Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN

PEMBELAJARAN MIKRO

Oleh :

Ataline Jeanethe Maya Hukubun


BAB I

HAKIKAT PEMBELAJARAN MIKRO

A. PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan suatu proses yang komplek, dalam pembelajaran
menyatukan komponen-komponen pembelajaran secara terintegrasi, antara lain
seperti : tujuan pembelajaran atau kompetensi yang harus dicapai siswa, materi yang
akan menjadi bahan ajar bagi siswa, metode, media dan sumber pembelajaran,
evaluasi, siswa, guru dan lingkungan pembelajaran lainnya.

B. URAIAN
1. Latar Belakang Pembelajaran Mikro
Ada empat komponen utama yang saling terkait dalam proses pembelajaran
yaitu: a) tujuan atau kompetensi yang diharapkan dapat dicapai, b) materi atau
bahan ajar yang harus dikuasai oleh siswa, c) metode atau cara untuk
membelajarkan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dan d) evaluasi
sebagai alat untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan atau kompetensi yang
ditetapkan.
Secara khusus kemampuan utama yang harus dimiliki secara profesional,
selain menguasai materi atau bahan ajar adalah keterampilan-keterampilan dasar
mengajar.
As. Glicman menjelaskan yang dimaksud dengan keterampilan dasar
mengajar pada dasarnya adalah kemampuan atau keterampilan yang bersifat khusus
(most specific instructional behaviours) yang harus dimiliki dan diterapkan oleh guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran (1991).
Jenis-jenis keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh setiap
guru antara lain :
1) Keterampilan membuka dan menutup pembelajaran,
2) Keterampilan menjelaskan,
3) Keterampilan memberikan stimulus yang bervariasi,
4) Keterampilan menggunakan metoda dan media secara tepat,
5) Keterampilan mengelola lingkungan pembelajaran,
6) Keterampilan bertanya, memberikan balikan dan penguatan, dll.
Program pengalaman lapangan (PPL) sebagai suatu program akhir dalam
struktur kurikulum keguruan, bertujuan untuk mengaktualisasikan berbagai
kemampuan yang telah dipelajari melalui kegiatan perkuliahan di kampus. Kegiatan
praktek mengajar melalui program PPL, diharapkan menjadi sarana tempat berlatih
bagi mahasiswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran dalam suasana pembelajaran
yang sebenarnya.
Joyce (1975) bahwa kehadiran pembelajaran mikro adalah untuk merespon
terhadap kekurangan dan rasa prustasi terhadap program pendidikan guru yang
dikembangkan sebelumnya (responded to a wider feeling of frustation).
Pembelajaran mikro sebagai suatu pendekatan pembelajaran, pada dasarnya
tidak hanya diperuntukkan bagi penyiapan para calon guru (pre-service training),
melainkan dapat digunakan pula oleh mereka yang telah menduduki jabatan profesi
guru (in-service training).
Allen dan Ryan “Microteching is a training concept that can be applied at
various pre-service and in-service stage in the professional development of teacher”
(1969). Dari penjelasan yang dikemukakan oleh Allen dan Ryan memiliki makna
bahwa sebagai suatu konsep, pembelajaran mikro (micro teaching) adalah merupakan
proses untuk melatih bagi mahasiswa calon guru (pre-service) maupun untuk melatih,
membina dan meningkatkan kemampuan mengajar bagi mereka yang telah menjadi
guru (in-service).
Kehadiran pembelajaran mikro (micro teaching) dalam program kurikulum
pendidikan keguruan sudah cukup lama, yaitu sekitar tahun 1963. Walaupun sudah
cukup lama, kehadiran pembelajaran mikro dapat dikatakan sebagai sebuah inovasi
dalam upaya mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan (kompetensi) guru
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
Sebelum muncul pendekatan pembelajaran mikro, setiap mahasiswa calon
guru yang telah menyelesaikan program perkuliahan yang bersifat teori, untuk
memberikan pengalaman praktis mereka langsung diterjunkan ke sekolah tempat
latihan untuk melakukan praktek mengajar, atau yang sering disebut dengan Program
Pengalaman Lapangan (PPL).
Ketika menempuh PPL setiap mahasiswa langsung mengajar di kelas yang
sebenarnya, melaksanakan tugas-tugas pembelajaran secara utuh (real teaching on the
real class room teaching). Mereka (Mahasiswa calon guru) langsung tampil di dalam
kelas melaksanakan proses pembelajaran, berhadapan dengan siswa yang berjumlah
rata-rata antara 30-35 orang siswa, menyampaikan materi pembelajaran secara utuh
dengan menggunakan metode dan media pembelajaran yang mereka kuasai.
Pembelajaran mikro (micro teaching) dapat berfungsi sebagai wahana untuk
melatihkan setiap keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki, sebelum langsung
tampil di kelas yang sesungguhnya.
Profesi guru sebagai tenaga pendidik, dalam peraturan pemerintah dinyatakan
bahwa ”pendidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran” (PP no. 19 tahun 2005 pasal 28 ayat 1).
Pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent) memiliki 4 fungsi
utama, yaitu :
a. Fungsi fasilitator pembelajaran; yaitu guru memiliki kewajiban profesional
mengelola pembelajaran, sehingga dapat membantu memudahkan siswa dalam
belajar. Untuk memudahkan siswa belajar maka peran keterampilan dasar
mengajar mutlak harus dikuasai.
b. Fungsi motivator pembelajaran; yaitu setiap guru dituntut memiliki
kemampuan dan keterampilan cara membangkitkan dan memelihara motivasi
belajar siswa. Motivasi adalah suatu kekuatan (energy) yang harus tumbuh dan
dimiliki setiap siswa agar tercipta pembelajaran yang efektif.
c. Fungsi pemacu pembelajaran; sangat terkait dengan fungsi motivator, bahwa
setiap guru harus mampu berperan sebagai pemacu, pembangkit semangat belajar
siswa. Jika motivasi dan semangat belajar siswa sudah dimiliki, bagi guru tidak
akan terlalu sulit membimbing kegiatan belajar siswa.
d. Fungsi pemberi inspirasi belajar; siswa adalah sebagai pebelajar yang aktif,
siswa bukan tabung kosong yang hanya siap untuk menerima. Menurut filsafat
konstruktivisme siswa adalah pembangun pengetahuan, ketika siswa masuk
kedalam kelas mereka sudah membawa sejumlah pengalaman yang siap untuk
dikembangkan. Oleh karena itu dalam rangka mengembangkan potensi siswa,
guru bukan bertindak sebagai pemberi pengetahuan, akan tetapi yang memberi
inspirasi bagi siswa agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara
optimal.
Dengan demikian guru memiliki fungsi ganda yaitu sebagai pengajar dan
sebagai pendidik. Keduanya sama penting, saling melengkapi dan memiliki nilai
yang sama.
Salah satu pendekatan pembelajaran untuk melatih setiap keterampilan dasar
mengajar secara terencana, terkontrol dan dapat dilakukan secara berkelanjutan yaitu
melalui pendekatan pembelajaran mikro (micro teaching).
Micro teaching sebagai suatu pendekatan pembelajaran, pada awalnya mulai
dirintis di Amerika Serikat, yaitu di Stanford University sekitar tahun 1963.
Ada 2 alasan utama yang menjadi alasan atau dasar pemikiran pentingnya
penerapan model pembelajaran mikro, yaitu :
a. Alasan Pengembangan Ilmu Pengetahuan (Pengetahuan Keguruan
Khususnya dan Pendidikan Secara Lebih Luas)
Salah satu metode ilmiah untuk menguji kebenaran pengetahuan, teori atau
konsep-konsep dalam keguruan khususnya berkenaan dengan pembelajaran
adalah melalui percobaan (eksperimen).
Pembelajaran mikro (micro teaching) dapat dijadikan alternatif yang tepat
untuk menguji teori atau konsep baru, sehingga dari percobaan yang diterapkan
melalui pembelajaran mikro akan dilahirkan konsep, teori atau pengetahuan-
pengetahuan baru tentang pembelajaran pada khususnya dan pendidikan secara
lebih luas. Ketika ditemukan teori, konsep atau pengetahuan baru berkenaan
dengan keguruan atau pendidikan, maka akan semakin memperkuat pengakuan
terhadap profesi guru itu sendiri.
Menurut National Education Association (NEA), bahwa suatu jabatan profesi
memiliki ciri antara lain : a) Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual, b)
Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus, c) Jabatan yang
memerlukan persiapan profesional yang lama, d) Jabatan yang memerlukan
latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.

b. Alasan Pembinaan Kemampuan Praktis


Secara teori mungkin Anda sudah menguasai beberapa jenis keterampilan
dasar mengajar, tetapi secara praktis belum pernah menerapkan karena beberapa
alasan (belum dikuasai secara penuh, takut tidak cocok, takut gagal, dll).
Kehawatiran tersebut dapat dihindari melalui latihan dengan model pembelajaran
mikro.
Dalam pembelajaran mikro setiap peserta tanpa harus takut salah mencobakan
jenis-jenis keterampilan mengajar seperti bagaimana keterampilan membuka
pembelajaran yang baik. Pada saat praktek dilakukan kontrol yang ketat, dan
kemudian dilakukan diskusi umpan balik untuk memberikan masukan kelebihan,
kekurangan termasuk saran perbaikan yang dilakukan dalam latihan berikutnya.
Begitulah seterusnya sampai pada akhirnya guru tersebut memiliki kemampuan
optimal dan siap digunakan dalam pembelajaran yang sebenarnya.
Alasan yang dapat dijadikan dasar pesatnya penggunaan pendekatan
pembelajaran mikro dalam pendidikan keguruan, dapat dilihat dari beberapa
pernyataan sebagai berikut :
 Pembelajaran mikro telah dirancang untuk memberi kesempatan bagi para
calon maupun guru untuk menemukan dan meningkatkan teknik dan
keterampilan-keterampilan berkenaan dengan tugas profesinya.
 Dalam perkembangannya pembelajaran mikro tidak hanya cukup efektif
dalam melatih keterampilan mengajar, tetapi dapat digunakan pula untuk
mencoba dalam menerapkan kebijakan kurikulum baru maupun model,
strategi dan teknik pembelajaran.

Melalui pendekatan pembelajaran mikro dapat memberi kesempatan kepada


setiap calon maupun bagi para guru untuk melatih setiap elemen pembelajaran dengan
aman, terkendali dan terkontrol, sehingga memungkinkan setiap yang berlatih dapat
mengembangkan keterampilannya secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai