Anda di halaman 1dari 35

KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN INDONESIA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :

1. PUPUNG ADI PUTRA (18210046)


2. MARYANI (18210034)
3. SELPI (18210053)
4. PUTRI INDAH SARI (18210047)

MATA KULIAH :

SISTEM ADMINISTARSI NEGARA INDONESIA

DOSEN PEMBIMBING :

SISCA NOPRALIA, S. Pd, M. Si

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


UNIVERSITAS SJAKHYAKIRTI
PALEMBANG
KATA PENGANTAR

Alhamdullilahhirabil’alamin puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT, karena atas rahmat-Nya penulisan makalah " Kepemimpinan Pemerintah
Indonesia" dalam mata kuliah sistem administrasi indonesia.
          Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah sistem administrasi indonesia yang telah memberikan materi
kepada kami. Kami mengakui bahwa dalam penulisan makalah ini banyak
kekurangan, hal ini disebabkan keterbatasan dan kemampuan penulis. Namun kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
           Pada akhirnya, makalah ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan
menambah wawasan bagi semua pihak pada umumnya, dan bagi penulis pada
khususnya. 
kami juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata 
sempurna dan tidak lepas dari kesalahan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran
untuk kebaikan sangat kami harapkan demi perbaikan di masa penulisan makalah
selanjutnya.

Palembang, 19 Oktober 2019


Kelompok 2

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... I

DAFTAR ISI ..................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah............................................................................ 2

C. Tujuan.............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian kepemimpinan dan kepemimpinan pemerintahan......... 3

B. Kepemimpinan PemerintahanIndonesia......................................... 26

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 31

B. Saran ............................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 32

III
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kepemimpinan merupakan cabang dari kelompok ilmu adminstasi,


khususnya ilmu administrasi Negara, sedang ilmu administrasi, khususnya salah
satu cabang dari ilmu-ilmu social, dan juga merupakan salah satu perkembangan
dari Filsafat.Sebelumnya kita ketahui terlebih dahulu makna dari
kepemimpinan.Kepemimpinan berasal dari kata “Pimpin” yang berarti tuntun,
bina atau bimbing.Pimpin dapat pula berarti menunjukan jalan yang baik atau
benar, tetapi dapat pula berarti mengepalai pekerjaan atau kegiatan.Dalam
kepemimpinan ini terdapat hubungan antar manusia.Yaitu hubungan
mempengaruhi (dari pemimpin) dan hubungan kepatuhan-ketaatan para pengikut
atau bawahan karena di pengaruhi oleh kewibawaan pemimpin.Para pengikut
terkena pengaruh kekuatan dari pemimpinnya dan bangkitlah secara spontan rasa
ketaatan pada pemimpin.kepemimpinan pada dasarnya berarti kemempuan untuk
memimpin, kemampuan untuk menentukan secara benar apa yang harus
dikerjakan. Sehingga, kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi
orang lain, yang dilakukan melalui hubungan interpersoanal dan proses
komunikasi untuk mencapai tujuan, dan juga merupakan suatu proses mengatur
dan membantu orang lain agar bekerja dengan benar untuk mencapai tujuan.
Pemerintahan sebagai salah satu unsur yang penting dari Negara
mempunyai posisi yang diterminan dalam kaitannya dengan penyelenggaraan
pemerintahan baik keluar maupun kedalam karena posisinya yng demikian
strategis itu maka keberadaan Negara dan khususnya pemerintahan Negara
menjadi sangat ditentukan oleh keberhasilan pemerintahan dan pemerintah dalam
menyelenggarakan pemreintahan dalam kerangka mencapai tujuan Negara. Atas
2

dasar ini tanpa adanya pemerintah dan pemerintahan tujuan Negara tidak akan
tercapai dan jika kondisi ini terjadi maka kerugian besar akan ditanggung oleh
masyarakat Negara pada umumnya, mengingat salah satu tujuan membentuk
pemerintah adalah untuk meningkat kesesejahteraan masyarakat. Lebih penting
dari itu bahwa keberadaan satu Negara dalam hubungannya dengan  Negara  lain,
pengakuan suatu Negara yang merdeka itu di dasarkan atas adanya pemerintahan
yang berdaulat.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.


1. Pengertian kepemimpinan dan kepemimpinan pemerintahan
2. Bagaimana kepemimpinan pemerintahanindonesia.

C. Tujuan Masalah

1. Dapat mengetahui pengertian kepemimpinan dan kepemimpinan pemerintahan


2. Dapat mengetahui kepemimpinan pemerintahan indonesia.
3

BAB II

PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
1. DEFINISI KEPEMIMPINAN
Secara etimologi kepemimpinan dapat diartikan yaitu kemampuan dan kepribadian
seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukan
tindakan pencapaian tujuan bersama, sehingga dengan demikian yang
bersangkutan menjadi awal struktur dan pusat proses kelompok.
Sementara itu, menurut P. Pigors (1935) kepemimpinan adalah suatu proses saling
mendorong melalui keberhasilan interaksi dari perbedaan-perbedaan individu,
mengontrol daya manusia dalam mengejar tujuan bersama.

Ada beberapa definisi/pengertian kepemimpinan, antara lain:


a. Tannebaum, Weschler and Nassarik
Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan
langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan
tertentu.

b. Shared Goal, Hemhiel & Coons


Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

c. Rauch & Behling


Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok
yang diatur untuk mencapai tujuan bersama.
4

Banyak kesimpulan bahwa kepemimpinan ada persolaan pengaruh terhadap orang


lain atau kelompok, jadi pemimpin yang tidak mempunyai pengaruh, bukan
pemimpin yang punya gaya kepemimpinan.

2.PENGERTIAN PEMIMPIN
Pemimpin adalah pelaku utama sebuah proses organisasi. Sebuah organisasi
memiliki pemimpin, entah ketua umum, ketua bidang/seksi dll.Kepemimpinan
hanya dapat diterapkan oleh seorang pemimpin.Seorang pemimpin adalah
seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai pengaruh.

3. TUGAS DAN PERAN PEMIMPIN


Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
a. Pemimpin bekerja dengan orang lain
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah
satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi
sebaik orang di luar organisasi.

b.Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan


(akuntabilitas).
Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas, menjalankan
tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik.Pemimpin
bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.

c. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas


Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun
tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan
pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada
staf/anggota/seksi. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara
efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
5

d. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual


Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan
konseptual.Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat.
Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan
kaitannya dengan pekerjaan lain.

e. Pemimpin adalah seorang mediator


Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin
harus dapat menjadi seorang mediator (penengah). Dan yang perlu diperhatikan
pemipin sebisa mungkin tidak berada di salah satu blok konflik untuk membuat
seorang pemimpin dapat melihat situasi secara objektif sehingga mudah
menyelesaikan masalah.

f. Pemimpin adalah politisi dan diplomat


Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai
seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau
organisasinya.

g. Pemimpin membuat keputusan yang sulit


Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah dan berani mengambil
resiko bila harus memutuskan persoalan yang sulit.

Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah:


a. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin
yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
b. Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
c. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan,
sumber alokasi, dan negosiator

4. PRINSIP-PRINSIP DASAR KEPEMIMPINAN


6

Sebelum lebih jauh menjelaskan tentang prinsip-prinsip kepemimpinan, perlu


dipahami adalah, apa yang disebut dengan prinsip.

Menurut Stephen R. Covey (1997), Prinsip adalah bagian dari suatu kondisi,
realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan
sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah.Prinsip merupakan
suatu pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan
dengan 4 dimensi seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan
kekuatan.

Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R.


Coney), sebagai berikut:

1. Seorang yang Belajar Seumur Hidup


Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah.Contohnya,
belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar.Mempunyai
pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.

2. Berorientasi pada Pelayanan


Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan
prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama.Dalam memberi
pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.

3. Membawa Energi yang Positif


Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif
didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain.
Untuk itu, dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik.Seorang
pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi
tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan
energi yang positif, seperti;
7

a. Percaya pada orang lain


Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya,
sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang
baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.

b. Keseimbangan dalam kehidupan


Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya.Berorientasi kepada
prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat
dan rekreasi.Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan
akherat.

c. Melihat kehidupan sebagai tantangan


Kata ‘tantangan’ sering diinterpretasikan negatif.Dalam hal ini tantangan berarti
kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya.Sebab
kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman
yang datang dari dalam diri sendiri.Rasa aman tergantung pada inisiatif,
keterampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.

d. Sinergi
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis
perubahan.Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya.Sinergi
adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut
The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja
kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara
perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang
atasan, staf, teman sekerja.

e. Latihan mengembangkan diri sendiri


Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai
keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses
8

daalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan


dengan: (1) pemahaman materi; (2) memperluas materi melalui belajar dan
pengalaman; (3) mengajar materi kepada orang lain; (4) mengaplikasikan
prinsip-prinsip; (5) memonitoring hasil; (6) merefleksikan kepada hasil; (7)
menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi; (8) pemahaman baru;
dan (9) kembali menjadi diri sendiri lagi. Sekali lagi, seorang pemimpin harus
dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi.

Menjadi pemimpin yang berprinsip dalam organisasi dibutuhkan sebuah


pengalaman, karena seorang pemimpin tidak mungkin ketika lahir dari rahim
ibunya langsung menjadi pemimpin yang berprinsip, pasti akan diperlukan proses
pembelajaran dalam menjalani kehidupan. Teori-teori diatas bukan satu pedoman
yang mesti dipakai dalam menggambarkan pemimpin dan kepemimpinan, karena
ilmu pengetahuan akan terus berkembang yang kemudian akan menghasilkan
perubahan–perubahan, atau juga akan disesuaikan dengan kondisi dan realitas di
mana tempat seseorang menjadi pemimpin.

Beberapa pakar telah memberikan definisi yang berbeda tentang kepemimpinan,


antara lain:
Menurut C. N Cooley ( 1902)
The leader is always the nucleus or tendency, and on the other hand, all social
movement, closely examined will be found to concist of tendencies having such
nucleus.
Maksudnya pemimpin itu selalu merupakan titik pusat dari suatu kecenderungan,
pada kesempatan lain, semua gerakan sosial kalau diamati secara cermat akan
ditemukan kecenderungan yang memiliki titik pusat.
Kepemimpinan adalah suatu proses saling mendorong melalui
keberhasilan interaksi dari perbedaan individu, mengontrol daya manusia dalam
mengejar tujuan bersama. Dalam buku karangan Prof. Dr. Sudarwan Danim yang
9

berjudul “Motivasi Kepemimpinan&Efektivitas Kelompok”, menyebutkan


beberapa definisi kepemimpinan. Mc Farland (1978) dalam Sudarwan Danim
(2004:55) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses dimana
pimpinan dilukiskan akan memberi perintah/pengaruh, bimbingan/proses
mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih&mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Jadi kepemimpinan merupakan sebuah fenomena yang universal, dan
merupakan fenomena yang kompleks sehingga tidak ada satu definisi
kepemimpinan yang dapat dirumuskan secara lengkap untuk mengabstraksikan
perilaku sosial/interaksi manusia di dalam organisasi.
Menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang
mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa
asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
 Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan
perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang
yang dipimpinnya.
 Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan
semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.
 Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang
diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.

5. TEORI KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN

a. Teori Otokritas Dalam Kepemimpinan Pemerintahan


Teori otokritas dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori bagaimana
seorang pimpinan pemerintahan dalam menjalankan tugasnya bekerja tanpa
menerima saran dari bawahan, pemerintah diberikan dalam satu arah saja artinya
bawahan tidak diperkenankan membantah, mengkritik, bahkan bertanya.
10

Cara ini biasanya terjadi pada organisasi militer terutama dalam keadaan itu
diperlukan dramatisir keadaan bagaimana berjasanya sang pimpinan setelah
beberapa waktu berlalu marah dengan suara keras, kasar dan lantang.

b. Teori Sifat Dalam Kepemimpina Pemerintahan


Teori sifat dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori yang mengatakan
bahwa kepemimpinan tercipta dari seseorang berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki
seseorang tersebut, berarti yang bersangkutan sudah sejak lahir memiliki ciri-ciri
untuk menjadi pemimpin.
Menurut teori ini seseorang memiliki bawaan bakat turunan, antara lain cukup
terampil untuk mengurus orang lain, memiliki kepekaan inisiatif, mempunyai
rangsangan emosional untuk  membela teman, dewasa dalam pemikiran, pandai
membujuk dalam rayuan yang menghanyutkan, gampang berkomunikasi, percaya
untuk tampil di depan umum, kreatif dalam menemukan gagasan baru, mempunyai
presepsi positif serta jalan keluar setiap masalah, dan selalu berpartisipasi dalam
setiap kegiatan orang lain.
Pengkritik teori sifat dalam kepemimpinan pemerintahan ini berpendapat bahwa
tidak ada hubungan antara sifat kepemimpinan dengan tingkat keberhasilan, bagi
para pengkritik ini pemimpin bukan dilahirkan dengan sifat-sifat khususnya tetapi
dapat dibentuk melaui kebiasaan, inilah yang dalam pepatah dikenal sebagai
“alaaaah bisa karena biasa”.

c. Teori Manusiawi Dalam Kepemimpinan Pemerintahan


Teori manusiawi dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori yang
pemimpinannya benar-benar merasakan bawahannya (baik rakyat maupun staf)
sebagai manusia yang dapat dimotivasi kebutuhannya sehingga menimbulkan
kepuasan kerja, untuk itu teori ini berkaitan dengan teori motivasi.Ada tiga pakar
yang populer dengan teori motivasi, yaitu Abraham Maslow, Douglas Mac
Gregor, dan David Mac Clelland.
11

d. Teori Perilaku Pribadi Dalam Kepemimpinan Pemerintahan


Teori perilaku dalam pemerintahan adalah teori di mana pemimpin melakukan
pendekatan pada bawahan melalui cara-cara non formal yang tidak resmi, dengan
begitu perintah biasanya dilakukan secara lisan dan bukan tertulis.Jadi kalau teori
otokratis dinilai cukup efektif hasilnya maka teori perilaku pribadi cukup efisien
dalam tenaga dan biaya.
Tidak menutup kemungkinan pemimpin yang menggunakan teori ini
memberikan perintahnya pada tempat yang tidak resmi misalnya lapangan olah
raga seperti tenis, badminton, golf, bola kaki dan lain-lain atau pada berbagai pesta
seperti sunatan, pernikahan, pertunangan, ulang tahun dan lain-lain. Hal ini
melihat ruang tempat memberukan perintah yang tidak resmi.
Sedangkan memberikan perintah tidak resmi pada teori perilaku pribadi ini
dilihat dari waktunya terkadang pada waktu berkendaraan seperti di atas mobil,
motor, kereta api, pesawat udara, kapal laut dan lain-lain atau kerika dengan
berkomunikasi secara santai seperti dalam telepon, faximille, pager, dan lain-lain
yang tidak menggunakan kata-kata dan kop dinas.
Dalam teori ini pembicaraan dimulai dari menanyakan keluarga seperti anak,
isteri, tetangga, ibu, bapak dan saudara lainnya sehingga dengan begitu tudak
langsung pada sasaran, dengan demikian dapat diperhitungkan saat waktu yang
tepat untuk mengeluarkan perintah atau suruhan menjadi tidak terasa.
Untuk itu teori ini memerlukan bakat tersendiri dari pemimpin yang
melakukannya, dalam kepemimpinan pemerintah biasanya atasa mengadakan
arisan, undangan makan malam, kumpul reuni, kesukuan, keagamaan.

e. Teori Lingkungan Dalam Kepemimpinan Pemerintahan


Teori lingkungan dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori yang
memperhitungkan ruang dan waktu, berbeda dengan teori sifat yang mengatakan
bahwa pemimpin itu dilahirkan (leader is born) maka dalam teori ini pemimpin
dapat dibentuk.
12

f. Teori Situasi Dalam Kepemimpinan Pemerintahan


Teori situasi dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori dimana
pemimpin memanfaatkan situasi dan kondisi bawahannyadalam
kepemimpinannya.Yaitu dengan memperhatikan dukungan (supportif) dan
pengarahan (directif).

g. Teori Pertukaran Dalam Kepemimpinan Pemerintahan


            Teori pertukaran dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori dimana
pemimpin pemerintahan dalam mempengaruhi bawahannya memakai strategi take
and give yaitu ketika atasan memberikan perintah maka selalu diutarakan bahwa
bila atau sebaliknya sebelum penerimaan suatu honor lalu pemimpin
mengutarakan bahwa selayaknya bawahan bekerja lebih rajin, dengan demikian
akan menjadi bawahan yang tahu diri.

h. Teori Kontingensi Dalam Kepemimpinan Pemerintahan


            Teori kontingensi dalam kepemimpinan pemerintahan adalah teori yang
berpatokan pada tiga hal yaitu hubungan atasan dengan bawahan (leader
membership relation), struktur/orientasi tugas (task structure) dan posisi/wibawa
pemimpin (leader position power).

6.GAYA KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN

a. gaya demokratis

adalah cara dan irama seseorang pemimpin dalam menghadapi bawahan dan
masyarakatnya dengan memakai metode pembagian tugas secara merata dan adil,
kemudian pemilihan tugas tersebut dilakukan secara terbuka, antar bawahan
dianjurkan berdiskusi tentang keberadaannya untuk membahas tugasnya, baik
13

bawahan yang teredah sekalipun boleh meyampaikan saran serta diakui haknya,
dengan demikian dimiliki persetujuan dan konsensus atas kesepakatan bersama.

b. gaya birokratis dalam kepemimpinan pemeritahan


gaya birokratis adalah cara dan irama seorang pemimpin dalam menghadapi
bawahan dan masyarakatnya dengan memakai metode tanpa pandang bulu, artinya
setiap bawahan harus diperlakukan sama disiplinnya, spesialisasi tugas yang
khusus, kerja yang ketat pada aturan (rule), sehingga kemudian bawahan menjadi
kaku tetapi sederhana (zakelijk).

c. gaya kebebasan
merupakan gaya dan irama seorang pemimpin pemerintahan dalam menghadapi
bawahan dan masyarakatnya dengan memakai metode pemberian keleluasaan pada
bawahan seluas-luasnya, metode ini dikenal juga dengan Laissez faire atau
libelarism. Dalam gaya ini setiap bawahan bebas bersaing dalam berbagai strategi
ekonomi, politik, hukum dan administrasi.

d. gaya otokratis
adalah cara dan irama seorang pemimpin dalam menghadapi bawahan dan
masyaraktnya dengan metode paksaan kekuasaan (coercive power).

Prof. Dr. Sondang P. Siagian, MPA dengan bukunya “Teori & Praktek
Kepemimpinan”     mengatakan bahwa gaya kepemimpinan seseorang tidak bisa
berubah menghadapi situasi bagaimanapun. Jika seorang pemimpin memiliki ciri-
ciri kepemimpinan yang otokratik, gaya kepemimpinannya pun akan otokratik
pula, terlepas dari situasi yang dihadapinya. Sebaliknya, seseorang yang pada
dasarnya berpandangan demokratik akan secara konsisten menggunakan gaya
kepemimpinannya yang partisipatif meskipun situasi organisasional yang
dihadapinya sesungguhnya menuntut gaya kepemimpinan yang lain. Menurut teori
situasional, seorang pemimpin yang paling otokratik sekalipun akan mengubah
14

gaya kepemimpinannya yang otokratik itu dengan gaya lain, misalnya agak
demokratistik tergantung situasi. Sebaliknya seseorang yang menggunakan gaya
kepemimpinan yang demokratik mungkin saja bertindak otoriter apabila situasi
menghendakinya. Prof. Sondang Siagian berpendapat bahwa teori yang sangat
dominan tentang kepemimpinan yang efektif dewasa ini adalah teori
kepemimpinan yang situasional atau teori kontingesi “contingency theory”.
Sedangkan menurut Drs. Pamudji, nampaknya telah terjadi pencampur-
adukan antara gaya kepemimpian dengan tipe kepemimpinan. Misalnya gaya
otokratis, oleh Drs. Pamudji dimasukkan ke salah satu tipe, yaitu tipe otokratis,
sedangkan gaya partisipatif dan gaya kebebasan dimasukkan ke dalam tipe
demokratis. Di samping tipe-tipe otokratis dan demokratis, masih dijumpai tipe-
tipe lain seperti tipe militeristik, paternalistik, karismatis, tradisional,
rasional/birokratis dan lain-lain. Dalam bahasan gaya kepemimpinan, sering
dibedakan antara gaya motivasi (motivation style), gaya kekuasaan (power style),
dan gaya pengawasan (supervisory style). Jadi menurut Drs. Pamudji, gaya
kepemimpinan dapat dibedakan menjadi gaya motivasi, kekuasaan, dan
pengawasan.

7. VARIABEL KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN

a. Variabel Situasi Dan Kondisi Pemerintahan


Ada tujuh situasi dan kodisi yang menyebabkan pemimpin pemerintahan
harus otokrasi atau demokrasi yaitu: faktor sifat dan bentuk negara, faktor
geografis, faktor warga negara, faktor sejarah, faktor efisiensi dan efektivitas,
faktor politik, faktor rezim yang berkuasa. Situasi dan kondisi dapat menentukan
bagaimana seorang pemimpin pemeritahan seharusnya akan bertindak, bahkan
pada situasi dan kondisis tertentu dapat melahirkan pemimpin.

b. Variabel Orang Banyak Sebagai Peganut


15

Orang banyak yang dikenal sebagai rakyat jelata memang selama ini dikenal
diam hanya saja jumlahnya sangat banyak, maksudnya bila terjadi demonstrasi ,
maka kemarahan orang banyak sulit dibendung dan bisa menggulingkan
kekuasaan pemimpin yang tirani. Oleh karena itu masa di negara kita sekalipun
musti dekanali, perlu dikenali tuntutannya, dikenali budaya sehari-harinya,
dikenali seberapa kuat pengerahannya serta prediksi dampak positif serta ekses
negatifnya.

c. Variabel Penguasa Sebagai Pemimpin


Pemimpin pemerintahan adalah penguasa tetapi perlu diingat bahwa
bagimanapun yang bersangkutan memiliki kekuasaan, namun tetap saja sebagai
manusia mempunyai jiwa, jiwa itulah yang memiliki rasa seperti iba, kasih sayang,
benci, dendam dan lain-lain.
Drs. Pamudji juga mengemukakan variabel-variabel kepemimpinan sama seperti
dengan yang dikemukakan oleh Drs. Inu Kencana Syafe’i.

8. TEKNIK KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN

a. teknik persuasif dalam kepemimpinan pemerintahan


adalah strategi dalam pimpinan pemerintahan camat, bupati, gubernur, ataupu
walikota membujuk bawahannya untuk bekerja lebih rajin. Bujukan dilakukan
degan lunak dan lemah lembut.

b. teknik komunikatif dalam kepemimpian pemerintahan


adalah strategi pemimpin dalam memperlancar pekerjaannya mencapai tujuan
melakukan hubungan sesuai dengan kaidah ilmu komunikasi yaitu apa yang
diiginkan oleh pemerintah sebagai jalan pemberi pesan sama dengan apa yang
diterima bawahan dan masyarakat.
16

c. teknik fasilitas dalam kepemimpina pemerintahan


adalah strategi pemimpin dalam memberikan fasilitas pada bawahan atau
masyarakatnya untuk memperlancar pekerjaan karena bawahan dan masyarakat
tersebut terikat oleh pemberian tersebut.

d. teknik motivasi dalam kepemimpinan pemerintahan


adalah strategi pemimpin mendorong bawahan dan masyarakatnya bekerja serta
membangun lebih rajin.

e. teknik keteladanan dalam kepemimpian pemerintahan


adalah strategi pemimpin pemerintahan untuk memberikan contoh atau teladan
yang baik kepada bawahannya maupun masyarakatnya sendiri. Menurut Drs.
Pamudji, teknik kepemimpinan adalah suatu cara yang merupakan pola tetap utuk
mempengaruhi orang-orang agar bergerak ke arah yang diinginkan oleh pemimpin.
Drs. Pamudji mengemukakan macam-macam teknik kepemimimpinan antara lain:
a. teknik pematangan/penyiapan pengikut;
b. teknik human relation;
c. teknik menjadi teladan;
d. teknik persuasi dan pemberian perintah;
e. teknik penggunaan sistem komunikasi yang cocok;
f. teknik penyediaan fasilitas.
Teknik yang dikemukakan oleh Drs. Inu Kencana dan Drs. Pamudji pada
dasarya adalah sama. Tetapi Dr. Kartini Kartono mengemukakan bahwa teknik
kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan teknis serta sosial pemimpin
dalam menerapkan teori-teori kepemimpinan pada praktik kehidupan serta praktik
organisasi. Teknik kepemimpinan juga dapat dirumuskan sebagai cara
bertindaknya pemimpin dengan bantuan alat-alat fisik dan macam-macam
kemampuan psikis untuk mewujudkan kepemimpinannya. Sehingga yang masuk
ke dalam kategori teknik kepemimpian adalah:
17

         etika profesi pemimpin dan etiket


         kebutuhan dan motivasi
         dinamika kelompok
         komunikasi
         kemampuan pengambilan keputusan
         keterampilan berdiskusi dan “permainan” lainnya

9. ETIKA KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN

Etika kepemimpinan pemerintahan dapat dimaknai sebagai implementasi


kepemimpinan pemerintahan yang mempedomani nilai-nilai etika
pemerintahan.Sebagaimana dipahami bahwa di dalam organisasi pemerintahan,
peran pemimpin sangat sentral artinya dinamika bergeraknya organisasi
pemerintahan sangat dipengaruhi oleh perilaku pemimpinnya, oleh karena itu baik
buruknya penyelenggaraan pemerintahan sangat ditentukan oleh
pemimpinnya.Pemerintahan merupakan institusi netral, dimana di dalamnya
terbuka peluang bagi pemimpinnya untuk berbuat baik atau sebaliknya. Apabila
pemerintahan dikelola oleh pemimpin yang memegang etika kepemimpinan
pemerintahan, maka rakyat akan menerimanya sebagai rahmat (Rasyid, 2001:422).
Peran terbesar yang harus dijalani oleh seorang pemimpin pemerintahan
adalah bagaimana bagaimana memberikan pencerahan bagi masa depan organisasi
yang dipimpinnya, dengan menciptakan situasi dan kondisi kondusif serta
memungkinkan berlangsungnya proses-proses manajemen secara optimal.
Pemimpin pemerintahan dalam melaksanakan tugas, fungsi dan dalam berperilaku,
perlu memahami dan mengimplementasikan makna dari etika. Pemahaman akan
etika kepemimpinan pemerintahan merupakan landasan berpijak penting dalam
melaksanakan pola-pola kerja, baik yang bersifat hirarkhis formal maupun
hubungan yang sifatnya non formal. Dengan demikian maka pemimpin dan yang
18

dipimpin, akan bekerjasama dalam koridor yang sifatnya saling melengkapi, tidak
sekedar pada pola hubungan atasan dan bawahan. Dengan menyadari etika
kepemimpinan pemerintahan maka pemimpin pemerintahan perlu menumbuhkan
dinamika yang fair dalam organisasi,yang dapat menciptakan suasana kondusif
bagi semua pihak, untuk menjalani dan menikmati pekerjaan, sebagai bagian dari
tanggung jawab, tanpa merasa terbebani apalagi mersa tertekan. Pekerjaan itu
harus dipahami sebagai panggilan, rahmat, amanah, seni dan bagian dari ibadah,
sehingga komitmen pengabdian harus ditempatkan sebagi prioritas. Bagi seorang
pemimpin pemerintahan, siapapun dia dan dalam bentangan lahan pengabdian
apapun, harus memahami bahwa ia mengemban amanah dari orang yang
dipimpinnya, dan tidak sekedar menjadikan posisi itu sebagai lambing kebanggaan
dan kemegahan (Kaloh, 2009:8).
Bagi seorang pemimpin organisasi yang dipimpinnya ibarat pohon yang harus
terus hidup dan tumbuh untuk kepentingan diri dan lingkungannya, bagi setiap
cabang, bagi setiap ranting, buah sampai tunasnya.Demikian pula bagi organisasi
semua anggota ingin merasakan sebagai tempat bernaung.

a. Karakter Kepemimpinan Pemerintahan Yang Ber Etika


1.AKOMODATIF, seorang pemimpin pemerintahan harus dapat menerima kritik
atau usulan dari berbagai pihak, hal ini harus dilakukan karena kebenaran itu
tidak hanya datang dari satu pihak, tetapi dari semua orang.
2. SENSITIF, karakter kepemimpinan ini ditandai dengan kemampuan untuk
secara dini memahami dinamika perkembangan masyarakat, mengerti apa yang
mereka butuhkan, dan mengusahakan agar menjadi pihak pertama yang
member perhatian terhadap kebutuhan itu, dengan kata lain pemimpin yang
baik harus turun dari kantor atau rumah, lalu melihat kekurangan-kekurangan
yang dihadapi rakyat.
3.RESPONSIF, karakter ini ditandai aktifnya pemimpin jika berhadapan dengan
rakyat, pemimpin dalam hal ini lebih banyak berperan menjawab aspirasi atau
19

tuntutan masyarakat yang disalurkan melalui media massa. Setiap usulan rakyat
tidak hanya didengar saja, tetapi ditindak lanjuti dengan aksi.
4. PROAKTIF, karakter ini ditandai sikap antisipasi terhadap kejadian-kejadian
yang akan timbul yang akan merugikan masyarakat misalnya banjir, wabah
penyakit, kelaparan dan sebaginya.
- Sebaliknya karakter kepemimpinan yang tidak ber etika adalah:
1.      DEFENSIF, karakter kepemimpinan yang ditandai oleh sikap egoistik dan
merasa paling benar, bila rakyat mengadukan suatu persoalan, bukan
diterima dengan baik, tetapi malah sebaliknya dimarahi. Pemimpin yang ber
etika seharusnya tidak akan marah jika diberi saran atau dinasehati
rakyatnya.
2.     REPRESIF, karakter kepemimpinan ini ditandai sikap yang selain egoisti dan
juga arogan, yang memandang kekuasaan sebagai sesuatu yang dimiliki,
semakin besar kekuasaan semakin besar kewenangan semakin sewenang-
wenang.

b. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Kepemimpinan Pemerintahan


Di dalam menggerakkan anggota-anggotanya, seorang pemimpin
pemerintahan harus melakukan hal-hal yang jika dikaitkan dengan etika
pemerintahan, antara lain dapat dikemukakan sebagai berkut:
1.         Pemimpin itu ada untuk membawa harapan, kesejahteraan, rasa aman dan
pemberi penghargaan.
2.       Pemimpin tidak hanya tampil untuk member perintah, akan tetapi juga
tampil sebagai figur pemberi teladan, panutan dan pemberi arah; sebagai
fasilitator, pemberi fasilitas dan bantuan jika dibutuhkan; sebagai mitra
kerja, khususnya dalam hubungannya dengan Badan legislatif; sebagi
penaggung resiko, artinya tampil di depan jika organisasi yang
dipimpinnya menghadapi permasalahan dan permasalahan hukum; sebagai
orang yang di depan untuk menggalang semua kekuatan dan sumberdaya
20

yang ada di organisasi untuk  mencapai visi dan misi dari organisasi yang
dipimpinnya.
3.       Pemimpin karena kedudukannya harus mampu mendorong organisasi dan
orang-orang yang dipimpinnya berkembang, belajar dan berdaya guna serta
mampu mengembangkan seluruh potensi dirinya secara optimal. Dan juga
haru mampu menciptakan iklim dan budaya dimana kreativitas, intergritas,
profesionalitas, komitmen, tanggung jawab dan kualitas prima menjadi roh
yang mendarah daging di seluruh organisasi. Pemimpin yang baik juga
harus mampu menjadi manusia pembelajar, yaitu tak pernah berhenti untuk
belajar dari kehidupannya, lingkungan sekitarnya dan orang lain.
4.       Pemimpin harus memiliki kerendahan hati, dengan tidak membanggakan
prestasi yang berfokus pada diri sendiri. Sebaliknya melakukan yang
terbaik, secara bersama, sehingga keberhasilan adalah keberhasilan
bersama.Memiliki kerendahan hati, serta memiliki kebiasaan hidup
sederhana, membuat orang-orang disekitarnya memberikan hormat dan
dukungan.Pemimpin pemerintahan harus memiliki keyakinan kuat untuk
berhasil.Keyakinan ini mendorong energy dan semangat luar biasa untuk
berjuang meraih keberhasilan yang diyakininya tersebut.

c.Pengelolaan Kekuasaan Pemerintahan


Kekuasaan bagi seorang pemimpin pemerintahan merupakan satu sarana
untuk membuat keputusan dan/atau tindakan, mengimplementasikan keputusan
atau tindakan, dan juga untuk mengevaluasinya. Untuk itu kemanfaatnya sangat
tergantung pada pemimpin dan itu akan berpengaruh terhadap pengikut, ada tiga
jenis kekuasaan dilihat dari sisi kemanfaatanya, khususnya dari sisi pengikut.
    

Kekuasaan Memaksa, kekuasaan ini dilaksanakan pemimpin dengan cara


menakut-nakuti pengikut agar mengikuti kehendak pemimpin. Pemimpin dalam
hal ini memberikan tekanan untuk menimbulkan rasa takut pada diri pengikut
bahwa sesuatu yang buruk akan menimpa mereka atau bahwa sesuatu yang baik
21

akan diambil dari pengikut oleh pemimpin, apabila mereka tidak mematuhi
pemimpin. Maka karena ketakutan akan akibat yang mungkin timbul, mereka
tunduk dan mengikuti arus atau dengan memberikan kesetiaan sekedar basa-basi
(semu), setidaknya pada awalnya. Namun komitmen mereka dangkal dan cepat
berubah jika tidak ada yang mengawasi.Dan kondisi ini jika terus berlanjut
pengikut cenderung memberikan kegiatan perlawanan yang dapat berwujud
sabotase atau pengrusakan, jika ancaman sudah tidak ada lagi.

Kekuasaan Manfaat, kekuasaan ini dilaksanakan pemimpin dengan cara


memberikan keuntungan pada pengkut. Pengikut mengikuti pemimpin karena
alasan keuntungan yang akan diperoleh apabila mereka mengikuti pemimpin.
Kekuasaan dalam hubungan ini berdasarkan pada pertukaran barang dan jasa.Para
pengikut mempunyai sesuatu yang dibutuhkan oleh pemimpin seperti waktu, uang,
tenaga, keterampilan pribadi, minat, bakat, dukungan dan lain sebagainya, dan
sebaliknya pemimpin mempunyai sesuatu yangdibutuhkan oleh pengikut seperti
informasi, uang, promosi, ajakan bergabung, kemitraan, rasa aman, kesempatan
dan lain sebagainya. Para pengikut berperilaku dengan keyakinan bahwa
pemimpin dapat dan akan melakukan sesuatu bagi mereka apabila mereka tetap
memenuhi kewajibannya dengan melakukan sesuatu bagi pemimpin.
  Kekuasaan Yang Berprinsip, kekuasaan ini dilakukan pemimpin untuk
menggerakkan pengikut dan pengikut mengikuti dan patuh pada pemimpin karena
mereka percaya bahwa pemimpin dipercaya akan memberikan apa yang
diinginkan/dicoba untuk diraih. Pemimpin diikuti karena pengikut memang ingin
mengikuti, mau percaya terhadap perjuangan pemimpin, untuk itu pengikut mau
melakukan apa yang diinginkan oleh pemimpin untuk dilaksanakan. Hal ini buka
kesetiaan atau kepatuhan yang tanpa alasan, tetapi merupakan komitmen yang
disadari, dan dengan sepenuh hati, serta bebas.
Banyak orang atau pengikut telah pernah mengalami kekuasaan seperti ini
suatu saat dalam hidup mereka, dalam hubungan mereka dengan seorang guru,
majikan, anggota keluarga, atau teman yang telah mempengaruhi hidup mereka
22

secara mendalam dan signifikan. Mungkin pula seseorang itu adalah orang yang
member mereka kesempatan untuk berhasil atau berprestasi, atau memberi 
mereka semangat saat semuanya nampak suram, atau orang yang kebetulan hadir
pada saat dibutuhkan. Apapun yang pengikut lakukan, mereka melakukannya
karena percaya pad pemimpin, dan pemimpin membalasnya dengan rasa hormat,
kesetiaan, komitmen, dan kerelaan untuk mengikuti, hamper tanpa syarat atau
batasan (Covey, 1997:119, alih bahasa: Sanjaya).
Masing-masing kekuasaan ini mempunyai landasan yang berbeda, dan
masing-masing menimbulkan hasil yang berbeda.
Kekuasaan yang dilaksanakan dengan cara pakasaan ini akan menimbulkan
rasa takut baik pada diri  pengikut maupun pada diri pemimpin. Biasanya
penggunaan kekuasaan ini dilaksanakan untuk mengatasi ancaman yang lebih
besar terhadap pemimpin.Efektifitasnya hanya sesaat dan hanya sementara.
Pengikut tidak akan taat atau patuh lagi jika pemimpin atau wakil pemimpin dan
sistem pengawasan itu tidak ada, dalam jangka panjang justru akan menimbulkan
sikap perlawanan dari pengikut. Kekuasaan jenis ini juga memberikan beban
psikologis dan emosi baik kepada pemimpin maupun pada para pengikut.
Penggunaan kekuasaan memaksa ini akan mendorong timbulnya kecurigaan, tipu
daya, ketidakjujuran, dan dalam jangka panjang akan menimbulkan kekecewaan
yang mendalam.
Adapun penggunaan kekuasaan yang memeberikan manfaat, itu
pelaksanaannya berdasarkan pada rasa kebersamaan dan keadilan. Selama para
pengikut bahwa mereka menerima sewajarnya untuk apa yang mereka berikan,
hubungan akan berlanjut. Kepatuhan berdasarkan peyelenggaraan kekuasaan jenis
ini cenderung Nampak seperti pengaruh dari pada pengawasan. Kekuatan pengikut
dihargai  dan diperhatikan, namum sebenarnya ini merupakan seseatu yang harus
dipahami oleh pengikut karena ada konsekwensinya. Pemimpin diikuti karena
fungsinya. Mengikutinya memberi mereka akses pada apa yang diawasi oleh
pemimpin, melalui jabatan, keahlian, karisma. Hakekat mengikuti berdasarkan
penggunaan kekuasaan jenis ini masih bersifat reaktif tetapi positif.Kekuasaan
23

berdasarkan manfaat ini segi positifnya adalah mencerminkan adanya kemauan


untuk mempertahankan hubungan, bisnis, maupun pribadi, selama masing-masing
pihak diuntungkan. Tetapi sebaliknya jika salah satu pihak merasa hubungan ini
sudah tidak menguntungkan lagi maka hubungan yang semalama ini sudah baik
antara pemimpin dan pengikut dapat bubar di tengah jalan.
Sedangkan penggunaan kekuasaan yang berprinsip itu realnya jarang ditemui
penggunaannya baik di organisasi pemerintahan maupun organisasi
bisnis.Penggunaan kekuasaan jenis ini merupakan pertanda adanya kualitas,
kehormatan, dan kesempurnaan dari hubungan antara pemimpin dan pengikut.
Kekuasaan disini berdasarkan pada rasa hormat,  pemimpin menghormati pengikut
dan pengikut memilih untuk memberi kontribusi  dikarenakan pemimpin itu
dihormati. Ciri utama kekuasaan yang berprinsip adalah pengaruh yang proaktif
dan berkelanjutan.Kekuasaan ini dapat berlanjut karena tidak tergantung pada
apakah sesuatu yang diinginkan atau tidak diinginkan itu dirasakan oleh
pengikut.Jadi proaktif disini adalah dengan terus menerus membuat pilihan
berdasarkan pada nilai-nilai yang dipegang teguh.Kekuasaan yang berprinsip
tercipta apabila nilai-nilai para pengikut berhimpitan dengan nilai-nilai
pemimpin.Kekuasaan berprinsip itu tidak dapat dipaksakan.Kekuasaan ini hadir
karena tujuan pribadi pemimpin maupun pengikut tercakup dalam tujuan yang
lebih besar. Kekuasaan yang berprinsip terjadi apabila  hal yang
diperjuangkan,maksud atau tujuan diyakini dengan kuat oleh para pengikut dan
pemimpin. Pemimpin dapat membina kekuasaan yang berprinsip dalam hubungan
mereka dengan pengikut oleh karena mereka mempunyai tujuan dan visi, karakter,
sifat dasar dan apa yang mereka bawa.
Etika terutama berdasarkan suatu komitmen untuk melakukan hal-hal yang
benar dan kekuasaan yang sah menimbulkan kesediaan untuk mengambil resiko
dalam melakukan hal-hal yang benar, karena hal-hal ini dihargai dan dicontohkan
oleh pemimpin dan sesuai dengan visi yang dijelaskan oleh pemimpin.
24

Terdapat sepuluh hal-hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan


kehormatan dan kekuasaan pemimpin atas orang lain:
 PERSUASI, menggerakkan orang lain dengan memberikan alasan yang kuat
dan masuk akal, sambil tetap mempertahankan rasa hormat terhadap ide dan
perspektif para pengikut, dan terus membina komunikasi yang baik sampai
tujuan tercapai.
 KESABARAN, walaupun terdapat kegagalan, kekurangan, dan
ketidaknyamanan tetap sabar dan memperjuangkan pencapaian tujuan dengan
konsisten dan dengan komitmen yang tinggi meskipun ada rintangan dan
penolakan jangka pendek.
 KELEMBUTAN, tidak dengan kekerasan atau paksaan dalam menangani
ungkapan-ungkapan kekecewaan dan keterbukaan, serta perasaan pengikut.
KESEDIAAN UNTUK DIAJAR, tidak semua pekerjaan dan masalah dapat
ditangani secara sendirian oleh pemimpin, oleh karena itu pemimpin harus
bersedia menerima pandangan, penilaian, dan pengalaman lain dari para
pengikut.
 MENERIMA, menunda hal-hal yang ingin dilakukan dengan jalan memberi 
kesempatan pada pengikut untuk memberikan masukan, yang nantinya
diagendakan untuk ditindak lanjuti.
 BAIK HATI, peka, penuh perhatian, bijaksana mengingat hal-hal kecil dalam
hubungan-hubungan dengan sesame.
 KETERBUKAAN, mendapatkan informasi dan perspektif yang akurat
mengenai potensi para pengikut sambil tetap menghargai apa yang dimiliki
pengikut sekarang, memberikan pertimbangan penuh niat, keinginan, nilai dan
tujuan-tujuan mereka dalam arti bersedia menerima pengikut apa adanya
sambil memberikan arahan-arahan untuk peningkatan kemampuannya.
 KONFRONTASI KEPRIHATINAN, mengkui kekeliruan, kesalahan dan
kebutuhan para pengikut untuk melakukan koreksi arah dalam suasana
ketulusan perhatian, kepentingan dan keakraban, menjadikan rasa aman bagi
para pengikut untukmengambil resiko.
25

 KONSISTEN, gaya kepemimpinan adalah seperangkat nilai, suatu aturan


pribadi, penjabaran karakter, dan suatu rekleksi dari diri pemimpin, yang tidak
berubah dalam menghadapi kesulitan, krisis, dan tantangan.
 INTEGRITAS, dengan jujur memadukan perkataan, perasaan dengan pikiran
dan tindakan, demi kebaikan orang lain, tanpa kecurangan, keinginan
untukmenipu, mengambil keuntungan, menyiasati atau mengawasi, terus
menerus meninjau kembali niat dalam berjuang untuk memperoleh keserasian.
Pilihan terhadap penggunaan kekuasaan oleh pemimpintahan dalam hal
ini akan tetap dipengaruhi oleh variabel-variabel pemimpin itu sendiri, situasi dan
kondisi, serta pengikut. Kapan kekuasaan memaksa harus digunakan, kapan
kekuasaan manfaat harus digunakan dan kekuasaan yang berprinsip itu digunakan
sangat tergantung pada ketiga variabel dimaksud.Bahkan seringkali dalam praktek
penyelenggaraan pemerintahan ketiga jenis kekuasaan tersebut digunakan
semuanya, yang penerapannya tergantung situasi dan kondisi serta permasalahan
pemerintahan yang ada. Akan tetapi menurut teori ini dan ditinjau dari sudut etika
kepemimpinan pemerintahan, maka kepemimpinan yang berprinsip lah yang
menjadikan hubungan antara pemimpin dan pengikut lebih langgeng  dan lebih
kondusif dalam menumbuhkan rasa kebersamaan dalam kerangka pencapaian
tujuan organisasi pemerintahan.
Penggunaan kekuasaan itu, pada intinya untuk melaksanakan kegiatan
atau program dari pemimpin, atas dasar itu sentral penyelenggaraan program dan
tindakan dalam organisasi pemerintahan itu tetap ada pada pemimpin
pemerintahan.Oleh karena itu jenis kekuasaan apapun yang dipilih oleh pemimpin
pemerintahan, yang jelas setiap pemimpin pemerintahan, dituntut untuk berpikir
dan berbuat lebih dari orang-orang yang dipimpin.Hal itu bukan karena pemimpin
memiliki jabatan, posisi, kekuasaan, tetapi karena keterpanggilan nurani, sebagai
bagian yang menyatu dengan komunitas yang dipimpin.
Setiap pemimpin pemerintahan harus menyadari, bahwa totalitas tugas
dan tanggung jawabnya merupakan bagian dari usaha untuk menjaga konsitensitas
dan kontinyuitas dalam hal:
26

a). semangat kerja;


b). semangat mengabdi;
c). semangat berkarya;
d). semangat berkreasi;
e). semangat melayani;
f). semangat untuk terus melakukan perubahan;

B. KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN INDONESIA

Indonesia sebagai negara yang menerapkan sistem pemerintahan


demokrasi yang sesuai dengan pancasila dalam hal ini pemerintah Indonesia
harus benar-benar mampu manjalankan roda pemerintahan dengan sifat-sifat
pemimpin yang sesuai dengan sistem pemerintahannya. Sistem pemerintahan
demokrasi merupakan sistem pemerintahan dimana rakyat merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi dalam negara, pemerintah hanya sebagai pelaksana sistem
pemerintahan dimana terpilihnya para tokoh di pemerintahan merupakan
hasil dari rakyat melalui pesta demokrasi yang sering disebut Pemilu
(Pemilihan Umum), dalam acara 5 tahun sekali rakyat berbondong-
bondonguntuk memilih calon presiden dan wakil presiden, yang nantinya akan
memimpin negara indonesia.
Pemerintahan  yang notabene adalah berasal dari rakyat nantinya akan
menjadi pelayan rakyat, dan berkewajiban untuk bertanggung jawab atas berjalan
atau tidaknya roda pemerintahannya. S u d a h d i u r a i k a n d i a t a s m e n g e n a i
persyaratan kepemimpinan yang harus dimiliki oleh
aparaturnegara. Selain itu perlu juga adanya pemahaman secara dalam
mengenai nilai-nilai dari pancasila yang merupakan asas negara Indonesia.
Mengenai moral Pancasiladalam kaitannya dengan kepemimpinan
nasional di indonesia adalah :
27

Yang dimaksud dengan Pancasila ialah Pancasila yang tercantum pada


pembukaan undang-undang dasar 1945 ;
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Nilai-nilai tersebut harus dihayati, yaitu diresapi dan diendapkan dalam
hati dan kalbu, sehingga memunculkan sikap dan tingkah laku yang
utama/terpuji dalam kehidupan s e h a r i - h a r i . Untuk kemudian
d i t e r a p k a n / d i a m a l k a n d e n g a n k e s u n g g u h a n h a t i d a l a m kehidupan
bermasyarakat, karena orang menyadari sedalam-dalamnya Pancsila
sebagai pandangan hidup bangsa dan sumber kejiwaan masyarakat, sekaligus
menjadi dasar negara Republik indonesia untuk hidup rukun-bersama-sama.
Kepemimpinan dalam pemerintahan yang merupakan salah satu jenis
kepemimpinan, ternyata mempunyai kedudukan yang strategis dalam
pelaksanakan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam rangka
mewujudkan tujuan negara dan cita-cita nasional. Dengan memperhatikan
berbagai deskripsi t e n t a n g k e p e m i m p i n a n y a n g a d a , m a k a p a d a
u m u m n y a k e p e m i m p i n a n d a p a t d i a r t i k a n s e b a g a i kemampuan dan
kesanggupan menggerakan orang-orang/pegikut untuk bekerja dan mengarahkan
ketujuan yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan yang merupakan gejala kelompok dalam kepustakaan
ilmu administrasi dianggap sebagai inti dari management, berdasarkan
alasan bahwa management terutama berhubungan dengan manusia, padahal
kepemimpinan berhubungan dengan kemampuan dan kesanggupan
menggerakkan dan mengarahkan orang-orang/ pengikut.
Dalam kepemimpinan banyak teknik yang dapat dikembangkan, tetapi
sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat kita dewasa ini, yang masih
berorientasi ke atas, maka teknik kepemimpinan dengan pemberian suri tauladan
merupakan teknik yang sangat cocok. Lain daripadai t u perlu juga
dikembangkan gaya kepemimpinan motivasi yang positif  dengan
28

memberikan penghargaan kepada yang berhasil, bersamaan dengan gaya


partisipasif  atau gaya demokratis dengan memberikan kesempatan kepada anak 
buah untuk berprakarsa dan berparisipasi dalam pengambilankeputusan, dan gaya
pengawasan yang berorientasi kpeada faktor-faktor manusia sejalan dengan sila
kemanusiaan yang adil dan beradab.

 MASA-MASA KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN INDONESIA


1.        Sebelum Kemerdekaan
Dimasa penjajahan perlawanan bangsa Indonesai selalu gagal meskipun
berkali-kali melakukan perlawanan. Hal yang menyebabkan gagalnya usaha
Indonesia adalah pemimpin peperangan bergerak sendiri-sendiri, tidak
bersatu dengan pemimpin dari berbagai kerajaan. Pemimpin lebih suka
bergerak sendiri atas nama daerahnya. Kebanyakan pemimpin kerajaan
mudah diadu domba satu sama lain.

2.        Masa pemerintahan presiden Soekarno.


Dalam kepemimpinannya Indonesia telah beberapa kali terjadi perubahan
konstituante. Sistem pemerintahan juga berubah-ubah. Demokrasi liberal,
demokrasi terpimpin, dicoba tapi semua gagal. Bahka Pancasila sebagai
dasar negara diringkas menjadi Tri Sila, dan kahirnya menjadi Eka Sila. Ada
semboyan yang digembar-gemborkan masa itu untuk menggantikan
pancasila yaitu Nasakom (nasional, agama, komunis). Campur  tangan
Belanda masih sangat kental. Pada masa ini banyak sekali penyimpangan-
penyimpangan yang dilakukan oleh presiden. Presiden Soekarno cenderung
komunis yang akhirnya menyebabkan pergolakan besar di negeri ini.
Puncaknya adalah pemberontakan G30 SPKI.

3.    Presiden Soeharto


29

Beliau berkuasa di Indonesia selama 32 tahun. Gaya kepemimpinan beliau


dianggap otokratis karena selama kepemimpinannya banyak sekali
manipulasi, pengebirian DPR, korupsi dan semua perintah dan keinginannya
selalu terpenuhi. Semua elemen dan lembaga negara tunduk dibawah
kekuasaan beliau. Tidak ada yang berani mengkritik atau melawan karena
bisa dihukum. Pada tiga dasawarsa, pembangunan yang dirancang beliau
dinilai berhasil namun ada sebagian pihak yang mengatakan bahwa
keberhasilan itu bersifat semu dan kamufase. Di dua tahun akhir
kepemimpinnnya terjadi pergolakan yang menuntut beliau mundur.
Akhirnya Soeharto berhasil dilengserkan pada mei 1998.

4.    Presiden Habibie


Habibie menjadi presiden menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri.
Namun, di masa kepemimpinan beliau, belum mampu membawa perubahan
kearah lebih baik. Pemerintahan Habibie memang tidak sama dengan
Soeharto , akan tetapi beliau mengucapka bahwa beliau merupakan murid
Soeharto. Karena ucapan tersebut tibul pergolakan yang mengakibatkan
Habibie tidak lama memerintah di Indonesia. Kesalahan besar yang
dianggap oleh pihak oposisi yaitu diadakannya referendum provinsi Timor
Timur. Beliau mengadakan jajak pendapat  bagi warga Timor Timur untuk
memilih merdeka atau masih tetap menjadi bagian Indonesia. Dan akhirnya
pada tanggal 30 Agustus  1999 Timor Timur lepas dari NKRI dan menjadi
negara yang berdaulat.

5.    Presiden Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, dan Susilo


Bambang Yudhoyono
Ketiga tokoh itu merupakan pemimpin yang mengemban tugas untuk
meneruskan cita-cita reformasi. Masing-masing pemimpin memiliki
kelebihan dan kekurangan maisng-masing. Tetapi ketiga pemimpin tersebut
belum mampu mewujudkn cita-cita reformasi. Bahkan pada masa Megawati
30

Soekarno Putri, Indonesia kehilangna dua pulau yang berharga bagi


Indonesia yaitu Sipadan dan Ligitan. SBY juga belum mampu mengubah
kondisi bangsa Indonesia yang sudah terpuruk. Beliau dipandang cukup hati-
hati, bertele-tele, kurang tegas, dan greget.
31

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kepemimpinan pemerintahan bukanlah urusan kompetensi dan


kewenangan semata, tetapi merupakan sumber aktivitas kelompok yang prima.
Jika seorang pemimpin tahu bagaimana memasuki suatu masalah, maka ia pun
harus menemukan strategi untuk keluar dari masalah itu, sesempit apapun jalan
keluarnya. Kepemimpinan pemerintahan bukan hadir untuk membetangkan
beban kepada yang dipimpinnya, tetapi hadir di tengah-tengah masyarakat untuk
membawa harapan, kesejahteraan, rasa aman dan penghargaan. Kondisi saat ini
telah mengalami perubahan jika dibandingkan sebelumnya, pemimpin
pemerintahan tidak lagi merupakan sosok yang hanya dapat member perintah
saja, tetapi mereka dituntut untuk tanpil sebagai pemeberi suri teladan, menjadi
panutan dan pemberi arah, menjadi fasilitator, sebagai mitra kerja, sebagai
penanggung resiko yang mempunyai visi untuk mendorong organisasi dan orang-
orang yang dipimpinnya berkembang, belajar, serta mampu mengembangkan
seluruh potensi dirinya secara optimal.

B. SARAN-SARAN

Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan
menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin.
Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa
memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh
karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang
memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
32

DAFTAR PUSTAKA

http://greensirius.blogspot.com/2008/04/kepemimpinan-pemerintahan.html

http://oandy-green.blogspot.com/2011/10/tteori-kepemimpinan-pemerintahan.html

http://tulisantangankudi.blogspot.com/2013/08/teori-kepemimpinan-pemerintahan-
di_1336.html

http://catatanpamong.blogspot.com/2012/11/kepemimpinan-pemerintahan_12.html

http://dhenykurniawansstp.blogspot.com/2011/12/makalah-kepemimpinan-dan-
etika.html

Anda mungkin juga menyukai