Anda di halaman 1dari 8

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DI ERA GLOBALISASI

SEBAGAI PEMBENTUKAN KARAKTER PADA GENERASI MILLENIAL


INDONESIA
Ataline Jeanethe Maya Hukubun
Universitas Negeri Manado, Indonesia

Abstrak
Pancasila sebagai landasan dan pedoman negara Indonesia berperan Kata kunci:
penting dalam menjalani kehidupan, menjadi filter dan pedoman dalam Generasi Millenial,
menghadapi dampak dari implikasi globalisasi pada sistem sosial milenial. Globalisasi,
Jika generasi milenial tidak dapat menyaring pengaruh globalisasi dan Karakter,
terpengaruh oleh globalisasi yang sebenarnya tidak sesuai dengan nilai- Nilai-Nilai Pancasila
nilai Pancasila, maka mereka akan menjadi generasi penerus yang
memiliki karakter negatif dan akan ikut mempengaruhi bagi generasi
selanjutnya. Oleh karena itu, ideologi Pancasila harus menjadi dasar bagi
generasi millenial untuk merespon positif fenomena saat ini. Jenis
penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka. Pancasila sebagai
dasar negara mengandung arti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila merupakan nilai-nilai yang dapat dijadikan dasar atau pedoman
hidup masyarakat Indonesia. Nilai-nilai Pancasila pada dasarnya adalah
nilai-nilai filosofis yang dijadikan sebagai kaidah dan landasan norma-
norma yang berlaku di Indonesia. Maka Generasi millenial harus
menerapkan nilai-nilai pancasila karena merupakan suatu hal yang penting
agar tidak menyimang dan mampu mempunyai rasa tanggungjawab
terhadap dirinya.

PENDAHULUAN

Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu penyebab utama terjadinya perubahan karakter
pada generasi-generasi millenial di Indonesia merupakan dampak dari era globalisasi.
Perkembangan globalisasi telah mengubah cara hidup manusia di dunia dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari. Globalisasi sendiri mempunyai pengaruh yang cukup besar baik positif
maupun. Pengaruh positif globalisasi dalam penataan nilai dan sikap yaitu perubahan nilai dan
sikap yang menjadi lebih logis dan masuk akal. Salah satu manfaat utama yang paling banyak
dirasakan dari perkembangan globalisasi adalah kemudahan yang diberikan. Tetapi, kemudahan
inilah yang kerapkali justru memanjakan. Selain itu, globalisasi juga memengaruhi gaya hidup
dan mengurangi nilai-nilai nasionalisme bangsa, bahkan dampaknya ikut mempengaruhi pada
bagaimana cara siswa berpikir, bersikap, dan bagaimana masyarakat bertindak.

Pancasila adalah ideologi bangsa Indonesia yang kokoh, dimana semua aktifitas
kehidupan masyarakatnya berpedoman pada Pancasila, terutama dalam pergaulan masyarakat
yang berbeda suku, ras dan agama. Sebagai makna Pancasila yang terkandung dalam ideologi
merupakan komponen dari tatanan kehidupan yang harus mengamalkan nilai yang terkandung
didalam Pancasila, didalam tingkatan ideologi terhadap generasi millenial masih kurang
sehingga menimbulkan perilaku yang menyimpang terhadap nilai-nilai butir Pancasila. Nilai
regulasi yang ada dalam Pancasila memiliki arah agar warga negara akan terus mengingat isinya,
menerapkannya dalam kehidupan setiap saat, dan terus berlanjut sampai akhir. Nilai pancasila
terbentuk melaui kepribadian masyarakat Indonesia dimana setiap butir nilainya mengandung
makna yang dapat mewakilkan setiap aspek, adat istiadat, dan golongan dalam setiap bangsanya.

Kemendiknas (2010) mendefinisikan karakter sebagai kepribadian atau etika individu


yang dikelilingi oleh berbagai penyamaran temperamen yang dapat diterima yang mendasari
pandangan, pemikiran, kepribadian, dan perilaku individu. Pembentukan karakter pada generasi
millenial sangat penting ditanamkan pada diri masing-masing individu, karena karakter yang
ditanamkan sejak dini akan terbawa hingga dewasa. Untuk menerapkan karakter yang baik,
haruslah sesuai dengan dasar negara Indonesia yaitu Pancasila. Maka dari itu peran pancasila
sangat penting dalam pembentukan karakter juga sebagai pedoman dan sumber utama dalam
pembangunan bangsa yang harus menekankan bahwa Pancasila merupakan cerminan diri bangsa
Indonesia.

Dengan perkembangan era globalisasi yang begitu pesat, zaman generasi muda atau yang
sering disebut sebagai generasi milenial cenderung lebih mementingkan kehidupan sosial media
sehingga menjadi lebih individualis. Contohnya banyak yang meniru gaya orang luar negeri
dalam mengubah tata cara berpakaian, perkataan dan kegiatan-kegiatan lainnya yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai butir Pancasila seperti kegiatan bullying. Bullying adalah masalah penting yang
dapat terjadi di setiap tempat jika tidak terjadi hubungan sosial yang akrab oleh seseorang
terhadap komunitasnya. Ejekan, cemoohan, olok-olokan mungkin terkesan sepele dan terlihat
wajar. Namun pada kenyataannya hal-hal tersebut dapat menjadi senjata tak kenal ampun yang
secara perlahan tapi pasti dapat menghancurkan seorang anak. Bentuk-bentuk bullying yang
ditemukan misalnya dikucilkan, difitnah, dipalak, dicium paksa, dipukul, ditampar, dihina, dan
dijuluki negatif. Masih banyak bentuk bullying atau kekerasan yang lain yang tak terlihat
langsung padahal dampaknya sangat serius. Hal yang paling merisaukan adalah kebanyakan dari
pelaku bullying yang terjadi merupakan generasi-generasi millenial.
Fakta menunjukkan bahwa Indonesia belum dapat melepaskan diri dari persoalan
dekadensi moral, berupa merosotnya komitmen masyarakat dalam berbagai lapisan terhadap
etika masyarakat, berbangsa serta bernegara. Bisa kita lihat dari permasalahan tersebut terdapat
lunturnya karakter nilai pancasila, padahal dari banyaknya generasi, generasi mileniallah yang
harus banyak ditanamkan mengenai nilai pancasila karena beriringan dengan berkembangnya
dunia teknologi. Generasi milenial di era globalisasi dalam pemahaman nilai pancasila sangatlah
rendah, dengan demikian implementasi nilai-nilai Pancasila dan ideologinya pada generasi
millenial di era globalisasi saat ini menjadi pokok utama yang sangat penting dilakukan dan
ditingkatkan guna mendukung pembentukan karakter pada generasi millenial Indonesia yang
baik.

METODE

Pendekatan yang penulis gunakan dalam pembuatan tulisan ini adalah pendekatan
kualitatif. Metode kualitatif yaitu metode yang fokus pada pengamatan yang mendalam. Oleh
karena itu, dalam penulisan ini akan dideskripsikan mengenai pentingnya implementasi nilai-
nilai pancasila di era globalisasi sebagai pembentukan karakter pada generasi millenial
Indonesia. Penulis menganalisis dengan menginterpretasi hasil bacaan untuk sampai pada
kesimpulan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka melalui berbagai
literatur dari beberapa jurnal ilmiah yang relevan dengan pembahasan dalam tulisan ini agar
dapat memperoleh hasil yang maksimal. Saat mengumpulkan data dari berbagai literatur
referensi dan jurnal ilmiah yang tersedia pada situs-situs terpercaya yang direkomendasikan oleh
Ditjen Diktiristek.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan Nilai Pancasila Dengan Generasi Milenial

Pancasila sebagai landasan dan pedoman untuk menjalani kehidupan dari hari lepas hari
harus menjadi filter dan pedoman dalam menghadapi dampak dari implikasi globalisasi pada
sistem sosial milenial. Jika generasi milenial tidak dapat menyaring pengaruh globalisasi dan
terpengaruh oleh globalisasi yang sebenarnya tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, maka
mereka akan menjadi generasi penerus yang memiliki karakter negatif dan akan ikut
mempengaruhi bagi kehidupan generasi selanjutnya. Oleh karena itu, ideologi Pancasila harus
menjadi dasar bagi generasi millenial untuk merespon positif fenomena saat ini. Pengintegrasian
nilai-nilai Pancasila harus dilakukan secara konsisten dan sering sesuai dengan standar yang
berlaku, dengan tujuan memperkokoh persatuan dan nilai etika. Pancasila harus dijadikan acuan
bagi generasi milenial dalam hal perilaku, sopan santun, dan perkataan, sesuai standar yang telah
ditetapkan. Pancasila merupakan pandangan hidup untuk menghadapi ancaman perpecahan
bangsa yang berbeda yang disebabkan oleh perbedaan pemahaman baik dari segi ideologi
politik, budaya, agama, suku, ras dan kondisi ideologi maupun oleh serangan yang tidak
konsisten dari luar.

Nilai-nilai butir Pancasila dari dulu hingga sekarang tidak pernah berubah, namun
penerapan nilai-nilai Pancasila mulai berkurang akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perkembangan era globalisasi yang pesat. Ketika salah satu nilai Pancasila
diterapkan, maka nilai-nilai perintah lainnya juga diterapkan. Ini bertindak sebagai filter untuk
menyaring efek buruk dari luar. Nilai utama karakter yang dimaksud adalah: pertama, religius.
Nilai karakter religius mencerminkan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa yang tercermin
dengan cara melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menjunjung tinggi sikap
toleransi terhadap agama dan kepercayaan orang lain serta menjalani hidup rukun dan damai
dengan pemeluk agama lain. Nilai kedua, nasionalis. Nilai karakter nasional yaitu cara berpikir,
besikap, dan perbuatan yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bangsa, lingkungan, sosial, dan budaya. Menempatkan kepentingan bangsa dan negara
di atas kepentingan diri sendiri dan kelompok. Nilai ketiga, mandiri. Nilai karakter mandiri yaitu
sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran,
dan waktunnya untuk mencapai harapan, mimpi, dan cita-cita. Nilai keempat, gotong-royong.
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja dan tolong-
menolong dalam menyelesaikan masalah bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan,
memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan. Nilai kelima, integritas. Nilai karakter
integritas yaitu nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan diri
sebagai orang yang selalu dapat di percaya dalam perkataan, perbuatan, maupun pekerjaannya.
Memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai integritas kemanusiaan dan moral. Contohnya
sikap bertanggungjawab, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melakukan tindakan dan
perkataan berdasarkan kebenaran.
Generasi Milenial

Menurut Yoswahandy generasi milenial merupakan generasi yang kelahirannya berada pada
rentang waktu awal tahun 1980-2000. Generasi ini disebut juga sebagai Gen-Y, Net Generation,
disebut sebagai generasi milenial karena generasi ini merupakan pergantian milenium yang
secara bersamaan dengan adanya sebuah teknologi digital yang telah masuk dalam kehidupan
manusia. Generasi milenial sebagai generasi yang lahir di antara tahun 1980-2000 dengan
pertama kalinya perkembangan kemajuan teknologi yang pesat.

Karakter Generasi Milineial

Karakteristik generasi milenial menganggap bahwa teknologi merupakan sebuah


kehidupan yang tidak bisa terpisahkan, mayoritas generasi milenial adalah hidup berdampingan
dengan teknologi, serba digital dan melek teknologi karena teknologi mempermudah
kehidupannya. Misalnya dalam hal mencari informasi di internet. Pada dasarnya manusia tidak
bisa dijauhkan dengan adanya teknologi, karena dengan teknologi mampu mempermudah
kehidupan manusia. Tetapi hidup di era produk yang semuanya serba otomatis dan canggih,
cenderung menginginkan sesuatu yang instan. Gaya hidup baru ini juga dipraktikkan oleh
generasi milenial dan cenderung selalu salah dalam melakukannya. Maka pentingnya penerapan
nilai-nilai pancasila agar tidak salah dalam melakukannya. Generasi milenial harus mampu didik
oleh orang tuannya maupun guru untuk menjadi lebih baik. Jika mereka terus mengambil sisi
negatif dari globalisasi dan perkembangan teknologi, itu akan menyebabkan banyak masalah
dalam kehidupan dan kepribadian mereka. Dari perilaku tersebut, kita dapat melihat bahwa
masih banyak tindakan menyimpang yang muncul untuk menghapus nilai-nilai Pancasila yang
ada.

Dilihat dari sila pertama “Ketuhanan yang Maha Esa” saat ini masih banyak masyatrakat
yang tidak toleransi, banyak sekali kasus rasis yang terjadi di lingkungan, kasus perundungan,
dll. Pada sila ke dua “Kemanusiaan yang adi dan beradab” dalam hal ini banyak masyarakat yang
lebih individualis dan lebih mementingkan kepentingan diri sendiri sehingga kurangnya rasa
peduli terhadap orang disekitarnya. Pada sila ketiga “Persatuan Indonesia” dalam sila ini
seharusnya masyarakat indonesia saling berkerja sama untuk membangun bangsa yang lebih
maju, memiliki SDM yang berkualitas, hidup rukun antar warganya. Tapi pada nyatanya masih
banyak masyarakat yang apatis pada negaranya sendiri. Pada sila keempat “Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” contohnya masih
banyak yang tidak menghargai pendapat orang lain ketika berada dalam suatu diskusi, banyak
yang lebih menginginkan pendapat sendiri agar terlaksana sehingga pendapat dari orang lain
tidak didengarkan. Selain itu terdapat juga kurangnya partisipasi dalam kegiatan rapat suatu
organisasi. Pada sila kelima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” dalam sila ini
contoh kasusnya seperti banyak orang yang menggunakan jalur yang tidak adil dalam
berkompertensi, banykanya orang yang pilih pilih dalam pertemanan, serta melangar aturan yang
ada.

Upaya Peningkatan Nilai Pancasila Dalam Pembentukan Karakter Generasi Milenial di


Era Globalisasi

Pancasila, yang mengandung nilai-nilai inti ideal yang menjadi kewajiban bangsa dan jati
diri rakyat serta dasar untuk membangun karakter bangsa Indonesia. Dari perspektif teori
fungsionalis struktural, negara-negara yang pluralistik seperti Indonesia membutuhkan nilai
bersama yang dapat digunakan sebagai nilai untuk meningkatkan integrasi, kesamaan dan
identitas nasional, dan nilai yang baik untuk diwujudkan. Mengimplementasikan nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari dapat diterapkan dengan cara sebagai berikut:

1. Melindungi agama, mengamalkan sesuai dengan persyaratan kultus agama yang


dianut, dan tidak memaksa siapa pun untuk menganut agama yang diyakini memiliki
hak untuk memilih agamanya. Menghargai adanya perbedaan dimanapun kita berada
baik perbedaan suku, agama, ras. Serta menjaga kesopanan dan juga adat di berbagai
kondisi.
2. Mencintai tanah air untuk menjaga persatuan dan kesatuan juga menjalin komunikasi
yang baik antar manusia.
3. Mengutamakan musyawarah mufakat dalam pengambilan suatu keputusan dan untuk
menyelesaikan permasalahan baik kepentingan individu maupun kelompok.
4. Senantiasa membantu orang yang sedang mengalami kesusahan, menghargai suatu
keputusan sekalipun bertentangan dengan pendapat kita, serta berperilaku adil dalam
kondisi dan situasi apapun.

Selain itu juga dalam menerapkan pancasila di kehidupan sehari-hari salah satunya
adalah dalam mengubah pandangan hidup bangsa, yang mengandung bahwa nilai pancasila dapat
dijadikan nilai pegangan dan pedoman dalam bersikap dan berperilaku manusia. Menurut Rajasa
(2017) berpendapat bahwa generasi muda harus mengembangkan sebuah karakter nasionalisme
yang tergolong kedalam tiga proses yaitu sebagai berikut.

1. Pembangunan Karakter (Character Builder) generasi muda haruslah berperan dalam


membangun karakter yang bersifat positif melalui kemauan keras terhadap perubahan
yang berlandaskan pada nilai pancasila.
2. Pembedayaan Karakter (Character Enabler) generasi milenial tentunya akan
menjadikan role model dalam pengembangan karakter bangsa yang positif.
3. Perekayasa Karakter (Character Engineer) generasi milenial mampu membangun
kebudayaan pengetahuan yang dimana berperan sebagai ilmu. Peran pancasila dalam
pengamalan nilai-nilai pancasila merupakan sebagai pondasi dasar untuk membangun
suatu pendidikan yang bermoral.

KESIMPULAN

Pancasila sebagai dasar negara mengandung arti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila merupakan nilai-nilai yang dapat dijadikan dasar atau pedoman hidup masyarakat
Indonesia. Nilai-nilai Pancasila pada dasarnya adalah nilai-nilai filosofis yang dijadikan sebagai
kaidah dan landasan norma-norma yang berlaku di Indonesia. Nilai-nilai luhur Pancasila dari
dulu hingga sekarang tidak berubah, namun penerapan nilai-nilai Pancasila saja yang mulai
berkurang akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan globalisasi yang
pesat. Maka Generasi millenial haruslah menerapkan nilai-nilai pancasila karena merupakan
suatu hal yang penting bagi generasi milenial agar tidak menyimang dan mampu mempunyai
rasa tanggungjawab terhadap dirinya. Nilai pancasila merupakan suatu hal yang mendasar
dengan nilai filsafat terhadap aturan norma-norma yang berlaku di Indonesia. Negara Indonesia
harus mempunyai sebuah penegasan untuk mengembalikan kedudukan nilai Pancasila. Dengan
kita menerapkan nilai-nilai Pancasila maka kita sudah menghargai jasa pahlawan yang telah
berjuang untuk memperjuangkan kemerdekaan dan tidak putus asa dalam mencetuskan
perjuangan rancangan Pancasila.
REFERENSI

Humaeroh, S., & Dewi, D. A. (2021). Peran Pendidikan Kewarganegaraan di Era Globalisasi
Dalam Pembentukan Karakter Siswa. Journal on Education, Vol. 3, No. 3, h. 216-222.
Insani, G. N., & Dewi, D. A. (2022). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Pembentukan
Karakter Pada Generasi Milenial. Jurnal Kewarganegaraan, Vol. 6, No.1, h. 1602-1607.
Novitasari, S., & Dewi, D. A. (2022). Pentingnya Nilai-Nilai Pancasila Bagi Generasi Milenial.
Jurnal Pendidikan Tambusai, Vol. 6, No. 2, h. 10250-10254.
Pertiwi, P. I., & Dewi, D. A. (2021). Pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
Membangun Karakter Warga Negara Indonesia. Konstruksi Sosial: Jurnal Penelitian Ilmu
Sosial, Vol. 1, No. 12, h. 398-403.
Wahyuningrum, S. (2017). Pengembangan Nilai Cinta Damai Untuk Mencegah Bullying di
Sekolah Dalam Rangka Membentuk Karakter Kewarganegaraan. Jurnal PPKn, Vol. 5, No. 1, h.
1079-1097.

Anda mungkin juga menyukai