasi manusia dan bersama dan mencari solusi terhadap isu-isu
kesetaraan gender. Ketiga, menggunakan nilai- gender. Ketiga, mengajarkan nilai-nilai persatuan
nilai agama sebagai motivasi untuk mendukung sebagai landasan untuk menciptakan lingkungan
pemberdayaan perempuan dan penolakan yang inklusif dan adil bagi semua warga.
terhadap praktik diskriminatif. Dengan mengintegrasikan sila ketiga
Implementasi sila pertama dalam Pancasila dalam upaya penanggulangan
menangani kasus diskriminasi gender melibatkan diskriminasi gender, diharapkan Masyarakat
kerja sama antara berbagai pihak, termasuk Indonesia dapat membangun kesatuan dan
pemerintah, lembaga Pendidikan, keluarga, dan kebersamaan yang kuat, di mana setiap individu,
masyarakat umum. Upaya ini bertujuan untuk tanpa memandang jenis kelamin, dapat merasa
menciptakan lingkungan yang adil, setara, dan dihormati dan setara.
menghormati hak asasi manusia tanpa 4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
memandang jenis kelamin. Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Dan
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Perwakilan
Sila kedua dalam Pancasila adalah Sila keempat dalam Pancasila adalah
“Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Nilai ini "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
dapat diimplementasikan secara langsung dalam Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan
penanganan kasus diskriminasi gender di Perwakilan." Prinsip ini mengandung nilai-nilai
Indonesia. Berikut adalah beberapa aspek dalam demokrasi, partisipasi aktif, dan kebijaksanaan
penerapan sila Kemanusiaan yang Adil dan dalam pengambilan keputusan. Dalam konteks
Beradab untuk menangani kasus diskriminasi menangani kasus diskriminasi gender,
Implementasi Nilai Pancasila dalam Diskriminasi Gender

implementasi sila keempat dapat melibatkan dan interseks. Perbedaan gender dibentuk oleh
beberapa aspek. Pertama, mendorong partisipasi Masyarakat, karenanya dapat berubah dari waktu ke
aktif masyarakat dalam menangani kasus waktu, namun diyakini sebagai sesuatu yang baku
diskriminasi gender, hal tersebut dapat dilakukan (kodrat). Diskriminasi gender sampai sekarang masih
melalui dialog, forum diskusim atau mekanisme merajalela hingga ke media sosial. Dengan mudahnya
partisipatif lainnya. Kedua, menekankan prinsip oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab berkomentar
demokrasi dan keterbukaan dalam penanganan negative tentang gender tertentu. Untuk meminimalisir
kasus diskriminasi gender, termasuk dalam perilaku diskriminasi gender tersebut dapat
penyelenggaraan investigasi dan proses hukum. diimplementasikan melalui Pendidikan Kewarganegaraan
Ketiga, mendukung keterlibatan organisasi karena sesuai tujuannya yaitu untuk membentuk generasi
masyarakat dan kelompok advokasi gender muda agar menjadi Masyarakat yang baik, cinta tanah air,
dalam memastikan kebijakan-kebijakan yang bertanggungjawab dan siap untuk hidup ditengah
dilaksanakan efektif dan sesuai dengan Masyarakat. Pendidikan Kewarganegaraan dalam
kebutuhan masyarakat. mengatasi perilaku diskriminasi gender di media sosial ini
Dengan menerapkan nilai-nilai sila kemudian dapat diimplementasikan melalui nilai-nilai
keempat Pancasila, diharapkan penanganan pancasila yang mengandung banyak nilai kemanusiaan.
kasus diskriminasi gender dapat melibatkan
seluruh elemen masyarakat, menciptakan
DAFTAR PUSTAKA
lingkungan yang adil, dan memberikan suara
kepada semua warga negara, tanpa memandang Iqbal, M. F., & Harianto, S. (2022). Prasangka,
jenis kelamin atau gender mereka. Ketidaksetaraan, dan Diskriminasi Gender dalam
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Kehidupan Mahasiswa Kota Surabaya: Tinjauan
Indonesia Pemikiran Konflik Karl Marx. Jurnal Ilmiah Ilmu
Sila kelima dalam Pancasila adalah Sosial, 8(2), 187–199.
"Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat https://doi.org/10.23887/jiis.v8i2.52926
Indonesia." Implementasi Sila Kelima dapat
memberikan landasan yang kuat dalam Widodo, W. R. S. M., Nurudin, & Widiya Yutanti.
menangani kasus diskriminasi gender di (2021). Kesetaraan Gender dalam Konstruksi
Indonesia. Berikut adalah beberapa aspek Media Sosial. Jurnal Komunikasi Nusantara, 3(1),
44–55. https://doi.org/10.33366/jkn.v3i1.73
implementasi Sila Kelima untuk menangani
diskriminasi gender. Pertama, mendorong
Salamor, A. M., & Salamor, Y. B. (2022). Edukasi
pemberian peluang yang setara bagi laki-laki dan Hukum Dan Pencegahan Kekerasan Gender Di
perempuan dalam berbagai sektor kehidupan. Media Sosial. Community Development Journal :
Kedua, mendorong pemberdayaan ekonomi Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(2), 770–773.
perempuan dengan memberikan akses yang https://doi.org/10.31004/cdj.v3i2.4696
setara terhadap peluang ekonomi, seperti
pendidikan vokasional, pelatihan keterampulan, Rahmayati, R., Ramadhan, S., & Afnita, A. (2021).
dan dukungan kewirausahaan. Ketiga, Diskriminasi Gender Dalam Novel Perempuan
Terpasung Karya Hani Naqshabandi: Kajian
menerapkan pendidikan yang mempromosikan
Feminisme Sastra. Kajian Linguistik Dan Sastra,
kesetaraan gender, baik di Tingkat sekolah 6(1), 84–95. https://doi.org/10.23917/kls.v6i1.7188
maupun melalui Pendidikan informal.
Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Pratiwi, E. F., Sa’aadah, S. S., Dewi, D. A., &
Sila Kelima Pancasila dalam berbagai aspek Furnamasari, Y. F. (2021). Implementasi
kehidupan masyarakat, diharapkan dapat Pendidikan Kewarganegaraan melalui Nilai
terwujud keadilan sosial yang merata bagi Pancasila dalam Menangani Kasus Bullying. Jurnal
seluruh rakyat Indonesia, tanpa memandang jenis Basicedu, 5(6), 5472–5480.
kelamin. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i6.1648

Rosyidah, F. N., & Nurdin, M. F. (2018). Perilaku


PENUTUP
Menyimpang : Media Sosial Sebagai Ruang Baru
Simpulan Dalam Tindak Pelecehan Seksual Remaja. Jurnal
Ketidakadilan gender adalah ketidakadilan yang Pemikiran Dan Penelitian Sosiologi, 2(2), 38–48.
bersumber dari perbedaan sifat dan peran yang dilekatkan
Masyarakat kepada jenis kelamin laki-laki, Perempuan

Anda mungkin juga menyukai