Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MATA KULIAH KWN

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP DEMOKRASI PANCASILA

Disusun Oleh :
Angsari Sitorani Raharjo

21010113130197

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Uraian Konsep
Era globalisasi yang pesat bahkan cenderung ekstrim telah menggeser
peradaban-peradaban lokal bangsa ke posisi yang semakin terjepit dan terpinggirkan.
Peta percaturan politik dunia telah menempatkan dominasi dunia Barat (Eropa) dan
Amerika sebagai pemegang saham terbesar berbagai bidang baik ekonomi, politik,
ideologi, budaya di planet bumi. Akibatnya nilai karakter lokal suatu bangsa akan
tergerus dan semakin terkikis di tanah airnya sendiri. Itulah yang dialami Pancasila
sebagai Dasar Negara.
Padahal, sebagai ideologi terbuka Pancasila pada prinsipnya dapat menerima
unsur unsur dari bangsa lain sepanjang tidak bertentangan dengan nilai nilai
dasarnya. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan pemahaman dan pengamalan
Pancasila selalu berkembang sesuai dengan dinamika perkembangan zaman. Pengaruh
negatif globalisasi harus diwaspadai, karena globalisasi mampu meyakinkan sementara
masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa manusia ke arah kemajuan
dan kemakmuran.
Akibat berkembang pesatnya globalisasi didunia, masyarakat Indonesia sudah
mulai banyak yang mengikuti budaya-budaya barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
yang tercantum dalam ideologi kita. Hal ini merupakan contoh pengaruh negatif
globalisasi terhadap ideologi pancasila. Yang semestinya tidak perlu untuk ditiru,
karena pada dasarnya nenek moyang bangsa Indonesia memiliki sikap dan etika yang
baik dan santun. Baik dalam berpakaian dan tingkah laku. Sekarang, dapat kita saksikan
sendiri bagaimana masyarakat Indonesia dalam meniru gaya orang barat. Hal yang
mestinya tidak baik untuk ditiru jelas sangat bertentangan dengan ideologi bangsa kita.
Hak asasi manusia (HAM) dengan keliru diterjemahkan dengan boleh berbuat
semaunya dan tak peduli apakah merugikan atau mengganggu hak orang lain. Budaya
dari luar, khususnya faham liberalisme, telah merubah sudut pandang dan jati diri
bangsa dan rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan tata hidup yang serba liberal
memaksa bangsa dan rakyat Indonesia hidup dalam ketidakpastian. Akibatnya, seperti
terlihat saat ini, konstelasi politik nasional serba tidak jelas. Para elite politik tampak
hanya memikirkan kepentingan dirinya dan kelompoknya semata.
Dalam kondisi seperti itu peran Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar
negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang

bisa diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan begitu,
nilai-nilai baru yang berkembang nantinya tetap berada di atas kepribadian bangsa
Indonesia. Pasalnya, setiap bangsa di dunia sangat memerlukan pandangan hidup agar
mampu berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang hendak
dicapai. Dengan pandangan hidup, suatu bangsa mempunyai pedoman dalam
memandang setiap persoalan yang dihadapi serta mencari solusi dari persoalan
tersebut .
Dalam pandangan hidup terkandung konsep mengenai dasar kehidupan yang
dicita-citakan suatu bangsa. Juga terkandung pikiran-pikiran terdalam dan gagasan
suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dicita-citakan. Pada akhirnya pandangan
hidup bisa diterjemahkan sebagai sebuah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu
bangsa yang diyakini kebenarannya serta menimbulkan tekad bagi bangsa yang
bersangkutan untuk mewujudkannya. Karena itu, dalam pergaulan kehidupan
berbangsa dan bernegara, bangsa Indonesia tidak bisa begitu saja mencontoh atau
meniru model yang dilakukan bangsa lain, tanpa menyesuaikan dengan pandangan
hidup dan kebutuhan bangsa Indonesia sendiri.
1.2. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik
ketika negara Indonesia didirikan, dan hingga sekarang di era globalisasi, Negara
Indonesia tetap berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar negara. Sebagai dasar
negara tentulah pancasila harus menjadi acuan Negara dalam menghadapi tantangan
global dunia yang terus berkembang.
Di era globalisasi ini peran pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga
eksistensi kepribadian bangsa indonesia, karena dengan adanya globalisasi batasan
batasan diantara negara seakan tak terlihat, sehingga berbagai kebudayaan asing dapat
masuk dengan mudah ke masyarakat.
Hal ini dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi bangsa indonesia, jika
kita dapat memfilter dengan baik berbagai hal yang timbul dari dampak globalisasi
tentunya globalisasi itu akan menjadi hal yang positif karena dapat menambah wawasan
dan mempererat hubungan antar bangsa dan negara di dunia. Tapi jika kita tidak dapat
memfilter dengan baik sehingga hal-hal negatif dari dampak globalisasi dapat merusak
moral bangsa dan eksistensi kebudayaan indonesia.
Dari faktor-faktor tersebutlah di butuhkan peranan pancasila sebagai dasar dan
pedoman negara dalam menghadapi tantangan global yang terus meningkat diera
globalisasi.

1.3. Alasan Menulis Judul


Maksud dan tujuan penulisan ini diharapkan pembaca dapat mengambil pedoman
dari nilai-nilai pancasila dalam menghadapi era globalisasi, sehingga bisa mengambil
dampak positif dari globalisasi dan agar tetap bisa menjaga kepribadiaan dan jatidiri
bangsa dalam kehidupan bernegara.

BAB II
PERMASALAHAN

Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan


muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi
tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa
Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan seharihari anak muda sekarang. Banyak anak muda lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara
menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan
mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan
dapat diakses oleh siapa saja. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh
manfaat yang berguna tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini,
banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Dilihat dari sikap,
banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung tidak ada
rasa peduli terhadap lingkungan karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan.
Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda.
Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta
terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat padahal generasi muda
adalah penerus masa depan bangsa.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Demokrasi Pancasila


Pancasila merupakan sistem nilai yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia. Nilai-nilai tersebut telah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Bahkan pada
masa kerajaan telah berkembang nilai-nilai dasar yang merupakan karakter masyarakat.
Bukti bahwa nilai-nilai tersebut berkembang adalah adanya tulisan dalam kitab
sutasoma karangan mpu prapanca pada jaman kerajaan Majapahit. Bukti lain adalah
adanya prasasti dan candi-candi yang dipercaya sebagai bukti tumbuh berkembangnya
kepercayaan terhadap tuhan, budaya musyawarah dan gotong royong juga terlihat
dalam setiap relief candi. Nilai-nilai itu kemudian digali dan dirumuskan menjadi suatu
tatanan norma dan nilai yang kita sebut dengan Pancasila. Perumusan pancasila sendiri
mempunyai sejarah yang cukup panjang sampai pada akhirnya dijadikan sebagai akta
pendirian Negara Indonesia dengan sebutan staat fundamental norm.
Ketika bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945, satu hari berikutnya yaitu tanggal 18 Agustus 1945, Pancasila secara
formal telah ditetapkan sebagai dasar Negara Indonesia. Sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945, selain dijadikan sebagai dasar Negara Pancasila juga berfungsi
sebagai pandangan hidup bangsa dan ideologi. Ketiga fungsi tersebut menjadi fungsi
yang sangat sentral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Prof. Dr. Warsono, dalam seminar nasional Nation and Character Building,
mengemukakan bahwa Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai arti bahwa
Pancasila dijadikan sebagai pedoman dan sekaligus landasan dalam penyelenggaraan
Negara. Fungsi ini telah diimplementasikan dalam UUD 1945 yang kemudian menjadi
sumber tertib hukum di Indonesia. Dalam struktur hukum di Indonesia, UUD 1945
menjadi hukum tertulis yang tertinggi. Fungsi Pancasila dalam tata hukum di Indonesia
adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum. Nilai-nilai Pancasila harus menjiwai
dalam setiap peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia. Dengan kata lain
peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mempunyai arti bahwa Pancasila
menjadi pedoman bagi setiap perilaku bangsa Indonesia. Perilaku setiap warga Negara
harus dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, sehingga bangsa Indonesia mempunyai
kepribadian dan jati diri sendiri yang membedakan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Karakter bangsa Indonesia akan ditentukan oleh implementasi fungsi Pancasila sebagai
pandangan hidup Bangsa.
Sedangkan Pancasila sebagai Ideologi mempunyai arti bahwa nilai-nilai Pancasila
menjadi sesuatu yang didambakan dan dicita-citakan dalam bentuk kehidupan nyata.

Suatu ideologi selain memuat gambaran tentang kehidupan yang dicita-citakan juga
mengandung langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan tersebut.
Setiap ideologi mengandung dimensi realitas, dimensi idealis, dan dimensi cara.
Dimensi realita merupakan pemahaman situasi masyarakat yang sedang dihadapi
sebagai produk dari masa lampau, dimensi idealis merupakan gambaran situasi baru
atau kehidupan yang dicita-citakan, sedangkan dimensi cara adalah langkah-langkah
untuk mencapai cita-cita. Dengan adanya tiga fungsi dasar pancasila tersebut,
diharapkan Pancasila mampu berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat
dalam menjawab tantangan jaman.
3.2. Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia
Ketika Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 mengemukakan bahwa Republik
Indonesia yang akan diproklamasikan memerlukan Dasar Negara yang kokoh dan
kemudian mendapat persetujuan para Pendiri Negara untuk menjadikan usulnya yang
diberi nama Pancasila Dasar Negara itu, maka sejak itu bangsa Indonesia mempunyai
satu landasan yang membedakannya dari bangsa-bangsa yang lain di dunia.
Dalam perjuangan bangsa Indonesia selanjutnya Pancasila telah berperan amat
besar dan bahkan menentukan. Dampak utama Pancasila sebagai Dasar Negara RI
adalah bahwa hingga sekarang Republik Indonesia masih tetap berdiri meskipun selama
71 tahun harus mengalami ancaman, tantangan dan gangguan yang bukan main
banyaknya dan derajat bahayanya. Pancasila telah menjadi pusat berkumpul bagi
berbagai pendapat yang berkembang di antara para pengikut sehingga terjaga persatuan
untuk menjamin keberhasilan perjuangan. Pancasila juga memberikan pedoman yang
jelas untuk menetapkan arah perjuangan pada setiap saat, terutama apabila harus
dihadapi ancaman yang gawat yang datang dari luar. Pancasila juga telah menimbulkan
motivasi yang kuat sehingga para pengikut Republik terus menjalankan perjuangan
sekalipun menghadapi tantangan dan kesukaran yang bukan main beratnya. Dengan
begitu Pancasila menjadi Identitas bangsa Indonesia.
Meskipun Pancasila selama 71 tahun berdirinya Republik Indonesia telah
disalahgunakan oleh banyak penguasa, namun bagian besar rakyat Indonesia tetap
menganggap Pancasila sebagai Dasar Negaranya. Tanpa Pancasila tidak ada Republik
Indonesia. Hanya sebagian kecil saja rakyat Indonesia yang tidak menghendaki
Pancasila karena terpengaruh oleh gagasan-gagasan lain yang berbeda atau bahkan
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Oleh sebab itu menjadi kewajiban kita untuk

mengatasi kelemahan yang masih ada dan secara sungguh-sungguh serta mantap
mengusahakan agar Pancasila menjadi kenyataan hidup dalam masyarakat. Justru
ketika bangsa Indonesia mengalami tahap surut yang demikian parah usaha itu amat
penting. Sebab dalam keadaan begitu terbuka peluang bagi mereka yang tidak
menghendaki Pancasila untuk memaksakan gagasan mereka menjadi landasan hidup
bangsa Indonesia.
Kita harus mengusahakan agar dalam masyarakat Indonesia nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa makin kuat, karena itulah landasan spiritual dan moral bagi perjuangan.
Dengan landasan demikian perjuangan kita akan lebih ulet dan tahan terhadap setiap
tantangan. Untuk itu kehidupan beragama harus dilakukan lebih mendalam dan tidak
hanya dipandang dari sudut ritual belaka. Sekarang ada kemajuan bahwa masjid, gereja
dan pura makin banyak dikunjungi warga masyarakat. Namun ternyata bahwa faktor
kuantitas ini belum diimbangi dengan faktor kualitas yang memadai. Itu terbukti dari
perilaku banyak anggota masyarakat yang jauh sekali dari nilai spiritual dan moral yang
tinggi. Rendahnya mutu kendali diri umpamanya merupakan indikasi dari kurangnya
kualitas spiritual bangsa.
Demikian pula nilai-nilai lain masih perlu sekali terwujud dalam kehidupan yang
nyata. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab harus makin meningkatkan perwujudan
Hak-Hak Azasi Manusia serta kepedulian sosial. Persatuan Indonesia harus
memperlihatkan makin berkembangnya kesempatan bagi setiap daerah untuk mengatur
dirinya dengan pelaksanaan otonomi yang luas; sebaliknya makin kuat persatuan antardaerah dalam negara kesatuan Republik Indonesia sehingga tidak terjadi disintegrasi
nasional. Kerakyatan atau Demokrasi sekarang memang sedang meningkat sejak
Reformasi, termasuk kebebasan atau kemerdekaan pers. Namun yang terjadi malahan
kebablasan yang merugikan masyarakat pada umumnya ketika perorangan atau
golongan tertentu terlalu memanfaatkan kebebasan untuk kepentingannya sendiri.
Keadilan Sosial masih sangat perlu diwujudkan, antara lain dalam bidang ekonomi
melalui perwujudan kekuatan ekonomi rakyat yang meningkatkan kesejahteraan rakyat
pada umumnya. Ini baru beberapa cuplikan dari hal-hal yang harus kita usahakan agar
Pancasila menjadi kenyataan hidup dalam masyarakat.
Usaha untuk menjadikan Pancasila kenyataan hidup bukannya tanpa tantangan
atau gangguan. Dan itu datang dari dalam tubuh bangsa kita sendiri maupun dari luar.
Seperti sudah dikatakan ada pihak-pihak yang mempunyai pandangan lain atau bahkan
mempunyai kepentingan yang berbeda.

Dulu selalu dikatakan bahwa Pancasila menghadapi tantangan dari mereka yang
ingin mendirikan satu negara Islam di Indonesia. Akan tetapi anggapan demikian sudah
tidak benar. Sekarang kebanyakan pemimpin organisasi Islam menyatakan bahwa
Pancasila yang harus menjadi Dasar Negara RI dan mereka setia kepadanya. Mereka
tiba pada kesadaran itu melalui berbagai jalan dan bukan karena pemaksaan seperti
yang dialami dalam masa Orde Baru.
Ada yang berpendapat bahwa Kitab Suci Al Quran tidak mengatakan harus ada
Negara Islam. Yang harus diperjuangkan adalah agar nilai-nilai ajaran Islam
dilaksanakan. Dan hal itu dapat dilakukan dalam negara berdasarkan Pancasila karena
kebanyakan nilai ajaran Islam sama atau tidak bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila. Ada yang lain yang tiba pada kesimpulan itu karena melihat bahwa Republik
Indonesia meliputi banyak sekali suku bangsa dan tidak semua memeluk agama Islam.
Oleh sebab itu untuk mempunyai satu negara yang kokoh kuat di segala bidang, maka
sebaiknya Dasar Negara adalah Pancasila. Karena nilai-nilai Pancasila banyak
persamaannya dengan ajaran Islam maka satu negara berdasarkan Pancasila dapat
diterima sepenuhnya oleh umat Islam. Mungkin ada di antara umat Islam di Indonesia
yang masih secara kolot hendak memperjuangkan satu negara Islam. Akan tetapi
jumlah mereka amat sedikit dibandingkan dengan jumlah umat Islam Indonesia yang
merupakan lebih dari 85 prosen penduduk Indonesia. Juga pemimpin mereka jauh lebih
rendah kemampuannya serta kecil pengaruhnya dibandingkan dengan para pemimpin
Islam yang menghendaki Pancasila sebagai Dasar Negara.
Yang lebih berat bagi perjuangan Pancasila adalah masuknya globalisasi dalam
kehidupan masyarakat yang tidak mungkin dapat dihindari. Pengaruh-pengaruh yang
menyertai globalisasi Sekarang mulai terlihat di berbagai bidang kehidupan. Mulai
anak-anak hingga orang dewasa sudah akrab dengan globalisasi. Pengaruh-pengaruh
yang masuk melalui globalisasi sedikit demi sedikit mulai menggeser tata nilai yang
ada di masyarakat. Pergeseran nilai ini jika tidak diimbangi dengan pengendalian diri
akan mengubah karakter dan kepribadian bangsa. Pancasila sebagai pandangan hidup
mempunyai tugas yang Sangat berat dalam membentengi masyarakat dari pengaruh
negatif globalisasi.
3.3. Perkembangan Globalisasi
Kata globalisasi berasal dari kata dasar global, menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia global memiliki makna 1 secara umum dan keseluruhan; secara bulat;
secara garis besar; 2 bersangkut paut, mengenai, meliputi seluruh dunia. Mengglobal

berarti meluas ke seluruh dunia; mendunia. Globalisasi yaitu proses masuknya ke


ruang lingkup dunia.
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak
mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan
yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya
sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi
bangsa-

bangsa

di

seluruh

dunia.

Krisna

(Pengaruh

(Menurut

Edison

Globalisasi

Terhadap

A.

Jamli

dkk.Kewarganegaraan.2005)
Menurut

pendapat

Pluralisme

Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang.internet.public jurnal.september 2005).


Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar
bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin
dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia.
Globalisasi dalam arti literal adalah sebuah perubahan sosial, berupa
bertambahnya keterkaitan di antara masyarakat dan elemen-elemennya yang terjadi
akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi di bidang transportasi dan
komunikasi yang memfasilitasi pertukaran budaya dan ekonomi internasional. Dalam
banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan
internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering
menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau
batas-batas negara.
Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain. Teknologi
informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa
ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai
bentuk dan kepentingan dapat tersebar

luas ke seluruh dunia.Oleh karena itu

globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.


Terkait dengan kehidupan berbangsa dan bernegara, makna globalisasi memiliki
dimensi luas dan kompleks yaitu bagaimana suatu negara yang memiliki batas-batas
teritorial dan kedaulatan tidak akan berdaya untuk menepis penerobosan informasi,
komunikasi dan transportasi yang dilakukan oleh masyarakat di luar perbatasan.
Globalisasi adalah suatu proses di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara
saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi
batas Negara.

Para ahli juga telah mengungkapkan gagasan mereka berkaitan dengan konsep
globalisasi, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Malcolm Waters
Globalisasi adalah sebuah proses sosial yang berakibat bahwa pembatasan
geografis pada keadaan sosial-budaya menjadi kurang penting, yang terjelma di
dalam kesadaran orang.
b. Emmanuel Ritcher
Globalisasi adalah jaringan kerja global yang secara bersamaan menyatukan
masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi ke dalam saling
ketergantungan dan persatuan dunia.
c. Thomas L. Friedman
Globalisasi memiliki Dimensi Ideologi dan Teknologi. Dimensi Ideologi, yaitu
kapitalisme dan pasar bebas, sedangkan Dimensi Teknologi adalah teknologi
informasi yang telah menyatukan dunia.
d. Princeton N. Lyman
Globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat atas saling ketergantungan
dan hubungan antara negara-negara di dunia dalam hal perdagangan dan
keuangan.
e. Leonor Briones
Demokrasi bukan hanya dalam bidang perniagaan dan ekonomi namun juga
mencakup globalisasi terhadap institusi-institusi demokratis, pembangunan
sosial, hak asasi manusia dan pergerakan wanita.
Memasuki abad 21 dunia termasuk Indonesia dihadapkan pada gerakan yang
disebut globalisasi. Perlu kita cermati bahwa esensi globalisasi adalah keterbukaan dan
kebebasan; yang merupakan pencerminan hak asasi individu. Setidaknya ada tiga
bidang kehidupan yang mempunyai pengaruh besar sebagai akibat adanya globalisasi,
yaitu bidang ekonomi, politik, dan teknologi informasi.
Dalam bidang ekonomi globalisasi akan menampakkan wajahnya dalam bentuk
perdagangan bebas atau liberalisasi perdagangan. Dengan liberalisasi perdagangan ini
arus barang, jasa dan modal akan dengan mudah menembus batas-batas antar negara
tanpa melalui prosedur yang berbelit-belit dan melelahkan. Terjadilah kemudahankemudahan dalam arus atau perpindahan modal, tenaga dan hasil industri serta
pertanian. Yang akan menentukan kualitas barang, atau jasa, atau di mana modal perlu
ditanam adalah faktor pasar, faktor supply and demand. Akhirnya konsumen yang akan
menentukan perdagangan di masa yang akan datang. Untuk dapat merealisasikan
gagasan ini telah diciptakan instrumen-instrumen, dan lembaga-lembaga pendukung
liberalisasi perdagangan dimaksud. Lembaga-lembaga ini seperti WTO, NAFTA,

APEC, MEE, AFTA dan sebagainya, sedang instrumen yang diperlukan seperti GATT,
Bogor Declaration, Intellectual Property Rights, ISO, dan sebagainya. Dengan cara ini
maka persaingan merupakan mekanisme yang dikembangkan dalam liberalisasi
perdagangan
Dalam bidang politik, globalisasi akan nampak dalam gerakan demokrasi dan hak
asasi manusia. Dewasa ini dunia sedang dilanda oleh gerakan demokratisasi dan hak
asasi manusia. Suatu negara-bangsa yang tidak melaksanakan demokrasi dalam sistem
pemerintahannya dan tidak menjunjung tinggi hak asasi manusia dinilai tidak beradab,
dan selayaknya dikucilkan dari kehidupan masyarakat dunia, dan bila perlu di-embargo.
Instrumen telah disiapkan oleh lembaga yang namanya Perserikatan Bangsa-Bangsa
seperti Universal Declaration of Human Rights, Covenant on Civil and Political Rights,
Covenant on Economic, Social and Cultural Rights, dan sebagainya. Perlu dicatat
bahwa implementasi kesepakatan bangsa-bangsa tersebut perlu disesuaikan dengan adat
dan budaya yang berkembang di masing-masing negara-bangsa. Namun ada pihakpihak tertentu yang berusaha untuk memaksakan suatu sistem demokrasi dan hak asasi
manusia yang berlaku di negaranya untuk diterapkan di negara lain. Keadaan ini pasti
akan menimbulkan gejolak, karena tidak mustahil adanya prinsip-prinsip yang berbeda
yang dianut oleh suatu negara tertentu yang tidak begitu saja tuned in dengan konsep
demokrasi yang dipaksakan dimaksud. Sehingga universalisasi dan unifikasi demokrasi
dan hak asasi manusia sementara ini pasti akan mendapatkan hambatan. Upaya yang
dilakukan oleh sementara pihak dengan menghambat bantuan kepada negara yang
dinilai tidak menerapkan demokrasi dan hak asasi manusia, dinilai suatu bentuk
paksaan baru. Gerakan demokratisasi dalam pemerintahan adalah dalam bentuk
reinventing government, menciptakan clean government and good governance,
desentralisasi pemerintahan, dan sebagainya.
Dalam bidang informasi, globalisasi terwujud dalam internet, cybernatic society
dan web society, suatu jaringan antar manusia yang bebas tidak dihambat oleh batasbatas antar negara dalam mengadakan tukar menukar informasi. Manusia dan negarabangsa memiliki kebebasan untuk meng-akses informasi dari mana saja sesuai dengan
keinginan dan kemampuan teknologi yang dikuasainya. Dengan perangkat teknologi
komunikasi yang sangat canggih, seseorang dapat melakukan deteksi peristiwaperistiwa yang terjadi di segala penjuru dunia. Terjadilah persaingan yang luar biasa
dalam mengembangkan teknologi kemunikasi ini, karena siapa yang menguasai
informasi, dialah yang akan menguasai dunia.

Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini
yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan
globalisasi dalam hubungan antarbangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang
lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai
mengenal perdagangan antarnegeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para
pedagang dari Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat
(seperti misalnya jalur sutera) maupun jalan laut untuk berdagang.
Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia
dan Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi
Jepang, Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut
Tengah, Venesia, dan Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang
muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial
dan budaya Arab ke warga dunia.
Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh
bangsa Eropa. Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda adalah pelopor-pelopor
eksplorasi ini. Hal ini didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang
meningkatkan keterkaitan antarbangsa dunia. berbagai teknologi mulai ditemukan dan
menjadi dasar perkembangan teknologi saat ini, seperti komputer dan internet. Pada
saat itu, berkembang pula kolonialisasi di dunia yang membawa pengaruh besar
terhadap difusi kebudayaan di dunia.
Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar
juga memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indonesia misalnya,
sejak politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai
cabangnya di Indonesia. Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, unilever dari
Belanda, British Petroleum dari Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan
multinasional seperti ini tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini.
Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin
berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi
pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan
dunia. Implikasinya, negara negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang
bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan
transportasi. Alhasil, sekat-sekat antarnegara pun mulai kabur.
Realitas globalisasi tidak mungkin kita hindari. Disamping adanya pengaruh
positif yang kita dapatkan, globalisasi juga membawa dampak negatif. Tugas kita
bukanlah menolak globalisasi, tetapi bagaimana caranya agar kita tidak terbawa arus

globalisasi. Agar dapat mengambil manfaat positif dan menjauhi dampak negatif,
Pancasila tampil sebagai filter dalam menyaring setiap pengaruh yang masuk dan
disesuaikan dengan karakter dan kepribadian bangsa.
3.4. Eksistensi Pancasila di era Global
Kondisi Pancasila di era globalisasi sangatlah terkontaminasi dari adanya
berbagai macam aspek yang membuat Pancasila tersebut menjadi tidak seperti yang
seharusnya. Dilihat dari melencengnya nilai-nilai Pancasila yang selama ini telah
ditanamkan oleh para pendiri bangsa ini, sebagai contoh ialah terjadinya dis-integrasi
bangsa yang telah jelas-jelas melanggar sila ke-3 yaitu persatuan Indonesia, atau masih
banyak yang lainnya.
Dan jika dilihat lagi dari berbagai aspek masalah yang sedang dihadapi bangsa
indonesia, kita seharusnya kembali menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila tersebut. karena pancasila-lah yang merupakan pondasi bangsa indonesia
untuk menghadapi bebagai masalah khususnya di era global seperti saat ini, yang
membuat rentan sekali nilai-nilai pancasila tersebut memudar dikarenakan perubahan
zaman oleh adanya globalisasi.
Seharusnya Pancasila sanggup menjawab berbagai tantangan di era globalisasi,
karena dari implikasi dari dijadikannya Pancasila sebagai pandangan hidup maka
bangsa yang besar ini haruslah mempunyai sense of belonging dan sense of pride atas
Pancasila. Setidaknya ada dua alasan yang menyebabkan suatu ideologi tetap eksis.
Pertama adalah jumlah penganut atau pengikut. Semakin banyak pengikut dari suatu
ideologi, maka ideologi tersebut akan semakin kuat. Pancasila merupakan ideologi
yang diikuti oleh seluruh rakyat Indonesia. Secara konseptual, Pancasila adalah
ideologi yang kokoh. Pancasila tidak akan musnah sepanjang masih ada pengikut yang
memperjuangkannya. Kedua adalah seberapa besar pengikut tersebut mempercayai dan
menjadikan ideologi sebagai bagian dari kehidupannya. Semakin kuat kepercayaan
seseorang, maka semakin kuat posisi ideologi tersebut. Sebaliknya, walaupun banyak
pengikut, tetapi apabila pengikut tersebut sudah tidak menjadikan ideologi sebagai
bagian dari kehidupannya, maka ideologi dikatakan lemah.
Posisi pancasila di era globalisasi sangat rawan terhadap gangguan. Secara
formal, Pancasila tetap diakui oleh seluruh bangsa Indonesia sebagai ideologi mereka.
Namun di tataran aplikatif, prilaku masyarakat banyak yang mengalami pergeseran
nilai. Secara tidak langsung pergeseran nilai tersebut membuat masyarakat perlahanlahan melupakan Pancasila. Salah satu alasan pancasila masih tetap eksis adalah karena

pancasila digali dari nilai-nilai yang ada di masyarakat seperti ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan dan keadilan. Ada atau tidak adanya Pancasila, nilai-nilai tersebut
memang sudah ada di masyarakat sehingga tetap berlaku di masyarakat.
Jika masyarakat melaksanakan nilai dan norma yang berkembang, secara
otomatis masyarakat juga mengamalkan Pancasila. Sebagai contoh ketika umat islam
beribadah. Dasar mereka melakukan ibadah adalah ketaatan terhadap ajaran agama,
bukan karena Pancasila. Namun melaksanakan ibadah secara tidak langsung
mengamalkan sila pertama Pancasila. Demikian pula dengan sila-sila yang lain,
masyarakat pada dasarnya tidak mengamalkan pancasila secara langsung. Mereka
hanya mengikuti tata nilai dan hukum adat masing-masing. Tetapi karena nilai-nilai itu
terangkum dalam Pancasila, maka secara tidak langsung masyarakat juga menjalankan
pancasila.

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Eksis dan tidaknya Pancasila di era global sangat tergantung dari nilai-nilai
masyarakat. Jika nilai-nilai tersebut tetap tumbuh dan berkembang, maka Pancasila
juga akan terus eksis. Sebaliknya jika nilai tersebut mengalami pergeseran, besar
kemungkinan Pancasila juga akan mengalami pergeseran. Jika globalisasi mampu
menggeser nilai-nilai di masyarakat dan mengganti dengan tatanan nilai yang baru,
maka besar kemungkinan Eksistensi pancasila akan runtuh. Oleh karena itu, perlu
adanya pemahaman nilai-nilai Pancasila sebagai dasar, pandangan hidup, dan ideologi

sekaligus sebagai benteng diri dan filterisasi terhadap nilai-nilai yang masuk sebagai
dampak dari globalisasi.

DAFTAR REFERENSI
Irvina, Firda. 2011. Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Reformasi.
Yunus, Nur Rohim. November 2015. Aktualisasi Demokrasi Pancasila dalam
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Tjarsono, Idjang. Februari 2013. Demokrasi Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika Solusi
Heterogenitas
Lukum, Roni, S.Pd.M.Sc. 2009. Peran Idiologi Pancasila Dalam Kebijakan Politik Luar
Negeri Indonesia Sebagai Solusi Menghadapi Pengaruh Globalisasi.
Fuad, Raudhatul. 2011. Peranan Pancasila dalan Era Globalisasi

http://denadenanda.blogspot.co.id/2014/02/pengaruh-globalisasi-terhadapkehidupan_4564.html ; Diakses tanggal 3 Desember 2016


www.wikipedia.org/globalisasi ; Diakses 4 Desember 2016
http://anggertriwibowo.blogspot.com/2009/10/pancasila-di-era-globalisasi.html
Diakses 4 Desember 2016

Anda mungkin juga menyukai